Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II

Diabetes Melitus

Dosen pembimbing :

Ns. Didi Kurniawan, M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 2

 Bima Permata Sari (1611123691)


 Dede Hidayat (1711121847)
 Dila Amelia (1711113770)
 Dwi Amelia (1711113673)
 Dwi Reskhi Novithasari (1711113633)
 Fakhrana Hanniyati (1711114901)
 Fauziah Irwan (1711113748)
 Firliany Triamanda (1711113767)
 Fitri Karmila (1711114636)
 Fitri Handayani (1711114861)
 Fitri Rabika Zariyati Putri (1711113737)
 Gita Febriani Pratiwi (1711122591)
 Idzni Nelia Mustafa (1711113717)
 Ilham Muarif (1711113741)
 Ilwana (1711122958)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Diabetes
Melitus”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Didi Kurniawan, M. Kep
sebagai dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Komunitas II dengan materi Konsep
Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok Diabetes Melitus.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas pada kelompok
Diabetes Melitus. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna untuk kami sendiri maupun orang yang
membaca.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun ada kata-kata yang kurang
berkenan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Pekanbaru, 16 Februari 2020

Penulis
Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Keperawatan Komunitas 3
B. Tujuan Keperawatan Komunitas 4
C. Defenisi Diabetes Melitus 4
D. Etiologi Diabetes Melitus 5
E. Epidemiologi Diabetes Melitus 7
F. Patofisiologi Diabetes Melitus 9
G. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus 9
H. Askep pada Kelompok Diabetes Melitus 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan
global. Dikutip dari data WHO 2016, 70% dari total kematian di dunia dan lebih dari
setengah beban penyakit. 90-95% dari kasus Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya. (Perkeni 2015). Diabetes Mellitus terbagi menjadi 3 yaitu tipe I (IDDM), tipe II
(NIDDM), dan Diabetes Gestasional.
International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa epidemiologi
Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Indonesia adalah
negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan
Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang
(Kemenkes, 2018).
Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan
peningkatan angka prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun
2013 menjadi 8,5% di tahun 2018; sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia
mencapai lebih dari 16 juta orang.
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang
komplek dan perawatan yang lama. Oleh karena itu peran perawat komunitas sangat
penting untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan komunitas?
2. Apa tujuan dari keperawatan komunitas?
3. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
4. Apa saja etiologi diabetes mellitus?
5. Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus?
6. Bagaimana epidemiologi diabetes mellitus?
7. Apa saja manifestasi klinis diabetes mellitus?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada kelompok diabetes melitus di komunitas?
C. Tujuan Penulisan

1
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan keperawatan komunitas.
2. Mendeskripsikan diabetes mellitus.
3. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada kelompok diabetes melitus di komunitas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Keperawatan Komunitas


Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,
2017).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkahseperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (wahyudi, 2010)
B. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah mempertahankan sistem klien dalam
keadaan stabil melalui upaya prevensi primer, sekunder, dan tersier (Pacala, 2007;
Wallace dalam Allender; Rector; & Warner, 2014). Adapun penjelasan mengenai upaya
prevensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Prevensi Primer
Prevensi primer ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang sehat. Bentuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah promosi kesehatan agar terhindar dari masalah/penyalit. Contohnya
adalah memberikan imunisasi pada balita, pemberian vaksin, serta promosi
kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Prevensi Sekunder
Prevensi sekunder ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Bentuk intervensi
yang dapat dilakukan adalah pelayanan/asuhan keperawatan mencakup

3
identifikasi masyarakat atau kelompok yang berisiko mengalami masalah
kesehatan, melakukan penanggulangan masalah kesehatan secara tepat dan
cepat, upaya penemuan penyakt sejak awal (skrining kesehatan), pemeriksaan
kesehatan berkala, serta melakukan rujukan terhadap masyarakat yang
memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.
c. Prevensi Tersier
Prevensi tersier ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat pada masa pemulihan setelah mengalami masalah kesehatan.
Bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi pasca
perawatan di fasilitas tatanan pelayanan kesehatan lain untuk mencegah
ketidakmampuan, ketidakberdayaan atau kecacatan lebih lanjut. Contoh
tindakan yang dilakukan adalah melatih rentang pergerakan sendi/range of
motion (ROM) pada klien pasca stroke, atau melakukan kegiatan pemulihan
kesehatan pasca bencana.
C. Defenisi Diabetes Melitus
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. (Perkeni
2015).

