Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Komunitas, Keluarga dan Gerontik
Disusun oleh :
RENI ANISA
NIM: J2014901019
a. Definisi
COVID-19 merupakan penyakit yang diakibatkan virus SARS-CoV-2. Wabah pneumonia virus
yang tidak diketahui dengan etiologinya pertama kali diperkenalkan di Wuhan, Cina pada 12
Desember 2019 (Ji et al., 2020).
Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut
coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV02) (Setiawan,
2020).
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit
yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) (WHO, 2020).
b. Epidemiologi
Pada awalnya data epidemiologi menunjukan 66% pasien berkaitan atau terpajan
dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan. Provinsi Hubei Tiongkok (Huang
et.al., 2020). Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukan adanya infeksi
coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, di beri nama 2019 novol Coronavirus (2019-
nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020. World Health Organization memberi nama virus
tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama
penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) (WHO,2020). Pada mulanya
transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia.
Jumlah kasus terus bertambah seiring berjalannya waktu. Selain itu, terdapat kasus 15
petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “
Super Spreader”.(Chanel News Asia,2020). Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi
pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia (Relman,2020). Sampai saat ini
virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut. Saat
ini ada sebanyak 65 negara terinfeksi virus corona. Menurut dat WHO pada tanggal 2 Maret
2020 jumlah penderita 90.308 terinfeksi Covid-19. Pada 2 Maret 2020, untuk pertama
kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif covid 19 di Indonesia. Namun,
pakar Epidemology Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyebutkan virus corona
jenis SARS- CoV-2 sebagai penyebab covid itu sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari.
Masuknya virus tersebut sangat mungkin terjadi melalui pintu-pintu gerbang di beberapa
wilayah di Indonesia (Pranita, 2020). Di Indonesia pun sampai saat ini terinfeksi 2 orang.
Angka kematian mencapai 3.087 atau 2,3% dengan angka kesembuhan 45.726 orang.
Terbukti pasien konfirmasi Covid-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di jakarta
dimana penderita kontak dengan seorang warga negara asing (WNA) asal Jepang yang
tinggal di Malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk dan
sesak napas (WHO,2020). Berdasarkan data sampai dengan 2 Maret 2020, angka mortalitas
di seluruh dunia 2,3% sedangkan khusu di Kota Wuhan adalah 4.9% dan di Provinsi Hubei
3,1%. Angka di Provinsi lain di Tiongkok adalah 0,16%. 8,9 Berdasarakan penelitian
terhadap 41 pasien pertama di Wuhan terdapat 6 orang meninggal (5 orang pasien di ICU
dan 1 orang pasien non-ICU) (Huang,et.al.,2020). Kasus kematian banyak pada orang tua
dan dengan penyakit penyerta. Kasusu pertama kematian pasien lalaki usia 61 tahun
dengan penyakit penyerta tumor intraabdomen dan kelainan di Liver (The straits Time,
2020).
-Batuk
-Kesulitan bernapas.
-Sesak memberat,
-Fatigue
-Mialgia
-Diare
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik
yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa
hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan
demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam
kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika
terinfeksi.
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
a. Tidak berkomplikikasasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak
spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri
tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan
bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi
gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak
diseertai dengan demam dan gejala relaatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak
memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda
pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan
batuk atau susah bernapas
atau tampak sesak disertai napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia
berat. 26
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas Tanda yang
muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress pernapasan berat atau
saturasi oksigen pasien <90% udara luar. Krititeria definisi SevereCommunity-acquired
Pneumonia(CAP)menurut Diseases Society of America/American Thoracic Society.
Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:
- Siananosis centntraral atau SpO2 <90%
Dalam menentukan pneumonia berat ini diagnosis dilakukan dengan diagnosis klinis,
yang mungkin didapatkan hasil penunjang yang tidak menunjukkan komplikasi.
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui kondisi
klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia
dideefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO2) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO2)
kurang dari< 300 mmHg.
Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto toraks, CT
Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan: opasitas
bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps paru atau nodul.
Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau
kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk
mengeksklusi penyebab hidrosttatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko.
Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam
menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi.
Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS.
