Anda di halaman 1dari 19

Refarat MEKANISME HAPPY

HYPOXIA PADA PASIEN


COVID-19
PEMBIMBING:
DR. EKA YUDHA LANTANG, SP.AN, M.M, M.MIN

BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
PENDAHULUAN
Penyakit COVID 19 adalah penyakit dengan tanda dan gejala yang bervariasi mulai
dari tidak menunjukan gejala (asimtomatik), gejala ringan yang menyerupai flu,
sampai gejala berat yang membahayakan nyawa seperti sesak nafas. Masyarakat
mungkin sudah mengenal tanda dan gejala penyakit COVID 19 yang umum
ditemukan seperti batuk, pilek, demam, nyeri tenggorokan dan kehilangan indra
penciuman, namun tidak banyak yang mengetahui tentang fenomena “Happy
Hypoxia”.
DEFINISI HAPPY HYPOXIA
keadaan dimana terdapat hipoksemia arterial berat pada pasien
namun tidak ada keluhan sesak nafas ataupun tanda gangguan
nafas yang proporsional.
Umumnya pasien datang ke RS dengan gejala ringan
perburukan cepat meninggal
Kasus Happy pada COVID-19 pertama kali dilaporkan pada
April 2020,
ETIOLOGI HAPPY HYPOXIA

Terjadinya Happy Hypoxia yang diteliti pada 16 pasien COVID-


19 dengan kadar oksigen yang sangat rendah yang tidak memiliki
gejala hypoksia yaitu;
Rendahnya kadar karbon dioksida ditubuh pasien Covid-19
Virus Corona merusak bagian otak yang seharusnya merespon
hypoksia
PATOGENESIS • Tubuh kita memiliki
berbagai reseptor yang
memiliki perubahan kadar
oksigen dalam tubuh
parenkim paru, otot, aorta
• Reseptor mendeteksi
perubahan kadar oksigen
tubuh mengirim sinyal
via saraf eferen ke batang
otak korteks sereberi
menghantarkan respom via
saraf eferen ke efektor
peningkatan frek.nafas,
kerja otot nafas, dll
Patogenesis “Happy Hypoxia” masih belum dapat dijelaskam
dengam pasti
Pada covid 19 mekanisme belum jelas. Namun, dicurigai
terdapat kerusakan pada saraf eferen akibat badai sitokin,dan
infeksi covid19 gangguan hantaran stimulasi ke batang otak
dan korteks serebri tidak muncul respon tubuh terhadap
perubahan kadar oksigen
Meneyebabkan covid 19 idak muncul gejala sesak nafas.
MANIFESTASI KLINIS
Tidak muncul gejala sesak nafas meski sudah terdapat penurunan
kadar saturasi oksigen saat dilakukan pemeriksaan menggunakan
oximetry (SpO2<90%) namun tidak memiliki gejala pernafasan
yang spesifik,tidak mengalami kesulitan bernafas dan terlihat
baik-baik saja.
PATOFISIOLOGI
Penyebab happy hypoxemia pada COVID-19 masih belum
diketahui secara menyeluruh. Saat ini, ada beberapa penjelasan
mengenai patofisiologi keadaan tersebut, yakni 
1. intrapulmonary shunting,
2. hilangnya regulasi perfusi paru-paru normal,
3. mikrotrombus intravaskuler,
4. gangguan kapasitas difusi paru,
5. Efek Virus terhadap Hypoxia-Sensing Neuron

Mekanisme Infeksi COVID-19 ke sistem


saraf
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana utama
 Pengurangan badai sitokin tetap menjadi tujuan terapi utama. 
 Moore dkk. menyarankan penggunaan aktivator plasminogen
jaringan (tPA) untuk mengobati ARDS pada COVID-19.
Selain itu, mengatasi komplikasi protrombotik sistemik
menggunakan obat antiinflamasi
Penatalaksanaan medis pasien Covid-19 dengan happy hypoxia
1. terapi non farmakologis yaitu;
 suplementasi oksigen,
istirahat total,
 terapi cairan, intake kalori adekuat.

2. melakukan kolaborasi dalam terapi farmakologi:


klorokuin fosfat hidroksiklorokuin dosis 400 mg/24jam/oral (untuk 5 hari),
azitromisin 500 mg/24 jam (untuk 5 hari),
antivirus: Oseltamivir, Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg),
vitamin B1 1ampul/24 jam/intravena.

3. pemeliharaan jalan nafas dan keempat pencegahan infeksi.

Mengenai ventilasi, oksigen tambahan adalah langkah pertama dalam memfasilitasi


oksigenasi.
 Pada pasien dengan kegagalan pernapasan hipoksemia
refrakter (meningkatkan fraksi shunt), intubasi tepat waktu
tetapi tidak prematur dan dukungan ventilasi invasif mungkin
lebih unggul.

Kondisi happy hypoxia pada saat masuk menjadi alasan kami


tidak segera melakukan intubasi dan ventilasi mekanik pada
pasien ini, karena penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
dokter harus menghindari terapi oksigen agresif untuk happy
hypoxia COVID-19 seperti intubasi dan ventilasi mekanik,
karena tindakan tersebut dapat membahayakan paru-paru
yang mengembang sendiri.
Langkah-langkah mencegah terjadinya kemunduran klinis pada kondisi pasien
KOMPILKASI
 ARDS (Acute Respiratory Disstres Syndrom)
Gangguan ginjal akut
Jejas Kardiak
Disfungsi Hati
Syok Sepsis
Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID)
PROGNOSIS
Pada beberapa pasien Covid19 tidak mengalami tanda-tanda yang mengarah
ke hypoxia dan membuat secara tidak sengaja dapat mengarah pada
kesimpulan bahwa pasien tidak dalam kondisi kritis. Tetapi perlu
diperhatikan kasus-kasus yang tidak mengalami tanda-tanda hypoxia dapat
dengan cepat melompati tahapan perubahan kondisi klinis dan terjadi ARDS,
serangan jantung, dan dapat mengakibatkan kematian.
KESIMPULAN
 Sangat penting untuk mengenali bahwa beberapa pasien Covid-19 telah
mengalami hipoksia. namun tanpa tanda-tanda yang mengarah pada terjadinya
ARDS, dimana pasien tidak memperlihatkan sianosis maupun keluhan sensasi
dispnea.
 Oksimetri nadi harus diinterpretasikan dengan hati-hati, karena kurva disosiasi
oksihemoglobin bergeser ke sisi kiri. Untuk dokter, adanya ‘happy’ hipoksia pada
pasien Covid-19, yang telah terjadi hipoksia, secara tidak sengaja dapat mengarah
pada kesimpulan bahwa pasien tidak dalam kondisi kritis. Kasus-kasus tersebut
dapat dengan cepat melompati tahapan perubahan kondisi klinis dan terjadi ARDS,
dengan serangan jantung dan pernapasan yang bersamaan dapat mengakibatkan
kematian
DAFTAR PUSTAKA
Archer SL, Sharp WW, Weir EK. Differentiating COVID-19 Pneumonia From Acute Respiratory Distress Syndrome and High Altitude Pulmonary
Edema: Therapeutic Implications. Circulation. 2020 Jul 14;142(2):101–4
Dewi DAP, Utama WT. Happy Hypoxia Pada Pasien Covid-19. Bagian Etikomedikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Medula.
Vol.10. No.4. Januari 2021
Dhont et al. The pathophysiology of ‘happy’ hypoxemia in COVID-19. Respiratory Research (2020) 21:198
https://doi.org/10.1186/s12931-020-01462-5
Garcés Villalá, S D Rico, Cortez Quiroga, Gui-Rado J L Calvo, Guadalquivir A. COVID 19. Pathophysiology and prospects for early detection in
patients with mild symptoms of the controversial virus in underdeveloped countries: An update on the state. 2020 [cited 2020 Aug 25]; Available
from: http://rgdoi.net/10.13140/RG.2.2.29110.24647
Gonzalez‑Duarte, Alejandra dan Lucy Norcliffe‑Kaufmann. Is ’happy hypoxia’ in COVID‑19 a disorder of autonomic interoception?A hypothesis
(2020).Springer (Letter To The Editor). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7362604/
Ottestad W, Seim M, Mæhlen JO. Covid-19 med stille hypoksemi. Tidsskrift for Den norske legeforening [Internet]. 2020 [cited 2020 Aug 26];
Available from: https://tidsskriftet.no/2020/04/kort-kasuistikk/covid-19-med-stille-hypoksemi
Sebastiaan Dhont, Eric Derom, Eva Van Braeckel, Pieter Depuydt, and Bart N. Lambrecht. The pathophysiology of ‘happy’ hypoxemia in COVID-
19 2020; 21: 198.
Tobin MJ, Laghi F, Jubran A. Why COVID-19 Silent Hypoxemia Is Baffling to Physicians. American Journal of Respiratory and Critical Care
Medicine. 2020 Aug 1;202(3):356–60.
Tobin, Martin J., Franco Laghi, dan Amal Jubran. Why COVID-19 Silent Hypoxemia Is Baffling to Physicians. (2020)American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine Volume 202 Number 3. https://www.atsjournals.org/doi/pdf/10.1164/rccm.202006-2157CP
Widysanto A, Wahyuni TD, Simanjuntak LH, et al. Happy hypoxia in critical COVID‐19 patient: A case report in Tangerang, Indonesia. Physiol
Rep. 2020;8:e14619 10.14814/phy2.14619
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai