Anda di halaman 1dari 32

MODUL LENGKAP

MODUL 1 :
Evaluasi Pasien Urologi :
Riwayat Penyakit,
Pemeriksaan Fisik dan
Analisis Urin

TIM PENYUSUN MODUL


KOLEGIUM UROLOGI INDONESIA
2008
Mengembangkan Kompetensi Hari:
Waktu:
Sesi di dalam kelas 1 jam (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi Pembimbing 1 minggu (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 2 minggu (facilitation and assessment)

Tujuan Umum
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu melakukan evaluasi awal pasien urologi

Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil :
1. Melakukan anamnesa untuk penderita urologi
2. Melakukan pemeriksaan fisik penderita urologi
3. Menginterpretasikan hasil analisis urin

Strategi Pembelajaran
Diskusi, kuliah, latihan, praktek keterampilan klinik

Persiapan Sesi
 Peralatan audiovisual
 Materi presentasi :
o Power point Anamnesa, Pemeriksaan Fisik dan Analisis Urin
o Video Pemeriksaan Fisik
 Kasus :
1. Infeksi saluran kemih
2. Trauma uretra
 Alat Bantu Latih : Audio visual, Hand out, Ultrasonografi

Referensi : 1. Campbell’s Urology. Edisi 9

Kompetensi
Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan mengintepretasi hasil analisa urin.

Gambaran Umum

Pasien urologi mencakup semua usia dan tidak ada subspesialis yang berkaitan dengan
saluran kemih, maka ahli urologi harus memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi awal
dan diagnosis dan memberikan terapi medis dan pembedahan sistem saluran kemih.
Perkembangan teknologi untuk menegakkan diagnosis sangat berkembang. Akan tetapi
pemeriksaan dasar seperti anamnesis, pemeriksaan fisik dan interpretasi urinalisa tetapi perlu
dilakukan. Pemeriksaan dasar ini merupakan petunjuk selanjutnya untuk menentukan
pemeriksaan diagnosis selanjutnya dan mengurangi resiko kesalahan alur penegakkan
diagnosis.

Kasus untuk proses pembelajaran


Contoh Kasus
Pria, 30 tahun dengan keluhan nyeri pinggang dan nyeri saat buang air kecil sejak 2 hari yang
lalu

Diskusi:
Anamnesa apa yang akan diperlukan selanjutnya?
Bagaimana melakukan pemeriksaan fisik pada pada penderita di atas?
Bagaimana menginterpretasi hasil analisa urin pada kasus ini ?

Uraian untuk pelatih


Pria, 30 tahun dengan keluhan nyeri pinggang kanan dan nyeri saat buang air kecil sejak 2 hari
yang lalu. Nyeri ini sudah pernah dirasakan 2 kali sebelumnya, 1 tahun yang lalu dan 2 bulan
yang lalu. Saat itu disertai hematuria (+) dan passing stone. PAsien saat itu cukup minum obat
dari dokter umum, keluhan hilang. Passing stone juga pernah dialami sekitar 10 tahun yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketuk pada pinggang kanan, teraba ginjal kanan
membesar. Laboratorium ureum dan kreatinin normal. Urinalisis didapatkan BJ 1,010, eritrosit
(+++), leukosit (+++), bakteri (+). Hasil kultur Enterobacter aerogenes.

Rangkuman hasil diskusi:


 Anamnesis:
o Lama kolik yang dirasakan,
o Riwayat penyakit sebelumnya
o Riwayat pengobatan
 Pemeriksaan fisik
o PEmeriksaan ginjal
 Interpretasi urinalisa

Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk:
1. Melakukan anamnesis penderita urologi
2. Melakukan pemeriksan fisik saluran kemih atas
3. Melakukan pemeriksaan fisik saluran kemih bawah
4. Melakukan pemeriksaan colok dubur
5. Melakukan pemeriksaan genitalia eksterna pria
6. Menginterpretasi hasil analisis urin

Proses pembelajaran

 Menguatkan proses pembelajaran


Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung-jawab anda dalam proses pembelajaran serta
bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh dari
peserta didik

 Tujuan 1: Melakukan anamnesa untuk penderita urologi


Metode pembelajaran:
 Curah pendapat dan diskusi tentang anamnesa untuk penderita urologi
 Coaching dan praktik pada pasien sungguhan
Must to know pointer :
1. Keluhan utama (Lama, durasi, keparahan, kronisistas, periodisistas, dan
derajat disabilitas)
2. Riwayat Penyakit Dahulu
3. Riwayat Pengobatan

