Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Milawati 2010913220020
Mutiara Khadijah 2010913320006
Nurlina Syifawati 2010913320009
Rahmi 2010913320001
Rizka Ananda Ungang 2010913220028
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
PEMBAHASAN
Ada dua macam gagal napas, yaitu gagal napas akut dan gagal kronis yang
masing-masing memiliki definisi yang berbeda. Gagal napas akut adalah
gagal napas yang terjadi pada pasien yang memiliki struktur dan fungsi
paru normal sebelum timbulnya penyakit. Sedangkan gagal kronis adalah
gagal napas yang terjadi pada pasien dengan penyakit kronis seperti
bronkitis kronis, emfisema. Pasien memiliki toleransi terhadap hipoksia
dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap (Sakti et al., 2021).
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi atau gejala klinis awal dari pasien gagal napas biasanya
pasien datang dengan gejala pernafasan (misalnya dispnea, batuk,
hemoptisis, produksi sputum, dan mengi); namun, gejala dari sistem
organ lain (yaitu nyeri dada, penurunan nafsu makan, nyeri ulu hati,
demam, dan penurunan berat badan yang signifikan) juga
penting. Hilangnya penciuman dan/atau paparan terhadap orang sakit atau
kontak tanpa pelindung dengan orang yang terinfeksi virus corona
(COVID-19) merupakan hal yang penting dalam mencurigai penyakit
COVID-19 dan kegagalan pernafasan terkait, terutama pada pasien
berisiko tinggi (pasien lanjut usia, pria, dan pasien dengan penyakit tidak
menular) dan obesitas. Untuk populasi tertentu, adanya kondisi
imunokompromais atau penggunaan imunosupresan juga penting dalam
membuat stratifikasi risiko pada pasien yang berisiko mengalami gagal
napas sejak dini Mirabile et al (2023).
Adapun tanda-tanda gagal napas mungkin muncul di seluruh tubuh antara
lain Mirabile et al (2023):
• Inspeksi umum: penggunaan otot tambahan, perubahan status mental,
cachectic, dispnea percakapan, diaforesis, demam, gangguan
pernapasan (saat istirahat atau saat beraktivitas), obesitas, dan
pernapasan berbibir tipis
• Kepala: Cushingoid, sianosis sentral, sindrom Horner, dan
konjungtiva pucat
• Leher: Distensi vena jugularis, limfadenopati, dan deviasi trakea
• Dada/toraks: Ekspansi dada asimetris, bradipnea, bunyi napas
bronkial, pernapasan Cheyne-Stoke, krekel, penurunan suara napas,
tumpul pada perkusi, hiperresonansi pada perkusi, pernapasan
Kussmaul, kyphoscoliosis, P2 keras, pernapasan paradoks, pectus
carinatum, pectus excavatum, gesekan pleura, berkurangnya ekspansi
dada, ronki, stridor, takipnea, fremitus vokal taktil, bunyi napas
vesikular, resonansi vokal, mengi, dan pectoriloquy berbisik
• Perut: Hepatomegali
• Ekstremitas atas: Asteriksis, jari tabuh, sianosis perifer, noda
tembakau, dan tremor
• Ekstremitas bawah: Edema, sianosis perifer, dan pembengkakan
unilateral.
G. Nursing Pathway Gagal Napas
H. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik gagal napas meliputi:
1) Inspeksi
Kesulitan bernapas tampak dalam perubahan irama dan frekuensi
pernapasan. Keadaan normal frekuensi pernapasan 16-20 x/menit dengan
amplitudo yang cukup besar, sehingga menghasilkan volume tidal sebesar
500ml. Jika seseorang bernapas lambat dan dangkal, itu menunjukan
adanya depresi pusat pernapasan. Penyakit akut paru sering menunjukan
frekuensi pernapasan lebih dari 20x/menit atau karena penyakit sistemik
seperti sepsis, perdarahan, syok, dan metabolik seperti diabetes melitus.
Adanya tanda sianosis masih sukar ditentukan, bila saturasi oksigen darah
arteri belum dibawah 80% atau bila tekanan parsial oksigen darah arteri
dibawah 50 mmHg. Sianosis tipe sentral dapat dilihat dari perubahan
warna mukosa yang semula kemerahan menjadi kebiruan terutama pada
mukosa pipi, bawah lidah, dan bibir sebelah dalam. Sianosis tipe perifer
terjadi karena sirkulasi darah buruk serta hasil yang rendah, ditandai
dengan adanya warna kebiruan pada kuku disertai akral dingin.
2) Palpasi
Perawat harus memerhatikan adanya pelebaran ICS dan penurunan taktil
fremitus yang menjadi penyebab utama gagal napas.
3) Perkusi
Perkusi yang dilakukan oleh perawat dengan cermat dan seksama
membuatnya dapat menemukan daerah redup-rendah dengan suara napas
melemah yang disebabkan oleh penebalan pleura, efusi pleura yang cukup
banyak, dan hipersonor, bila didapatkan pnemothoraks atau empisema
paru.
4) Auskultasi
Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah ada bunyi napas tambahan
seperti wheezing dan ronkhi serta untuk menetukan dengan tepat lokasi
yang didapat dari kelainan yang ada.
J. Komplikasi
1) Paru
- Komplikasi yang sering terjadi adalah emboli paru, barotraumas,
fibrosis paru, dan komplikasi sekunder akibat alat mekanis yang
digunakan
- Pasien juga rentan terhadap pneumonia nosocomial
- Fibrosis paru dapat terjadi pasca acute lung injury yangterkait acute
respiratory distress syndrome (ARDS)
2) Kardiovaskular
- Komplikasi yang sering terjadi pada gagal napas akut adalah
hipotensi, menurunnya kardiak aoutput, aritmia, perikarditis, dan
infark miokard akut
- Komplikasi ini terkait dengan penyakit yang mendasari, ventilasi
mekanik, atau pemakaian kateter arteri pulmonaris
3) Gastrointestinal
- Komplikasi yang utama pada gastrointestinal akibat gagal napas akut
adalah perdarahan, distensi lambung, ileus, diare, dan
pneumoperitoneum
- Stress ulcer sering terjadi pada gagal napas akut
4) Infeksi
- Infeksi nosokomial sering terjadi, seperti pneumonia, infeksi saluran
kemih, catheter-related sepsis
5) Ginjal
- Acute Renal Failure (ARF) dan abnormalitas elektrolit dan
homeostasis asam basa sering terjadi
- ARF pada gagal napas akut berkaitan dengan buruknya prognosis
dan tingginya mortalitas. ARF ini terjadi akibat hipoperfusi renal dan
penggunaan obat nefrotoksik, termasuk bahan kontras radiologi
6) Nutrisi
- Malnutrisi akibat nutrisi enteral dan parenteral
- Komplikasi akibat nasogastric tubes yaitu distensi lambung dan
diare
- Komplikasi akibat nutrisi parenteral dapat berupa infeksi, ataupun
komplikasi metabolik (hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit)
K. Penatalaksanaan
1. Atasi Hipoksemia: Terapi Oksigen
Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan
pada pasienpasien dengan keadaan hipoksemia akut. Oksigen harus
segera diberikan dengan adekuat karena jika tidak diberikan akan
menimbulkan cacat tetap dan kematian.
2. Atasi Hiperkapnia: Perbaiki Ventilasi Jalan napas (Airway)
Jalan napas sangat penting untuk ventilasi, oksigenasi, dan pemberian
obat-obat pernapasan. Pada semua pasien gangguan pernapasan harus
dipikirkan dan diperiksa adanya obstruksi jalan napas atas.
Pertimbangan untuk insersi jalan napas buatan seperti endotracheal
tube (ETT) berdasarkan manfaat dan resiko jalan napas buatan
dibandingkan jalan napas alami.
3. Fisioterapi dada
Ditujukan untuk membersihkan jalan nafas dari sekret, sputum.
Tindakan ini selain untuk mengatasi gagal nafas juga untuk tindakan
pencegahan. Pasien diajarkan bernafas dengan baik, bila perlu dengan
bantuan tekanan pada perut dengan menggunakan telapak tangan pada
saat inspirasi. Pasien melakukan batuk yang efektif. Dilakukan juga
tepukan-tepukan pada dada, punggung, dilakukan perkusi, vibrasi dan
drainage postural. Kadang-kadang diperlukan juga obat-obatan
seperti mukolitik dan bronkodilator
KASUS
Keadaan umum: Pasien tidak sadarkan diri dengan skor GCS E1V1M1
(koma), terdapat luka pada kaki sebelah kanan dan luka pada kepala sebelah
kiri. Tanda-tanda vital pasien: Tekanan Darah: 124/72 mmHg, Nadi : 76
kali/menit, Suhu : 36,5, RR (ventilator) 16 kali/menit, RR (spontan) 0/menit,
Spo2 99 % (Dengan ventilator), berat badan 60kg. Hasil inspeksi terdapat
penggunaan otot bantu napas dibantu ventilator, tidak ada batuk, terlihat
cairan keluar dari mulut pasien, terdengar adanya suara gurgling. Terlihat
adanya deformitas pada bentuk wajah, luka pada kaki kanan dan daerah
kepala, ektremitas teraba dingin. Hasil pengkajian risiko jatuh menggunakan
Morse Fall Scale : 35 (Risiko Rendah).
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal masuk dan jam masuk klien di RS : 18 Juli 2023
Tanggal dan jam masuk klien di ICU/ICCU : 18 Juli 2023
Tanggal dan jam pengkajian : Tidak terkaji
A. Identitas Klien
Nama : Tn. X
Umur : 24 tahun
Tgl Lahir : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
No. Reg. : Tidak terkaji
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Hubungan : Tidak terkaji
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien pendarahan wajah dan tidak sadarkan diri.
2. Alasan Masuk RS
Pasien mengalami kecelakaan tunggal karena menabrak pohon,
saksi mengatakan wajah pasien terbentur keras ke batang pohon
lalu jatuh ke tanah, setelah kejadian pasien langsung tidak
sadarkan diri dan langsung dibawa warga setempat ke IDG
RSUD Ulin Banjarmasin untuk penanganan lebih lanjut.
3. Riwayat Alergi
Tidak terkaji
4. Riwayat Penyakit Sekarang
pasien masih tidak sadarkan diri dengan skor GCS E1V1M1
(koma) serta wajah pasien penuh darah karena perdarahan dari
hidung dan telinga setelah mendapatkan pertolongan pertama di
IGD pasien dibawa ke ruang ICU untuk dilakukan perawatan
intensif
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak terkaji
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terkaji
C. Pengkajian Keperawatan
Data umum:
Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 124/72mmHg.
Denyut Jantung: 76x/menit
Kecepatan Pernafasan: 16x/menit
Suhu: 36,50 C
SPO2: 99 % (dengan ventilator)
Berat Badan: 60 Kg
Tinggi Badan: tidak terkaji
Pengkajian Per sistem:
- Sistem Kardiovaskuler
Tidak terkaji
Masalah keperawatan:
- Sistem Respirasi
• Terdapat penggunaan otot bantu napas dibantu ventilator, tidak
ada batuk, terlihat cairan keluar dari mulut pasien, terdengar
adanya suara gurgling
Masalah keperawatan:
- Sistem Neurologis
Tidak terkaji
Masalah keperawatan: -
- Sistem Gastrointestinal
Tidak terkaji
Masalah keperawatan:
- Sistem Urogenital
Tidak terkaji
Masalah keperawatan: -
- Sistem Muskuloskeletal
• Terlihat adanya deformitas pada bentuk wajah, luka pada kaki
kanan dan daerah kepala, ektremitas teraba dingin
• Hasil pemeriksaan penunjang terlihat adanya fraktur pada
bagian temporal..
Masalah keperawatan:
- Sistem Integumen
Pasien terdapat luka pada kaki sebelah kanan dan luka pada kepala
sebelah kiri Masalah keperawatan:
- Sistem Endokrin
Tidak terkaji
Masalah keperawatan: -
- Pengkajian Psikologis
Tidak terkaji
- Pengkajian Sosial
• Keluarga mengatakan pasien dibawa ke IGD RSUD Ulin pada
tanggal 18 juli 2023 setelah mengalami KLLD.
• Pasien dibawa ke IGD RSUD Ulin oleh warga setempat
- Pengkajian Spiritual
Tidak terkaji
- Pengkajian budaya (Kultur)
Tidak terkaji
D. Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang beserta
interpretasinya
a) Hasil Laboratorium
➢ Hematologi
• Hemoglobin: 11.5 g/dl
• Leukosit: 10,6 ribu/µL
• Eritrosit: 4.07 Juta/µL
• Hematokrit: 38.6%
• Trombosit: 95 riibu/µL
• RDW-C: 14.5%
➢ MCV-MCH-MCHC
• MCV: 94.8 fL
• MCH: 28.3 pg
• MCHC: 29.8%
➢ Hitung Jenis
• Basofil: 0.2 %
• Eosinofil: 2.8%
• Neutrofil: 76.1%
• Limfosit: 12.8 %
• Monosit: 8.1%
• Basophil: 0.02 ribu/µL
• Eosinofil: 0.30 ribu/µL
• Neutrofil: 8.08 ribu/µL
• Limfosit: 1.36 ribu/µL
• Monosit: 0.86 ribu/µL
• HFLC: 90/ µL
• HFLC: 1 %
➢ Hitung Jenis
• Albumin: 3.5 g/dl
• SGOT: 70 U/L
• SGPT: 649 U/L
b) Hasil pemeriksaan penunjang terlihat adanya fraktur pada
bagian temporal.
E. Diagnosa Medis
Cidera Kepala Berat (CKB) + SAH + Gagal napas on ventilator
F. Penatalaksanaan yang telah dilakukan termasuk Medikasi dan
interpretasinya
-Tidak terkaji
ANALISA DATA
- Saksi kejadian di
tempat
kecelakaan
mengatakan Hambatan pertukaran
wajah pasien gas
terbentur keras ke
batang pohon
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
DO:
3. Kecelakaan dan Risiko ketidakefektifan
- Pasien mengalami benturan pada wajah perfusi jaringan serebral
penurunan (00039)
kesadaran dengan
GCS E1V1M1
(koma)
Cedera kepala
- Darah dan telinga
pasien
mengeluarkan
darah
- Adanya deformitas Deformitas dan fraktur
pada bentuk wajah pada kepala
- Terdapat luka pada
daerah kepala
- Pasien terpasang
ventilasi dengan
SPO2: 99%
- RR: 16x/menit Keluar darah dari
- Terdapat fraktur hidung dan telinga
pada bagian
temporal
DS:
Gangguan aliran darah
- Saksi di tempat
mengatakan wajah dan penurunan O2
pasien terbentur
Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
Diagnosa prioritas:
keparahan
cedera fisik
(1913)
setalah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24
jam
diharapkan
hasil
- perdarahan
dari skala 4
menjadi 5
- fraktur muka
dari skala 3
menjadi
skala 4
- cedera
kepala
tertutup dari
skala 4
menjadi 5
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, B. (2013). Aspek Klinis dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut pada
Anak. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 13(3), 173-178.
Mirabile, V, S., Eman, S., Abdulghani, S., & Bracken, B., 2023. Respiratory
Failure. National Library of Mecicine (NIH).
Roussos, C., & A, K., 2003. Respiratory failure. Europe Respiratory Journal,
22(47), pp. 3s-14s
Sakti, M., Ferianto, F., Siswoyo, D. V., Candita, F., & Ifani, R. F. (2021).
Tatalaksana Gagal Nafas Akut Akibat Edem Paru Akut pada Pasien
dengan Hipertensi. Collaborative Medical Journal (CMJ), 4(1), 26-
32.