Anda di halaman 1dari 21

Terapi Modalitas pada Pasien

dengan HIV/AIDS

Kelompok 6 Dosen pembimbing: Ns. Wice Purwani, M.Kep


KELOMPOK 6
AULA RAHMAWATI 1711123067
CESSY OKTARINA AMRI 1711123024
DESSY MAGDALENA MENCHI1 1711195290
ILWANA 1711122958
MAULIA TRI JULIANI PUTRI 1711123115
MEGAWATI 1711123135
MEI INDAH NOVAYANI MUNTE 1711123142
NUR ELA JANNIATI SAKINAH 1711123015
TIA PRATIWI 1711123099
ZAHWA AYUNDA SALSABILA 1711123000
Definisi HIV
(HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS)

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah


sejenis virus yang melemahkan system kekebalan
tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus
inilah yang dapat menyebabkan AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) (Brooks, 2004).
Definisi AIDS
ACQUIRED IMMUNE DEFICINECY SYNDROME

AIDS (Acquired Immune Deficinecy Syndrome)


adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan
sistem kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan
tetapi didapat dari hasil penularan. Penyakit ini
disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV) (Widoyono, 2011).
MANIFESTASI KLINIS

Pembengkakan Kelenjar Getah Perasaan tidak enak badan


Bening

Penurunan Berat Badan SAMPLE TITLE Merasa mudah lelah

Demam yang hilang timbul Infeksi jamur di mulut


PERJALANAN PENYAKIT HIV/AIDS
STADIUM PERJALANAN PENYAKIT
Stadium 1 : HIV Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti
terjadinya perubahan serologis ketika antibodi terhadap
virus tersebut berubah menjadi negatif menjadi positif .
Rentang waktu saat HIV masuk kedalam tubuh sampai
tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window
period. Lama window period antara 1 sampai 3 bulan,
bahkan ada yang dapat berlangsung sampai 6 bulan.

Stadium 2: Asimptomatik (tanpa gejala) Asimtomatik berarti di dalam organ tubuh terdapat HIV
tetapi tubuh tidak menunujkkan gejala-gejala.Keadaan
ini dapat berlangsung kira-kira 5-10 tahun. Cairan tubuh
pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat
menularkan HIV ke orang lain.
Lanjutan PERJALANAN PENYAKIT HIV/AIDS
STADIUM PERJALANAN PENYAKIT
Stadium 3 Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata
(Persistent Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul
pada satu tempat saja dan berlangsung lebih satu bulan.

Stadium 4: AIDS Keadaan ini disertai bermacam-macam penyakit, antara lain


penyakit konstitusional, penyakit syaraf dan penyakit infeksi
sekunder.
Gejala utama/mayor (Demam berkepanjangan lebih dari tiga
bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang ataupun terus
menerus, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga
bulan dan TBC.
Gejala minor
Batuk kronis selama lebih dari satu bulan, infeksi pada mulut
dan tenggorokan disebabkan jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh
tubuh dan munculnya Herpes Zoster berulang dan bercak-
bercak gatal diseluruh tubuh (Nursalam dan Kurniawati, 2007).
PENGOBATAN PADA PASIEN HIV/AIDS
TERAPI ARV (Antiretroviral)
Tujuan pemberian AR
ARV diberikan pada pasien HIV-AIDS dengan tujuan:
 Menghentikan replikasi HIV
 Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik.
 Memperbaiki kualitas hidup
 Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

Berdasarkan cara kerjanya ARV dibedakan dalam beberapa


golongan yaitu golongan NRTI, NNRTI, dan PI yang termasuk
dalam golongan NRTI adalah: Abacavir, Didanosin, Lamivudin,
Stavudin, Tenolovir, Zalcibatin, Zidotudin sementara yang
termasuk golongan NNRTI adalah: Efavirenz, Neviparin dan yang
termasuk golongan PI adalah: Loponavir, Ritonavir, Nelfinavir,
Saquinavir.
Terapi Modalitas pada pasien dengan
HIV/AIDS
Definisi Terapi Modalitas
Terapi modalitas menurut Perko dan Kreigh
(1998) merupakan suatu tindakan terapi
dimana memiliki pendekatan tertentu baik
secara langsung dan fasilitatif sesuai
dengan teori dan kiat terapis dengan
menjadikan kekuatan klien sebagai modal
utama untuk berubah (Susana S.A et, al.,
2007).
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS)
Menurut Budi Anna Keliat (2004:16) terapi aktivitas
kelompok sosialisasi adalah suatu upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.

Tujuan TAKS adalah:


a) Pasien mampu memperkenalkan diri
b) Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c) Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan
e) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan maslah pribadi pada orang lain
f) Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah
dilakukan.
Terapi Kognitif Perilaku Religius
Penggunaan CBT dengan nilai-nilai religious atau yang sering
disebut dengan CBRT (Cognitive Behavioral Religious
Therapy). CBRT didefinisikan sebagai terapi yang
menggabungkan terapi perilaku dan terapi kognitif yang
mengakomodasi nilai-nilai agama. Terapi ini mengacu pada
prinsip terapi kognitif-perilaku bagi penderita depresi yang
diadaptasi dengan menggunakan dasar-dasar agama.
Tujuannya adalah untuk mengubah perilaku maladaptif, tidak
produktif, dan melemahkan, serta mengadopsi dan
memperkuat proses kognitif yang lebih adaptif serta
didasarkan pada keyakinan dan nilai-nilai agama
(Trimulyaningsih & Subandi, 2010).
Terapi Suportif Ekspresif
Terapi kelompok SE membantu pasien mengekspresikan perasaan kecewa dan
marah secara aman. Tema yang dipilih dalam terapi membantu mengurangi
ketegangan emosi yang selama ini dialami pasien sehingga dapat menurunkan
simptom depresi seperti malu, sedih, merasa bersalah, mudah marah, pesimis,
menarik diri. Melalui interaksi dan dinamika yang terjadi dalam kelompok pada
proses diskusi, pasien mulai menyadari bahwa ternyata ada orang lain yang
memiliki permasalahan sama seperti dirinya. Anggota kelompok saling bertukar
pengalaman dan belajar bagaimana mengatasi perasaan malu, perasaan bersalah
dan sedih. Setiap pasien mengekspresikan kesedihan, perasaan bersalah dan
perasaan negatif lainnya yang selama ini diarahkan kepada dirinya sendiri untuk
kemudian ditransfer kepada anggota lainnya. Sedangkan anggota lainnya
mencoba memberikan dukungan, umpan balik positif sehingga pasien
mendapatkan gambaran diri yang lebih positif.
Terapi Modalitas pada pasien dengan
HIV/AIDS Berdasarkan Evidence Based
Peneliti Sampel Metode Hasil
Yulistina Kristianingsih Sampel sebanyak 32 responden Metode penelitian menggunakan - Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
& Rosy Ameylia dengan teknik quota (Quota jenis penelitian pra- perbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah
sampling) eksperimental dengan diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisai
rancangan One Group Pra-Post (TAKS) Pada penderit HIV positif di Yayasan Bina
Test Design Hati Surabaya.
- Terdapat kesesuaian antara fakta yang diperoleh
oleh peneliti dengan teori dimana Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi (TAKS) dapat menurunkan
tingkat depresi.
- Sebelum diberikan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAKS) sebagian bessar penderita HIV mengalami
depresi sedang.
- Setelah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok (TAKS)
mengalami penurunan tingkat depresi dari depresi
berat menjadi depresi sedang dan depresi sedang
menjadi depresi ringan
Menurut Susana (2007:191), Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien untuk melakukan sosialisasi dengan orang lain dalam
kelompok terapi.