D. Etiologi Diabetes Melitus


1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki
tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)

4
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan
fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan
cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar
kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa
darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan
sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan
pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan
33% untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio
diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti
membawa carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil
dan menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil
dan berlanjut setelah hamil.

5
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer. Pada saat seorang
wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan
jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-
hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin
dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini
menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut
sebagai insulin resistance. Saat fungsi insulin dalam
mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula
dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes gestasional.
E. Epidemiologi Diabetes Melitus
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang
lebih tinggi dari batas maksimummengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen
(43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian
yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-negara
berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016).
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun hasil Riskesdas 2018 meningkat menjadi 2%.
Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan usia ≥ 15 tahun yang terendah
terdapat di Provinsi NTT, yaitu sebesar 0,9%, sedangkan prevalensi DM tertinggi di
Provinsi DKI Jakarta sebesar 3,4%.
Pada tahun 2000, jumlah penderita DM di dunia sekitar 171 juta dan
diprediksikan akan mencapai 366 juta jiwa tahun 2030. Di Asia tenggara terdapat 46
juta dan diperkirakan meningkat hingga 119 juta jiwa. Di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO, 2008). Indonesia
adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat,
Brazil dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar
10,3 juta orang (Kemenkes, 2018).

6
F. Patofisiologi Diabetes Melitus
Diabetes melitus yang merupakan penyakit dengan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak karena insulin tidak dapat bekerja secara
optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya. Gangguan
metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena kerusakan pada
sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat kimia, virus dan bakteri.
Penyebab yang kedua adalah penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas dan
yang ketiga karena kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas berfungsi untuk mengatur kadar
glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi akan menstimulasi sel
beta pankreas untuk mengsekresi insulin.
Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat pada
kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi. Penyebab
dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh penyakit autoimun dan
idiopatik.
Gangguan respons metabolik terhadap kerja insulin disebut dengan resistensi
insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pre reseptor dan post
reseptor sehingga dibutuhkan insulin yang lebih banyak dari biasanya untuk
mempertahankan kadar glukosa darah agar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk
menurunkan glukosa darah dengan cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan
otot dan lemak serta menekan produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan
sensitivitas tersebut juga menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa
dalam darah tinggi.
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi
yang melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah
masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang ditandai
dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan yang keluar
menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang melalui urin dan
resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi
sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi
terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika
tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut (Setiyohadi dkk 2009).

7
G. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
1. Meningkatnya frekuensi buang air kecil
Karena sel-sel di tubuh tidak dapat menyerap glukosa, ginjal mencoba
mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya, penderita jadi lebih sering
kencing daripada orang normal dan mengeluarkan lebih dari 5 liter air kencing
sehari. Ini berlanjut bahkan di malam hari. Penderita terbangun beberapa kali
untuk buang air kecil. Itu pertanda ginjal berusaha singkirkan semua glukosa
ekstra dalam darah.
2. Rasa haus berlebihan
Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil, penderita
merasa haus dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti tubuh
Anda mencoba mengisi kembali cairan yang hilang itu. Sering ‘pipis‘ dan rasa
haus berlebihan merupakan beberapa "cara tubuh Anda untuk mencoba mengelola
gula darah tinggi," jelas Dr. Collazo-Clavell seperti dikutip dari Health.com.
3. Penurunan berat badan
Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan berat badan
yang cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel, yang
digunakan sebagai energi, tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber
alternatif bahan bakar
4. Rasa lapar berlebihan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika kadar
gula darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih menginginkan
glukosa yang dibutuhkan sel.
5. Kulit jadi bermasalah
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda
peringatan diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi gelap di
sekitar daerah leher atau ketiak.
6. Penyembuhan lambat
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan
tanda diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah mengalami
kerusakan akibat glukosa dalam jumlah berlebihan yang mengelilingi pembuluh
darah dan arteri. Diabetes mengurangi efisiensi sel progenitor endotel atau EPC,
yang melakukan perjalanan ke lokasi cedera dan membantu pembuluh darah
sembuhkan luka.

8
7. Infeksi jamur
"Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi," demikian Dr.
Collazo-Clavell menjelaskan. Hal itu berarti meningkatkan kerentanan terhadap
berbagai infeksi, meskipun yang paling umum adalah candida dan infeksi jamur
lainnya. Jamur dan bakteri tumbuh subur di lingkungan yang kaya akan gula.
8. Iritasi genital
Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital jadi
seperti sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan gatal.
9. Keletihan dan mudah tersinggung
"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama
sudah merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr. Collazo-
Clavell. Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari
membuat orang lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah tersinggung.
10. Pandangan yang kabur
Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan
akibat langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda tidak
terkendali dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan
mungkin kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi lemah setelah bertahun-
tahun mengalami hiperglikemia dan mikro-aneurisma, yang melepaskan protein
berlemak yang disebut eksudat.
11. Kesemutan atau mati rasa
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa sakit
yang membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh
diabetes. Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah dibiarkan merajalela
terlalu lama, kerusakan saraf bisa menjadi permanen.

H. Asuhan Keperawatan Pada kelompok Diabetes Melitus di Komunitas

Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan


professional yang merupalkan bagian integral dari proses keperawatan yang berdasarkan
pada ilmu keperawatan, yang ditujukan langsung kepada masyarakat dengan menekankan
pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), serta
pengobatan (kuratif), dan rehabilitatif.

9
A. Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
1. Jenis Data Komunitas
a. Data Inti Komunitas
Data inti komunitas terdiri dari:
1) Sejarah/riwayat (riwayat daerah ini, perubahan daerah ini)
2) Demografi (usia, karakteristik, jenis kelamin, distribusi ras, dan distribusi
etnis)
3) Tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok)
4) Status perkawinan
5) Statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia, dan penyebab
kematian)
6) Nilai-nilai, keyakinan, dan agama.
b. Data Subsistem Komunitas
1) Lingkungan Fisik
Meliputi kualitas air, pembungan limbah, kualitas udara, flora, ruang
terbuka, perumahan, daerah hijau, musim, binatang, kualitas makanan dan
akses.
2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Meliputi puskesmas, klinik, rumah sakit, pengobatan tradisional, agen
pelayanan kesehatan di rumah, pusat ermegensi, rumah perawatan, fasilitas
pelayanan sosial, pelayanan kesehatan mental, apakah ada yang
mengalami sakit akut/kronis
3) Ekonomi
Meliputi karaktetisitik keuangan keluarga dan individu, status pekerja,
kategori pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi
industry, pasar, dan pusat bisnis.
4) Transportasi dan Keamanan
Meliputi alat trasnportasi penduduk dating dan keluar wilayah, transportasi
umum, layanan perlindungan kebakaran, polisi, sanitasi dan kualitas udara.
5) Politik dan Pemerintahan

10
Meliputi pemerintahan (TR, RW, desa/kelurahan, kecamatan, dsb),
kelompok pelayanan masyarakat (posyandu, PKK, karang taruna,
posbindu, dsb), Politik (kegiatan politik yang ada di daerah tersebut)
6) Komunikasi
Terdiri dari komunikasi formal (surat kabar, radio, televise, telepon,
internet, dan hotline) dan komunikasi informal (papan pengumuman,
brosur, poster, pengeras suara dari masjid dan sebagainya.)
7) Pendidikan
Meliputi tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan khusus, pelayanan
kesehatan disekolah, program makan siang di sekolah, akses pendidikan
yang lebih tinggi.
8) Rekreasi
Data terkait dengan rekreasi yang perlu dikumpulkan meliputi: taman, area
bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan privat, fasilitas khusus.
c. Data persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi:
1) Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu bagaimana
perasaan masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan di
lingkungan tempat tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka,
permasalahan, tanyakan pada masyarakat kelompok yang berbeda
(misalnya: lansia, remaja, pekerja, professional, ibu rumah tangga, dll).

2) Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari
masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensial
masalah yang dapat diidentifikasi.

Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang
didapat dengan cara: 1) survei epidemiologi; 2) pengamatan epidemiologi; 3)
dan skrining kesehatan. Sedangkan pada data sekunder, data didapatkan dari
data yang sudah ada sebelumnya, sumber data sekunder didapat dari:

11
1) Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit , Puskesmas, atau balai
pengobatan.
2) Instansi yang berhubungan dengan keseharan, misalnya Kementrian
Kesehatan, Dinas Kesehatan, atau Biro Pusat Statistik
3) Absensi sekolah, industry dan perusahaan
4) Secara internasional dapat diperoleh dari data WHO seperti: laporan
populasi dan statistik vital, population bulletin, dll.

Data yang dikumpulkan dalam pengkajian keperawatan komunitas dapat


diperoleh dengan metode wawancara, angket, observasi dan pemeriksaan.
Setelah data terkumpul, analisis data komunitas dapat dilakukan dalam
beberapa tahap yaitu:

1) Kategorisasi,
Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data
pengkajian komunitas diantaranya: a) karakteristik demografi (komposisi
keluarga, usia, jenis kelamin, etnis dan kelompok ras); b) karakteristik
geografis (batas wilayah, jumlah dan besarnya, kepala keluarga (KK),
ruang public dan jalan); c) karakteristik social-ekonomi (pekerjaan dan
jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pola kepemilikan rumah); d)
sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, Puskesmas, klinil, pusat
kesehatan mental, dll).
2) Ringkasan
Setelah melakukan kategorisasi data, maka tugas berikutnya adalah
meringkas data dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan
dalam bentuk ukuran seperti jumlah, bagan dan grafik.
3) Perbandingan
Melakukan analisis data meliputi identifikasi kesenjangan data dan
ketidaksesuaian. Data pembanding sangat diperlukan untuk menetapkan
pola atau kecendrungan yang ada atau jika data tidak benar dan perlu
revalidasi yang membutuhkan dat asli. Contoh perbandingan dapat
dilakukan dengan menggunakan data hasil pengkajian komunitas dan
membandingkannya dengan data lain yang sama yang merupakan standar
yang ditetapkan untuk suatu wilayah kabupaten/kota, atau provinsi atau

12
nasional. Misalnya terkait dengan angka kematian bayi/IMR disuatu
wilayah dibandingkan IMR standar pada tingkat kabupaten/kota.
4) Membuat kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat kategori, ringkasan dan
dibandingkan maka tahap akhir adalah membuat kesimpulan secara logis
dari peristiwa yang kemudian dibuatkan pernyataan penegakan diagnosis
keperawatan komunitas.

Tabel Contoh Analisis Data


Kategori Data Ringkasan Laporan Kesimpulan
Vital Statistik
Angka kematian
bayi/IMR
42/1000 kelahiran Angka kematian bayi di desa A lebih
Desa A hidup tinggi dari desa B dan Kabupaten Mekar
38/1000 kelahiran Baru
Desa B
hidup
Kabupaten Mekar Baru 34/1000 kelahiran
hidup
Penyebab Kematian Penyakit jantung Penyebab kematian paling besar adalah
Desa A 23.2% tuberculosis dan kanker di Desa B.
Tuberkulosis 25.3%
Kanker 18.2%
Desa B
Tuberkulosis 28.3%
Penyakit jantung
22,3%
Kabupaten Mekar Baru Kanker 24,2%

Tuberkulosis 20,3%
Penyakit Jantung 24%
Kanker 12,5%

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis berdasarkan hasil perhitungan skoring dalam penentuan prioritas dalam
proses penalisan (Ervin,2010).
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehan pada kelompok lansia dengan DM
2. Risiko koping tidak efektif pada kelompok swabantu lansia dengan DM
C. Perencanaan Keperawatan Komunitas
Dalam menyusun perencanaan keperawatan kesehatan komunitas melalui langkah-
langkah berikut:
1. Menetapkan Prioritas

13
Perawat dalam menentukan prioritas masalah memperhatikan enam kriteria
(Stanhope Lancaster,2016) yaitu:
a. Kesadaran akan masyarakat akan masalah
b. Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
c. Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
d. Ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi masalah
e. Beratmya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
f. Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai
2. Menetapkan sasaran (Goal)
Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam pelayanan kesehatan sasaran
adalah pernyataann situasi ke depan, kondisi atau status jangka panjang dan belum
bisa diukur. Berikut ini adalah contoh penulisan sasaran:
a. Meningkatkan cakupan imunisasi pada bayi
b. Memperbaiki komunikasi antara orangtua dan guru
c. Meningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah
d. Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler
3. Menetapkan tujuan (Objective)
Tujuan adalah pernyataan hasil yang diharapkan dan dapat diukur, dibatasi waktu
berorientasi pada kegiatan. Berikut ini merupakan karakteristik dalam penulisan
tujuan:
a. Menggunakan kata kerja
b. Menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas penampilan, kuantitas
penampilan, bagaimana penampilan dapat diukur
c. Berhubungan dengan sasaran (goal)
d. Adanya batasan waktu. Penulisan tujuan mengacu pada Nursing Outcome
Classification (NOC)
4. Menetapkan Rencana Intervensi
Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas, maka
harus mencakup:
a. Hal apa yang akan dilakukan
b. Waktu atau kapan melakukannya
c. Jumlah
d. Target atau siapa yang menjadi sasaran
e. Tempat atau lokasi.

14
Hal yang harus diperhatikan saat menetapkan rencana intervensi meliputi

a. Program pemerintah terkait dengan masalah kesehatan yang ada


b. Kondisi atau situasi yang ada
c. Sumber daya yang ada di dalam dan di luar komunitas yang dapat
dimanfaatkan;
d. Program yang lalu yang pernah dijalankan
e. Menekankan pada perberdayaan masyarakat
f. Penggunaan teknologi tepat guna
g. Mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitative. Penyusunan rencana keperawatan komunitas
menggunakan integrasi mengacu pada NIC.
5. Implementasi Keperawatan Komunitas
Implementasi merupakan tahap kegiatan selanjutnya setelah perencanaan kegiatan
keperawatan komunitas. Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal yang sangat
penting dalam implementasi keperawatan kesehatan komunitas adalah melakukan
berbagai tindakan yang berupa promosi kesehatan, memelihara kesehata/
mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan dampak pemulihan. Pada
tahap implementasi ini perawat tetap focus pada program kesehatan masyarakat
yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Tahap implementasi keperawatan
komunitas memiliki beberapa strategi implementasi diantaranya proses kelompok,
promosi kesehatan dan kemitraan (partnership).
6. Evaluasi Keperawatan Komunitas
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara
sitematis mengenai suatu kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan informasi
dan hasil analisis dibandingkan terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan
keberhasilannya untuk keperluan pemangku kepentingan.
a) Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan.
1) Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan
program yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan
kemungkinan adanya temuan utama berupa berbagai masalah dalam
pelaksanaan program.

15
2) Evaluasi sumatif. evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan program
sudah selesai , yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan
temuan utama berupa pencapaian apa saja dari pelaksanaan program.
b) Prinsip-prinsip evaluasi meliputi:
1) Penguatan program
2) Penggunakan berbagai pendekatan
3) Desain evaluasi untuk kriteria penting di komunitas
4) Menciptakan proses partisipasi
5) Diharapkan lebih fleksibel membangun kapasitas.
c) Proses evaluasi meliputi:
1) Menentukan tujuan evaluasi
2) Menyusun desain evaluasi yang kredibel
3) Mendiskusikan rencana evaluasi
4) Menentukan pelaku evaluasi
5) Melaksanakan evaluasi
6) Mendeseminasikan hasil evaluasi
7) Menggunakan hasil evaluasi
d) Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:
1) Relevansi ( relevanvce): apakah tujuan program dapat mendukung tujuan
kebijakan?
2) Keefektifan (effectiveness): apakah tujuan program dapat tercapai?
3) Efisiensi (efficiency): apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling
rendah?
4) Hasil (outcomes): apakah indikator tujuan program membaik?
5) Dampak (impact): apakah indikator tujuan kebijakan baik?
6) Keberlanjutan (sustainability): apakah perbaikan indikator terus berlanjut
setelah program selesai?

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Keperawatan komunitas bertujuan untuk
mempertahankan sistem klien dalam keadaan stabil melalui upaya prevensi primer,
sekunder, dan tersier.
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya. Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita Diabetes Mellitus adalah
meningkatnya frekuensi buang air kecil, rasa haus yang berlebihan, penurunan berat
badan, rasa lapar berlebihan, dan kesemutan atau mati rasa.

A. SARAN
Bagi mahasiswa kesehatan dan petugas pelayanan kesehatan agar memahami konsep
diabetes mellitus dan asuhan keperawatan komunitas pada pasien dengan diabetes
mellitus guna mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian kesehatan. (2018). Cegah, cegah, dan cegah: suara dunia perangi diabetes.
Diakses pada tanggal 16 Februari 2020 dari
https://www.depkes.go.id/article/view/18121200001/prevent-prevent-and-prevent-the-
voice-of-the-world-fight-diabetes.html

Nugroho, Wahyudi. 2010. Gerontik dan Geriatrik. EGC. Jakarta


Riasmini, Ni Made, dkk. 2017. Buku Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,
Kelompok, dan Komunitas dengan modifikasi NANDA, INCP, NOC, dan NIC. Jakarta:
UI-Press
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
III, edisi kelima. Jakarta: Interna publishing, 2009.h.1961.

http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/tanda-dan-gejala-diabetes diakses pada 15 Februari


2020 pukul 20.00 WIB di Pekanbaru

18

Anda mungkin juga menyukai