Anda di halaman 1dari 32

SISTEM

KARDIOVASKULAR

ENDANG DWI SUHARTININGSIH 1610711055

AGATTA SURYA WIJAYA 1610711088

ANANDA OKTAVIANTI 1610711091

ADELIA PUTRI FITRIASNSYAH 1610711098


Ventricular Septal Defect
Definisi

▪ Ventricular Septal Defect (VSD) adalah kelainan jantung


bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang
tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi
septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Sehingga
darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
(Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnose medis dan NANDA,
2015).
▪ Ventricular Septal Defect (VSD) merupakan penyakit jantung
bawaan (congenital heart disease, CHD) yang paling sering
ditemukan pada bayi dan anak. VSD merupaka 20-30%
Klasifikasi Etiologi

▪ Defek Kecil Lebih dari 90% kasus penyakit


jantung bawaan penyebabnya adalah
▪ Defek Sedang multifaktor. Faktor yang berpengaruh adalah:
1) Faktor ekstrogen
▪ Defek Besar - Ibu hamil mengkonsumsi beberapa jenis
obat penenang dan jamu.
- Penyakit ibu (Rubella, IDDM)
- Ibu hamil mengkonsumsi alkohol.
1) Faktor endogen
- Penyakit Genetik (Syndrom Down)
- Anak yang lahir sebelumnya menderita
PJB, ayah dan ibu menderita PJB
- Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Manifestasi Klinis

a. VDS Kecil
- Pirau sedikit biasanya menyebabkan asimtomatik
- Defek kecil 5-10 mm
- Tidak ada gangguan tumbang
- Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik yang menjalar
keseluruh tubuh prekardium dan berakhir pada waktu diastolic karena terjadi
penurunan VSD.
b. VDS Sedang
- Mudah Lelah (Sirkulasi paru berlebih)
- Diaforesis saat makan/menetek
- Sesak nafas pada saat aktifitas
- Defek 5-10 mm
- BB sukar naik sehingga tumbang terganggu
Next…

- Takipneu
- Retraksi
- Bentuk dada normal
- Bising pansistolik
- Temuan fisis yang khas adalah murmur pansitolik (terdengar paling
keras di tepi sternum kiri bawah ; sela iga 3-4 garis parasternal kiri)
c. VDS Besar
- Pirau besar meningkatkan alirah darah
- Murmur mid-diastolik (di apeks)
- Ada bunyi jantung kedua yang pecah (splitting)
- Intensitas P2 tergantung pada tekanan arteri pulmonal
Patofisiologi

Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri


meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi
dibandingkan resistensi pulmonal. Hal ini mengakibatkan darah
mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum.
Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi
pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan
meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan
berisiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot
ventrikel kanan sehingga terjadi peningkatan workload dan terjdi
pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang
disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.
Komplikasi Pemeriksaan Penunjang

a. Gagal Jantung a. Pantau Tekanan Darah


b. MRI
b. Endokarditis c. EKG (Elektrokardiogram)
c. Insufisiensi Aorta Temuan Ekg berupa pembesaran atrium kiri serta
hipertrofi ventrikel kiri disebabkan VSD besar
d. Stenosis Pulmonal yang menyebabkan volume pada sisi jantung
e. Hipertensi Pulmonal (penyakit sebelah kiri.
d. Foto Rontgen Toraks
pembuluh darah paru yang
Foto Rontgen Toraks dapat menunjukkan
progresif) gambaran kardiomegali, pembesaran ventrikel
kiri, peningkatan siluet arteri pulmonal, dan
peningkatan coracan vaskular paru.
e. Auskultasi Jantung murmur pansistolik
keras dan kasar (umumnya paling jelas
terdengar pada tepi kiri bawah sternum)
Penatalaksanaan Medis

▪ Tata Laksana Bedah


▪ Tata Laksana Non Bedah
1) Tata Laksana Medikamentosa
2) Kardiologi intervensi
▪ Balloon atrial septostomy (BAS)

▪ Balloon pulmona valvuloplasty (BPV)

▪ Balloon mitral valvotomy (BMV)

 Pemberian Vasopresor atau Vasodilator


a) Dopamin (intropin)
b) Isopretenol (isuprei)
Asuhan Keperawatan

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa keperawatan (P&E) Tanggal di temukan Tanggal teratasi

1 Penurunan Curah Jantung b/d Perubahan Volume Sekuncup


Jantung
2. Gangguan Pertukaran Gas b/d Kongesti Pulmonal ditandai dengan
Hiposia
3. Nyeri Akut b/d Agem Cedera Biologis
4. Intoleransi Aktifitas b/d Ketidakseimbangan antara Pemakaian
Oksigen oleh Tubuh dan Suplai Oksigen ke Sel
5. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d
Kelelahan pada saat Makan dan Meningkatnya Kebutuhan Kalori
6. Resiko Infeksi b/d Menurunnya Status Kesehatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Rencana Tindakan Keperawatan


Dx
1. 1. Perawatan Jantung (4040, Hal.364)
- Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
- Secara rutin mengecek pasien baik secara fisik dan psikologis sesuai dengan kebijakan tiap
agen/penyedia layanan
- Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera melaporkan bila merasakan nyeri dada
2. Pengaturan Hemodinamik (4150, Hal. 304)
- Monitor adanya tanda dan gejala masalah pada status perfusi
- Arahkan pasien dan keluarga mengenai pemantauan hemodinamik
- Lakukan auskultasi pada paru untuk mencari tahu apa adaa bunyi atau suara tambahan lainnya
Next…

2. 1. Manajemen Jalan Nafas (3140, Hal. 186)


- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Posisikan untuk meringankan sesak nafas
- Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
- Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak (mis.meniup gelembung, meniup
pluit, meniup balon)
- Instrusikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
2. Monitor Pernafasan (3350, Hal. 236)
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
- Monitor suara nafas tambahan
- Monitor pola nafas (co.takipneu)
- Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu nafas, dan retraksi pada otot dada)
- Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan ventilasi
Next…

3. 1. Manajemen Nyeri (1400, Hal.198)


- Lakukan pengkajian nyeri komperhensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan factor pencetus.
- Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenal nyeri
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan penerimaan pasien terhadap nyeri
- Gali faktor-faktor apa yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
- Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
4. 1. Terapi Aktivitas (4310, Hal. 431)
- Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi aktivitas yang bermakna
- Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi dan memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang diinginkan
- Instrusikan klien dan keluarga untuk mempertahankan fungsi dan kesehatan terkait peran dalam beraktifitas secara fisik, sosial, spiritual, dan
kognisi
2. Manajemen Energi (0180, Hal. 177)
- Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan
- Tentukan preseps klien/orang terdekat (keluarga) dengan klien mengenai penyebab kelelahan
- Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga ketahanan
Next…
5. 1. Manajemen Nutrisi (1100, Hal. 197)
- Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki klien
- Tentukan status gizi klien dan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan gizi
- Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
2. Manajemen Gangguan Makan (1030, Hal.179)
- Monitor asupan kalori makan harian
- Monitor intake/asupan dan asupan cairan yang tepat
- Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien dan orang terdekat klien dengan tepat
6. 1. Kontrol Infeksi (6540, Hal. 134)
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
- Batasi Jumlah Pengunjung
- Berikan imunisasi yang sesuai
2. Manajemen Imunisasi (6530, Hal. 184)
- Gunakan prinsip 5 benar dalam pemberian obat
- Sediakan dan perbaharui catatan terkait tanggal dan tipe imunisasi
- Ajarkan pada orangtua imunisasi yang direkomendasikan bagi anak, cara imunisasinya, alasan dan kegunaan dari imunisasi, efek samping dan reaksi
yang mungkin terjadi
Next…

7. 1. Pengurangan Kecemasan (5820, Hal. 319)


- Dengarkan klien
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan dan yang mungkin akan dialami klien selama prosedur
dilakukan
Paten Ductus Anterior
Definisi
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Penutupan Duktus Arteriosus : Duktus arteriosus menutup secara fungsional pada
10-15 jam setelah lahir, jadi adanya hubungan (pirau) berlangsung sangat singkat.
Penutupan permanen terjadi pada usia 2-3 minggu.
Faktor-faktor yang diduga berperan dalam penutupan ductus :
1. Peningkatan tekanan oksigen arteri (PaO2) me nyebabkan konstriksi duktus,
sebaliknya hipoksia akan menyebabkan duktus melebar. Karena itulah duktus
arteriosus persisten lebih banyak ditemukan pada keadaan dengan PaO2 yang rendah,
termasuk bayi dengan sindrom gangguan pernafasan, prematuritas, dan bayi yang
lahir di dataran tinggi.
2. Peningkatan kadar katekolamin (norepinefrin, epinefrin) berhubungan dengan
konstriksi duktus.
3. Penurunan kadar prostaglandin berhubungan dengan penutupan duktus, sebaliknya
pemberian prostaglandin eksogen menghalangi penutupan duktus.
Klasifikasi

Perbandingan
Hipertrofi ventrikel dan Tekanan arteri
Tingkat Saturasi Oksigen Sirkulasi Pulmonal
atrium kiri pulmonal
- Sistemik

I Tidak Ada Normal Normal <1,5

II Minimal 30-60 mmHg Normal 1,5 – 2,5

Signifikan + hipertrofi >go mmHg tapi


III ventrikel kanan yang masih di bawah Kadang Sianosis >2,5
minimal tahanan sistemik

Hipertrofi biventrikel + Lebih tinggi dari


IV Sianosis <1,5
atrium kiri tahanan sistemik
Etiologi

Prematuritas dianggap sebagai penyebab terbesar timbulnya ductus arteriosus paten. Pada bayi premature, gejala cenerung
timbul sangat awal, terutama bila disertai dengan sindrom distress pernapasan. Duktus arteriosus paten juga lebih sering terdapat pada
anak yang lahir di tempat yang tinggi atau di daerah pegunungan. Hal ini terjadi karena adanya hipoksia, dan hipoksia ini
menyebabkan ductus gagal menutup

Beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :

1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu

2. Faktor genetic
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Manifestasi Klinis
Bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)
1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
7. Apnea
8. Tachypnea
9. Nasal flaring
10. Retraksi dada
11. Hipoksemia
12. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
13. Vibrasi (thrill) yang teraba saat meragukan palpasi pada tepi kiri sternum; gejala ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dari
aorta pulmonaris
14. Implus ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri denyut nadi perifer yang memantul (nadi corigan) akibat keadaan
aliran yang tinggi.
15. Motorik yang lambat akibat gagal jantung.
16. Kegagalan tumbuh kembang akibat gagal jantung
17. Keletihan dan dispenea pada saat melakukan kegiatan yang dapat terjadi pada dewasa yang mengalami PDA yang tidak terdeteksi
Patofisiologi

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal ke aliran darah
sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi
fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur
dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan
kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya
duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian
superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun spiral.
Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda
dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos
pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta
dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan
spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis.
Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan
vaskuler paru (PVR). Berkut gambar normal jantung dan Jantung dengan PDA
Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan Medis

1. Laboratorium 1. Medikamentosa
2. Elektrokardiografi ▪ Golongan obat-obatan nonsteroid
anti-inflamasi (indometasin-
3. Radiologi
indosin)
4. Ekokardiografi
▪ Prostaglandin E1 (Alprostil,
5. Kateterisasi Jantung Prostin VR)
2. Tindakan Bedah
Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian b. Pemeriksaan Fisik


a. Anamnesa 1) Pernafasan B1 (Breath)
1) Identitas (Data Biografi) 2) Kardiovaskuler B2 ( Blood)
2) Keluhan Utama 3) Persyarafan B3 ( Brain)
3) Riwayat penyakit sekarang 4) Perkemihan B4 (Bladder)
4) Riwayat penyakit terdahulu
5) Pencernaan B5 (Bowel)
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Muskuloskeletal/integument
6) Riwayat Psikososial
B6 (Bone)
Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan Curah jantung b.d perubahan volume sekuncup


b.Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
d.Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada
saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


Penurunan Curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care
jantung b.d selama … x 24 jam,diharapkan curah 1. Evaluasi adanya nyeri dada
perubahan volume jantung normal dengan kriteria hasil 2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
sekuncup 1. Tekanan darah dalam batas yang cardiac output
diharapkan 3. Monitor/melihat monitor untuk melihat
2. RR dalam batas yang diharapkan adanya perubahan tekanan darah
3. Tidak terdapat angina 4. Atur periode latihan dan istirahat untuk
4. Kelemahan ekstremitas tidak ada menghindari kelelahan
5. Monitor/melihat toleransi aktifitas pasien
6. Monitor/melihat adanya dyspnea, patigue,
takipnea dan ortopnea
Next…
Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Airway Management
pertukaran gas b.d … x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
kongesti pulmonal gas dapat teratasi dengan kriteria hasil : ventilasi
1. Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang 2. Pemasangan alat jalan nafas buatan
adekuat 3. Lakukan fisiotherapi dada
2. Kebersihan paru-paru 4. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara 5. Auskultasi suaranafas, catat adanya suara
nafas yang bersih tambahan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Activity Therapy
b.d … x 24 jam,diharapkan intoleransi aktivitas 1. Kolaborasikan dengan tenaga medik dalam
ketidakseimbangan dapat diatasi dengan kriteria hasil : merencanakan program terapi yangtepat
antara pemakaian 1. Mampu melakukan aktivitassehari-hari 2. Bantu klien untuk mengidntifikasi aktivitas
oksigen oleh tubuh 2. TTD dalam batas normal yangmampu dilakukan
dan suplai oksigen 3. Level kelemahan 3. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
ke sel. aktivitas
4. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di
waktu luang
Tetralogi of Fallot
Definisi

Tetralogi fallot adalah penyakit berupa kelainan jantung bawaan, terdiri dari
kombinasi empat kelainan jantung (walaupun yang paling nyata ada tiga) yang
disebabkan karena "sindrom bayi biru" (baby blue syndrome), dijabarkan
pertama kali oleh Arthur Fallot (1850-1911), seorang dokter dari Perancis.
Penyakit ini berupa penyempitan katup pangkal pembuluh darah paru,
kebocoran sekat dinding antara (ventrikel (bilik jantung), dextroposition
(Inggris = penggeseran ke kanan) aorta, (sehingga sekaligus menerima darah
arteri dan vena), serta hipertrofi (penggembungan) ventrikel kanan. Dengan
demikian, sebagian besar darah dari ventrikel kanan langsung mengalir ke aorta
dan tidak menjalani sirkulasi paru, sehingga mengakibatkan warna biru pada
wajah dan sebagian tubuh (sianosis) dengan kesulitan mengambil nafas.
Etiologi

Tetralogi Fallot merupakan kombinasi dari empat komponen yaitu Defek Septum
Ventrikel (VSD), Obstruksi Aliran Keluar Vetrikel Kanan, Hipertrofi Ventrikel Kanan, dan
Overriding Aorta. Tertralogi of Fallot termasuk kelainan jantung bawaan tipe sianotik
Empat defek dari kelainan jantung tersebut, ialah :
 Defek septum ventrikular
 Defek stenosis pulmonal, yang dapat berupa infundibular, valvular, supravalvular, atau
kombinasi, yang menyebabkan obstruksi aliran darah ke dalam arteri pulmonal.
 Hipertrofi ventrikel kanan dan
 Berbagai derajat overriding aorta.
Manifestasi Klinis
Derajat sianosis bergantung pada berat ringannya stenosis pulmonal. Bayi pada awalnya
dapat tampak asianotik. Bising stenosis pulmonal merupakan temuan abnormal awal yang biasanya
terdeteksi. Jika stenosis pulmonal tergolong berat atau bertambah berat seiring berjalannya waktu,
besar pirau kanan ke kiri pada DSV meningkat dan pasien tampak semakin sianotik. Seiring
meningkatnya derajat stenosis pulmonal, bising jantung menjadi semakin pendek dan halus. Selain
sianosis dan bising dalam berbagai derajat, bunyi jantung II tunggal dan implus ventrikel kanan
pada tepi kiri sternum merupakan temuan yang khas.
Jika terjadi serangan atau spel hipoksik atau hypoxic (Tet) spells, biasanya bersifat
progresif. Selama serangan, anak umunya gelisah dan mengalami agitasi dan mungkin menangis
berkepanjangan. Anak pra sekolah yang sudah bisa berjalan mungkin akan berjongkok. Hiperpnea
terjadi seiring meningkatnya sianosis dan hilangnya bising jantung. Pada serangan yang berat,
penurunan kesadaran dan kejang, hemiparesis, atau kematian dapat terjadi. Independen terhadap
spel, pasien dengan tetralogy fallot memiliki peningkatan resiko untuk mengalami
tromboemboliserebral dan abses serebri yang antara lain disebabkan oleh pirau kanan ke kiri
intrakardiak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai