Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1 CENGKARENG
Jl. Kemuning Raya No.17, RT.14/RW.5, Cengkareng Bar., Cengkareng, Kota Jakarta
Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11730

Disusun Oleh :
Nama :
NIM :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019
A. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Isolasi sosial
merupakan keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk
memiliki keterlibatan kontak dengan orang lain, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut
(Carpenito-Moyet dalam sutejo, 2017).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunanatau bahkan sama
sekali tidak mampu beriteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damayanti & Iskandar, 2012).

Menurut Townsend dalam Badar (2016), isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang
dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai keadaan yang negatif
dan mengancam.

Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan dan emnghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang bersifat
sementara atau menetap (Muhith dalam sutejo, 2017)

Isolasi sosial adalah keadan ketika seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Kliat dalam
sutejo, 2017).

B. Etiologi
Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena (Sutejo,2017)
1) Individu merasa ditolak
2) Tidak diterima
3) Kesepian
4) Tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain

C. Rentang Respon

RENTANG RESPONS NEROBIOLOGIS


Respon Adaptif
Respons Maladaptif
Berpikir logis pikiran sesekali terdistrosi gangguan pemikiran/

Persepsi akurat ilusi waham

Emosi konsisten dengan reaksi emosional berlebihan halusinasi

Pengalaman atau tidak bereaksi kesulitan pengelolahan

Perilaku sesuai perilaku aneh atau penarikan emosi


Berhubungan sosial tidak biasa perilaku kacau

Isolasi sosial

(Sumber : Stuart, 2013)

D. Pengkajian

1. Faktor Predisposisi (Sutejo, 2017)

Faktor prediposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor perkembangan, faktor


biologis, dan faktor sosiokultural.

Berikut ini merupakan penjelasan dari faktor prediposisi :


a. Faktor perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain adalah keluarga. Kurangnya stimulasi
maupun kasih sayang dari ibu/ pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.
Ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada
orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Jika terdapat hambatan dalam
mengembangkan rasa percaya pada masa ini, maka anak akan mengalami
kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya.
Pada masa kanak-kanak, pembatasan aktivitas atau kontrol yang
berlebihan dapat membuat anak frustasi. Pada masa praremaja dan remaja,
hubungan antara individu dengan kelompok atau teman lebih berarti daripada
hubungannya dengan orang tua. Remaja akan merasa tertekan atau
menimbulkan sikap bergantung ketika remaja tidak dapat mempertahankan
keseimbangan hubungan tersebut. Pada masa dewasa muda, individu
meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan interdependen
antara teman sebaya maupun orang tua. Individu siap untuk membentuk suatu
kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.
Pada masa dewasa tengah, individu mulai terpisah dengan anakanaknya,
ketergantungan anak-anak terhadap dirinya mulai menurun. Ketika individu
bisa mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan
anak, kebahagiaan akan diperoleh dengan tetap. Pada dewasa akhir, individu
akan mengalami berbagai kehilangan, baik kehilangan keadaan fisik,
kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran.
b. Faktor biologis ( Sutejo, 2017)
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden
tertinggi skizofrenia, misalnya, ditemukan pada keluarga dengan riwayat
anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Selain itu, kelainan pada struktur
otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak
serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor sosial budaya (Sutejo, 2017)


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan atau isolasi sosial. Gangguan ini
juga bisa disebabkan oelh adanya norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga, seperti anggota tidak produktif yang diasingkan dari lingkungan
sosial. Selain itu, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia,
orang cacat dan berpenyakit kronik juga turut menjadi faktor prediposisi isolasi
sosial.

2. Faktor Presipitasi (Sutejo, 2017)

Terdapat beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan gangguan isolasi


sosial. Faktor-faktor tersebut, antara lain berasal dari stresor-stresor berikut ini :
a. Stresor sosiokultural
Stresor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya
b. Stresor psikologik
Intesitas ansietas (ansietas) yang ekstrim akibat terpisah dengan orang
lain dan memanjang disertai dengan terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulakn berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
c. Stresor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang menganggu pergembangan hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan cenderung sulit untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan memicu persepsi yang menyimpang dan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain (isolasi sosial).
d. Stresor fisik
Stresor fisik yang memicu isolasi sosial : menarik diri dapat meliputi
penyakit kronik dan keguguran.

3. Penilaian Stressor/Tanda dan Gejala (Sutejo, 2017)

Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang ditemukan pada klien pada saat
wawancara biasanya berupa beberapa hal dibawah ini :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Klien merasa tidak berguna
g. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Tanda dan gejala isolasi yang di dapat melalui observasi, antara lain :
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Tindakan berulang dan tidak bermakna
e. Asyik dengan pikirannya sendiri
f. Tidak ada kontak mata
g. Tampak sedih, apatis, afek tumpul.
Isolasi sosial merupakan keadaan subjektif. Meskipun demikian,
perawat harus memvalidasi inferensi atau dugaan yang berkonsentrasi pada
perasaan kesendirian karena penyebabnya beragam dan setiap klien
menunjukkan kesendirian mereka dalam cara yang berbeda. Menurut carpenito
moyet (2009), karateristik isolasi sosial terbagi menjadi dua, yaitu karakter
utama (mayor) dan karakter tambahan (minor).

a. Karakter utama
Karakter yang harus hadir (satu atau lebih karakter) ini meliputi
mengekspresikan perasaan kesendirian atau penolakan, hasrat untuk
melakukan kontak dengan orang lain, memberitahukan adanya rasa
ketidakamanan dalam situasi sosial, dan mendeskripsikan kurangnya
hubungan yang bermakna.
b. Karakter tambahan
1) Waktu berjalan lambat
2) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusaan
3) Merasa tidak berguna
4) Menarik diri
5) Sedih, afek tumpul
6) Rendahnya kontak mata
7) Diasyikkan oleh pikiran dan kenangan
8) Tampak depresi, cemas, atau marah
9) Gagal untuk berinteraksi dengan orang-orang dekat

4. Sumber Koping (Ah yusuf, Rizky, Hanik)

Sumber koping merupaka suatu evaluasi terhadap pilihan koping pada strategi
seseorang.Strategi koping yang digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan
yang lebih luas seperti dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal
seperti kesenian, musik, atau tulisan.
a. Kemampuan personal
Klien sudah tidak merespon apa yg perawat tanyakan, dan hanya berfokus
pada dirinya sendiri
b. Kemampuan dukungan social
- Keluarga pasien sudah tau dan menerima jika pasien mengalami
Isolasi Sosisal
- Keluarga ingin pasien bisa sembuh
c. Asset material
- Ekonomi rendah
- Dekat dengan pelayanan kesehatan
d. Kepercayaan
Klien sudah tidak merespon

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas yang


merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping
yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah), dan isolasi.
Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting
merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai
baik buruk. Sementara itu, isolasi merupakan perilaku mengasingkan diri dari orang
lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017)
E. Pohon Masalah

Risiko perubahan sensoripersepsi : halusinasi

Isolasi diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


kronis

(Sutejo, 2017)

F. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial (Yoseph, 2008)

G. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWA
TAN
Tujuan (TUK / Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUM)
Isolasi sosial TUM : 1. Setelah ….x 1.1 Bina hubungan Membina
Klien dapat interaksi, klien saling percaya hubungan saling
berinteraksi menunjukan dengan percaya dengan
dengan orang lain tanda-tanda mengemukakan klien. Kontak
percaya kepada prinsip yang jujur,singkat
TUK 1 : Klien perawat : komunikasi
dan konsisten
a. Ekspresi wajah terapeutik :
dapat membina dengan perawat
cerah,tersey um a. Ucapkan salam
hubungan dapat membantu
b. Malu terapeutik. Sapa
saling percaya klien dengan klien membina
berkenalan
c. Ada kontak ramah, baik verbal kembali interaksi
mata ataupun non verbal. penuh percaya
d. Bersedia b. Jabat tangan dengan orang
menceritaka dengan klien. lain.
n perasaan c. Perkenalan diri
e. Bersedia dengan
mengungka
pkan

masalah sopan.
d. Tanyakan
nama lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
klien.
e. Jelaskan
tujuan
pertemuan.
f. Membuat
kontrak
topic,waktu
dan tempat
setiap kali
bertemu
dengan klien.
g. Tunjukan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya.
h. Beri
perhatian
kepada klien
dan perhatian
kebutuhan
dasar klien.
TUK 2 : Klien Criteria evaluasi : 2.1 Tanyakan pada
mampu klien tentang :
menyebutkan a. Orang yang
Klien dapat menyebutkan tinggal
penyebab Dengan
minimal satu penyebab serumah atau mengetahui tanda
isolasi sosial.
isolasi sosial.penyebab sekamar dan gejala isolasi
munculnya isolasi sosial dengan sosial yang
: diri sendiri, orang lain, klien. muncul, perawat
dan lingkungan. b. Orang yang dapat menentukan
paling dekat langkah intervensi
dengan klien selnjutnya.
dirumh atau
ruang
perawatan
c. Hal apa yang
membuat
klien dekat
dengan
orang
tersebut.
d. Orang yang
tidak dekat
dengan
klien, bik
dirumah atau
diruang

perawatan
e. Apa yang
membuat klien
tidk dekat
dengan orang
tersebut.
f. Upaya yng
sudah
dilakukan agar
dekat dengan
orang lain.

2.2 Diskusikan
dengan klien
penyebab isolasi
sosial atau tidak
mau bergaul
dengan orang lain
2.3 Beri pujian
terhadap
kemmpuan klien
dalam
menungkapkan
perasaan
TUK 3: Criteria evaluasi : Perbedaan seputar
Klien mampu 1. Klien dapat 3.1 Tanyakan kepada manfaat hubungan
menyebutkan menyebutkan klien tentang : sosial dan
keuntungan keuntungan a. Manfaat kerugian isolasi
berhubungan dalam hubungan sosial b. sosial membantu
sosial dan berhubungan Kerugian isolasi klien
sosial, seperti : sosial mengidentifikasi
kerugian dari apa yang terjadi
a. Banyak 3.2 Diskusikan
isolasi sosial pada
teman bersama klien
b. Tidak tentang manfaat dirinya,sehingga
kesepian berhubungan dapat diambil
c. Bisa diskusi sosial dan langkah untuk
d. Saling kerugian isolasi mengatasi
menolong sosial. masalah ini.
2. Klien dapat 3.3 Beri pujian
menyebutkan terhadap Penguatan (
kerugian kemampuan reinforcement)
menarik diri, klien dalam dapat membantu
seperti : mengungkapkan meninggalkan
a. Sendiri perasaanya. harga diri klien.
b. Kesepian
c. Tidak bisa
diskusi.

TUK 4 : Criteria evaluasi 4.1 Observasi Kehadiran orang


1. Klien dapat perilaku klien yang dapat
Klien dapat melaksanakan ketika dipercaya
melaksanakan hubungan sosial berhubungan memberi klien
hubungan sosial secara bertahap sosial. rasa aman dan
dengan : 4.2 Jelaskan kepada terlindungi.
secara bertahap
a. Perawat klien cara
b. Perawat lain berinteraksi
c. Klien lain dengan orang
d. Keluarga lain.
Kelompok 4.3 Berikan contoh
cara berbicara
dengn orang
lain.
4.4 Beri kesempatan
klien
memperaktikan
cara berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan
dihadapan
perawat.
4.5 Bantu bklien
berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan
dihadapan
perawat.
4.6 Bila klien sudah
menunjukan
kemajuan,
tingktan jumlah
interaksi dengan
dua,tiga, empat
orang dan
seterusnya.
4.7 Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilkukan
oleh klien
4.8 Latih klien
bercakap-cakap
dengan anggota
bkeluarga saat
melakukan
kegiatan dengan
anggota
keluarga saat
melakukan
kegiatan harian
dan kegiatan
rumah tangga.
4.9 Latih klien
bercakap-cakap
saat melakukan
kegiatan sosial
misalnya :
belanja
kewarung,kepas
ar,ke kantor pos,
ke bank dan
lain-lain
4.10 Siap
mendengrkan
ekspresi
perasaan klien
setelahberintera
ki dengan orang
lain. Mungkin
klien akan
mengungkapkan
keberhasilan
atau
kegagalannya.
Beri dorongan
terus-menerus
agar klien tetap
semangat
meningkatkan
interaksinya.
TUK 5: Criteria evaluasi : 5.1 Diskusikan Ketika klien
1. Klien dapat dengan merasa
Klien mampu menjelaskan klien dirinya lebih
menjelaskan perasaanya tentang baik dan
setelah perasaanya mempunyai
perasaanya
berhubungan setelah makna, interaksi
setelah berhubungan
sosial dengan: sosial dengan
berhubungan sosial dengan :
a. Orang lain orang lain dapat
sosial. a. Orang lain
Kelompok ditingkatkan
b. Kelompok
5.2 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya.
TUK 6 : Criteria evaluasi : 6.1 Diskusikan Dukungan dari
Klien dapat menjelaskan pentingya peran keluarga
Klien tentang : serta keluarga merupakan
mendapatkan 1. Isolasi sosial sebagai bagian penting
beserta tanda pendukung dari rehabilitas
klien.
dukungan dan gejalanya. untuk mengatasi
keluarga dalam 2. Penyebab dan perilaku isolasi
memperluas akibat dari sosial.
hubungan isolasi social 6.2 Diskusikan
sosial. 3. Cara merawat potensi keluarga
klien menarik untuk
membantu klien
diri.
mengatasi
perilaku isolasi
sosial
6.3 Jelaskan pada
keluarga tentang
:
a. Isolasi sosial
beserta tanda
dan gejalanya
b. Penyebab dan
akibat isolasi
sosial cara
merawat
klien isolasi
sosial n
6.4 Latihan keluarga
cara merawat
klien isolasi
sosial.
6.5 Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang
dilatihkan.
6.6. Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
untuk
bersosialisasi
6.7 Beri pujian terhadap
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : Criteria 7.1 Diskusikan Membantu
Klien dapat evaluasi :bi sa dengan klien dalam
memanfaatkan menyebutkan tentang manfaat meningkatkan
obat dengan : dan kerugian perasaan kendali
baik a. Manfaat minum tidak minum dan keterlibatan
obat obat,nama,warn dalam perawatan
b. Kerugian yang a,dosis,cara,efek kesehatan klien.
ditimbulkan
terapi dan efek
akibat tidak
samping
minum obat
penggunaan
c. Nama,warna,do
sis,efek terapi dan efek obat.
samping obat Akibat 7.2 Pantau klien pada saat
berhenti minum obat penggunan obat
tanpa konsultasi dokter 7.3 Berikan kepada pujian
kepada klien jika klien
menggunakan obat
dengan benar
7.4 Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dokter.
7.5 Anjurkan klien untuk
konsultasi dengan
dokter atau nperawat
jika terjadi halhal yang
tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2017. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Yosep, Iyus, S.Kp., M.Si. 2008. Keperawatan Jiwa. Bandung : Reliks Aditama

Yusuf, Ah, Rizky Fitriyasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar

Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai