Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH BUTEYKO BREATHING TECHNIQUE PADA

PASIEN ASMA BRONKIAL

EVIDENCED-BASED NURSING PRACTICE

Disusun oleh :
Farida Situngkir 30190122005
Santi Fitri Yani L T 30190122007
Wanti Winda Agustina 30190122024
Titus Tuka Hapo 30190122037
Rachel Cristina S 30190122039
Fransisca Sitarina P 30190122046
Fransiska Mastika 30190122073

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2022
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Evidenced-Based Nursing Practice Stase Keperawatan Medikal Bedah
yang berjudul “Pengaruh Buteyko Breathing Technique Pada Pasien Asma
Bronkial”.

Laporan kasus ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas stase Profesi
yaitu Keperawatan Medikal Bedah. Dalam penulisan laporan ini penulis juga tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada koordinator stase Keperawatan Medikal
Bedah Ibu Maria Yunita Indriarini., M. Kep. Ns., Sp. Kep. MB atas bantuan dan
informasi nya sehingga selesainya Laporan Evidenced-Based Nursing Practice
ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat


kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan laporan ini. Harapannya semoga laporan ini
menambah wawasan teman-teman dengan adanya materi ini, akhir kata penulis
ucapkan sekian dan terimakasih.

Padalarang, 09 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................


B. Tujuan Penulisan ...........................................................................................
C. Metode Penulisan ..........................................................................................
D. Sistematika Penulisan ....................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Rancangan Evidence-Based Nursing Practice...............................................


B. Strategi Pencarian (PICO)..............................................................................
C. Kiteria Inklusi Dan Eksklusi .........................................................................
D. Flow Diagram Prisma....................................................................................
E. Tabel Ekstraksi Data .....................................................................................
F. Pembahasan ...................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Asma merupakan gangguan inflamasi kronis dan hipersensitivitas


bronkus terhadap berbagai rangsangan alergen yang ditandai dengan
penyempitan saluran napas yang bersifat reversibel dan menyerang hampir
semua jenis umur baik anak maupun dewasa (Mahmoud, 2018). Asma
adalah gangguan inflamasi kronis pada saluran napas yang menyebabkan
serangan berulang berupa sesak napas mengi, dada terasa berat dan batuk
terutama pada malam hari atau dini hari (Kobzik L., 2012). Penyebab utama
asma adalah tungau debu rumah di tempat tidur, karpet dan furnitur boneka,
polusi, bulu hewan peliharaan, asap tembakau, iritasi kimia di tempat kerja
dan polusi udara. Asma dapat dibedakan dari penyakit paru obstruktif
kronik dan penyakit infeksi pernafasan lainnya dengan bantuan Spirometri
dan peak expiratory flow meter (Baxi, 2010).
...............................................Jumlah penderita asma di dunia sekitar 334 juta, sedangka
penderita di Asia sekitar 5% (16.700.000) dari populasi (Global Asthma
Report, 2014). Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi asma di Indonesia
sekitar 4,5% (873.329) dari total penduduk Indonesia sebanyak
248.818.100. Angka kejadian asma tertinggi pada usia 25-34 tahun 5,7%
dan 35-44 tahun 5,6% dengan prevalensi tertinggi pada wanita 4,6% dan
pria 4,4%. Salah satu metode yang dikembangkan untuk meningkatkan
pernapasan pada penderita asma adalah teknik pernapasan, yang dapat
berupa latihan aerobik, senam, dan teknik pernapasan seperti Thai chi,
Yoga, Mahatma, Buteyko dan Pranayama (Cohen et al., 2019).
Salah satu terapi komplementer untuk memperbaiki pernapasan
penderita asma yang ilmiah dan komprehensif, yaitu metode Buteyko yang
ditemukan dan dikembangkan oleh Profesor Konstantin Buteyko dari Rusia
(Kerstjens et al., 2020 dan Heaney dkk., 2021). Teknik pernapasan Buteyko
adalah teknik pernapasan yang berfokus pada pernapasan hidung, menahan
napas, dan relaksasi. Buteyko mengajarkan pasien asma untuk menjalani
serangkaian latihan pernapasan dangkal dan lambat, dan mendorong
pernapasan melalui hidung (Melhorn et al., 2020 dan Lee et al., 2021 dan
Chipps et al., 2018). Teknik pernapasan Buteyko berusaha untuk
mengurangi ventilasi alveolar pada pasien asma untuk menangkal
hiperventilasi paru (Kornmann et al., 2020; Sumino et al., 2020; Fernandez
et al., 2021).
Metode Buteyko ditemukan oleh dokter klinis Rusia, Mr. Konstantin
Pavlovich Buteyko, MD, PhD. Terapi Buteyko bertujuan untuk mengurangi
hiperventilasi kronis. Penelitian Melastuti (2015), Shankar dkk. (2019), dan
Pelaia et al. (2019) menemukan bahwa adanya perbedaan nilai kontrol
gejala asma sebelum dan sesudah digunakan metode pernapasan Buteyko
meningkat dari 20,35 menjadi 21,29 dan signifikansi (p value 0,00 < 0,05).
Prastyanto (2016) dan Kosse et al. (2019) melakukan penelitian di
Universitas Negeri Yogyakarta tentang Pengaruh Latihan Pernapasan
Buteyko Terhadap Peak Expiratory Flow (APE) Pada Penderita Asma.
Mereka menemukan pengaruh yang signifikan dari Buteyko Breathing
Exercise terhadap Peak Expiratory Flow dengan nilai p 0,000 0,05.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan evidenced-based practice nursing dengan judul “Pengaruh
Buteyko Breathing Technique Pada Pasien Asma Bronkial”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh buteyko breathing technique pada pasien
asma bronkial
2. Tujuan Khusus
a) Untuk menganalisa perbedaan setiap artikel tentang buteyko breathing
technique pada pasien asma bronkial
b) Untuk menganalisa persamaan setiap artikel tentang buteyko
breathing technique pada pasien asma bronkial
C. Metode Penulisan
Evidenced Based Nursing Practice ini menggunakan analisis dengan
beberapa artikel yang telah ditemukan dan diperoleh dari berbagai sumber
yaitu dari Scient Direct, Pubmed, Research Gate dan Google Scholar yang
dibatasi terbitan tahun 2012-2022 dan artikel tersebut diakses dalam format
pdf. Kata kunci artikel tersebut yaitu Adult, Buteyko Breathing Technique
dan Asthma Broncial.
Artikel – artikel yang telah didapat tersebut dianalisis berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi. Jenis data yang diperoleh variatif, berupa
kualitatif maupun kuantitatif. Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan
sesuai dengan topik kajian. Kemudian dilakukan penyusunan laporan
berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara logis dan sistematis.
Simpulan didapatkan setelah membaca ulang kembali pada tujuan
penulisan dan pembahasan. Simpulan yang ditarik membahas pokok
bahasan makalah, serta didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi
selanjutnya.

D. Sistematika Penulisan
BAB I berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II berisi rancangan Evidence-Based Nursing Practice, Strategi
Pencarian (PICO), Kriteria Inklusi Dan Eksklusi, Flow Diagram PRISMA,
Table Ekstraksi Data Dan Pembahasan
BAB III berisi simpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rancangan Evidence-Based Nursing Practice


Evidence-Based Practice adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan proses melalui pertanyaan yang manakah bukti penelitian ilmiah
yang berkualitas tinggi yang dapat diperoleh dan diterjemahkan ke dalam
keputusan praktik terbaik untuk meningkatkan kesehatan (Steglitz, Warnick,
Hoffman, Johnston, & Spring, 2015). Model John Hopkins memiliki 3 domain
prioritas masalah, yaitu praktik keperawatan, penelitian, dan pendidikan. Terdapat
beberapa tahapan dalam pelaksanaan model ini, yaitu menyusun practice question
yang menggunakan PICO approach, menentukan evidence dengan penjelasan
mengenai setiap level yang jelas dan translation yang lebih sistematis dengan
model lainnya serta memiliki lingkup yang lebih luas.
1) Komponen EBN
a) Penelitian Keperawatan
Penelitian keperawatan sangat berpengaruh terhadap praktik keperawatan
berbasis bukti. Penelitian keperawatan memegang peranan penting terhadap
suatu hambatan atau masalah yang timbul di dalam praktik keperawatan
sehingga dengan adanya penelitian ini hambatan atau masalah yang terjadi di
dalam praktik keperawatan dapat diatasi dengan mudah secara efektif dan
efisien serta tidak merugikan klien atau pasien.
b) Pengalaman
Peran perawat terhadap teman sejawatnya adalah sebagai fasilitator
mengenai pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, pengalaman
seorang perawat sangat diperlukan untuk mendukung pratik berdasarkan
EBP kepada seorang klien.
c) Pendidikan
Perawat yang lulus dari perguruan tinggi memiliki ilmu yang berbeda – beda
dalam dirinya masing – masing sehingga dalam memberikan asuhan
keperawatan juga berbeda antara perawat satu dengan lainnya. Perawat yang
bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi akan semakin kompeten dalam
melakukan tugasnya sebagai seorang perawat. Pendidikan diperlukan bagi
seorang perawat dalam menunjukan keprofesionalitasannya dalam mengurus
pasien tentunya keprofesionalitasan ini sangat mendukung implementasi
EBP dalam praktiknya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan seorang perawat sangat berhubungan dengan kompetensi
seorang perawat dalam menjalankan tugasnya di bidang pelayanan
kesehatan. Pengetahuan seorang perawat didukung oleh pendidikannya dan
kegiatannya selama proses penempuan ilmu keperawatan.
e) Pelatihan
Perawat akan memberikan pelayanan yang terbaik dan bermutu bagi pasien
serta dapat meningkatkan kualitas perawat terutama dalam pengaplikasian
EBP. Pelatihan ini juga akan membuat perawat bersikap profesional
terhadap tugasnya
f) Keterampilan
Keterampilan sangat diperlukan dalam pengimplementasian EBP.
Keterampilan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah keterampilan
menggunakan bukti –bukti yang telah ada yang dapat digali dari riset hasil
penelitian. Keterampilan seorang perawat akan diuji dengan tindakannya
kepada seorang pasien. Apakah ia terampil dalam menggunakan fasilitas
yang ada di institusi kesehatan.

2) Tahapan praktik EBN


a) Merumuskan kerangka pertanyaan klinis
b) Mengumpulkan bukti terbaik dan paling relevan
c) Mengevaluasi bukti yang telah dikumpulkan secara kritis
d) Menggabungkan bukti penelitian dengan keahlian klinis
e) Mengevaluasi keputusan hasil praktik.
B. Strategi Pencarian (PICO)

Artikel didapat dengan menggunakan PubMed, Google Scholar dan Research Gate dengan pencarian ((adult) AND (buteyko
breathing) AND (asthma bronchial))
P : Pasien dengan Asma Bronkial
I : Buteyko Breathing Technique
C : tidak ada pembanding
O : Dyspnea berkurang

No Judul Artikel Dan


Population Intervention Comparison Outcome
Penulis (Tahun)
Pernapasan
1. Effect of buteyko Masalah dalam Penelitian ini memiliki desain Tidak ada intervensi pembanding buteyko memiliki
breathing exercise penelitian ini ialah kelompok paralel dengan dalam artikel efek
in newly diagnosed 100 pasien asma peserta secara acak menguntungkan
asthmatic patients yang baru dialokasikan ke dalam pada penderita
Tahun : 2015 didiagnosis dengan kelompok intervensi yang asma. Terdapat
kelompok usia dari diajarkan latihan pernapasan perbedaan yang
25-60 tahun dipilih. Buteyko dan kelompok lainnya signifikan dalam
Perokok dan diberi kortikosteroid inhalasi pengendalian
penderita asma (ICS). Latihan pernapasan gejala asma harian
kronis dikeluarkan Buteyko ditunjukkan kepada antara orang yang
kelompok intervensi. Mereka menjalani
diinstruksikan untuk pengobatan
melakukan latihan pernapasan konvensional dan
minimal dua kali dalam sehari mereka yang
melakukan
(Pagi dan Sore). Tindak lanjut pernapasan
rutin dilakukan melalui Buteyko
panggilan telepon yang sering. Dengan efektivitas
Juga para peserta diminta yang setara
untuk mengunjungi rumah dengan steroid,
sakit setiap minggu sekali latihan pernapasan
untuk menilai kesejahteraan Buteyko ini
mereka dan mendapatkan memiliki
umpan balik mereka keuntungan
tambahan karena
tidak memiliki
efek samping,
tidak seperti
steroid .
Dari 100 peserta,
sebagian besar
peserta berada
dalam kelompok
usia 31-40 tahun.
Diamati bahwa
ada perbaikan
subjektif
keseluruhan gejala
asma antara
kelompok
intervensi pada
akhir 2 bulan
(yang secara
statistik
signifikan) bila
dibandingkan
dengan kelompok
kontrol. Juga, ada
peningkatan
fungsi paru dalam
hal laju aliran
ekspirasi puncak
pada kedua
kelompok

Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa efektivitas
latihan pernapasan
Buteyko
dibandingkan
pengobatan
standar pada
pasien asma yang
baru didiagnosis.
Ada peningkatan
yang signifikan
secara statistik
dari Kontrol Asma
dan PEFR harian
pada kelompok
yang melakukan
latihan pernapasan
Buteyko selama 2
bulan
dibandingkan
kelompok kontrol

The Effect of
2. Buteyko Populasi penelitian penelitian True Experimental Tidak ada intervensi pemanding Hasil penelitian
Complementer ini adalah seluruh kuantitatif dengan rancangan dalam artikel menunjukkan bahwa ada
Technique on pasien asma yang Randomized Controlled Trial pengaruh yang signifikan
Recurrence bekerja di wilayah (RCT). Metodologi teknik komplementer
Frequency in kerja Puskesmas pengambilan sampel Buteyko terhadap
Patients Asthma Sokaraja. Jumlah menggunakan metode frekuensi kekambuhan
Bronchiale sampel 74 dan secara pengacakan dua blok, di mana asma pada penderita
Tahun : 2022 acak dibagi menjadi kelompok perlakuan diberi Asma Bronkiale dengan
37 kelompok kode A dan kelompok kontrol (p value = 0,000 < α =
perlakuan dan 37 diberi kode B berdasarkan 0,05). Teknik
kelompok kontrol. kriteria inklusi 74 responden. komplementer Buteyko
Selain itu, frekuensi dapat menurunkan
kekambuhan asma dinilai pada frekuensi kekambuhan
kedua kelompok. Perlakuan asma pada penderita
yang diberikan pada kelompok Asma Bronkial.
perlakuan adalah teknik
komplementer Buteyko secara
bertahap seminggu sekali dan
dievaluasi 3 kali frekuensi
kekambuhan asma dalam 12
minggu menggunakan
instrumen Asthma Control
Test (ACT). Instrumen ACT
terdiri dari 5 aspek yang
digunakan untuk menilai
gejala asma (pagi, siang dan
sore), kegunaan obat
penyelamat dan dampak asma
pada kehidupan sehari-hari
dengan penilaian: asma
terkontrol penuh (25), asma
terkontrol sebagian (20 -24)
dan Asma tidak terkontrol
(<19). Uji analisis data
menggunakan Repeated
Measures Anova Test.
3 Effect Of Buteyko Masalah dalam Penelitian quasi eksperimental Tidak ada intervensi pemanding Hasil penelitian
Breathing penelitian ini, ialah ini menggunakan pendekatan dalam artikel berdasarkan perhitungan
Technique On Lung 14 pasien asma yang pretest and post test one group hasil uji paired t test
Function In dipilih dari poli paru design. Penelitian ini hanya diatas tampak nilai
Bronchial Asthma RSUP Dr. Hasan menggunakan 1 kelompok, pretest FEV1-Post tes
Patients Sadikin Bandung. yaitu kelompok intervensi. FEV1 memiliki nilai
Latihan teknik pernapasan p<0,05, artinya terjadi
buteyko dilakukan 15-60 apa peningkatan fungsi paru
satuannya dalam satu hari, secara signifikan antara
dengan frekuensi latihan nilai FEV1 sebelum dan
minimal dua kali dalam satu sesudah diberikan teknik
minggu selama 4 minggu. pernapasan buteyko. Hal
Kemudian dilakukan ini memberikan makna
pemeriksaan fungsi paru ada pengaruh latihan
dengan menggunakan teknik pernapasan
spirometri. Fungsi paru yang buteyko terhadap fungsi
diukur dengan nilai FEV1. paru yang di ukur dengan
Nama alat yang digunakan menggunakan spirometri.
adalah peak flow meter.
Pengukuran pre test dimulai
dari screening awal pasien
asma pada minggu pertama
bertemu dengan pasien.
Kemudian latihan teknik
pernapasan buteyko dilakukan
dirumah, minimal 2 kali dalam
seminggu. Klien diberikan
buku catatan harian melkukan
teknik pernapasan buteyko.
Selanjutnya pada minggu ke
IV, pasien dilakukan
pemeriksaan spirometri (post
test) untuk mengetahui nilai
FEV1.
4. The effect of Masalah dalam Desain dalam penelitian ini Tidak ada intervensi pembanding Berkaitan dengan
Buteyko breathing penelitian ini ialah kuasi-eksperimental dimana dalam jurnal ini karena tujuan dalam keparahan gejala asma
technique among 100 pasien yang jumlah sampel 100 pasien penelitian ini menilai pengaruh bronkial, dalam
patients with mengidap asma pengidap asma bronkial yang praktik BBT terhadap gejala asma penelitian ini ditemukan
bronchial asthma: bronkial dengan usia dibagi menjadi dua kelompok, pada pasien asma bronkial bahwa ada perbedaan
Comparative study 20-60 tahun dengan yaitu kelompok control dan yang signifikan antara
tujuan untuk melihat kelompok intervensi. Sesi kelompok kontrol dan
keefektifan pertemuan dilakukan secara kelompok intervensi
pemberian terapi individu atau kelompok pasca penerapan BBT.
buteyko (maksimal 2-6 pasien) sesuai Hasil penelitian
dengan keadaan dan menunjukkan
ketersediaan pasien. BBT peningkatan yang
dilaksanakan dalam 10 sesi; 4 signifikan secara statistik
sesi untuk sesi teori dan 6 sesi pada kelompok intervensi
untuk praktik bagian. Setiap dibanding kelompok
sesi teori sekitar 30 menit, dan control pada pasien asma
setiap sesi praktik sekitar 50 bronkial pasca penerapan
menit. Fase ini adalah BBT, karena kelompok
dilaksanakan pada kelompok intervensi lebih dapat
belajar saja. Intervensi mengontrol gejala asma
meliputi diskusi kelompok bronkial dan mengurangi
peserta, yang bertemu dengan keparahan dari gejala
peneliti untuk aplikasi BBT yang timbul.
dan satu sesi tindak lanjut
setiap minggu untuk menilai
asma mereka gejala dan
memastikan kesinambungan
aplikasi BBT

