Anda di halaman 1dari 66

TRAKEOSTOMI

Pembimbing
Dr. Dwi Antono Sp.THT-KL(K)
DEFINISI
 Trakeostomi adalah tindakan membuat jalan pintas
pada saluran nafas atas, dengan membuat lubang
(stoma) pada dinding depan trakea, sehingga
terjadi hubungan langsung antara lumen trakea
dengan udara luar.
 Trakeotomi adalah membuat irisan pada dinding
depan trakea.
 Tiga cara membuat jalan pintas pada sal.nafas atas:
1 . Intubasi
2. Laringotomi
3. Trakeostomi
ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI DAN FISIOLOGI
TRAKEA 5

 VC VI - tepi atas VT V
 Tabung kondromembran, 16-20 cincin kartilago
hialin,berbentuk huruf U yang terbuka pada
bagian posterior yang tertutup jaringan
fibrous&otot
 Panjang 9-15 cm (umum 10 cm)
 Diameter 2-2,5 cm
 Lap mukosa → lanjutan mukosa laring (epitel
kolumner berlapis semu dengan sel goblet)
6
Lapisan-lapisan pada leher dari sebelah luar :
 Kulit
 Fasia kolli superfisial
 Muskulus sternohioid dan muskulus sternotiroid
 Fasia kolli profunda
 Istmus kelenjar tiroid, biasanya menutupi cincin
trakea ke 2 sampai ke 4
ANATOMI DAN FISIOLOGI
8
 Vaskularisasi : A. Tiroidea inferior & a. Bronkus
 Aliran darah balik : pleksus tiroid & v.tiroid
inferior
 Limfe : kelenjar getah bening paratrakea & pre
trakea
 Otot trakea : n.rekuren laring → sensoris untuk
mukosa
 Simpatis → berasal dari ganglion cervical
media,berhubungan dengan n. Recuren laring
FISIOLOGI 9

 Inspirasi adalah proses aktif  Konstraksi


otot inspirasi  diafragma turun dan iga
terangkat  volume paru bertambah
besar  Peningkatan volume 
penurunan tekanan intrapleural dari – 4
mmHg menjadi – 8mmHg.
10
 Ekspirasi adalah gerakan pasif  tidak ada otot-
otot yang berkonstraksi menurunkan volume
intratorakal; ada konstraksi beberapa otot
pernafasan pada permulaan ekspirasi Penurunan
volume thorak  meningkatkan tekanan
intrapleural & intrapulmonar 1 sampai 2 mmHg
diatas tekanan atmosfer  udara mengalir keluar
dari paru-paru sampai tekanannya sama pada
akhir ekspirasi.
 Ekspirasi kuat terjadi bila otot intrakostalis interna
dan otot-otot berkontraksi.
11
Sistem yang mengatur ventilasi adalah sistem
negative feed back, sistem ini terdiri atas 3 bagian :
(2,6)

 Pusat integrasi (SSP) yang terdiri dari neuron-


neuron motoris.
 Sistem sensoris yang terdiri dari reseptor kimia dan
reseptor mekanik.
 Sistem sirkulasi pulmoner perifer.
INDIKASI TRAKEOSTOMI
A. Obstruksi saluran nafas atas :
 Kelainan congenital : laryngeal web, laryngeal
hipoplasia
 Trauma : baik mekanik, fisik maupun kimia
 Tumor : di dalam maupun di luar
 Radang : terutama radang pada laring
 Benda asing : terutama pada laring dan
trakea bagian atas
 Kelumpuhan kedua pita suara
B.Retensi sekresi / cairan pada saluran nafas atas
1. Hilangnya refleks batuk
2. Produksi sekresi berlebihan
3. Aspirasi
4. Perdarahan lumen saluran nafas
C. Respiratory insufficiency.
 Sebab : kelainan paru, kelainan sirkulasi, kelainan
saraf, otot, gangguan keseimbangan biokimia,
termasuk disini :
1. Kelainan bronkus / paru : emfisema, asma,
bronkiektasis
2. Depresi respirasi oleh karena obat / keracunan
3. Patah tulang rusuk, "flail chest"
4. Kelumpuhan otot dinding dada (polio, polineuritis,
miastenia gravis).
5. Spasme otot pernafasan (tetanus, status
epileptikus).
KONTRAINDIKASI TRAKEOSTOMI 14

 Tak ada kontra indikasi mutlak untuk melakukan


trakeostomi.
 Bila indikasi sudah pasti, maka harus dikerjakan
tanpa memandang kerugian lain yang mungkin
timbul akibat dilakukan tindakan trakeostomi
 Kerugian yang mungkin timbul diatasi setelah
kegawatan diatasi.
RESUSITASI MEMBEBASKAN JALAN NAFAS

A. Intubasi
 Memasukkan pipa ke dalam trakea melalui lubang-lubang yang
sudah ada (mulut / hidung)
 Endotracheal tube : Orotracheal tube
Nasotracheal tube
Keuntungan intubasi :
1. Tidak ada irisan jaringan
2. Lebih mudah dan lebih cepat.
Kerugian intubasi:
1. Trauma saluran nafas atas
2. Tidak bisa dipakai lama : Dewasa 5-7 hari
Anak 7-10 hari
3. Perawatan lebih susah
4. Kurang nyaman
5. Penderita perlu pakai orogastric / nasogastric tube
untuk makan
6. Penderita tidak mungkin bicara
B. Krikotiroidotomi / Laringotomi
• Tindakan / operasi darurat untuk keadaan amat
gawat  membuka membran krikotiroid.
• Tindakan sementara  di teruskan dengan
trakeostomi.
• Dengan anestesi lokal, dibuat irisan horisontal pada
membran krikotiroid sepanjang 2,5 cm.
KRIKOTIROTOMI :
19
 Keuntungan :
 Dikerjakan lebih cepat
 Hanya memerlukan alat dan tehnik yang sangat
sederhana

 Kerugian :
 Dapat memyebabkan perubahan pita suara
yang permanen perdarahan lebih banyak
 Mudah terjadi perikondritis dan stenosis laring
 Memerlukan tindakan lanjutan yaitu trakeostomi
PROSEDUR TRAKEOSTOMI
20
 Prinsip : operasi elektif (kondisi penderita maupun
fasilitas dalam keadaan optimal)
 Parasat Jackson atau kategori Nefson untuk menilai
berat ringannya sumbatan laring; patokan untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
 Kategori Neffson (jarang dipakai )
 KategoriI : Sianosis menghebat , retraksi dalam ,
suara nafas menghilang, wajah tampak ketakutan.
 Kategori II : Tampak tanda-tanda kecapaian,
takikardi, nadi tidak teraba, gagal jantung, nafas
cepat dan dangkal, suhu meninggi, stupor, kejang-
kejang dan akhirnya koma.
21
Parasat Jackson :
 Parasat I: Sesak nafas dan stridor inspirasi ringan
retraksi suprasternal, sianosis tidak ada.

 Parasat II : Sesak nafas dan stridor inspirasi, retraksi


suprasternal, supraklavikular dan infraklavikuler sianosis
ringan, penderita mulai gelisah.

 Parasat III : tanda-tanda perasat II bertambah


hebat, retraksi interkosta serta retraksi epigastrium
dalam, sianosis (++), penderita gelisah dan tak acuh
lagi terhadap sekitarnya.
22
 Perasat IV : Tanda-tanda parasat III menjadi lebih
hebat, ditambah retraksi interkosta lebih hebat, juga
epigastrium . Penderita tampak gelisah sekali, berusaha
menghirup udara (struggle for air), menolak segala
pemberian. Wajah tegang dan berwarna abu-abu,
lama-lama jadi paralisis pernafasan, pucat sekali dan
akhirnya koma.
 Pembagian trakeostomi :
A. Menurut keperluan
1. Darurat / emergency
2. Segera / intermediate
3. Elektif / dapat ditunda.

B. Menurut letak
1. Trakeostomi tinggi (cincin trakea 2-3)  lebih
sering
2. Trakeotomi rendah (cincin trakea 4-5)
Batas : Ismus kelenjar tiroid
24
Keuntungan trakeostomi tinggi :
1. Dekat dengan bangunan pedoman ( kartilago
tiroid/krikoid )
2. Letak trakea lebih superfisial
3. Kanul tak mudah lepas, bila lepas mudah
memasang kembali
4. Tidak terganggu oleh istmus tiroid, maupun kelenjar
thymus pada anak
5. Jauh dari pembuluh besar mediastinum serta
kupula pleura, sehingga kemungkinan komplikasi
lebih kecil.
Bahan : 25
Prasarana : -Sarung tangan steril
•Ruang operasi -Duk steril
Personalia : -Alkohol atau betadin
-Operator •Lampu
•Mesin penghisap -Prokain 2 % atau xilokain yg
-Asisten operator dicampur adrenalin
-Asisten peralatan •Tangki oksigen
-Bola kasa dan kasa steril
-Pembantu umum -Benang
-Ahli anestesi -Pita linen

Alat-alat :
- Jarum untuk lokal anestesi - Kait gigi tajam (tenakulum) 1 buah
- Pisau operasi runcing - Dilator trakea / triport
- Kait tumpul 2 buah - Kanul trakea yang sesuai
- Sepasang retraktor kecil - Kateter nelaton/karet
- Hemostat (4 – 6 buah) - Alat untuk menjahit
- Klem pemegang bola kasa 2 buah - Gunting, & peralatan lain sesuai kebutuhan
26
Teknik Operasi Trakeostomi

1. Kepala sedikit ekstensi, kaki lebih rendah ± 30 ᵒ, Punggung


dibagian atas diberi bantal
tujuan : airway terbuka & me↓ tekanan vena di daerah leher.
2. Desinfeksi daerah operasi dengan alkohol 70 % atau larutan
betadine
3. Infiltrasi anestesi local Pehacain di daerah yang akan diiris, di
daerah segitiga aman
4. Incisi : Horizontal ataupun Vertical, sedalam fascia koli
superficial.
5. Capai trakea dengan diseksi tumpul.
6. Incisi 2 cincin trakea
7. Masukkan kanul trakea  fiksasi
8. Jahit kulit jika perlu
Terdapat 2 macam irisan pada trakeostomi :
28
 Secara horizontal ( mendatar) :
 Irisan sesuai garis kulit  jaringan parut tidak kelihatan
nyata. Secara kosmetik lebih baik dibuat setinggi
pertengahan
 Antara krikoid dan fossa suprasternum, membentang
antara kedua tepi kanan dan medial m. sterno-
kleidomastoid, panjang irisan +/- 4 – 5 cm.

 Secara vertikal
 Irisan lebih mudah & mempermudah aliran sekret.
 Dibuat irisan di tengah –tengah mulai dari batas
bawah krikoid sampai fossa suprasternum. Irisan ini
dimulai dari kulit atau subkutis dan platisma fasia kolli
superfisial.
 Diseksi jaringan di garis tengah secara tumpul 29
 Setiap kali harus dikontrol letak dari trakea  kemungkinan
trakea tertarik ke lateral.
 Setelah terlihat istmus trakea, istmus disingkirkan ke atas atau
ke bawah, jika tak bisa dapat dipotong setelah di klem atau
dijahit utk menghindari perdarahan.
 Jaringan lemak dan jaringan pra trakea disisihkan  tampak
trakea
 Sebelum incisi trakea  dipastikan dengan benar ketinggian
cincin trakea  pedoman krikoid atau tiroid yang mudah
diraba.
 Irisan dapat dilakukan pada cincin trakea 2–3, 3–4, atau
cincin 2–4. Irisan atau pembuatan stoma melebihi 3 cincin
memberi penyulit sumbatan cukup besar.
31
Prinsip tehnik ~ sama dengan pada dewasa .
• Tidak pernah dibuat stoma pada anak atau bayi, 
bersifat sementara dan dalam waktu yang tak terlalu
lama.
• Sebaiknya setelah intubasi atau bronkoskopi.
• Irisan dibuat pada garis median secara vertikal pada
cincin trakea ke 2–3, 3-4, atau 2–4 dengan pisau kecil
atau lanset dan tidak boleh terlalu dalam
• Kanul dipilih yang paling sesuai
• X – foto pada dada AP dan Lateral mengetahui
komplikasi diparu-paru
PERAWATAN PASCA TRAKEOSTOMI
 Jaga kelembaban udara yang masuk
 Mencegah trakeitis ataupun krusta
 Berikan uap air hangat (stoom)
 Hisap secret
 Jika terdapat secret
 Penghisapan jangan > 10 - 15 detik hipoksia dan
“cardiac arrest”
 24 jam pertama dilakukan penghisapan tiap ½ - 1 jam.
 Pembersihan dan penggantian anak kanul
 Dibersihkan minimal tiap 3 hari
 Kanul perlu diganti 2 - 3 kali (tergantung kebutuhan)
 Jika anak kanul terbuat dari bahan yang lebih baik 
7 hari
33
KOMPLIKASI TRAKEOSTOMI
34
1. Selama Operasi :
 Perdarahan

 Aspirasi

 Emboli

 Lesi/kerusakan organ sekitar : pembuluh darah,


kartilago krikoid/laring, esufagus, N rekuren laring
 Apnea

 Syok/renjatan
2. Pasca operasi 35
Segera
 Infeksi : trakeitis/bronkritis/ pneumoni
 Obstruksi, berakibat emfisema paru/atelektasis
 Aspirasi
 Kanul berlapis
 Emfisema kulit/mediatinum
 Pneumothorak/pneumomediastinum
 Aerofagi
 Perdarahan : pada 4 – 5 hari pasca operasi oleh
karena erosi ujung kanul atau desakan cuff pada
pembuluh darah besar.
Lambat
 Fistel : trakeokutan / trakoesofagus
 Stenosis : laring (subglotik), trakea
 Disfagia

 Timbul jaringan granulasi


DEKANULASI
37
1. Suara telah keluar ada udara yang dapat
melewati celah antara dinding trakea dan kanul
melalui rima glotis.
2. Lubang kanul atau lubang trakeostomi atau
trakeotomi ditutup selama 3 menit penderita tetap
dapat bernafas bebas.
3. Penderita dapat tidur, makan, bekerja tanpa
terganggu walau kanul disumbat selama 24 jam.
4. Penderita diminta bernafas dengan mulut terbuka,
bila tidak ada stridor kanul dapat diangkat.
5. Tidak ditemukan lagi sumbatan jalan nafas
berarti,selama 1 – 2 minggu pada saat penderita
tidur, makan, aktifitas, dan istirahat.
38 :
Dasar-dasar dekanulasi pada anak dan bayi

 Dekanulasi dilakukan pada atau dekat kamar


operasi oleh perawat terlatih dengan diawasi
dokter THT dan dokter anestesi.
 Anak atau bayi diawasi dengan baik 1 – 1,5 jam
sebelum dekanulasi
 Semua peralatan untuk kemungkinan dilakukan
reintubasi atau rekanulasi baik perstoma atau
peroral harus disiapkan.
 Setelah dekanulasi harus diawasi terutama tanda-
tanda vital sampai beberapa jam.
 Bila ada kesukaran dalam dekanulasi, perlu
dipastikan / dievaluasi yang menjadi
penyebabnya
KANUL TRAKEA

 Kanul trakea  Alat / pipa yang dimasukkan ke dalam


trakea
 Bentuk kanul trakea  menjamin ventilasi yang
adekuat
 Kesalahan posisi  membahayakan ventilasi, iritasi,
trauma mukosa trakea
 Tersedia berbagai ukuran dan jenis
 Komplikasi: ulserasi / nekrosis trakea, trakea stenosis,
fistula trakeoesofageal, fistula arteri innominata-trakhea,
ulserasi stoma, jaringan granulasi, perpindahan kanul,
ketidaknyamanan pasien
Komponen kanul trakea:
 Outer kanul
 Inner kanul
 Cuff
 Pilot balon
 Flange / neck plate
 Introducer /
obturator
 Fenestration
 15 mm adaptor
Ukuran Dimensi Kanul Trakhea

 Ukuran kanul trakhea


digolongkan: ID,OD, panjang
dan kelengkungan
 Kanul bersudut dan lengkung
 Kanul lengkung tidak sesuai
dengan anatomi trakea 
penekanan dinding trakea
posterior  obstruksi
 Kanul bersudut lebih mudah
masuk trakea, tekanan lebih
ringan pada dinding trakea
Macam-Macam Kanul Trakea

Kanul dengan cuff


 Tekanan kapiler trakea : 25-35
mmhg
 Tekanan tinggi  perlukaan
mukosa trakea
 Tekanan rendah aspirasi
 Komplikasi : Trakeal stenosis,
trakeomalasia, fistula
trakeoesofageal, kehilangan reflek
batuk, gangguan penelanan
 Tekanan max : 25 mmhg (20-
25mmhg)
 Mengukur tekanan cuff 
manometer
Macam-Macam Kanul dengan Cuff Khusus

Cuff volume tinggi, tekananan


rendah
 Paling sering digunakan
 Sebab tekanan cuff yang
tinggi : overfilling cuff,
malposisi kanul, dilatasi trakea
Cuff busa
 Terbuat dari busa
polyurethane yang
dibungkus silikon
 Jarang digunakan
 Digunakan pada pasien
yang telah mengalami
perlukaan trakea ok
tekanan cuff
Cuff dengan alat bantu suction
 Sekret dapat dilakukan
suction secara teratur 
mengurangi resiko aspirasi
dan infeksi
 Menurunkan insiden
ventilator-associated
pneumonia
Cuff yang menempel pada bodi
kanul
 Miripkanul tanpa cuff 
trauma yang lebih ringan
pada waktu insersi dan
dekanulasi
 Meminimalkan obstruksi aliran
udara di luar kanul
 Jenis volume rendah tekanan
tinggi
Kanul Tanpa Cuff

 Tidak memiliki pilot balon


 Berguna bagi pasien yang
tidak membutuhkan ventilasi
tekanan positif dan tidak ada
resiko aspirasi
 Digunakan untuk neonatus
dan pediatrik
Indikasi kanul dengan Kontraindikasi kanul dengan
cuff: cuff:
 Resiko aspirasi  Anak usia kurang dari 12
 Kanulpertama tahun
(dewasa)  Resiko kerusakan trakhea
 Ventilasi tekanan
positif
 Kondisi tidak stabil
Kanul dengan Fenestrasi

 Satu / beberapa lubang


pada lengkung luar kanul
 Memungkinkan udara
melalui plika vokalis  fonasi
 Persiapan dekanulasi
 Komplikasi : jaringan
granulasi
 Kontraindikasi : pasien yang
perlu ventilasi tekanan positif
Kanul Ekstra Panjang

 Ekstrapanjang
proksimal (horizontal) 
obesitas
 Ekstra panjang distal
(vertikal) 
trakeomalasia, trakea
anomali
 Pemasangan yang
tidak benar  obstruksi
Dual Kanul Trakhea

 Kanul trakea dengan inner kanul


 Inner kanul mengurangi inner
diameter
 Cowen et al : penurunan beban
kerja yang bermakna bila inner
kanul dilepas
 Pasien dengan sekret >>
*membantu pencucian kanul
*mencegah penyumbatan kanul,
*mengurangi frekwensi penggantian
kanul
Asesori Kanul Trakea

Speaking valve
 Katup one way
fonasi
Occlusion cup
 Melatih pasien
untuk lepas dari
kanul
 Tracheostomi
button td : outer
kanul, solid inner
kanul
Dicconnection Wedge
 Untuk memutus
hubungan sirkuit
ventilator
Material Kanul Trakhea

Metal
 silver / stainless steel
 Harga > mahal, rigid, tidak
ada cuff dan konektor
 Kurang nyaman, secara
kosmetik kurang baik
 Ujung tajam  jaringan
granulasi
 Permukaan halus  sekret
mudah dialirkan
Plastik
 Lebih sering digunakan
 PVC atau silikon
 PVC  thermolabil, > peka thd
resistensi bakteri
 Silikon  tidak dipengaruhi temperatur,
resiko penumpukan sekret dan bakteri
<<, dapat disterilisasi
Pemilihan Ukuran Kanul Trakhea

 Tujuan : menjamin aliran udara yg adekuat tanpa


komplikasi
 OD dan ID dipertimbangkan
 ID terlalu kecil  resistensi meningkat
 OD terlalu lebar  mengurangi kemampuan
phonasi, sulit masuk stoma
 OD: 10 mm  wanita dewasa, OD: 11 mm  pria
dewasa, juga dipertimbangkan berdasar umur,
tinggi dan BB
 Sesuai dengan anatomi pasien dan kebutuhan
klinis
 Kanul terlalu pendek  obstruksi
 OD  tidak lebih lebar dari 2/3 sampai ¾ lumen
trakea
58
Kanul Dewasa: Dobel Lumen Trakhea
Kanul Dewasa: Single Lumen Trakea
Kanul untuk Neonatus dan Pediatrik

 Nyaman, menjamin patensi, fleksibel


 Ukuran
rata-rata: ID 2,5-5,5 mm, panjang 30-36
mm (neonatus), 39-56mm (pediatrik)
 OD tidak lebih lebar dari duapertiga diameter
trakea
 Umumnya tanpa cuff
 Ukuran panjang : satu cm di atas carina
Ukuran Kanul Trakea Berdasarkan Umur dan
Diameter Transversal Trakea
Komplikasi Penggunaan Kanul Trakhea

Kanul terlalu panjang Kanul terlalu pendek


 Traumaok. Ujung  Kanul lepas
kanul menyentuh respiratory arrest
karina  Ventilasi pada
 Kolaps paru pretrakeal space 
emfisema subkutan
 Pasien tidak nyaman
 Ulserasi / erosi dinding
 Batuk konvulsif
trakea posterior
 Ventilasi tidak efektif
TERIMA KASIH
WASSALAM
66

Anda mungkin juga menyukai