Anda di halaman 1dari 32

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA

“SCABIES”

Oleh
Wanda Rendraswara
H1A 013 062

Pembimbing
dr. I Komang Gerudug, MPH
dr. Ika Primayanti, M.Kes
dr. Bq. Qudratini Fitriana

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS GUNUNGSARI
2019
BAB I
KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

I. KASUS PASIEN DALAM KEDOKTERAN KELUARGA


Identitas Pasien
Pasien Keterangan
Nama An. MZ
Umur 1,5 th
Alamat Belencong
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Belum sekolah
Kedatangan ke 4 Ini merupakan kedatangan yang
ke-empat dalam 6 bulan terakhir
untuk keluhan gatal-gatal di
badan, terutama dilipatan tubuh
dan sela-sela jari, pasien dibawa
ibunya datang ke Poli Anak
Puskesmas Gunungsari untuk
berobat.
Telah diobati sebelumnya Ya Diagnosis sebelumnya Skabies
Sistem Pembayaran BPJS PBI
II. DATA KELUARGA BINAAN
Data Anggota Keluarga
Keluarga yang akan dibina adalah keluarga An. MZ. Keluarga An. MZ
merupakan bentuk keluarga inti (nuclear family). Seluruh anggota keluarga binaan
berjumlah 4 orang yang terdiri atas An. MZ, ayah, ibu, dan 1 orang kakak. Kepala
keluarga dalam keluarga ini adalah ayah pasien yang bertindak sebagai pemegang
keputusan dan bertanggung jawab atas keluarga ini. Keluarga tersebut tinggal di
Desa Midang, Kecamatan Gunungsari sejak ±38 tahun lalu. Berikut ini adalah
identitas anggota keluarga yang diperoleh pada saat kunjungan pertama:

No Anggota Keluarga Keterangan


1 Nama Tn. SS Kepala keluarga
Umur 38 tahun
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Supir truk
Status Menikah
2 Nama Ny. M Istri
Umur 32 Tahun
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan IRT, pengrajin bambu
Status Menikah
3 Nama An. NR Anak pertama
Umur 8 tahun
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Pelajar
Status Belum menikah
Ikhtisar Keluarga
Data Status Kesehatan Keluarga
Status kesehatan pada laporan ini dinilai berdasarkan Berat Badan (BB), Tinggi
Badan (TB), Tekanan Darah (TD), Frekuensi Nadi (N), Frekuensi Napas (RR) dan
Suhu (T). Data kesehatan awal diambil saat pertemuan pertama dengan masing-
masing anggota keluarga binaan.

Tabel Data Kesehatan Keluarga


Aspek Tn. R Ny. M An. NR An. MZ
Pemeriksaan
BB 60 kg 50 kg 30 kg 9,6 kg
TB 165 cm 146 cm 130 cm 83 cm
TD 120/80 mmHg 100/70 mmHg - -
N 88 x/mnt 68 x/mnt 92x/mnt 100x/mnt
RR 20 x/mnt 18 x/mnt 18x/mnt 28x/mnt
T 36,70 C 36,50 C 36,50 C 36,50 C
IMT 22,05 23,47 17,7 13,71
Status Gizi Normal Normal Normal Normal
Keluhan yang Batuk, gatal Gatal, nyeri Gatal, Gatal,
sering dirasakan ulu hati batuk batuk,
demam
Denah Rumah
U
III. DATA MEDIS PASIEN DALAM KEDOKTERAN KELUARGA
a. Heteroanamnesis
Keluhan Utama: Gatal
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dibawa oleh ibunya ke Poli Anak Puskesmas Gunungsari
dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh terutama dibagian lipatan-lipatan
tubuh sejak ±6 bulan yang lalu. Pasien sering menggaruk-garuk bagian
tubuhnya yang gatal terutama pada malam hari yang menyebabkan luka
pada kulit dan pasien sulit untuk tidur. Selain itu, ibu pasien mengatakan
pada 3 kali penimbangan di posyandu berat badan pasien cenderung turun
hampir 1 kg dan beberapa kali pasien juga mengalami demam, namun
dapat sembuh apabila diberikan obat yang ibu pasien belikan di warung.
Keluhan mual-muntah, diare tidak ada. Ibu pasien juga mengaku bahwa
dalam 1 rumah yakni dirinya dan anak pertamanya juga memiliki keluhan
yang sama dengan pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan gatal sebelumnya. Riwayat
demam, batuk dan pilek oleh ibu sempat terjadi beberapa kali, namun
segera sembuh setelah mendapat pengobatan dari puskesmas.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dan kakak pasien memiliki keluhan gatal yang serupa dengan pasien,
selain itu sepupu pasien yang sering bermain bersama juga memiliki
keluhan serupa. Riwayat alergi tidak ada dalam keluarga.
Riwayat Pengobatan
Menurut penuturan ibu pasien, saat kedatangan pertama dan kedua pasien
hanya mendapatkan obat untuk penghilang rasa gatal dan obat batuk pilek
karena pada saat itu pasien juga sedang menderita batuk pilek. Kemudian
baru pada kedatangan yang ketiga sekitar 3 bulan yang lalu, pasien
mendapatkan obat bentuk salep dan penjelasan mengenai sakit yang
diderita anaknya. Namun sekitar 1,5 bulan yang lalu, pasien kembali
mengalami keluhan gatal di badan.
Riwayat Alergi
Pasien dan keluarga tidak memiliki riwayat alergi baik obat maupun makanan

Riwayat Kehamilan:
Ibu pasien rutin kontrol kehamilan di Posyandu dan Polindes Desa Midang
sebanyak 8 kali selama kehamilan pasien. Saat hamil ibu pasien mengaku
tidak pernah mengalami penurunan berat badan atau menderita penyakit
tertentu, keluhan yang dirasakan hanya mual dan muntah saja selama masa
awal kehamilan. Keluhan seperti keputihan disangkal, riwayat hipertensi
disangkal, riwayat keguguran disangkal, riwayat trauma saat hamil disangkal.
Kesan riwayat kehamilan: cukup
Riwayat Persalinan:
Pasien lahir di Polindes Desa Midang dibantu oleh bidan setempat dengan
usia kehamilan cukup bulan, pasien lahir spontan, saat lahir langsung
menangis dengan berat lahir 3.500 gram.
Kesan riwayat persalinan: baik
Riwayat Nutrisi:
Pasien diberi ASI sejak lahir hingga sekarang. MP-ASI diberikan pada
usia 6 bulan, berupa bubur dan makanan bertekstur lunak lainnya seperti
pisang yang dihaluskan, dan saat ini pasien sudah bisa mulai mengonsumsi
makanan keluarganya yang tidak terlalu keras. Frekuensi makan 3-4 kali
sehari dengan porsi kurang lebih seperempat piring. Jenis makanan yang
dikonsumsi beragam, terdiri dari nasi, lauk pauk berupa tahu, tempe, telur,
ayam, ikan, dan sayur serta buah-buahan lain.
Kesan riwayat makan: kuantitatif cukup, kualitatif baik
Riwayat Imunsasi:
Imunisasi dasar pasien lengkap hingga usia 9 bulan.
 HB-0 usia 1 hari
 BCG dan OPV-1 usia 1 bulan
 DPT-HB-Hib 1-OPV-2-PCV usia 2 bulan
 DPT-HB-Hib 2-OPV-3 usia 3 bulan
 DPT-HB-Hib 3-OPV-4 usia 4 bulan
 Campak usia 9 bulan
Imunisasi lain
 Rubella usia 15 bulan
Kesimpulan
 Imunisasi dasar lengkap
 Imunisasi ulangan belum

b. Pemeriksaan Fisik (tanggal 10 Januari 2019)


Status General:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
o Nadi : 100 x/menit
o Pernapasan : 28 x/menit
o Suhu : 36,5 oC
Status Gizi
o Berat badan : 9,6 kg - TB/U: 1 s/d (-1) SD = TB normal
o Tinggi badan : 83 cm - BB/U: (1) s/d (-1) SD= BB Normal
o Lingkar kepala : 47 cm - Kesimpulan status gizi: Gizi baik

Status Lokalis:
o Kepala : normocephali, benjolan (-), fraktur (-)
 Mata : sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+, pupil bulat
isokor, 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+, cekung -/-
 Hidung: deviasi septum (-), simetris, krepitasi (-), sekret (-/+),
mukosa hidung dalam batas normal
 Mulut: sianosis (-), mukosa lembab, pucat (-), tidak hiperemis
 Telinga: simetris dekstra-sinistra, kelainan (-), serumen (+/-)
o Leher : kaku kuduk (-), nyeri leher (-), KGB tidak teraba
o Thoraks
 Jantung: pulsasi ictus cordis tidak nampak, ictus cordis teraba di
linea midclavicular ICS IV, bunyi jantung S1-S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
 Paru: retraksi statis dan dinamis -/-, sifat pernapasan thorako-
abdominal, suara vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-, perkusi
sonor di seluruh lapang paru
o Abdomen: tampak datar, bising usus (+) normal 20 x/menit, timpani di
seluruh lapang abdomen, nyeri tekan (-), hepatospleenomegali (-)
o Ekstremitas
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill <3 detik/<3 detik <3 detik/<3 detik

c. Diagnosis kerja
Scabies

d. Terapi
Farmakologis
- CTM 2 x 1/4 tablet (puyer)
- Salep 2-4
Non farmakologis (KIE) :
 Seluruh keluarga yang tinggal 1 rumah dan teman sepermainan pasien yang
memiliki keluhan serupa harus melakukan pengobatan bersama-sama.
 Seluruh pakaian, selimut, sarung bantal, sarung guling dan kasur harus
direndam dengan air panas, kemudian dijemur di terik matahari, dan
disetrika. Kasur bantal dan guling di jemur di bawah sinar matahari
langsung.
 Mengubah perilaku sehari-hari menjadi perilaku hidup bersih dan sehat
 Rajin mandi dengan sabun minimal 2 kali sehari
 Tidak menggunakan pakaian dan handuk secara bersamaan
 Rajin mencuci pakaian yang digunakan dengan bersih dan
membersihkan tempat tinggal.

e. Prognosis
Dubia ad bonam

IV. KONDISI FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN, SOSIAL, EKONOMI,


DAN BUDAYA
Kondisi Lingkungan
1. Pasien saat ini tinggal bersama ayah, ibu, satu orang kakak. Mereka
tinggal di sebuah rumah berukuran 6 meter x 9 meter yang berada di area
tanah milik keluarga dari jalur ayah, dimana di area tersebut tinggal juga
beberapa kepala keluarga dari saudara ayah pasien. Akses jalan menuju
rumah pasien cukup mudah dijangkau. Jalan menuju rumah pasien jalan
tanah tanpa aspal.
2. Bangunan rumah beratapkan genteng dan beberapa ruangan beratapkan
seng, seluruh ruangan rumah berlantai semen dan hampir seluruh bagian
rumah berdinding tembok bata dan sudah diplester. Rumah ini terdiri
atas 1 buah ruangan tidur. Ruang tamu berada di depan namun saat ini
difungsikan juga sebagai kamar tidur. Pasien dan anggota keluarga
lainnya tidur di kasur kapuk. Beberapa ruangan memiliki ventilasi,
namun beberapa ruangan tidak, seperti kamar tidur utama. Pencahayaan
ruangan kurang baik dikarenakan rumah pasien bersebelahan langsung
dengan rumah keluarganya dan juga dari kondisi rumah yang tidak
terlalu tinggi menyebabkan sinar matahari yang masuk terhalang.
3. Pasien dan keluarga mempunyai satu buah dapur yang digunakan untuk
memasak, jenis kompor yang digunakan adalah kompor gas. Rumah
pasien telah dilengkapi dengan fasilitas MCK yang terdapat di bagian
samping rumah. Sumber air untuk keperluan rumah tangga sehari-hari
diperoleh dari air PDAM. Sedangkan untuk keperluan minum, keluarga
pasien membeli air galon isi ulang di depot isi ulang air minum.
4. Bagian samping kiri dan kanan rumah berbatasan langsung dengan
rumah keluarga yang lain. Keluarga pasien membuang sampah di
pekarangan belakang rumah dan terkadang membakarnya.

Kondisi Sosial Ekonomi


Pasien termasuk keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah.
Tulang punggung keluarga pasien adalah ayah pasien yang bekerja sebagai
seorang supir truk dengan pendapatan bersih Rp. 800.000 - 1.500.000 per
bulan. Oleh sebab itu, ibu pasien juga membantu bekerja di rumah sebagai
pengrajin bambu yang diupah sebanyak Rp. 15.000 per 4 keranjang bambu.

Budaya
Keluarga pasien bersuku sasak. Budaya dan adat istiadat setempat mengikuti
daerah-daerah di Lombok pada umumnya. Untuk kasus yang berkaitan
dengan kesehatan, keluarga ini biasanya berobat langsung ke Puskesmas
Gunungsari.
BAB II
PEMBAHASAN

I. MASALAH KESEHATAN KELUARGA


a. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan
pertama terhadap keluarga binaan, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan dalam keluarga An. MZ tersebut beserta dengan
kemungkinan penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel
sebagai berikut:

Anggota Masalah Kemungkinan Penyebab


No. Keterangan
Keluarga Kesehatan Masalah Kesehatan
1. An. MZ  Gatal  Orang yang tinggal serumah (Ibu Masalah
(Pasien)  Batuk dan kakak) memiliki keluhan yang kesehatan
 Demam sama diketahui saat
 Memiliki teman sepermainan yang kunjungan
memiliki keluhan yang sama pertama
 Kurangnya pengetahuan orang tua kerumah pasien.
 Sakit kulit yang masih diderita
 Jumlah ventilasi di dalam rumah
kurang.
 Kondisi rumah dengan
pencahayaan yang kurang
menyebabkan rumah menjadi
lembab.
 Lokasi orang tua bekerja sebagai
pengrajin bambu berada di depan
rumah, sering ikut melihat dan
menemani
 Membakar sampah di samping
rumah
 Kebiasaan merokok di anggota
keluarga (ayah)

2. Tn. SS  Batuk  Kebiasaan merokok setiap hari Masalah


 Gatal  Menghirup polusi udara saat kesehatan
(Ayah
bekerja diketahui saat
pasien)
 Kondisi tempat kerja tidak kunjungan
menentu pertama
 Kebiasaan di rumah hanya kerumah pasien.
mengandalkan istri untuk bersih-
bersih rumah
 Tidak mengetahui penyebab gatal
yang dialami
 Kurangnya ventilasi di dalam
rumah terutama di kamar tidur
 Kondisi rumah dengan
pencahayaan yang kurang
menyebabkan rumah menjadi
lembab.

3. Ny. M (Ibu  Gatal  Tidak mengikuti saran petugas Masalah


Pasien)  Nyeri ulu kesehatan mengenai cara kesehatan
hati penanggulangan gatal yang diketahui saat
dialami kunjungan
 Sakit kulit yang masih diderita pertama
 Perilaku hidup bersih di rumah kerumah pasien.
kurang
 Kurangnya ventilasi di dalam
rumah terutama di kamar tidur
 Kondisi rumah dengan
pencahayaan yang kurang
menyebabkan rumah menjadi
lembab.
 Riwayat magh sejak masih gadis
 Makan kurang teratur

4. An. NR  Gatal  Sakit kulit yang masih diderita Masalah


 Batuk  Kurangnya pengetahuan orang tua kesehatan
(Kakak
 Kurangnya ventilasi di dalam diketahui saat
Pasien) rumah. kunjungan
 Kondisi rumah dengan pertama
pencahayaan yang kurang kerumah pasien.
menyebabkan rumah menjadi
lembab.
 Membakar sampah di samping
rumah
 Kebiasaan merokok di anggota
keluarga (ayah)
 Lokasi orang tua bekerja sebagai
pengrajin bambu berada di depan
rumah, sering ikut melihat dan
menemani
Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah
yang pertama, masalah kesehatan dialami oleh An. MZ, Tn. SS
(ayahnya), Ny. M (ibunya) dan An. NR (kakaknya). Dengan demikian
seluruh anggota keluarga memiliki masalah kesehatan.

Dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah


kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga An. MZ tersebut di atas
terkait dengan determinan kesehatan yang ada yaitu aspek perilaku/gaya
hidup, aspek lingkungan, aspek pelayanan kesehatan dan aspek biologis,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. An. MZ: Skabies dan ISPA
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang
muncul terutama disebabkan oleh aspek perilaku dan aspek
lingkungan.
2. Tn. SS: Skabies, Perokok aktif
Berdasarkan determinan kesehatan, Tn. SS memiliki masalah
kesehatan yang terutama terkait pada aspek perilaku dan aspek
lingkungan.
3. Ny. M: Skabies, Dyspepsia
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang
muncul terutama disebabkan oleh aspek perilaku dan aspek
lingkungan.
4. An. NR.: Skabies, ISPA.
Berdasarkan detreminan kesehatan, masalah kesehatan yang
muncul terutama disebabkan oleh aspek perilaku dan aspek
lingkungan.
Dari kunjungan tersebut, pembina mulai mengidentifikasi masalah
kesehatan keluarga An. MZ yang diperoleh melalui kunjungan ke rumah
pasien pada tanggal 13 Januari 2019. Dari kunjungan rumah pertama
tersebut mulai diperoleh masalah kesehatan masing-masing anggota
keluarga dan memperkirakan rencana upaya intervensi yang akan
dilakukan.

b. Rencana Upaya Intervensi yang Akan Dilakukan


Anggota Masalah
No Rencana Upaya Intervensi Ket
Keluarga Kesehatan
1. An. MZ  Skabies  Konseling ke keluarga
 ISPA
2. Tn. SS  Perokok  Menyarankan pasien untuk mengurangi
(Ayah aktif konsumsi rokok, tidak merokok di dalam

Pasien)  Skabies rumah atau dekat anggota keluarga, dan


membersihkan diri setelah merokok
sebelum berkumpul bersama anak
 Menjelaskan mengenai bahaya
merokok untuk diri sendiri dan orang-
orang di sekitarnya.
 Menyarankan untuk mengurangi
kebiasaan merokok secara bertahap
untuk kemudian dihentikan sama
sekali.
 Menyarankan menggunakan penutup
hidung dan mulut saat berada di tempat
yang banyak polusi
 Menjelaskan tentang penyebab dan cara
penanggulangan gatal yang dialami
oleh keluarganya
 Konseling tentang PHBS di rumah dan
di tempat kerja
 Menyarankan untuk ikut membantu
membersihkan rumah atau membantu
mengingatkan keluarga tentang
kebersihan rumah
 Bila ada anggota keluarga yang sakit
segera bawa ke fasilitas kesehatan
terdekat
3. Ny.M  Skabies  Menjelaskan tentang penyebab dan cara
(Ibu  Dyspepsia penanggulangan gatal yang dialami
Pasien) oleh keluarganya
 Konseling tentang PHBS terutama di
rumah
 Menjelaskan tentang pentingnya
melakukan cuci tangan pakai sabun dan
waktu-waktu cuci tangan
 Menjelaskan tentang gizi seimbang dan
memastikan berat badan anak tetap naik
setiap kali penimbangan
 Menjelaskan bahwa ibu memiliki peranan
yang sangat penting terhadap status
kesehatan keluarganya
 Menghindarkan dan menjaga anak-anak
dari paparan asap rokok dan debu kerajinan
bambu
 Menjelaskan tentang penyakit magh yang
diderita
 Mengupayakan agar tidak telat makan,
tidak perlu makan dalam porsi besar, cukup
porsi kecil tapi sering
 Bila ada anggota keluarga yang sakit
segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat
4. An.NR  Skabies  Konseling tentang PHBS.
 ISPA  Konseling tentang pentingnya melakukan
(Kakak
Pasien) cuci tangan pakai sabun dan waktu-waktu
cuci tangan
 Menjelaskan tentang penyakit gatal di kulit
yang dialami oleh keluarganya
 Menjelaskan tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri dan lingkungan rumah
 Menjelaskan bahwa dirinya memiliki
peranan penting dalam keluarga dalam hal
menjaga kesehatan
 Menyarankan untuk menjauh atau
menggunakan penutup hidung dan mulut
apabila ingin melihat dari dekat proses
pembuatan kerajinan bambu

c. Upaya Kesehatan yang Telah Dilakukan Keluarga


Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga An. MZ bila
terdapat anggota keluarga yang sakit adalah mencari pengobatan ke
fasilitas layanan kesehatan terdekat (dalam hal ini Puskesmas Gunungsari)
yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah pasien (±2 km), namun
terkadang hal ini hanya dilakukan apabila sakit yang diderita sudah tidak
tertahankan dan mengganggu.
Ny.M sudah memberikan obat salep 2-4 kepada anaknya dan telah
melakukan bersih-bersih di rumah seperti mengganti seprai dan baju yang
dipakai kemudian dicuci dan disetrika, namun untuk menjemur kasur dan
bantal belum dilakukan karena keterbatasan lahan rumah dan cuaca yang
selalu mendung.
II. PENGKAJIAN PENGARUH KELUARGA DALAM KESEHATAN
PASIEN
 Nilai Stres Dalam Keluarga
An. MZ masih berusia 1,5 tahun dan pasien tinggal bersama dengan
anggota keluarga yang lain yakni ayah, ibu dan kakak pasien di dalam rumah
yang cukup sempit. Seluruh kebutuhan hidupnya masih bergantung pada
kedua orang tuanya. Untuk pemenuhan kebutuhan hidup primer seperti
sandang dan pangan sudah dapat tercukupi, sedangkan untuk papan sudah
tersedia dan sudah dianggap layak oleh keluarganya.
Ayah pasien merupakan seorang supir truk yang mengangkut
kebutuhan logistik dari satu daerah ke daerah lain (trayek Bali-Sumbawa)
sehingga menyebabkan ayah pasien jarang pulang ke rumah dan jarang bisa
bercengkrama dengan keluarga di rumah. Sedangkan ibu pasien merupakan
seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja sambilan di rumah sebagai
pengrajin bambu. Selagi ayah pasien pergi, maka sang istri lah yang
menentukan keputusan saat itu.
 Nilai Fungsi Dalam Keluarga
a. Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman
(1998) yaitu:
1. Fungsi Afektif
Dalam keluarga An. MZ, hubungan individu dalam
keluarga terjalin dengan harmonis. Seluruh anggota keluarga
saling menyayangi, mengasihi, menghargai, dan tidak pamrih
untuk tolong menolong.
Tn.SS selaku kepala keluarga walaupun sibuk bekerja,
apabila memiliki kesempatan tinggal di rumah maka akan selalu
menyempatkan diri bercengkrama dan mengajak anak-anaknya
untuk bermain. Bila ada salah satu dalam anggota keluarga yang
sakit, Ny.M akan merawatnya sedangkan Tn.SS akan tetap
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ny. M sebagai
seorang ibu rumah tangga mengasuh anaknya dengan baik
walaupun dalam beberapa bulan terakhir ini diketahui bahwa
anaknya yang kedua (An. MZ) pada 3 kali penimbangan
mengalami penurunan berat badan. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh sakit yang dialami oleh An. MZ sehingga ia
menjadi kurang nafsu makan dan kurang dapat tidur dengan
nyenyak.
2. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga An. MZ
bersosialiasi dengan baik dengan keluarga dan tetangga di sekitar
rumah. Keluarga yang tinggal dekat dengan rumah pasien masih
memiliki hubungan darah dengan Tn. SS. Mereka adalah orang-
orang yang paling sering diajak berinteraksi oleh keluarga Tn.
SS. Begitu pula dengan anak-anak Tn.SS yang bermain bersama
dengan anak tetangga yang lainnya.
Tn.SS jarang berada di rumah, jika tidak ada trayek Tn.
SS dapat menghabiskan waktunya di rumah seharian dan jika
berkesempatan akan mengikuti kegiatan kemasyarakatan di
sekitar rumahnya, contohnya ikut gotong royong pada
pembangunan mushola di dekat rumah. Ny. M juga aktif
bersosialisasi di lingkungan rumahnya, Ny.M selalu membantu
bila ada tetangganya yang sedang mengadakan acara.
3. Fungsi Reproduksi
Sejak menikah 9 tahun yang lalu, Tn. SS dan Ny.M
langsung dikaruniai anak pertamanya yakni An. NR. Tn.SS dan
Ny.M dikaruniai dua orang anak dan hingga saat ini semua anak
mereka masih hidup. Jarak usia anak pertama dan kedua adalah 6
tahun. Setelah kehamilan pertamanya Ny. M menggunakan KB
suntik tiap 3 bulan dan terus digunakan hingga sekarang.
4. Fungsi Ekonomi
Kebutuhan sehari-hari keluarga dipenuhi oleh Tn. SS
yang bekerja sebagai supir truk. Dari pekerjaannya tersebut
penghasilan bersih yang didapatkan Rp. 800.000,- s.d.
1.500.000,- per bulan dan mampu mencukupi kebutuhan
keluarganya, seperti makanan, pakaian dan rumah meskipun
pemenuhan kebutuhannya hanya berkecukupan dan pas-pasan.
Oleh sebab itu, Ny. M berinisiatif ikut membantu suaminya untuk
mencari tambahan penghasilan yakni bekerja sebagai pengrajin
bambu yang mendapatkan upah Rp. 15.000,- per 4 keranjang
bambu.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Dalam mencegah penyakit, setiap individu dalam keluarga
Tn. SS belum mampu secara maksimal dalam melaksanakan
pencegahan penyakit. Hal tersebut tercermin dari masih banyaknya
perilaku dalam anggota keluarga yang belum menunjukkan perilaku
hidup bersih dan sehat, contohnya tidak selalu mencuci tangan
dengan sabun saat mempersiapkan makanan dan sebelum makan,
masih merokok di teras rumah dimana asap rokok tersebut tetap
akan masuk ke dalam rumah, dan masih tampak gantungan baju
dibeberapa bagia rumah. Mereka juga kurang bekerja sama dalam
hal menjaga kebersihan rumah, terlihat dari perabotan rumah yang
tidak tertata rapi dan berdebu.
Tn. SS merupakan perokok aktif kurang lebih sejak 15 tahun
yang lalu, padahal Tn. SS beberapa kali sering mengeluhkan batuk,
namun menurut pengakuannya ia sulit untuk menghentikan
kebiasaan tersebut. Sedangkan istrinya, Ny.M, mengaku telah
menderita magh sejak ia masih gadis, keluhan yang dirasakan
apabila penyakitnya kambuh adalah nyeri dibagian ulu hati,
biasanya hal tersebut terjadi apabila ia telat untuk makan dan
langsung menyantap makanan dalam porsi banyak.
b. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan skor
APGAR dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak
pernah = 0. Skor APGAR disini akan dilakukan pada masing-masing
anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi
fisiologis keluarga secara keseluruhan.
1) Adaptation
Di dalam menghadapi masalah keluarga, Tn.SS sebagai kepala
keluarga yang memutuskan suatu keputusan. Tn.SS juga mendapat
dukungan dari istri dan anaknya. Pekerjaan Tn. SS sebagai supir
truk menyebabkan Tn. SS jarang berada di rumah, namun istri dan
anaknya dapat menerima hal tersebut.
2) Partnership
Komunikasi antara anggota keluarga terjalin dengan baik,
walaupun dalam hal saling berbagi dan saling mengisi termasuk
kurang disebabkan ayah pasien yang jarang berada di rumah.
3) Growth
Dalam proses perkembangan pasien, ibu dan kakak pasien
memegang peranan penting dikarenakan mereka adalah orang yang
paling dekat dan paling sering berinteraksi dengan pasien.
Sehingga dalam melakukan kegiatan yang baru pasien masih
diawasi oleh orang tua dan kakak pasien.
4) Affection
Hubungan kasih sayang antar anggota keluarga terjalin dengan baik.
Pasien mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari ibu
dan kakak pasien, dan termasuk jarang dari ayah.
5) Resolve
Ayah pasien jarang berada di rumah, sehingga saat ada kesempatan
berada di rumah ayah pasien biasanya meluangkan waktu lebih
banyak bersama keluarganya.
Tabel Skor APGAR
Variabel APGAR APGAR APGAR
Penilaian Ayah Ibu Kakak
Adaptation 2 2 2
Partnership 1 1 1
Growth 1 1 1
Affection 1 1 1
Resolve 1 1 1
Total 6 6 6
Interpretasi nilai rata-rata: ≤5 = Buruk; 6-7 = Cukup; 8-10 = Baik

Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 6, dengan interpreasi Cukup.

c. Fungsi Patologis
Fungsi patologis pada suatu keluarga dinilai dengan menggunakan
skor SCREEM:
Variable Penilaian
Penilaian
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara,
partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan cukup aktif.
Cultural Kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun lingkungan,
banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran agama juga baik, hal ini
dilihat dari keluarganya yang rutin menjalankan ibadah seperti sholat.
Economic Ekonomi keluarga tergolong cukup untuk memenuhi kebutuhan primer.
Education Tingkat Pendidikan keluarga kurang karena orang tua hanya lulusan
SD dan SMP
Medical Keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai dan juga telah terdaftar sebagai peserta JKN.
 Pemecahan Masalah Kesehatan Keluarga
Skor
Kategori Keterangan
1 3 5
1. Kemandirian fisik X Seluruh anggota keluarga dalam kondisi baik
dan tidak dalam keadaan cacat. Kegiatan
sehari-hari dapat dilakukan untuk masing-
masing anggota keluarga, kecuali An. MZ
2. Kemampuan X Keluarga bila sakit mencari obat dengan
mengobati datang ke pustu atau puskesmas.
3. Pengetahuan X Tn. SS dan Ny. M kurang mengetahui tentang
tentang kondisi penyakit yang keluarganya derita
penyakit
4. Penerapan prinsip X Keadaan rumah kurang bersih.
kebersihan diri.
5. Perilaku X Keluarga An.MZ memahami pentingnya
kesehatan tenaga kesehatan dalam menangani
permasalahan kesehatan di keluarganya.
6. Kemampuan X Seluruh anggota keluarga saling mendukung
emosional dan memahami pentingnya keluarga. Ketika
salah satu anggota keluarga yang sakit, yang
lain membantu untuk mengatasinya.
7. Pola hidup X Pola hidup keluarga dalam mengatasi dan
keluarga mencegah penyakit yang dialami pasien dan
keluarga kurang optimal.
8. Lingkungan fisik X Secara umum kondisi rumah belum memenuhi
kriteria rumah sehat Depkes.
9. Pemanfaatan X Akses yang cukup dekat dengan fasilitas
sumber daya kesehatan dalam hal ini puskesmas memudahkan
pelayanan keluarga Tn. SS dalam memanfaatkan sumber
kesehatan daya pelayanan kesehatan tersebut.
III. PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN

Biologis

Perilaku
Lingkungan
 Kurangnya kesadaran
 Agen (kutu) berada di
menjaga kebersihan
dalam dan di luar rumah.
rumah (keluarga)
SKABIES  Sekeluarga dan teman
 Tidur dan beraktivitas
sepermainan menderita
fisik bersama ISPA skabies
 Tidak menerapkan CTPS
MAGH  Terdapat teman
dengan baik
sepermainan
 Sumber pencahayaan
(sinar matahari) yang
masuk ke dalam rumah
kurang
Pelayanan Kesehatan

Tidak ada program dari


puskesmas
IV. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Dari hasil hetero-anamnesis didapatkan keluhan gatal-gatal di kulit
terutama dirasakan pada malam hari, hal ini disebabkan karena skabies
beraktivitas saat udara dingin (malam hari). Selain itu, seluruh keluarga
pasien mengalami keluhan serupa, hal ini disebabkan karena skabies
menyerang manusia secara berkelompok. Dari hasil pemeriksaan fisik
ditemuka lokasi lesi yaitu disela jari, telapak tangan, pergelangan tangan,
sekitar ketiak bagian bagian belakang, kedua kaki, yang merupakan tempat
predileksi dari skabies. Efloresensi skabies yang ditemukan pada pasien ini
berupa vesikel multipel, disertai ekskoriasi dan pustul yang menandai
adanya infeksi sekunder pada lesi kibat garukan.
2. Aspek Klinik
Dari anamnesis didapatkan 2 dari 4 tanda kardinal dari skabies, yaitu
gatal-gatal terutama pada malam hari (pruritus nokturna) serta menyerang
manusia secara berkelompok dalam suatu rumah atau pemukiman padat
penduduk. Sehingga diagnosa Skabies dapat ditegakkan.

3. Aspek risiko internal


Pasien merupakan anak berusia 1,5 tahun, sehingga segala kebutuhan
pasien masih bergantung pada keluarga.

4. Aspek keluarga
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran keluarga tentang perilaku hidup
bersih dan sehat serta keluarga tidak mengetahui tentang penyebab, cara
penularan dan cara mengatasi keluhan gatal yang mereka alami.

5. Skala fungsional
Skala fungsional pasien yaitu kelas IV dikarenakan pasien masih anak-
anak berusia 1,5 tahun yang masih membutuhkan bantuan dan tergantung
pada keluarga.
FOLLOW UP
Rencana Penatalaksanaan Pasien Rencana Penatalaksanaan Pasien

No. Kegiatan Rencana intervensi Sasaran Waktu Hasil yang


diharapkan
1. Aspek personal
Evaluasi: Keluarga 3 hari - Keluarga dapat
- Keluhan utama, mengetahui
harapan, dan mengenai penyakit
kekhawatiran keluarga skabies sehingga
Intervensi: kekhawatiran
- Edukasi kepada keluarga mengenai
keluarga mengenai kondisi pasien dan
penyakit Skabies, cara keluarga akan
penularan, cara berkurang
pencegahan, serta cara - Keluarga
penanganan yang tepat mengetahui bahwa
skabies bisa saja
kembali muncul
dalam keluarga
tersebut apabila
kebersihan diri dan
rumah tidak dijaga
2. Aspek klinik
Skabies Evaluasi: Keluarga 5 hari  Perbaikan kondisi
 Pemantauan kondisi klinis pasien
klinis pasien  Melakukan
 Pemantauan pola pencegahan dan
perilaku hidup pasien penanganan
dan keluarganya mengenai
Terapi: terjadinya skabies
 Non Farmakologis: berulang
o Menganjurkan  Menjaga
keluarga untuk kebersihan diri
menjaga kebersihan dan keluarga
diri, salah satunya  Berat badan
menerapkan CTPS pasien naik
o Menyarankan
membersihkan
rumah tiap hari
o Menganjurkan
keluarga untuk
makan gizi
seimbang agar berat
badan anak naik

 Terapi farmakologi :
Ctm 2x ¼
Salep 2-4

Edukasi:
 Menjelaskan tentang
penyakit skabies
 Pentingnya terapi non
farmakologis
3. Aspek risiko internal
 Keluarga harus lebih Edukasi: Keluarga 1 hari  Keluarga
memperhatikan  Melakukan mengerti perilaku
kesehatan pasien pemberantasan dan mereka apabila
pencegahan skabies tidak diubah
berulang, dengan cara dapat membuat
menjaga kebersihan penyakit skabies
 Aspek perilaku ini terus berlanjut
keluarga serta aspek
lingkungan memiliki
peranan penting
terhadap terjadinya
penyakit
4. Aspek psikososial
 Kurangnya Edukasi: keluarga 1 hari  keluarga pasien
pengetahuan Mengenai penyakit pasien mengerti
mengenai penyakit skabies, faktor resiko mengenai skabies
skabies munculnya penyakit, cara dan
pemberantasan, menghilangkan
pencegahan, tatalaksana, anggapan bahwa
dan hal yang mungkin penyakit kulit ini
terjadi apabila tidak penyakit yang
ditangani segera biasa terjadi
 Kurangnya Edukasi: Keluarga 5 hari  Pasien dan
pengetahuan  Pentingnya kebersihan pasien keluarga pasien
kesadaran untuk lingkungan dapat
menerapkan pola membiasakan diri
hidup sehat menjaga
dengan menjaga kebersihan diri
kebersihan rumah dan lingkungan
dan lingkungan
Tindak Lanjut Dan Hasil Intervensi Pasien
Tanggal Kegiatan dan Hasil
Kunjungan Kegiatan:
pertama - Pada kedatangan pertama ini, dilakukan evaluasi apakah terdapat
(13/1/19) perbaikan kondisi klinis dari pasien setelah pengobatan di
Puskesmas.
- Menelaah masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga.
- Menelaah lingkungan rumah dan perilaku dari setiap anggota
keluarga pasien.
- Melakukan wawancara untuk mengetahui masalah kesehatan
keluarga pasien dan melakukan pemeriksaan.
Hasil:
 Keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke Poli Anak
Puskesmas sudah mulai berkurang, namun masih terasa gatal, pasien
juga masih sering menggaruk tubuhnya
 Melalui wawancara, diketahui bahwa keluarga pasien masih ada
yang belum berobat, obat yang didapat dari puskesmas hanya
diberikan untuk pasien
 Keluarga masih belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
yang tepat.
 Ayah pasien masih sering merokok dan batuk
Intervensi:
 Pada kedatangan pertama ini, intervensi yang dilakukan adalah
edukasi terhadap keluarga mengenai penyakit skabies terutama cara
penularan dan cara pemberantasannya.
 Mengedukasi keluarga pasien agar semua anggota keluarga yang
memiliki keluhan yang sama dengan pasien juga berobat ke fasilitas
kesehatan terdekat
 Edukasi tentang PHBS.
 Edukasi tentang lingkungan sehat.
 Menyarankan ayah pasien untuk mengurangi sedikit konsumsi rokok
Kunjungan Kegiatan:
kedua - Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari pasien.
(20/1/19) - Melakukan wawancara untuk mengetahui masalah kesehatan
keluarga pasien dan melakukan pemeriksaan.
- Wawancara untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan
munculnya masalah kesehatan di setiap anggota keluarga.
Hasil:
- Menurut ibu pasien, pasien masih mengeluhkan gatal pada bagian
tubuhnya, namun sudah tidak terlalu sering lagi menggaruk dan
sudah bisa tidur dengan nyenyak pada malam hari.
- Keluarga pasien masih belum ada yang berobat untuk keluhan
gatalnya tersebut
- Ibu pasien mengatakan bahwa baju, seprai dan selimut keluarganya
yang dipakai sudah ia cuci, jemur dan setrika. Namun masih belum
bisa menjemur bantal dan kasur
- Faktor resiko masih dirasakannya rasa gatal pada keluarga adalah
karena belum semua anggota keluarga yang menjalani pengobatan,
walaupun baju, seprai dan selimut telah dibersihkan
- Ibu pasien sudah mau memulai untuk menerapkan CTPS pada 5
waktu cuci tangan
- Batuk pada ayah pasien sudah berhenti, namun jumlah konsumsi
rokok masih belum bisa dikurangi
Intervensi:
- Edukasi tentang PHBS.
- Edukasi terhadap keluarga pasien agar mau berobat.
- Edukasi keluarga agar mengonsumsi gizi seimbang dan memantau
berat badan pasien serta tidak membiarkan anak memasukkan
benda asing ke dalam mulutnya
Kunjungan Kegiatan:
ketiga - Mengevaluasi perbaikan klinis dari gejala penyakit pasien dan
(26/1/19) keluarganya.
- Mengamati PHBS pasien dan keluarganya.
- Melakukan pengukuran berat badan pasien
Hasil:
- Keluarga dan pasien terkadang masih merasakan keluhan gatal-
gatal di malam hari namun sudah tidak seperti pada awal terkena
- Keluarga masih belum ada yang pergi berobat ke puskesmas untuk
mengobati keluhannya dengan alasan suami belum ada waktu
untuk mengantarkan ke puskesmas
- PHBS pasien dan keluarganya masih kurang, namun ibu pasien
sudah mulai membiasakan diri melakukan CTPS di rumah.
- Berat badan pasien saat ditimbang mengalami kenaikan 0,5 kg,
yakni dari 9,6 kg naik menjadi 10,1 kg
Intervensi:
- Edukasi mengenai PHBS pada keluarga
- Meminta ibu untuk membelikan salep 2-4 di apotek jika anggota
keluarga tidak bisa datang berobat ke puskesmas bersamaan
- Keluarga harus tetap memantau pola makan pasien agar berat
badannya tetap naik tidak turun lagi
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien
1. Faktor internal
 Keluarga pasien terbuka terhadap edukasi dan motivasi yang diberikan
Pembina.
 Dukungan dan perhatian keluarga terhadap kesehatan pasien dan
setiap anggota keluarga.
 Pasien dan keluarga memiliki BPJS.
2. Faktor eksternal
 Kondisi sosio-ekonomi yang cukup mendukung sehingga pasien dan
keluarga bisa menerapkan edukasi yang diberikan

Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien


 Kemauan keluarga untuk berobat bersama-sama.
 Status kesehatan pasien masih bergantung terhadap bagaimana keluarga
menyikapinya.
 Ayah pasien sulit berhenti merokok.

Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya


 Mengedukasi keluarga pasien untuk berupaya menghentikan kekambuhan
penyakit skabies di keluarganya.
 Mengajak keluarga pasien untuk terus bergaya hidup sehat dengan
menjaga kebersihan diri dan rumah, melakukan CTPS pada 5 waktu cuci
tangan, memperhatikan pola makan, menambah kegiatan/aktivitas fisik,
serta menjalani hidup sehat agar anggota keluarga lainnya tidak memiliki
kecenderungan untuk sakit terutama pada musim seperti ini.

Anda mungkin juga menyukai