5. Effect of Buteyko Empat puluh pasien Setiap pasien dilatih dengan Penelitian ini membandingkan Hasil penelitian ini
breathing technique dari kedua jenis teknik pernapasan Buteyko pengaruh teknik nafas buteyko pada mendukung efek yang
on patients kelamin, menderita dua kali per minggu, dan dua grup yaitu grup intervensi dan baik dari BBT pada
with bronchial asma bronkial selama sesinya sekitar (20 menit). grup control. pasien asma bronkial. Ini
asthma 3 tahun atau lebih Minggu pertama setiap pasien secara signifikan
dimasukkan dalam kelompok ini dilatih teknik mengurangi kekambuhan
penelitian ini. pernapasan Buteyko secara dan tingkat keparahan
Mereka dipilih intensif selama 4 hari asma bronkial utama
dari 23 Juli Rumah kemudian 5 minggu berikutnya gejala (bangun malam
Sakit Dada dan sebanyak 2 sesi per minggu. hari, gejala pagi hari
diberikan persetujuan Waktu sesi adalah di pagi hari keterbatasan aktivitas,
komite etik. Semua setidaknya dua jam setelah sesak napas, mengi,
pasien diperiksa dan makan. Setiap pasien prediksi PEFR%, dan
didiagnosis dengan melakukan teknik ini sendiri di Kortikosteroid Inhalasi).
para dokter rumah rumah dua kali sehari (di pagi Dan secara signifikan
sakit dan sore hari, setidaknya meningkatkan PEFR.
2 jam setelah makan) selama BBT akan meningkatkan
waktu penelitian. tingkat fungsi dan
kapasitas pasien untuk
hidup mandiri dengan
mengurangi keparahan
asma gejala dan
kambuhnya serangan
asma
6. The Effectiveness Populasi dalam Intervensi yang diberikan Tidak ada intervensi pembanding Hasil analisis
of Giving Buteyko penelitian ini adalah adalah teknik pernapasan karena tujuan penelitian ini adalah menunjukkan bahwa tiga
Breathing pasien asma yang buteyko pada kelompok untuk mengetahui efektifitasnya bulan setelah mengikuti
Technique to dirawat jalan di intervensi dan kelompok teknik pernapasan buteyko pada program Buteyko,
Recurrence in Puskesmas Mayong control selama 3 bulan. pasien asma brokial. responden asma
Asthma Patients 1 Kabupaten. Jepara. mengalami 81% makin
Sampel yang berkurang gejala asma.
digunakan dalam Sebagaimana hasil
penelitian ini tersebut, mereka
sebanyak 34 orang mengalami penurunan
teriri dari 17 orang pengobatan pereda
kelompok intervensi antiinflamasi rata-rata
dan 17 orang sebesar 96% dan
kelompok kontrol. pencegah steroid rata-rata
sebesar 49%. Sesudah
diberikan tindakan
pernapasan buteyko di
Puskesmas Mayong 1
Kecamatan Mayong
Kabupaten Jepara
kekambuhan asma pada
responden yang di
intervensi teknik
pernapasan Buteyko
mengalami penurunan
sedangkan pada
responden ontrol tidak
mengalami penurunan.
7 Pengaruh Teknik Populasi Rancangan penelitian yang Tidak ada intervensi pemanding Hasil penelitian ini
Pernapasan dalam artikel
pada penelitian ini digunakan adalah Desain adalah bahwa
Buteyko Terhadap
Kekambuhan Asma adalah seluruh Quasy Experimental Pre and adanya penurunan gejala
Bronkial
pasien asma rawat Post Test without asma setelah
jalan Puskemas Control Group diberikan perlakuan
Lempake Samarinda (Kelana, 2015). Populasi teknik pernapasan
yaitu sekitar 349 pada penelitian ini adalah Buteyko. Hal ini
orang, sampel seluruh dipengaruhi oleh
penelitian ini adalah pasien asma rawat jalan kondisi responden yang
11 Puskemas tidak dalam
orang dan drop out Lempake Samarinda yaitu serangan asma saat
3 orang sehingga sekitar 349 penelitian, dan
berjumlah 8 orang, orang, sampel penelitian ini respoden menghindari
memiliki kriteria adalah 11 faktor pemicu
inklusi pasien asma orang dan drop out 3 orang kekambuhan asma seperti
yang tidak dalam sehingga stres, aktifitas
kondisi serangan, berjumlah 8 orang, memiliki yang berlebihan, bulu
usia dewasa 20-65 kriteria kucing, kutu
tahun (Feldman, inklusi pasien asma yang debu, polusi udara,
2012) pasien tidak dalam udara dingin serta
dengan kondisi serangan, usia dukungan keluarga
derajat kekambuhan dewasa 20-65 dalam menjalankan
perisisten ringan tahun (Feldman, 2012) teknik pernapasan
dan sedang, dan pasien dengan Buteyko.
tidak dalam derajat kekambuhan
mengonsumsi obat- perisisten ringan
obatan. dan sedang, dan tidak
dalam
mengonsumsi obat-obatan.
Sedangkan
untuk kriteria eksklusinya
yakni pasien
asma yang memilki
penyakit
komplikasi.
C. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi yang digunakan adalah
a. Artikel yang memenuhi kriteria PICO yang digunakan
b. Artikel yang memiliki responden dengan asma
c. Artikel yang memiliki tipe intervensi teknik nafas buteyko
d. Artikel yang memiliki perbandingan pernafasan klien sebelum dan
sesudah intervensi teknik nafas buteyko
2. Kriteria eksklusi
a. Artikel yang dirilis dibawah tahun 2012
b. Artikel yang melibatkan intervensi lain selain teknik nafas buteyko
didalamnya
D. Flow Diagram PRISMA
Artikel jurnal dari Artikel jurnal dari
pencarian yang pencarian yang
menggunakan database menggunakan database
pubmed Scholar (cindekia)
(n=389) (n=679)

Hasil setelah dilakukan pembatasan


tahun dan fulltext
2015-2022
(n=122)

Artikel jurnal yang


didapatkan setelah dilakukan artikel yang di ekslusikan
skrining judul, keyword, dan
abstrak (n=264)

(n=683)

Artikel yang di dapatkan


setelah reading fultext Artikel yang di inklusikan

(n=20) (n=28)

Total artikel jurnal yang dapat


diambil
(n=7)
E. Tabel Ekstraksi Data

No Author / tahun Bahasa Sumber Tujuan penelitian Metode penelitian Hasil / temuan
artikel
Untuk menilai efek Pernapasan buteyko
1. Prasanna, K. Inggris Pubmed Penelitian
latihan pernapasan memiliki efek
B., Sowmiya, dilakukan di
Buteyko pada pasien menguntungkan pada
K. R., & Tagore Medical
asma yang baru penderita asma.
Dhileeban, C. College and
didiagnosis. Untuk Terdapat perbedaan
M. Effect of Hospital. Secara
diketahui perbaikan yang signifikan dalam
Buteyko total, 100 pasien
gejalanya pada pengendalian gejala
breathing asma yang baru
pasien yang asma harian antara
exercise in didiagnosis
menjalani latihan orang yang menjalani
newly menghadiri
pernapasan Buteyko. pengobatan
diagnosed departemen rawat konvensional dan
asthmatic jalan obat (OPD) mereka yang
patients. dari Tagore melakukan pernapasan
International Medical College, Buteyko.
Journal of dan Rumah Sakit Efektivitas yang setara
Medicine and dipilih secara acak dengan steroid, latihan
Public Health, untuk penelitian pernapasan Buteyko ini
5(1). ini. Latihan memiliki keuntungan
Tahun 2015 pernapasan tambahan karena tidak
Buteyko memiliki efek samping,
ditunjukkan tidak seperti steroid.
kepada kelompok Dari 100 peserta,
sebagian besar peserta
intervensi. Mereka berada dalam
diinstruksikan kelompok usia 31-40
untuk melakukan tahun. Diamati bahwa
latihan pernapasan ada perbaikan subjektif
minimal dua kali keseluruhan gejala
dalam sehari (Pagi asma antara kelompok
dan Sore). Tindak intervensi pada akhir 2
lanjut rutin bulan (yang secara
dilakukan melalui statistik signifikan) bila
panggilan telepon dibandingkan dengan
yang sering. Juga kelompok kontrol.
para peserta Juga, ada peningkatan
diminta untuk fungsi paru dalam hal
mengunjungi laju aliran ekspirasi
rumah sakit setiap puncak pada kedua
minggu sekali kelompok
untuk menilai
kesejahteraan
mereka dan
mendapatkan
umpan balik
mereka.

2. Kuswati, A., & Inggris Pubmed Tujuan dari penelitian Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian menunjukkan
Haryati, W. ini adalah untuk True Experimental bahwa ada pengaruh yang
The Effect of mengetahui pengaruh kuantitatif dengan signifikan teknik
Buteyko pendekatan rancangan Randomized komplementer Buteyko
Complementer suplementasi Buteyko Controlled Trial (RCT). terhadap frekuensi
Technique on terhadap kekambuhan Tujuan penelitian ini adalah kekambuhan asma pada
Recurrence asma pada individu untuk mengetahui pengaruh penderita Asma Bronkiale
Frequency in dengan asma bronkial pendekatan Buteyko dengan (p value = 0,000 < α =
Patients Complementary terhadap 0,05). Teknik komplementer
Asthma kejadian kekambuhan asma Buteyko dapat menurunkan
Bronchiale. pada penderita asma frekuensi kekambuhan asma
Tahun 2022 bronkial di Wilayah Kerja pada penderita Asma Bronkial.
Puskesmas Sokaraja
Kabupaten Bnayumas.
Metodologi pengambilan
sampel menggunakan
metode pengacakan dua
blok, di mana kelompok
perlakuan diberi kode A
dan kelompok kontrol
diberi kode B berdasarkan
kriteria inklusi 74
responden. Selain itu,
frekuensi kekambuhan
asma dinilai pada kedua
kelompok. Perlakuan yang
diberikan pada kelompok
perlakuan adalah teknik
komplementer Buteyko
secara bertahap seminggu
sekali dan dievaluasi 3 kali
frekuensi kekambuhan
asma dalam 12 minggu
menggunakan instrumen
Asthma Control Test (ACT)
(Knihtila et al., 2018;
Evaristo et al. , 2020).
Instrumen ACT terdiri dari
5 aspek yang digunakan
untuk menilai gejala asma
(pagi, siang dan sore),
kegunaan obat penyelamat
dan dampak asma pada
kehidupan sehari-hari
dengan penilaian: asma
terkontrol penuh (25), asma
terkontrol sebagian (20 -24)
dan Asma tidak terkontrol
(<19). Uji analisis data
menggunakan Repeated
Measures Anova Test.

3. Sutrisna, Indonesia Scholar Tujuan dari penelitian Penelitian quasi Berdasarkan perhitungan hasil
Marlin dan ini adalah untuk eksperimental ini uji paired t test diatas tampak
Mariza mengetahui pengaruh menggunakan pendekatan nilai pretest FEV1-Post tes
Arfianti. Effect teknik nafas buteyko pretest and post test one FEV1 memiliki nilai p<0,05,
Of Buteyko pada fungsi paru group design. Penelitian ini artinya terjadi peningkatan
Breathing pasien asma bronkial hanya menggunakan 1 fungsi paru secara signifikan
Technique On kelompok, yaitu kelompok dengan perbedaan nilai FEV1
Lung Function intervensi. Jumlah sampel setelah diberikan teknik
In Bronchial dalam penelitian ini pernapasan buteyko lebih
Asthma berjumlah 14 pasien asma. tinggi daripada sebelum
Patients. Latihan teknik pernapasan diberikan teknik pernapasan
Tahun 2020 buteyko dilakukan 15-60 buteyko. Hal ini memberikan
menit dalam satu hari, makna ada pengaruh latihan
dengan frekuensi latihan teknik pernapasan buteyko
minimal dua kali dalam satu terhadap fungsi paru yang di
minggu selama 4 minggu. ukur dengan menggunakan
Kemudian dilakukan spirometri.
pemeriksaan fungsi paru
dengan menggunakan
spirometri.

4. Yosreah Inggris Scholar Penelitian ini Desain penelitian Hasil penelitian ini didapatkan
Mohamed, bertujuan untuk menggunakan kuasi- bahwa ada perbedaan yang
Sabah Elderiny menilai pengaruh eksperimental dengan signifikan antara kelompok
and Dr. Lobna praktik BBT terhadap sampel penelitian yang studi dan kontrol mengenai
Ibrahim. The gejala asma pada digunakan ialah 100 subjek. semua item dan skor total
effect of pasien asma bronkial Subyek dialokasikan secara keparahan gejala asma bronkial
Buteyko melalui hal-hal acak menjadi dua pasca penerapan BBT.
breathing berikut: kelompok, 50 ditugaskan Keparahan gejala dan
technique  Menilai keparahan untuk kelompok studi dan kebutuhan untuk pengobatan
among patients gejala asma 50 pasien untuk kelompok berkurang pada kelompok studi
with bronchial diantara pasien kontrol. Tiga alat yang pasca implementasi BBT
asthma: dengan asma digunakan untuk dibandingkan dengan sebelum
Comparative bronkial dalam pengumpulan data: lembar implementasi. Mengenai
study studi dan kelompok penilaian pasien, penilaian kontrol asma bronkial, hasil
Tahun 2019 kontrol. keparahan gejala asma penelitian menunjukkan
 Menilai kontrol bronkial dan penilaian peningkatan yang signifikan
asma dalam studi kontrol asma. Dalam secara statistik dalam studi
dan kelompok penelitian digunakan 2 alat daripada kelompok kontrol
kontrol di antara kuesioner untuk menilai dalam kaitannya dengan semua
pasien dengan efektivitas BBT. Kuesioner item dan tingkat skor total
asma bronkial. pertama ialah kuesioner kontrol asma bronkial pasca
 Mengevaluasi penilaian keparahan gejala penerapan BBT, karena
efektivitas berlatih asma bronkial: digunakan kelompok studi tampaknya
BBT pada gejala untuk menilai tingkat lebih terkontrol. Penelitian ini
asma bronkial dan keparahan asma sesuai sejalan dengan hipotesis bahwa
kontrol antara dengan kriteria yang berlatih BBT memiliki efek
pasien dengan ditetapkan oleh National positif pada peningkatan
asma bronkial. Heart, Lung and Blood pengendalian penyakit pasien
Institute, National Asthma dan mengurangi keparahan
Education and Prevention gejala.
Program dalam kuesioner
ini terdapat lima item
didalamnya ialah: gejala
siang hari dan nokturnal,
beta-agonis kerja pendek
yang digunakan, dan
gangguan pada aktivitas
normal. Penilaian derajat
keparahan asma bronkial
dinilai sebagai intermiten,
persisten ringan, persisten
sedang, dan persisten berat.
Kuesioner kedua yang
digunakan ialah kuesioner
pengendalian
asma:digunakan untuk
menilai tingkat kontrol
asma; yang diadopsi dari
GINA, 2012 yang
didalamnya termasuk lima
item; gejala siang dan
malam, penggunaan pereda
dan pembatasan aktivitas.
Tingkat kontrol asma
diperkirakan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan
sebagai (kontrol, sebagian
terkontrol dan tidak
terkontrol)

5. Hassan, Zahra Indonesia Scholar Untuk menilai efek Empat puluh pasien dengan Ada peningkatan laju aliran
Mohamed, dari teknik pernapasan asma bronkial berpartisipasi ekspirasi puncak dengan 51%
Nermine Buteyko pada laju dalam penelitian ini, usia di grup (A) dan meningkat
Mounir Riad aliran ekspirasi mereka berkisar antara 30 3,6% di grup (B). Di sana
dan Fatma puncak, gejala harian dan 50 tahun. Mereka adalah penurunan hasil
Hassan asma, Kontrol jeda dibagi menjadi dua kuesioner pengendalian asma
Ahmed. Effect dan obat-obatan pada kelompok yang sama, dengan 52% di grup (A) dan
of Buteyko pasien dengan asma kelompok (A) menerima dengan 0,8% di grup (B). Di
breathing bronkial. teknik pernapasan Buteyko sana adalah peningkatan dalam
technique on (BBT), dan obat-obatan tes jeda Kontrol dengan 69%
patients yang diresepkan oleh dalam kelompok A dan 8% di
with bronchial dokter, sedangkan grup B. Dalam penelitian ini
asthma kelompok (B) tidak persentase perubahan steroid
Tahun 2012 melakukan program terapi inhalasi adalah penurunan
fisik apa pun hanya obat- dosis pada 33% kelompok A
obatan yang diresepkan dan 15% di grup B
oleh dokter. Program
berlanjut selama 6 minggu
(2 sesi per minggu kecuali
minggu pertama adalah 4
sesi per minggu). Aliran
ekspirasi puncak tarif
(PEFR), Tes jeda kontrol
dan gejala harian asma
(kuesioner kontrol asma)
adalah diukur pada awal
dan setelah program
pengobatan untuk kedua
kelompok.
Siswanti,
6. Heny. The Indonesia Scholar Penelitian ini Jenis penelitian ini adalah Hasil analisis menunjukkan
Effectiveness bertujuan untuk kuasi eksperiment dengan bahwa tiga bulan setelah
of Giving mengetahui efektifitas desain pre test dan post test mengikuti program Buteyko,
Buteyko pernapasan Buteyko two group. Populasi dalam responden asma mengalami
Breathing
Technique to terhadap penurunan penelitian ini adalah pasien 81% makin berkurang gejala
Recurrence in gejala pada pasien asma yang dirawat jalan di asma. Sebagaimana hasil
Asthma Asma di Puskesmas Puskesmas Mayong 1 tersebut, mereka mengalami
Patients. nalumsari Jepara. Kabupaten. Jepara. Sampel penurunan pengobatan pereda
Tahun 2019 yang digunakan dalam antiinflamasi rata-rata sebesar
penelitian ini sebanyak 34 96% dan pencegah steroid rata-
orang teriri dari 17 orang rata sebesar 49%. Sesudah
kelompok intervensi dan 17 diberikan tindakan pernapasan
orang kelompok kontrol. buteyko di Puskesmas Mayong
Tehnik sampling yang 1 Kecamatan Mayong
digunakan dalam penelitian Kabupaten Jepara kekambuhan
ini adalah dengan asma pada responden yang di
menggunakan tehnik intervensi teknik pernapasan
purposive sampling. Data Buteyko mengalami penurunan
pada penelitian ini sedangkan pada responden
dianalisis menggunakan ontrol tidak mengalami
satu program komputer. penurunan.
Data dianalisis dengan
menggunakan analisis
univariat dan bivariat.
Analisis bivariat yang
digunakan adalah uji – t.
Pengaruh Indonesia scholer Menganalisis Rancangan penelitian Hasil penelitian ini
7. Teknik pengaruh yang menunjukkan pengaruh teknik
Pernapasan pelaksanaan digunakan adalah Desain pernapasan Buteyko dengan
Buteyko teknik pernapasan Quasy Experimental Pre frekuensi 3 kali sehari selama 2
Terhadap Buteyko terhadap and Post Test without minggu.
Kekambuhan kekambuhan asma Control Group Hasil penelitian ini sejalan
Asma Bronkial bronkial. (Kelana, 2015). Populasi dengan penelitian Melastuti E
pada penelitian ini adalah (2015), dengan judul
seluruh “Efektivitas Teknik
pasien asma rawat jalan Pernapasan Buteyko Terhadap
Puskemas Pengontrolan Asma di Balai
Lempake Samarinda yaitu Kesehatan Paru Masyarakat
sekitar 349 Semarang” yang
orang, sampel penelitian menyimpulkan bahwa terdapat
ini adalah 11 perbedaan kontrol asma
orang dan drop out 3 sebelum dan sesudah dilakukan
orang sehingga teknik pernapasan Buteyko
berjumlah 8 orang, dengan (p value < 0,05) yaitu
memiliki kriteria 0,00. Hasil penelitian
inklusi pasien asma yang Nurdiansyah (2013) dengan
tidak dalam judul “Pengaruh Teknik
kondisi serangan, usia Pernapasan Buteyko Terhadap
dewasa 20-65 Penurunan Gejala Pasien Asma
tahun (Feldman, 2012) Kota Tangerang Selatan”, juga
pasien dengan selaras dengan hasil penelitian
derajat kekambuhan ini bahwa teknik pernapasan
perisisten ringan Buteyko efektif terhadap
dan sedang, dan tidak penurunan gejala asma pada
dalam penderita asma dengan p value
mengonsumsi obat-obatan. 0,00.
Sedangkan
untuk kriteria eksklusinya
yakni pasien
asma yang memilki
penyakit komplikasi
F. Pembahasan
1. Pengertian Buteyko
Teknik pernapasan buteyko adalah sebuah teknik pernapasan
yang dikembangkan oleh profesor Konstantin buteyko dari rusia. Ia
meyakini bahwa penyebab utama penyakit asma menjadi kronis karena
masalah hiperventilasi yang tersembunyi, dengan program dasar
memperlambat frekuensi pernapasan agar menjadi normal. Program
tersebut termasuk sebuah panduan untuk memperbaiki pernapasan
diafragma (dada) dan belajar bernapas melalui hidung (Wiwit Febrina,
2018).
Latihan Pernapasan Buteyko merupakan salah satu teknik olah
napas yang bertujuan untuk menurunkan ventilasi alveolar terhadap
hiperventilasi paru penderita asma .Latihan pernapasan Buteyko tidak
bertentangan dengan manajemen asma secara konvensional. Latihan
pernapasan Buteyko menjadi pelengkap manajemen asma. Awalnya,
manfaat dari Latihan pernapasan Buteyko yaitu terlihat pada
pengurangan gejala dan pengurangan penggunaan bronkodilator
(Kusuma et al., 2019).

2. Manfaat Buteyko
Buteyko pada prakteknya mempunyai fungsi yaitu memperbaiki
jalan napas, menguatkan otot pernapasan, melebarkan saluran
pernapasan. Hal ini dapat mengurangi gejala- gejala asma dan dapat
meningkatkan nilai arus puncak ekspirasi sehingga asma terkendali
(Wiwit Febrina, 2018).
Teknik Pernapasan Buteyko memanfaatkan teknik pernapasan
alami secara dasar dan berguna untuk mengurangi gejala dan
memperbaiki tingkat keparahan pada penderita asma. Teknik Pernapasan
Buteyko berguna untuk mengurangi ketergantungan penderita asma
terhadap obat/ medikasi asma. Selain itu, teknik pernapasan ini juga
dapat meningkatkan fungsi paru dalam memperoleh oksigen dan
mengurangi hiperventilasi paru (Widyastuti Yuli, 2019).

3. Tujuan Teknik Buteyko


Secara garis besarnya, teknik pernapasan Buteyko bertujuan untuk
memperbaiki pola napas penderita asma dengan cara memelihara
keseimbangan kadar CO2 dan nilai oksigenasi seluler yang pada akhirnya
dapat menurunkan gejala asma. Tujuan umum dari teknik pernapasan
Buteyko adalah untuk rekondisi penderita agar dapat bernapas normal
(Sabri & Chan, 2018)
4. Pelaksanaan Teknik Buteyko
a. Persiapan
- Duduk di lantai atau di kursi
- Pertahankan postur tubuh yang tegak.
- Rilekskan otot-otot pernapasan.
- Bernapas secara normal selama beberapa menit.

b. The control pause


- Setelah mengembuskan napas dengan rileks, tahan napas.
- Gunakan jari telunjuk dan ibu jari untuk menutup hidung
- Pertahankan napas sampai kamu merasakan dorongan untuk
bernapas, ini termasuk gerakan diafragma yang tidak disengaja.
Kemudian, tarik napas.
- Bernapas secara normal setidaknya selama 10 detik.-
- Ulangi beberapa kali.

c. The maximum pause


- Setelah mengembuskan napas dengan rileks, tahan napas.
- Gunakan jari telunjuk dan ibu jari untuk menutup hidung.
- Pertahankan napas selama mungkin, dalam the maximum pause
biasanya dua kali lebih lama jika dibandingkan dengan the
control pause.
- Setelah merasa tidak nyaman, tarik napas.
- Bernapas secara normal setidaknya selama 10 detik.
- Ulangi beberapa kali.
5. Pengaruh teknik pernafasan buteyko terhadap penderita asma

Teknik Pernafasan Buteyko dapat membantu mengatasi otot-otor


pernafasan agar tidak kelelahan. Tujuan dari metode Buteyko yang
sederhana dan mudah dipraktikkan ini adalah untuk mengembalikan
ke volume udara yang normal. Menurut Adha (2013) efektif
dilakukannya teknik pernafasan buteyko adalah 2 kali sehari selama
20 menit. Dan hasil dapat dilihat dalam satu minggu (Asma et al.,
2019).

Pada saat melakukan latihan pernapasan buteyko, bagian toraks dan


diafragma mengubah tekanan dalam toraks untuk menghasilkan
gerakan udara. Pada saat inspirasi (menarik napas), diafragma
mendatar dan tulang rusuk terangkat. Kontraksi diafragma dan otot
interkostal eksterna menarik rusuk keatas dan ke depan sehingga
memperluas diameter transversal dan anteroposterior. Dengan
terjadinya peningkatan volume dada dan paru, tekanan alveolar
menurun dan udara tertarik ke paru. Toraks yang bertambah luas
membuat tekanan intrapleural menjadi negatif yang akan
memperluas paru (Black & Hawks, 2014).

Berdasarkan ketujuh artikel yang diambil oleh kelompok, didapatkan


bahwa teknik pernafasan buteyko dapat memengaruhi penderita
asma yaitu:
a. Fungsi paru
Pergerakan toraks dan diafragma mengubah tekanan dalam
toraks untuk menghasilkan gerakan udara. Gerakan udara
tersebut tergantung pada perbedaan tekanan antara atmosfer dan
udara paru, dengan aliran udara dari daerah tekanan tinggi ke
daerah tekanan rendah. Pada waktu inspirasi (menarik napas),
kubah diafragma mendatar dan sangkar rusuk terangkat. Seiring
dengan terjadinya peningkatan volume dada dan paru, tekanan
alveolar menurun sehingga udara tertarik ke paru (Black &
Hawks, 2014). Maka dengan demikian, pernapasan menjadi
lebih baik menghasilkan oksigenasi yang baik, sehingga fungsi
paru kembali normal.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutrisna (2020) didapatkan
bahwa ada pengaruh positif teknik pernapasan buteyko terhadap
fungsi paru setelah dilakukan latihan teknik nafas buteyko
selama 16-60 hari, fungsi paru dalam penelitian ini diukur
menggunakan spirometri dimana terjadi peningkatan fungsi paru
pada penderita asma setelah melakukan teknik nafas buteyko.
b. Respiration Rate
Teknik pernapasan buteyko ini bertujuan untuk memperbaiki
pernafasan diafragma, mengatasi kelelahan otot pernafasan,
serta menurunkan produksi mucus dan histamine, sehingga akan
terjadi efek relaksasi pada otot polos bronkus dan terbukalah
jalan napas. Hal ini akan mengurangi rasa sesak yang dirasakan
penderita asma sehingga pola nafas lebih teratur. Hiperventilasi
bertanggung awab terhadap peningkatan bronkospasme yang
merupakan akibat dari upaya tubuh menahan karbondioksida,
dengan menggunakan tehnik pernafasan Buteyko yang prinsip
dasarnya adalah nasal breathing (pernafasan hidung), efek
turbulensi disaluran nafas yang diakibatkan oleh penyempitan
jalan nafas akan berkurang sehingga ventilasi-perfusi didalam
paru akan meningkat serta kondisi yang mengakibatkan tubuh
harus menyimpan karbondioksida berlebih didalam tubuh dapat
berkurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Hassan (2012) didapatkan
perubahan pola nafas yang dialami kedua grup yang berbeda.
Grup yang diberi intervensi nafas buteyko mengalami perbaikan
pola nafas sebanyak 51% dari jumlah grup sementara grup yang
tidak mendapat intervensi mengalami perburukan sebanyak
3.6%. hal ini menunjukan bahwa teknik nafas buteyko dapat
memperbaiki pola nafas penderita asma.
c. Pengontrolan gejala Asma
Secara garis besar, teknik pernapasan buteyko bertujuan untuk
memperbaiki pola napas penderita asma dengan cara
memelihara keseimbangan kadar CO2 dan nilai oksigenasi
seluler yang pada akhirnya dapat menurunkan gejala asma.
Metode buteyko digunakan terutama sebagai teknik alami untuk
mengurangi gejala dan keparahan asma. Hal ini juga digunakan
oleh penderita asma untuk mengurangi ketergantungan pada
obat-obatan. Metode ini juga digunakan untuk kondisi
pernapasan lainnya termasuk bronkitis dan emfisema (Dupler,
2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Melastuti (2015), Mohamed
(2019), dan Prasanna (2015) didapatkan bahwa terdapat
peningkatan control gejala asma pada penderita asma setelah
melakukan teknik nafas buteyko dan didapatkan juga penurunan
penggunaan obat-obatan kortikosteroid untuk mengurangi gejala
asma yang terjadi.
d. Kekambuhan asma
Control pause (mengontrol jeda napas) dilakukan dengan cara
bernapas normal melalui hidung lalu mulai aktifkan stopwatch
kamudian menahan napas hingga merasa kekurangan udara,
selepas itu hentikan stopwatch dan ulangi langkah tersebut
hingga 3 menit. Selain itu, saat menahan napas pO2 alveoli
menurun dan pCO2 meningkat. Saat terjadi hiperventilasi, kadar
CO2 dalam alveoli menurun sehingga bronkus menyempit
sebagai kompensasi dalam mempertahankan kadar CO2 dalam
tubuh. Menahan napas berfungsi untuk menstabilkan kadar CO2
dalam alveoli sehingga dapat mencegah terjadinya
bronkospasme. Oleh karena itu, pentingnya menahan napas pada
pasien asma agar kadar CO2 dalam alveoli dapat selalu stabil
sehingga dapat terhindar dari bronkospasme dan kekambuhan
asma dapat dikurangi.
Penelitian yang dilakukan Maskhanah (2019) didapatkan bahwa
terjadi penurunan kekambuhan asma pada responden setelah
dilakukan latihan teknik nafas buteyko.
BAB III
A. Kesimpulan :

Berdasarkan dari analisis dan pembahasan, penulis mendapatkan


kesimpulan yang diperoleh dari hasil literature review dari 7 artikel yang
dijadikan landasan dalam studi ini tentang manfaat teknik pernapasan
Buteyko pada pasien asma usia dewasa di Asia. Responden yang
digunakan untuk latihan ini idealnya pada usia 15-60 tahun. Teknik
pernapasan Buteyko dapat dipadukan dengan macam-macam latihan
seperti ACBT dan Diaphragmatic Breathing sehingga mendapatkan hasil
yang signifikan pada penurunan gejala asma. Kesimpulan yang diperoleh
penulis adalah teknik pernapasan Buteyko memberikan manfaat yang
signifikan pada 17 pasien asma dewasa. Teknik pernapasan Buteyko
memberikan efek terhadap fungsi pulmonal, kontrol asma, penggunaan
obat, dan gangguan fungsional asma
DAFTAR PUSTAKA

Baxi SN, Phipatanakul W. The role of allergen exposure and avoidance in asthma.
Adolesc Med State Art Rev 2010;21:57-71.
Cohen, J. M., Bateman, B. T., Huybrechts, K. F., Mogun, H., Yland, J., Schatz,
M., & Hernandez-Diaz, S. (2019). Poorly Controlled Asthma during
Pregnancy Remains Common in the United States. The Journal of Allergy
and Clinical Immunology: In Practice, 7(8), 2672-2680.
El-Mashad GM, Mahmoud AA, Hafez AAA. The prevalence of bronchial asthma
among primary school children in Menoufiya Governorate (El-Bagour
Center). Menoufia Medical Journal. 2018; 37(124):89-94.
Hassan, Z. M., Riad, N. M., & Ahmed, F. H. (2012). Effect of Buteyko breathing
technique on patients with bronchial asthma. Egyptian Journal of Chest
Diseases and Tuberculosis, 61(4), 235-241.
Kerstjens, H. A., Maspero, J., Chapman, K. R., van Zyl-Smit, R. N., Hosoe, M.,
Tanase, A. M., ... & Iridium trial investigators. (2020). Once-Daily,
Single-Inhaler Mometasone–Indacaterol–Glycopyrronium Versus
Mometasone– Indacaterol or Twice-Daily Fluticasone–Salmeterol in
Patients with Inadequately Controlled Asthma (IRIDI)
Kobzik L. The lung — bronchial asthma. In: Robbins Pathologic Basis of
Disease, ed. Cotran RS, Kumar V, Collins T, 6th ed., p. 712-6. 2.
Kornmann, O., Mucsi, J., Kolosa, N., Bandelli, L., Sen, B., Satlin, L. C., &
D'Andrea, P. (2020). Efficacy and Safety of Inhaled Once-Daily Low-
Dose Indacaterol Acetate/Mometasone Furoate in Patients with
Inadequately Controlled Asthma: Phase III Randomised QUARTZ Study
Findings. Respiratory Medicine, 161, 105809.
Kusuma, D., Putri, A., Kristinawati, B., & Hidayat, T. (2019). Aplikasi Teknik 62
Universitas Muhammadiyah Magelang Pernapasan Buteyko untuk
Memperbaiki Pernapasan Diafragma pada Pasien dengan Sesak Napas di
Ruang Gawat Darurat. 1(1), 716–720
Kuswati, A., & Haryati, W. (2022). The Effect of Buteyko Complementer
Technique on Recurrence Frequency in Patients Asthma
Bronchiale. ITALIENISCH, 12(2), 127-132.
Maskhanah, M., Noorhidayah, N., & Firdaus, R. (2019). Pengaruh Teknik
Pernapasan Buteyko Terhadap Kekambuhan Asma Bronkial. MNJ
(Mahakam Nursing Journal), 2(6), 254-262.
Melastuti, E., & Husna, L. (2015). Efektivitas teknik pernafasan buteyko terhadap
pengontrolan asma di balai kesehatan paru masyarakat
semarang. Nurscope: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah
Keperawatan, 1(2), 1-7.
Melhorn, J., Howell, I., & Pavord, I. D. (2022). Should We Apply a Treatable
Traits Approach to Asthma Care?. Annals of Allergy, Asthma &
Immunology.
Mohamed, Y., Elderiny, S., & Ibrahim, L. (2019). The effect of Buteyko
breathing technique among patients with bronchial asthma: Comparative
study. International Journal of Midwifery and Nursing Practice, 2(2), 01-
10.
Prasanna, K. B., Sowmiya, K. R., & Dhileeban, C. M. (2015). Effect of Buteyko
breathing exercise in newly diagnosed asthmatic patients. International
Journal of Medicine and Public Health, 5(1).
Sabri, Y. S., & Chan, Y. (2018). Artikel Penelitian Penggunaan Asthma Control
Test ( ACT ) secara Mandiri oleh Pasien untuk Mendeteksi Perubahan
Tingkat Kontrol Asmanya. 3(3), 517–526.
Siswanti, H. (2019). Efektifitas Pemberian Teknik Pernapasan Buteyko terhadap
Kekambuhan pada Pasien Asma. Proceeding of the URECOL, 796-801.
Sutrisna, M., & Arfianti, M. (2020). Pengaruh Teknik Pernapasan Buteyko
terhadap Fungsi Paru Pada Pasien Asma Bronchial. SAINTEK: Jurnal
Ilmiah Sains dan Teknologi Industri, 3(1), 140-150.
Widyastuti Yuli, Q. S. (2019). Control Pause Pada Penderita Asma. 2(1), 1–9.
Wiwit Febrina, Y. & S. R. (2018). REAL in Nursing Journal ( RNJ ). Pernafasan
Buteyko Bermanfaat Dalam Pengontrolan Asma, 1(1), 1–8

Anda mungkin juga menyukai