Dewasa:
- ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau CPAP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi)
- ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau
tanpa diventilasi
- ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa
diventilasi
- Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga ARDS (termasuk pasien tanpa
ventilasi) 26
Anak:
- Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah : PaO2/FiO2 ≤ 300
mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
- ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) < 8 or 5 ≤ OSI < 7.5
- ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤ oxygenation index using SpO2
(OSI) < 12.3
d. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi atau
infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan status
mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin
berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah,
kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat
atau hiperbilirubinemia.
Menurut (PDPI, 2020) Berikut beberapa sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi :
a. Tidak Berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik.
Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorokan,
kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu di perhatikan bahwa pada pasien
dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus di temui tidak disertai dengan demam dan gejala
relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi,
sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia Ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda
pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau
susah bernafas.
c. Pneumonia Berat Pada Pasien Dewasa
-Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
-Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas > 30x/menit), distress pernapasan berat
atau saturasi oksigen pasien < 90% udara luar 26.
d. Penyebab/Faktor resiko
Covid 19 merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh sindrom pernapasan akut
coronavirus 2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS- CoV02) (Setiawan,
2020). Menurut Yelvi (2020) Faktor Resiko Covid- 19 adalah laki laki peroko adalah faktor dari
infeksi Covid-19. Begitu pula dengan pasien yang sudah ada penyakit bawaan sperti diabetes
melitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler (perokok,diabetes melitus serta hipertensi)
terdapat peningkatan pada reseptor ACE2. Pasien lanjut usia yang memiliki komorbiditas
seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan diabetes melitus
memiliki faktor resiko lebih besar terkena SARS-CoV-2. Selain itu juga pasien kanker lebih
beresiko tinggi terpapar Covid-19 karena keadaan imunosupresif sistemik mereka di sebabkan
kemoterapi dan pembedahan. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
faktor resiko yang paling penting adalah kontak langsung dengan penderita Covid-19, baik itu
yang tinggal serumah, atau yang memiliki riwayat bepergian ke tempat pandemik. Selain itu
tenaga medis adalah salah satu risiko tinggi tertular SARS-CoV-2 ini (Menurut Chen N dkk,
2020).
2. Data fokus
Lihat data di SDKI
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Do: Proses Penyakit Hipertermi
a.Kulit merah
b. Kejang
c. Takikardi
d.Takipnea
e. Kulit terasa hangat
f.Suhu tubuh diatas nilai normal
Ds:
-
2. Do: Hambatan Upaya Pola Nafas Tidak
a.Penggunaan otot bantu pernapasan Nafas (mis. Nyeri saat Efektif
b.Fase ekspirasi memanjang bernafas, kelemahan
c.Polanapas abnormal otot pernafasan)
Pernapasan cuping hidung
Ds:
a.Dispnea
b.Ortopnea
Ds:
a.Dispnea
b.Sulit bicara
Ds:
a.Dispnea
b.Pusing
c.Penglihatan kabur
3. Diagnosa keperawatan
SDKI
1. Hipertermi
2. Pola Nafas Tidak Efektif
3. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
4. Gangguan Pertukaran Gas
a. Definisi SDKI
Hipertermi Hipertermi adalah suhu tubuh meningkat
di atas rentang normal tubuh.
Pola Nafas Tidak Efektif Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi
dan/ atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat.
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif adalah
Ketidakmampuan membersihkan sekret
atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan napas tetap
pasien.
Gangguan Pertukaran Gas Gangguan Pertukaran gas adalah
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi
dan/atau eleminasi karbondioksida pada
membran alveolus-kapiler.
N Diagnos Penyebab Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda Minor Kondi
o a Mayor si
Klinis
1. Hiperter Proses penyakit Subjektif Subjektif Proses
mi a. Tidak ada a.Tidak ada infeksi
Objektif Objektif
a.Suhu tubuh di atas a.Kulit merah
nilai normal b. Kejang
c. Takikardi
d.Takipnea
e. Kulit terasa hangat
2. Pola Hambatan Subjektif Subjektif Depre
Nafas Upaya Nafas a.Dispnea a. Ortopnea si
Tidak (mis. Nyeri saat Objektif Objektif Sistem
Efektif bernafas, Saraf
a.Penggunaan otot a.Pernapasan cuping hidung
kelemahan otot Pusat
pernafasan) bantu pernapasan b.Diamter thoraks anterior-
c.Fase ekspirasi posterior meningkat
memanjang c.Ventilasi semenit menurun
d.Polanapas abnormal e.Tekanan ekspirasi menurun
f.Tekanan inspirasi menurun
g.Ekskursi dada berubah
3. Bersihan Spasme jalan Subjektif Subjektif Infeks
Jalan nafas a.Tidak ada a.Dispnea i
Nafas Objektif b.Sulit bicara Salura
Tidak a.Batuk tidak efektif c.Ortopnea n
Efektif b.Tidak mampu batuk Objektif Nafas
c.Sputum berlebih a.Gelisah
d.Mengi, wheezing b.Sianosis
dan/ ronkhi keing c.Bunyi nafas menurun
d.Mekonium di jalan d.frekuensi nafas berubah
napas (pada neonatus) e.Pola nafas berubah
Edukasi :
b. Pendukung/Tambahan
- Untuk Komplementer (minimal 5 artikel jurnal) (lengkapi dengan prosedur
pelaksanaannya)
No Judul
1. “Edukasi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dalam Pencegahan Covid-19
Masyarakat Desa Galung Kabupaten Barru”
2. Edukasi Penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sebagai Upaya
Pencegahan Covid-19 di Dusun Tegalrejo, Kelurahan Begajah, Kecamatan
Sukoharjo.
c. Memonitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
Terapeutik :
a.Mempertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head tilt dan chin
lift ( jaw thrust jika curiga
trauma servikal)
b.Memposisikan semi
fowler atau fowler
c.Memberikan minum
hangat
d.Melakukan fisioterapi
dada, jika perlu
e.Melakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
f.Melakukan
hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
g.Mengeluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
Edukasi :
a.Mengkolaborasikan
pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
3. Sabtu, 24 Juli 2021 Besihan Jalan Nafas Tidak Latihan Batuk Efektif
Observasi
Pukul 10.30 Wib Efektif b/d Spasme Jalan Nafas
1.Mengidentifikasi
kemampuan batuk
2.Memonitor adanya
retensi sputum
3. Memonitor tanda dan
gejala infeksi saluran napas
4. Memonitor input dan
output cairan (mis. Jumlah
dan karakteristik)
Terapeutik :
1. Mengatur posisi semi-
fowler atau fowler
2.Memasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
3.Membuang sekret pada
tempat sputum
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2.Menganjurkan tarik
napas dalam melalui
hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
3. Menganjurkan
mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4.Menganjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam
yang ke 3
Kolaborasi :
1.Mengkolaborasikan
pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
4. Sabtu, 24 Juli 2021 Gangguan Pertukaran Gas b/d Pemantauan Respirasi Reni
Observasi:
Pukul 11.30 Wib Ketidakseimbangan Ventilasi- Anisa
a.Mengobservasi frekuensi,
Perfusi irama, kedalaman dan
upaya napas
b.Memonitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheynestokes,
Biot, ataksik)
c.Memonitor kemampuan
batuk efektif
d.Memonitor adanya
produksi sputum
e.Memonitor adanya
sumbatan jalam nafas
f.Mempalpasi kesismetrisan
ekspansi paru
g.Mengauskultasi bunyi
napas
h.Memonitor saturasi
oksigen
i.Memonitor nilai AGD
j.Memonitor hasil X-ray
toraks
Terapeutik:
a.Mengatur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
b.Mendokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
aMenjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b.Menginformasikan hasil
pemantauan, jika perlu
6. Evaluasi (SLKI)
Raden Muhammad Ali Satria (2020). Analisis Faktor Risiko Kematian Dengan Penyakit Komorbid
Covid-19. Jurnal Keperawatan Silampari,Volume 4, Nomor 1.
Yenti Sumarin (2020). Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis. Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syariah. Voume. 6, Nomor 2.
Yelvi Levani,Aldo Dwi Prastya, Siska Mawaddatunnadila (2021). Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,
Volume. 17, Nomor.1.
Dian Pratiwi dKK (2021).Edukasi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dalam Pencegahan Covid-19
Masyarakat Desa Galung Kabupaten Baruu. Prosiding Vol 2. No 2 (2021)ISSN: 2746-1246.
Aprilia Nur Arninasari, Valiant Lukad Perdana Sutrisno (2021). Edukasi Penerapan Pola Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) Sebagai Upaya Pencegahan Covid-19 di Dusun Tegalrejo, Kelurahan Begajah,
Kecamatan Sukoharjo. DEDIKASI: Community Service Report (Vol.3 Issue 1).
Yuliana (2020). Corona Virus Disease (Covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur.Volume 2, Nomor 1.