Selain itu keuntungan dari terapi ini dapat memberikan lebih banyak kesempatan sharing informasi
dan pengalaman hidup, support yang bisa diberikan oleh terapis kepada anggota kelompok terapi
atau antar responden untuk memberikan dukungan emosional, harapan hidup, serta meyakinkan
kepada responden bahwa mereka tidak sendirian. Peneliti berpendapat bahwa sharing informasi dan
pengalaman hidup seperti menceritakan masalah yang membuat trauma, menemukan atau
menyarankan cara mengatasi trauma atau masalah dapat membantu responden yang awalnya diam
saja mampu atau bisa bersosialisasi dengan anggota
kelompoknya sehingga pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) ini merupakan salah
satu terapi
yang memberikan kontribusi dalam upaya menurunkan tingkat depresi seseorang dan untuk
meningkatkan
sosialisasi dengan orang lain.
Peneliti Sampel Metode Hasil
Deasy Irawati, Sampel sebanyak 8 Metode penelitian - Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Subandi, & responden dengan teknik menggunakan jenis ada pengaruh teapi kognitif perilaku
Retno quota (Quota sampling) penelitian eksperimental religious terhadap pengurangan
Kumolohadi dengan rancangan kecemasan terhadap kematian pada
eksperiment pre-test subjek penderita HIV/AIDS.
control group - Ada perbedaan penurunan
kecemasan terhadap kematian antara
sebelum dan sesudah diberikan
terapi.
Aplikasi dalam mengatasi kecemasan terhadap kematian akan diterapkan dengan memberikan
pekerjaan rumah setiap hari untuk menerapkan keterampilan yang diajarka. Pelaksanaan program ini dibantu
oleh satu tenaga psikolog sebagai tenaga professional. Psikolog didampingi oleh ko-therapies dan peneliti
sekaligus sebagai observer. Pemberian terapi dilaksanakan secara berkelompok selama lima sesi setiap
minggu dua kali sesi, setiap petemuan 60-100 menit. Selma mendapat terapi, subjek diberi tugas-tugaas untuk
dikerjakan sebgai pekerjaan rumah dan akan dibahas selama terapi.

Teknik lain yang diajarkan kepada subjek adalah relaksasi yang dalam penelitian ini difokuskan pada
relaksasi dengan religious. Relaksasi ini bertujuan untuk mengatasi gejala-gejala fisiologis yang timbul karena
kecemasan dan subjek dilatih untuk melakukan relaksasi tersebut dirumah saat menghadapi situasi-situasi
yang menimbulkan kecemasan terhadap kematian, subjek cenderung mengulangi latihan relaksasi ketika
merasakan efek nyaman yang ditimbulkan. Semua subjek mengatakan dapat merasakan efek relaksasi,
bahwa dengan relaksasi dirinya merasa lebih tenang, merasa nyaman, pikiran tenang, dan semangat
menjalani hidup
Peneliti Sampel Metode Hasil
Tisna Sample penelitian Metode penelitian Berdasarkan analisa uji hipotesis 1 dan 2
Cahyamita, S.Psi sebanyak 22 responden. kuntitatif dengan desain dapat disimpulkan bahwa pemberian
Dengan 11 orang penelitian quasi terapi kelomok SE efektif menurunkan
kelompok experimen dan experiment pre-post depresi pada ODHA.
11 orang kelompok test with control group
kontrol
Terapi kelompok SE dilakukan sesuai dengan modul terapi yang merupakan hasil
adaptasi dan modifikasi modul Supportive-Expressive Group Therapy for People with HIV Infection
: A Primer yang disusun oleh Maldonado, dkk (1996), terdiri dari 7 sesi dengan tema:
1. Self and body image,
2. Efek HIV/AIDS pada keluarga dan orang yang dicintai,
3. Fokus pada terapi yang dijalani,
4. Meningkatkan hubungan dengan tenaga kesehatan,
5. Kemampuan menerima kejadian tidak diinginkan,
6. Menilai kembali makna dan tujuan hidup
7. Evaluasi manfaat terapi.

Terapi dilaksanakan seminggu sekali selama 5 kali pertemuan. Setiap pertemuan


berlangsung 120-300 menit. Metode dalam terapi ini meliputi diskusi, penugasan, relaksasi
(progressive relaxation) dan hipnoterapi (direct suggestion, forgiveness therapy, future pacing).
Terapi ini dilakukan oleh seorang psikolog yang berpengalaman menangani penderita HIV/AIDS,
dibantu dua asisten terapis untuk melakukan observasi dan penilaian kemampuan peserta
mengikuti terapi
THANK YOU :)
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai