20014101103
Supervisor Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
20014101103
Masa KKM:
Supervisor Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat
dan penyertaan-Nya maka saat ini penyusun dapat menyusun Referat dengan Judul
”GAMBARAN RADIOLOGI PADA ABSES HEPAR PIOGENIK”. Referat ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Ilmu Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi/RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dr. Joan F. J. Timban, M.Kes,
Sp.Rad atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan Referat ini.
Penyusun menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari sempurna, baik dari isi, tata
penulisan, maupun bahasa yang digunakan dalam Referat ini..Penyusun juga menyadari bahwa
pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman penyusun yang masih minim oleh karena itu,
penyusun menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penulisan Referat ini.
Kritik dan masukan dari pembaca sekalian akan diterima oleh penyusun dengan senang hati
untuk mengembangkan Referat ini lebih lanjut. Semoga Referat ini dapat bermanfaat untuk
Penyusun
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 4
A. Definisi..........................................................................................................................................................6
B. Patofisiologi.................................................................................................................................................9
C. Epidemiologi...............................................................................................................................................8
D. Diagnosis.....................................................................................................................................................11
a). Pemeriksaan USG Abses Hati Piogenik.......................................................................................10
4
BAB I
PENDAHULUAN
Abses hati telah dikenal sejak zaman Hippocrates (400 SM). (1) Sampai sekarang penyakit ini
masih merupakan masalah di bagian bedah dengan angka morbiditas dan mortilitas yang tinggi. (1,2)
Penyakit ini banyak ditemukan pada anak di negara berkembang, terutama yang tinggal di daerah
Pada tahun 1938, Ochsner dkk (dikutip oleh Nickloes TA, 2009) pertama kali melaporkan suatu
serial kasus abses hati piogenik dengan case fatality rate 77%. (1) Diagnosis dini dan terapi yang
adekuat berhubungan dengan hasil yang lebih bagus.(5) Kemajuan di bidang radiologi diag-nostik
dan intervensi selama 3 dekade terakhir telah menghasilkan suatu prosedur invasif yang minimal
dalam tatalaksana penyakit ini. Kombinasi antibiotik dengan teknik drainase perkutaneus
merupakan terapi yang banyak digunakan, namun sebagian kecil pasien tidak mengalami perbaikan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Abses adalah pengumpulan cairan pus tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri,
protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ
tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak, Abses hati merupakan infeksi pada hati yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, parasit, jamur, ditandai dengan proses supurasi dengan pembentukan pus,
terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel inflamasi, sel darah dalam parenkim hati. Organisme
mencapai hati melalui infeksi asendens di saluran empedu (kolangitis asendens), melalui pembuluh
darah baik porta atau arteri, infeksi langsung ke hati dari sumber disekitar, luka tembus. Abses hati
timbul pada keadaan defisiensi imun (lanjut usia, imunosupresi, kemoterapi kanker disertai
Ada tiga bentuk utama dari abses hati, diklasifikasikan oleh etiologi, yaitu Abses hati piogenik
(AHP/ Hepatic Abcess, Bacterial Liver Abcess), Abses hati Amoeba (AHA), dan Abses hati Jamur.
Yang paling sering polymicrobial, menyumbang 80% dari kasus abses hati di Amerika Serikat.
AHP tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di daerah tropis dengan sanitasi kurang. Etiologi
AHP secara relatif jarang. Hal ini telah dijelaskan sejak waktunya Hippocrates (400 masehi),
dengan review pertama yang diterbitkan oleh Bright muncul pada 1936. Pada era pre-
Bakteri pathogen melalui a. hepatica atau sirkulasi vena portal masuk ke dalam hati,
sehingga terjadi bakterimia sistemik, atau menyebabkan komplikasi infeksi intraabdominal
(diverticulitis, peritonitis, dan infeksi post operasi). Sedangkan saat era antibiotik, terjadi
peningkatan insidensi AHP akibat komplikasi dari sistem biliaris (kolangitis, kolesistitis). Hal ini
karena makin tinggi angka harapan hidup dan makin banyak pula orang lanjut usia dikenai
penyakit sistem biliaris ini. AHP juga bisa akibat trauma, luka tusuk / tumpul, dan kriptogenik.
Abses hati piogenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari(7)
1. Vena porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan pileflebitis porta
2. Saluran empedu merupakan sumber infeksi yang tersering. Kolangitis septik dapat
3. Infeksi langsung seperti luka penetrasi, fokus septik berdekatan seperti abses
5. Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada organ lanjut usia.
B. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi infeksi di sepanjang saluran pencernaan, mikroorganisme penyebab infeksi dapat
sampai ke hati. Mikroorganisme tersebut masuk ke hati melalui sitem billier, sistem vena porta,
sistem arterial hepatik. Kuman yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan akan
jaringan dengan cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis),
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin yang ada
hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada perubahan kondisi respon
imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak jaringan. Agent fisik dan bahan
kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan jaringan, kematian jaringan menstimulus untuk
terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda
awal yang terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor
terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi secara sistemik.
Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih
tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi. Peradangan terjadi perubahan
diameter pembuluh darah mengalir keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Sel-sel
darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona plasmatik. Leukosit menempel pada epitel
sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang
kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik
meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga
ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi
jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator
kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin merusak ujung saraf sehingga
menimbulkan nyeri dan muncul gangguan pola tidur. Adanya edema akan mengganggu gerak
jaringan sehingga mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas.
(8)
C. EPIDEMIOLOGI
Di Negara-negara yang sedang berkembang, AHA didapatkan secara endemik dan jauh lebih
sering dibandingkan AHP. AHP ini tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di daerah tropis
dengan kondisi hygiene /sanitasi yang kurang. Secara epidemiologi, didapatkan 8-15 per kasus
AHP yang memerlukan perawatan di RS, dan dari beberapa kepustakaan Barat, didapatkan
dari 40 tahun.
D. DIAGNOSIS
Diagnosis dilakukan berdasarkan keberadaan udara pada ruang pleura yang dapat disimpulkan
1. Ultrasonografi Hepar
pemeriksaan dengan Colour Doppler akan sulit dijumpai perfusi pembuluh darah
gambaran dinding yang lebih hiperekoik (enhancement) pada arterial phase dan
akan segera menghilang pada portal or late phases. Daerah nekrotik akibat abses
karakteristik lesi, menilai ukuran lesi, dan melihat gambaran septa pada abses.
Pada abses dengan ukuran kecil (< 3cm) dan dengan septa yang lebih tebal, tidak
Abses hepar pada USG khasnya tidak berbatas tegas dengan penampakan yang
bervariasi, mulai dari gambaran dominan hipoekoik.
lesi yang solid dan sering disalah artikan sebagai tumor hepar.
2. CT-Scan Abdomen
pada bagian perifer sedangkan bagian tengah lesi lebih hipodense. Biasanya
akan terlihat juga gambaran yang solid dan mengandung gas Occasionally.
hepar.
Gambaran CT-Scan pada Abses Hepar.
CT (C+ portal venous phase) abses hepar besar pada lobus kiri hepar
BAB III
PENUTUP
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri, parasit,
jamur, ditandai dengan proses supurasi dengan pembentukan pus, terdiri dari jaringan hati
nekrotik, sel inflamasi, sel darah dalam parenkim hati. Ada tiga bentuk utama dari abses
hati, diklasifikasikan oleh etiologi, yaitu Abses hati piogenik (AHP/ Hepatic Abcess,
Bacterial Liver Abcess), Abses hati Amoeba (AHA), dan Abses hati Jamur.
terhadap kasus abses hepar, akan didapatkan gambaran beragam mulai dari gambaran
hipoekoik hingga hiperekoik, sedangkan pada pemeriksaan ct-scan umumnya akan didapatkan
gambaran yang lebih hiperdense pada bagian perifer sedangkan bagian tengah lesi lebih hipodense.
DAFTAR PUSTAKA
1. Malik AA, Bari SUL, Rouf KA, Wani KA. Pyogenic liver abscess: Changing patterns in
2. Khan R, Hamid S, Abid S, Jafri W, Abbas Z, Islam M, et al. Predictive factors for early
4. Heneghan HM, Healy NA, Martin ST, Ryan RS, Nolan N, Traynor O, et al. Modern
management of pyogenic hepatic abscess: a case series and review of the literature.
5. Abses Hepar;https://fdokumen.com/document/tinjauan-pustaka-abses-hepardocx.html. Di
6. Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
2003 : 737-86