 Tujuan 2: Melakukan pemeriksaan fisik saluran kemih atas


Metode pembelajaran:
 Video pemeriksaan saluran kemih atas
 Coaching dan praktik pada pasien sungguhan
Must to know pointer :
1. Nyeri ketok pada CVA
2. Ballotement

 Tujuan 3: Menjelaskan pemeriksaan fisik saluran kemih bawah


Metode pembelajaran:
 Video pemeriksaan fisik saluran kemih bawah
 Coaching dan praktik pada pasien sungguhan
Must to know pointer :
1. Evaluasi buli-buli penuh
2. Pemeriksaan bimanual dalam anastesi

 Tujuan 4: Melakukan pemeriksaan colok dubur


Metode pembelajaran:
 Video pemeriksaan colok dubur
 Latihan menggunakan model colok dubur
 Coaching dan praktik pada pasien sungguhan
Must to know pointer :
1. Tonus sfingter ani
2. Mukosa rectum
3. Prostat : konsistensi, nodul, nyeri tekan, estimasi volume prostat
4. Kelainan lain pada saluran cerna seperti hemoroid, massa
5. Refleks bulbocavernosa

 Tujuan 5 : Melakukan pemeriksaan genitalia eksterna pria


Metode pembelajaran:
 Diskusi dan curah pendapat pemeriksaan genitalia eksterna pria
 Coaching dan praktik pada pasien sungguhan
Must to know pointer :
1. Indurasi
2. Fimosis
3. Hipospadia
4. Kelainan epididimis
5. Kelainan testis

 Tujuan 6 : Menginterpretasikan hasil analisis urin


Metode pembelajaran:
 Curah pendapat dan diskusi tentang hasil analisis urin
Must to know pointer :
1. Cara pengambilan specimen
2. Pemeriksaan makroskopis urin
3. Kimia Urin
4. Sedimen Urin
Rangkuman
Pada modul ini peserta didik diharapkan menguasai keterampilan dasar urologi yang
merupakan syarat untuk melanjutkan modul-modul berikutnya.

Penilaian Kompetensi
 Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan keterampilan
 Hasil kuesioner
 Hasil penilaian peragaan keterampilan

Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif

Kuesioner sebelum sesi dimulai


Evaluasi Penderita Urologi
1. Perjalanan penyakit penderita harus tercakup dalam anamnesis yang baik S/B
2. Terminal hematuria disebabkan oleh kelainan pada bladder neck S/B
3. Pemeriksaan colok dubur wajib dilakukan pada pria berusia di atas 40 S/B
tahun
4. Sampel urin terbaik adalah urin pancaran tengah S/B
5. Berat jenis urin dapat memperkirakan fungsi ginjal S/B

Kuesioner Tengah Pelatihan

Evaluasi Penderita Urologi


1. Anamnesis yang baik mencakup :
a. Lama keluhan
b. Durasi keluhan
c. Keparahan keluhan
d. Kronisistas keluhan
e. Semua benar
2. Terminal hematuria disebabkan oleh
A. Inflamasi bladder neck atau prostat
B. Kanker buli-buli
C. Batu ginjal
D. Batu buli-buli
E. Striktur uretra
3. Nyeri pada penis dalam keadaan flaccid tersering disebabkan oleh :
A. Peyronie
B. Inflamasi bladder neck atau prostat
C. Priapismus
D. Batu impacted pada ureter
E. Hidrocele
4. Sampel urin yang dapat diambil untuk pemeriksaan urinalisa adalah
a. Urin awal
b. Urin pagi hari
c. Urin pancaran tengah
d. Urin di akhir pancaran
5. Kondisi yang menurunkan berat jenis urin pada keadaan semua di bawah kecuali
A. Peningkatan intake cairan
B. Penggunaan diuretik
C. Penurunan kemampuan ginjal untuk konsentrasi urin
D. Dehidrasi
E. Diabetes insipidus
Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR ANAMNESIS PENDERITA UROLOGI

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di
luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN KASUS
I. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR
 Anamnesis
1. Keluhan utama (Lama, durasi, keparahan, kronisistas,
periodisistas, dan derajat disabilitas)
2. Perjalanan penyakit
3. Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat Pengobatan
Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SALURAN KEMIH ATAS

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di
luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN KASUS
I. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR
Inspeksi
Massa pada daerah sudut kosto vertebra

Palpasi
1. Pasien dalam posisi terlentang
2. Ginjal diangkat oleh satu tangan pada sudut
kostovertebra
3. Pada inspirasi dalam, tangan pemeriksa menekan ke
abdomena di bawah kosta, pada inspirasi maksimal, ginjal aka teraba teraba
4. Pada neonates, pemeriksaan dilakukan dengan jari
jempol dan jari lainnya

Perkusi
Perkusi pada daerah sudut kosto vertebra
Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SALURAN KEMIH BAWAH

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di
luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN KASUS
I. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR
 Pemeriksaan palpasi di atas suprasimfisis untuk menilai buli-buli

 Perkusi dilakukan dari atas simfisis pubis ke arah cephalad sampai terjadi
perubahan suara dari pekak menjadi timpani.

 Pemeriksaan bimanual, dilakukan dalam kondisi anestesi.

 Jari pemeriksa masuk ke vagina atau rectum, dan tangan lainnya melakukan
palpasi dari daerah atas simfisis pubis. Palpasi bimanual ini menilai ekstensi
regional tumor buli-buli atau massa padat pelvis lain
Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK COLOK DUBUR

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di
luar normal
1 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat
efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN KASUS
I. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR
 Posisi pasien bisa litotomi, knee chest atau miring
 Pasien harus dalam keadaan relaks
 Pemeriksa menggunakan sarung tangam dan jari telunjuk diberi jelly
 Dilakukan inspeksi pada daerah anus untuk menilai kelainan.
 Kontak jari pemeriksa dengan anus dilakukan perlahan-lahan untuk
menghindari tekanan tiba-tiba yang membuat pasien menghindar.
 Jari telunjuk pemeriksa dimasukkan ke dalam anus secara perlahan lahan
untuk tetap mempertahankan pasien relaks
 Evaluasi tonus sfingter ani
 Selanjutnya meraba prostat menilai permukaan posterior prostat dan
konsistensi
 Perkirakan volume prostat
 Selanjutnya tarik jari telunjuk keluar secara perlahan-lahan
 Evaluasi pada sarung tangan apakah terdapat darah atau lendir
Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK GENITALIA EKSTERNA PRIA

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di
luar normal
2 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat
efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN KASUS
I. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR
Penis
Inspeksi
Pada pasien yang tidak disirkumsisi, kulit frenulum harus diretraksi untuk
inspeksi
Hal yang perlu diperhatikan
1. Inflamasi (balanophostitis)
2. Tumor
3. Posisi uretra
4. Discharge
5. Vesucula
6. Genital warts
Palpasi
1. Plak fibrotic
2. Kecurigaan peyronir
3. Nyri pada bagian ventral  periurethritis

Skrotum
Inspeksi
1. Edema
2. Inflamasi
3. Skrotum bifida
4. Transposisi penoskrotal

Palpasi
Testis
Dilakukan palpasi dengan jari kedua tangan. Area kenyal maupun keras di
dalam skrotum harus dicurigai sebagai tumor ganas sampai terbukti sebaliknya.
1. Undesensus testis
2. Tumor testis
KEGIATAN KASUS
Epididimis
Dapat diraba sebagai jaringan di belakang testis. Raba ukuran, konsistensi,
indurasi  spermatokel, kista, epididimitis akut dan kronik
Hernia
Jari pemeriksa harus dimasukkan ke skrotum dan ke kanalis inguinalis eksterna.
Funikulus spermatikus
Diperiksa dalam keadaan pasien berdiri. Varikokel dapat terlihat bertambah,
terutama bila melakukan valsava.
Vas deferens.
Vas deferens harus diperiksa saat pemeriksaan funikulus spermatikus.
Transluminasi
Sumber cahaya yang kecil di letakkan dibelakang massa. Pada massa kistik
Transiluminasi membantu dalam menentukan masa di dalam skrotum apakah
solid (tumor) atau kistik (hidrokel, spermatokel)
Penilaian Kinerja Keterampilan (ujian akhir)

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh
peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti
yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan
prosedur atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh
peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

PESERTA: _____________________________ TANGGAL :______________


KEGIATAN NILAI
I. Melakukan anamnesa penderita urologi
II. Melakukan pemeriksaan fisik saluran kemih atas
III. Melakukan pemeriksaan fisik saluran kemih bawah
IV. Melakukan pemeriksaan genitalia eksterna
V. Melakukan pemeriksaan colok dubur
VI. Melakukan interpretasi analisa urin

Komentar/Ringkasan:

Rekomendasi:

Tanda tangan Penguji _______________________________Tanggal _______________


MATERI BAKU

EVALUASI PASIEN UROLOGI

PENDAHULUAN

Pasien-pasien urologi mencakup berbagai usia dari mulai bayi, anak, remaja, dewasa
sampai geriatri. Ruang lingkup urologi mencakup berbagai terapi baik medis maupun bedah
dari sistem genitourinarius. Pemeriksaan penunjangnya diantaranya adalah urinalisis,
endoskopi, dan pielografi intravena. Selain itu, dapat juga dengan menggunakan ultrasonografi,
CT, MRI, dan endourologi. Namun, tetap saja yang paling penting dalam menegakkan
diagnosis pasien-pasien urologi adalah dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, dan
urinalisis.

ANAMNESIS

Keluhan Utama dan Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan utama harus jelas, karena memberikan informasi penting terutama dalam
menentukan diagnosis banding.
Dalam menanyakan riwayat penyakit sekarang, durasi, keparahan, kronisistas,
periodisistas, dan derajat disabilitas penting untuk diketahui.

Nyeri
Nyeri Ginjal
Nyeri yang berasal dari traktus genitourinarius dapat sangat berat dan biasanya
berhubungan dengan obstruksi traktus urinarius atau inflamasi. Batu dapat menyebabkan nyeri
yang sangat berat bila mengobstruksi traktus urinarius atas. Sebaliknya, batu yang besar dan
non obstruksi dapat sama sekali tidak memberikan gejala. Oleh karena itu, batu dengan
diameter 2 mm yang letaknya di ureterovesical junction dapat menyebabkan rasa nyeri yang
sangat berat, sedangkan batu staghorn besar pada pelvis renalis atau betu pada kandung
kemih dapat sama sekali tidak memberikan gejala.
Inflamasi dari traktus genitourinarius sangat berat bila mengenai parenkim dari organ
genitourinarius. Hal ini disebabkan karena edema dan distensi dari kapsul yang meliputi organ
tersebut. Oleh karena itu, pielonefritis, prostatitis, dan epididimitis memberikan gejala yang
sangat berat. Inflamasi mukosa organ berongga seperti kandung kemih atau uretra biasanya
memberikan gejala yang tidak nyaman, dan tidak menghasilkan nyeri yang sangat berat.
Tumor-tumor pada traktus genitourinarius tidak menyebabkan nyeri kecuali tumor
tersebut menyebabkan obstruksi atau menyebar dari organ primer dan menginvasi syaraf. Oleh
karena itu, nyeri pada suatu keganasan merupakan gejala bila penyakit sudah lanjut.
Nyeri yang berasal dari ginjal biasanya berlokasi di sudut kostovertebral ipsilateral
lateral terhadap otot sakrospinalis. Nyeri biasanya disebabkan oleh distensi akut pada kapsul
ginjal, umumnya karena inflamasi atau obstruksi. Nyeri dapat meluas dari pinggang ke
abdomen anterior, umbilikus, dan dapat sampai ke testis atau labia. Nyeri yang disebabkan
inflamasi biasanya menetap, sedangkan nyeri yang disebabkan obstruksi intensitasnya
berfluktuasi. Oleh karena itu, nyeri pada obstruksi ureter merupakan nyeri kolik.
Nyeri yang asalnya dari ginjal dapat pula berhubungan dengan gejala-gejala
gastrointestinal karena stimulasi refleks dari ganglion seliak dan karena hubungannya dengan
organ-organ disekitarnya (hati, pankreas, duodenum, kandung empedu, dan kolon). Oleh
karena itu, nyeri yang berasal dari ginjal dapat disalahartikan dengan nyeri yang berasal di
intraperitoneal. Kedua hal tersebut dapat dibedakan dengan anamnesis yang baik dan
pemeriksaan fisik. Nyeri yang disebabkan perforasi ulkus duodenum atau pankretitis dapat
menyebar ke punggung, namun lokasi nyeri yang terberat dirasakan di daerah epigastrium.
Nyeri yang berasal dari intraperitoneal sering menyebar ke bahu karena iritasi diafragma dan
nervus frenikus, hal tersebut tidak terjadi pada nyeri pada ginjal. Biasanya, pasien yang
nyerinya berasal dari intraperitoneum akan merasa lebih nyaman bila tidak bergerak,
sedangkan pasien dengan nyeri yang berasal dari ginjal lebih nyaman bila bergerak dan
memegang pinggangnya.
Nyeri yang berasal dari ginjal juga dapat disalahartikan dengan nyeri karena iritasi
nervus kostalis, yang paling sering adalah T10-T12. Nyeri tersebut memiliki distribusi yang
sama dari sudut kostovertebral ke umbilikus. Namun, nyerinya tidak bersifat kolik. Selain itu
juga, intensitasnya berubah dengan perubahan posisi, dimana hal ini tidak terjadi pada nyeri
ginjal.
Nyeri Ureter
Nyeri ureter biasanya akut dan sekunder karena obstruksi. Nyeri disebabkan karena
distensi akut dari ureter dan karena hiperperistalsis serta spasme otot polos ureter sebagai
kompensasinya terhadap obstruksi yang biasanya disebabkan oleh batu atau bekuan darah.
Lokasi ureter yang terobstruksi biasanya dapat ditentukan berdasarkan lokasi sebaran nyerinya.
Obstruksi pada ureter medial kanan, biasanya nyerinya nditeruskan ke kuadran kanan bawah
(titik McBurney), oleh karena itu dapat menyerupai apendisitis. Sedangkan nyeri pada ureter
medial sebelah kiri diteruskan ke kuadaran kiri bawah dan menyerupai divertikulitis. Selain itu,
nyeri juga dapat diteruskan ke skrotum atau labium pada wanita. Obstruksi yang berasal pada
ureter bawah, dapat menyerupai iritasi kandung kemih, termasuk frekwensi, urgensi dan nyeri
suprapubis yang dapat menyebar disepanjang uretra pada pria sampai ke ujung penis. Namun,
dengan anamnesis yang baik, lokasi obstruksi seringkali mudah ditentukan. Obstruksi ureter
yang minimal jarang menimbulkan nyeri, oleh karena itu tumor dan batu ureter yang
obstruksinya hanya minimal jarang menimbulkan nyeri.
Nyeri Kandung Kemih
Nyeri kandung kemih biasanya disebabkan karena distensi yang berlebihan dari
kandung kemih karena retensi urin akut atau karena inflamasi. Nyeri suprapubis yang konstan
yang tidak berhubungan dengan retensi urin jarang berasal dari traktus genitourinarius. Pasien-
pasien dengan obstruksi urin dan distensi kandung kemih progresif yang tidak akut (misal:
diabetes dengan flaccid neurogenic bladder) biasanya tidak merasakan nyeri sama sekali
kecuali bila residu urinnya sudah melebihi 1 liter.
Inflamasi kandung kemih biasanya menghasilkan nyeri suprapubis yang intermiten. Oleh
karena itu, nyeri karena sistitis bakteri atau sistitis intersisial biasanya lebih berat bila kendung
kemih penuh dan dapat berkurang setidaknya dengan miksi. Pasien dengan sistitis sering kali
merasakan nyeri yang tajam di daerah suprapubis pada akhir mikturisi. Pasien-pasien dengan
sistitis juga seringkali merasakan nyeri di ujung uretra yang berhubungan dengan irritative
voiding symptoms seperti frekwensi dan disuria.
Nyeri Prostat
Nyeri prostat biasanya sekunder karena inflamasi dengan edema sekunder dan distensi
kapsul prostat. Nyeri yang berasal dari prostat sulit dilokalisasi, dan pasien dapat mengeluh
nyeri abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral, dan atau rektal. Nyeri prostat sering
berhubungan dengan irritative urinary symptoms seperti frekwensi dan disuria. Pada keadaan
yang berat, edema prostat dapat menyebabkan retensi urin akut.
Nyeri Penis
Nyeri pada flaksid penis biasanya sekunder karena inflamasi di kandung kemih atau
uretra, yang ditransmisikan terutama ke meatus uretra. Selain itu, nyeri pada penis juga dapat
disebabkan oleh parafimosis, suatu keadaan dimana perineum penis yang belum disirkumsisi
terperangkap di belakang glans penis sehingga menyebabkan obstruksi vena dan pembesaran
yang nyeri pada glans penis. Nyeri pada penis yang mengalami ereksi biasanya disebabkan
karena Peyronie’s disease atau priapism.
Nyeri Testis
Nyeri skrotum dapat bersifat primer atau sekunder. Nyeri primer berasal dari dalam
skrotum dan biasanya sekunder karena epididimitis akut atau torsi dari testis atau apendiks
testis. Karena edema dan nyeri berhubungan dengan epididimitis akut dan torsio testis,
seringkali sulit untuk membedakan dua keadaan tersebut. Selain itu, nyeri skrotum dapat
berasal dari inflamasi pada dinding skrotum itu sendiri.
Nyeri skrotum kronik biasanya berhubungan dengan kondisi non inflamasi seperti
hidrokel atau varikokel, dan nyerinya dikarakteristikkan dengan nyeri tumpul, sensasi berat yang
tidak menyebar. Karena testis secara embriologi berhubungan dengan ginjal, nyeri yang berasl
dari ginjal atau retroperitoneum dapat ditransimisikan ke testis.

Hematuria
Hematuria menjadi signifikan bila terdapat lebih dari 3 sel darah merah per lapang
pandang. Hematuria derajat apa pun tidak boleh diabaikan dan apabila terjadi pada dewasa,
harus dicurigai sebagai keganasan sampai terbukti tidak.
Gross vs Microscopic Hematuria
Kemungkinan untuk terjadi gangguan patologis meningkat seiring dengan derajat
hematuria.
Saat terjadinya Hematuria
Initial hematuria biasanya berasal dari uretra, total hematuria adalah yang paling sering
terjadi dan mengindikasikan bahwa pendarahan terjadi di kandung kemih atau di traktus
urinarius atas. Terminal hematuria terjadi di akhir mikturisi dan biasanya terjadi sekunder
karena inflamasi di daerah leher kandung kemih atau uretra pars prostatika.
Hubungannya dengan Nyeri
Nyeri yang berhubungan dengan hematuria biasanya berhubungan dengan obstruksi
ureter karena bekuan darah.

Lower Urinary Tract Symptoms


Irritative Symptoms
 Frekwensi
 Nokturia
 Disuria
Obstructive Symptoms
 Penurunan kekuatan urinasi
 Hesitansi
 Intermitensi
 Postvoid dribbling
 Mengedan

Inkontinensia
Inkontinensia urin adalah hilangnya urin secara involunter. Inkontinensia urin dapat
dibagi menjadi 4 :
1. Continuous incontinence
2. Stress incontinence
3. Urgency incontinence
4. Overflow incontinence

Enuresis
Enuresis adalah inkontinensia urin yang terjadi pada saat tidur. Enuresis terjadi normal
sampai anak usia 3 tahun, namun menetap pada 15% anak usia 5 tahun, dan terjadi 1% pada
anak usia 15 tahun. Anak-anak diatas usia 6 tahun sebaiknya melakukan pemeriksaan urologi,
walaupun mayoritas anak tidak akan menunjukkan keadaan yang patologis.

Disfungsi seksual
Penurunan libido
Dapat dievaluasi dengan pengukuran kadar testosteron dalam darah, dan bila abnormal
sebaiknya selanjutnya dilakukanj pemeriksaan kadar gonadotropin dan prolaktin dalam darah.
Impoten
Anamnesis yang baik dapat menentukan apakah seseorang mengalami impoten
psikogenik maupun organik.
Kegagalan ejakulasi
Anejakulasi dapat disebabkan beberapa faktor:
1. defisiensi androgen
2. denervasi simpatis
3. obat-obatan
4. riwayat operasi prostat dan leher kandung kemih
Anorgasme
Anorgasme biasanya psikogenik atau disebabkan oleh obat-obat psikiatri.

Ejakulasi Prematur
Keadaan ini hampir selalu disebabkan karena faktor psikogenik

Hematospermia
Keadaan ini palling sering karena inflamasi non spesifik dari prostat dan atau vesikula
seminalis dan dapat sembuh spontan, biasanya dalam beberapa minggu. Hematospermia
hampir selalu sembuh spontan dan jarang sekali memiliki penyebab patologis.

Pneumaturia
Hampir selalu disebabkan karena adanya fistula diantara intestin dan kandung kemih.
Penyebab tersering termasuk divertikulitis, karsinoma kolon sigmoid, dan enteritis regional
(Crohn’s disease).

Urethral discharge
Merupakan gejala tersering dari infeksi venereal.

Demam
Bila berhubungan dengan obstruksi urin, adanya demam dapat mengindikasikan
terjadinya septikemia dan memerlukan penanganan emergensi untuk menghilangkan obstruksi
sebagai penyebab sepsis.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Dahulu dengan Sekuele Urologi


 Pasien-pasien dengan diabetes melitus seringkali mengalami disfunsi otonom yang
mengganggu fungsi urinasi dan seksual.
 Lima persen pasien multiple sclerosis yang tidak terdiagnosa menunjukkan gejala urologi
sebagai manifestasi pertamanya.
 Terapi bedah pada obstruksi kandung kemih karena detrusor hyperreflexia dapat
meningkatkan angka kejadian inkontinensia urin.
Riwayat Keluarga
Delapan sampai sepuluh persen pria dengan karsinoma prostat memiliki kecenderungan
genetik, dimana akan bermanifestasi lebih muda daripada tipe karsinoma prostat lainnya.

Medikasi
Kebanyakan obat-obat antihipertensi menyebabkan gangguan fungsi ereksi, dan
perubahan obat-obat antihipertensi kadang-kadang dapat meningkatkan fungsi seksual.
Sedangkan, kebanyakan obat-obat psikotropika menyebabkan gangguan emisi dan orgasme.

Rokok dan Alkohol


Rokok dapat menyebabkan peningkatan resiko terhadap karsinoma urotelial, terutama
karsinoma kandung kemih, dan juga berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit
vaskular perifer serta disfungsi ereksi. Alkoholik kronik dapat pula mengganggu metabolisme
estrogen dalam hati, sehingga menurunkan kadar testosteron dalam darah, atrofi testis, serta
penurunan libido.

Alergi
Semua riwayat alergi pasien harus dicatat terutama sebelum tindakan apapaun.

PEMERIKSAAN FISIK

Observasi Umum
Kaheksia seringkali merupakan gejala dari keganasan, sedangkan obesitas dan
ginekomastia dapat merupakan tanda dari gangguan endokrin.

Ginjal
Pada anak-anak dan wanita, ginjal dapat diraba pada kutub bawah ginjal kanan dengan
inspirasi maksimal. Ginjal diangkat dari belakang dengan menggunakan satu tangan pada
sudut kostovertebra. Pada neonatus, ginjal dapat diraba dengan mudah dengan menggunakan
satu tangan, yaitu ibu jari di pinggang pada dinding anterior, dan jari lainnya di posterior.
Transiluminasi ginjal dapat membantu pada anak dibawah 1 tahun dengan masa daerah
pinggang yang teraba. Masa berisi cairan seperti kista atau hidronefrosis menghasilkan cahaya
merah pada dinding anterior abdomen. Masa solid seperti tumor tidak bertransiluminasi.
Setiap pasien dengan nyeri pinggang perlu diperiksa apakah ada iritasi pembuluh
syaraf. Tidak seperti nyeri ginjal, radikulitis biasanya menyebabkan hiperestesia dari kulit yang
dipersyarafi nervus perifer yang teriritasi. Nyeri pada fase pre erupsi herper zoster yang
melibatkan segmen T11-L2 dapat pula menyerupai nyeri dari ginjal.
Abnormalitas
Pada neonatus dan anak-anak, transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan
kista, jinak, solid atau keganasan.

Kandung Kemih
Kandung kemih normal pada dewasa tidak dapat dipalpasi atau diperkusi sampai
sekurangnya terdapat 150 ml urin didalamnya. Perkusi lebih baik daripada palpasi untuk
mendiagnosa kandung kemih yang terdistensi. Pemeriksaan bimanual paling baik dilakukan
dengan pasien dalam anastesi dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat mobilitas
kandung kemih namun tidak dapat untuk menentukan penyebaran regional tumor kandung
kemih ke rongga pelvis.
Penis
Kebanyakan karsinoma penis terjadi pada pria yang tidak disirkumsisi dan berasal dari
kulit preputium glans penis.
Abnormalitas
Fimosis
Pada anak dibawah 4 tahun, normal bila kulit preputium unretractable.
Parafimosis
Parafimosis seringkali bersifat iatrogenik, misalnya setelah memasukkan kateter uretra,
lupa mengembalikan kulit preputium ke posisi normalnya.
Peyronie’s Disease
Keadaan ini menyebabkan fibrosis dari tunika albuginea, sehingga terbentuk kurvatura
penis saat ereksi.
Priapismus
Paling sering terjadi pada pasien-pasien dengan sickle cell disease, dan dapat pula
terjadi pada keganasan, kelainan koagulasi, penyakit paru-paru, danh pada keadaan-keadaan
idiopatik.
Hipospadia
Neonatus dengan hipospadia dan kriptorkidismus bilateral perlu diperiksa apakah ada
intersex, karena penyebab terseringnya adalah sindroma androgenital.

Skrotum dan Konten


Karena skrotum tidak seperti penis, mengandung folikel rambut dan kelenjar keringat,
seringkali menjadi lokasi terjadinya infeksi dan kista sebaseus.
Area kenyal maupun keras di dalam skrotum harus dicurigai sebagai tumor ganas
sampai terbukti sebaliknya. Sedangkan, masa pada epididmis (spermatokel, kista, epididimitis),
hampir selalu jinak.
Untuk memeriksa adanya hernia, jari pemeriksa harus dimasukkan ke skrotum dan ke
kanalis inguinalis eksterna.
Transiluminasi membantu dalam menentukan masa di dalam skrotum apakah solid
(tumor) atau kistik (hidrokel, spermatokel).
Abnormalitas
 Karsinoma testis
 Torsi
 Hidrokel
 Varikokel

Pemeriksaan Rektum dan Prostat


Digital Rectal Examination (DRE) harus dilakukan pada setiap pria berusia diatas 40
tahun dan pada setiap pria yang datang dengan keluhan urologi.
Abnormalitas
 Prostatitis akut
 BPH
 Karsinoma prostat

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Urinalisis
Urinalisis yang lengkap mencakup pemeriksaan kimia dan mikroskopis.
Pengumpulan Spesimen Urin
Pria
Pada pria, yang diambil adalah urin midstream.
Wanita
Untuk mengevaluasi apakah terdapat infeksi, pengumpulan urin dengan menggunakan
kateter sebaiknya dilakukan.
Neonatus dan bayi
Cara terbaik untuk mendapatkan urin yang tidak terkontaminasi adalah dengan cara
aspirasi suprapubis perkutan. Sampel urin sebaiknya diperiksa dalam waktu 1 jam setelah
pengambilan spesimen kemudian diperiksa kultur dan tes sensitivitas bila ada indikasi.
Pemeriksaan Fisik Urin
Warna
Warna urin bervariasi terutama karena konsentrasinya. Makanan, obat-obatan, produk
metabolik dan infeksi dapat menghasilkan warna urin yang abnormal.
Turbiditas
Cloudy urine paling sering disebabkan karena fosfaturia. Piuria dibedakan dari fosfaturia
dengan mencium bau urin atau dengan pemeriksaan mikroskopis.
Berat Jenis dan Osmolalitas
Berat jenis urin ditentukan dari pemeriksaan dipstik urin dan biasanya bervariasi dari
1,001 sampai 1,035. Umumnya, berat jenis urin memberikan informasi mengenai derajat hidrasi
dan kemampuan konsentrasi ginjal.
Osmolalitas adalah pengukuran jumlah materi yang terdapat di urin dan biasanya
bervariasi antara 50 sampai 1200 mOsm/L.
pH
Umumnya, pH urin merefleksikan pH darah, namun tidak pada Renal Tubular Acidosis
(RTA). Pada asidodis metabolik berat pada RTA tipe II, urin bisa menjadi asam. Namun pada
tipe I RTA , urin menjadi basa walaupun pada metabolik asidosis berat. Penentuan pH urin
sering digunakan untuk mendiagnosis RTA. Ketidakmampuan dalam mengasamkan urin
sampai pH dibawah 5,5 setelah pemberian acid load diagnostik untuk RTA.
Pasien yang dicurigai UTI, urin basa dengan pH lebih dari 7,5 mengindikasikan adanya
infeksi oleh karena bakteri pemecah urea terutama Proteus.
pH urin biasanya asa, pada pasien dengan batu asam urat dan sistin. Pada 2 keadaan
ini terapinya dengan alkalinisasi urin.

Pemeriksaan Kimia Urin


Dipstik
Substansi abnormal yang diperiksa meliputi :
1. darah
2. protein
3. glukosa
4. keton
5. urobilinogen dan bilirubin
6. sel darah putih

Pemeriksaan Sedimen Urin


Spesimen yang dipilih adalah urin pertama di pagi hari dan sebaiknya diperiksa
dalam 1 jam.
Sedimen urin ini sebaiknya diperiksa mikroskopis untuk melihat :
1. sel
2. casts
3. kristal
4. bakteri
5. jamur
6. parasit

Anda mungkin juga menyukai