Anda di halaman 1dari 5

Esofagitis korosif ialah peradangan di esofagus yang disebabkan oleh luka

bakar karena zat kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa kuat dan zat
organik.
Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif. Zat kimia yang
bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada saluran yang dilaluinya,
sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan gejala keracunan bila
telah diserap oleh darah.

Gambar 1. Endoscopy performed 15 hours after admission showing corrosive


esophagitis. (A) Diffuse linear mucosal breaks with oozing and whitish exudates in
the mid-esophagus. (B) Shallow ulcerations with oozing and whitish exudates at the
esophagogastric junction. (C) No abnormal findings in fundus except mild erosion in
cardia. (D) Linear ulcers with hematins from the mid-body to low-body.

Patologi
Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair (liquifactum necrosis).
Secara histologik dinding esophagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair.
Asam kuat yang tertelan akan menyebabkan nekrosis menggumpal
(coagulation necrosis). Secara histologik dinding esophagus sampai lapisan otot
seolah-olah menggumpal.

Gambar 2. Contoh Asam dan Basa Kuat


http://www.chemistryexplained.com/A-Ar/Acid-Base-Chemistry.html
Zat organik misalnya lisol dan karbol biasanya tidak menyebabkan kelainan
yang hebat, hanya terjadi edema di mukosa atau submukosa.
Asam kuat menyebabkan kerusakan pada lambung lebih berat dibandingkan
dengan kerusakan di esophagus, sedangkan basa kuat menimbulkan kerusakan di
esophagus lebih berat dari pada lambung.

Gambaran Klinik
Keluhan dan gejala yang timbul akibat tertelan zat korosif tergntung pada jenis
zat korosif, konsentrasi zat korosif, jumlah zat korosif, lamanya kontak dengan
dinding esofagus, sengaja diminum atau tidak dan dimuntahkan atau tidak.
Esofagitis korosif dibagi dalam 5 bentuk klinis berdasarkan beratnya luka
bakar yang ditemukan yaitu:
1. Esofagitis korosif tanpa ulserasi
Pasien mengalami gangguan menelan yang ringan. Pada esofagoskopi
tampak mukosa hiperemis tanpa disertai ulserasi.
2. Esofagitis korosif dengan ulserasi ringan
Pasien mengeluh disfagia ringan, pada esofagoskopi tampak ulkus yang
tidak dalam yang mengenai mukosa esofagus saja.
3. Esofagitis korosif ulserasif sedang
Ulkus sudah mengenai lapisan otot. Biasanya ditemukan satu ulkus atau
lebih (multiple).
4. Esofagitis korosif ulseratif berat tanpa komplikasi
Terdapat pengelupasan mukosa serta nekrosis yang letaknya dalam, dan
telah mengenai seluruh lapisan esofagus. Keadaan ini jika dibiarkan akan
menimbulkan striktur esofagus.
5. Esofagitis korosif ulseratif berat dengan komplikasi
Terdapat perforasi esofagus yang dapat menimbulkan mediastinitis dan
peritonitis. Kadang-kadang ditemukan tanda-tanda obstruksi jalan nafas
atas dan gangguan keseimbangan asam dan basa.
Berdasarkan gejala klinis dan perjalanan penyakitnya esofagitis korosif dibagi
dalam 3 fase yaitu akut, fase laten (intermediate) dan fase kronik (obstructive).
a. Fase Akut
Keadaan ini berlangsung 1-3 hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
luka bakar di daerah mulut, bibir, faring dan kadang-kadang disertai
perdarahan. Gejala yang ditemukan pada pasien adalah disfagia yang hebat,
odinofagia serta suhu badan yang meningkat. Gejala klinis akibat tertelan zat
organik dapat berupa perasaan terbakar di saluran cerna bagian atas, mual,
muntah, erosi pada mukosa, kejang otot, kegagalan sirkulasi dan pernapasan.
b. Fase Laten
Berlangsung selama 2-6 minggu. Pada fase ini keluhan pasien
berkurang, suhu badan menurun. Pasien merasa ia telah sembuh, sudah dapat
menelan dengan baik akan tetapi prosesnya sebetulnya masih berjalan terus
dengan membentuk jaringan parut (sikatriks).
c. Fase Kronis
Setelah 1-3 tahun akan terjadi disfagia lagi oleh karena telah terbentuk
jaringan parut, sehingga terjadi striktur esofagus.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari adanya riwayat tertelan zat korosif atau zat organik,
gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologik, pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan esofagoskopi.

Pemeriksaan Laboratorium
Peranan pemeriksaan laboratorium sangat sedikit, kecuali bila terdapat tanda-
tanda gangguan elektrolit, diperlukan pemeriksaan elektrolit darah.
Pemeriksaan Radiologik
Foto Rontgen thoraks postero-anterior dan Lateral, untuk mendeteksi adanya
mediastinitis atau aspirasi pneumonia.
Pemeriksaan rontgen esofagus dengan kontras barium (esofagogram) tidak
banyak menunjukkan kelainan pada stadium akut. Esophagus mungkin terlihat
normal. Bila dicurigai adanya perforasi akut esofagus atau lambung serta ruptur
esofagus akibat trauma tindakan, esofagogram perlu dibuat. Esofagogram perlu
dilakukan setelah minggu kedua untuk melihat ada tidaknya striktur esofagus dan
dapat diulang setelah 2 bulan untuk evaluasi.

Pemeriksaan Esofagoskopi
Esofagoskopi diperlukan untuk melihat adanya luka bakar di esofagus. Pada
esofagoskopi akan tampak mukosa yang hiperemis, edema dan kadang-kadang
ditemukan ulkus.
Esofagoskopi biasanya dilakukan pada hari ke tiga setelah kejadian atau bila
luka bakar di bibir, mulut dan faring sudah tenang.
Pemeriksaan esofagoskopi tidak boleh dipaksa bila terdapat ulkus karena
ditakutkan terjadi perforasi. Pada keadaan demikian sebaiknya dipasang pipa hidung
lambung (pipa naso gaster) dengan hati-hati dan terus menerus (dauer) selama 6
minggu. Setelah 6 minggu esofagoskopi di ulang kembali.
Pada fase kronik biasanya sudah terdapat striktur esofagus. Untuk ini
dilakukan dilatasi dengan bantuan esofagoskop. Dilatasi dilakukan sekali seminggu,
bila keadaan pasien lebih baik dilakukan sekali 2 minggu, setelah sebulan, sekali 3
bulan dan demikian seterusnya sampai pasien dapat menelan makanan biasa. Jika
selama 3 kali dilatasi hasilnya kurang memuaskan sebaiknya dilakukan reseksi
esofagus dan dibuat anastomosis ujung ke ujung (end to end).

Komplikasi
Komplikasi esophagitis korosif dapat berupa syok, koma, edema laring,
pneumonia aspirasi, perforasi esophagus, mediastinitis dan kematian.

Anda mungkin juga menyukai