Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA HIV – AIDS DEWASA

Dosen Pengampu:
Ns. Ani Widiastuti, SKep, SKM, M.Kep, Sp.Kep. MB

PROGRAM STUDI LMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU- ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN PENYAKIT PADA KOMPLIKASI KEHAMILAN PRE EKLAMPSIA

Topik : HIV - AIDS


Pokok Bahasan : Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit HIV - AIDS
Sub Pokok bahasan :
1. Menjelaskan pengertian HIV AIDS
2. Menjelaskan penyebab HIV AIDS
3. Menjelaskan tanda dan gejala pada HIV AIDS
4. Menjelaskan cara pengobatan HIV AIDS
5. Menjelaskan cara pencegahan dan pemberantasan HIV
AIDS
Pukul : 08.30 WIB – 09.15 WIB
Sasaran : Masyarakat Kelurahan Limo
Tempat : Limo, Depok
Hari/Tanggal : Senin, 25 Mei 2018
Lama Waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa/I Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta
I. LATAR BELAKANG

Pengetahuan HIV/AIDS menjadi sangat penting bagi masyarakat dikarenakan


pengetahuan menjadi salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi masyarakat dalam
cara mendeteksi dini penyakit HIV. Pemahaman masyarakat tentang deteksi dini penyakit
HIV yang kurang harus menjadi perhatian utama karena hal ini akan memicu munculnya
penularan penyakit infeksi akan lebih luas. Selain ketidakpedulian masyarakat terhadap
kondisi penderita HIV/AIDS, yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa dengan
ketidaktahuan masyarakat, membuat test HIV/AIDS yang harus secara dini dilakukan oleh
masyarakat. Pertama mengevaluasi penyakit kulit yang tidak kunjung sembuh, mengalami
penurunan berat badan secara drastis yang belum pernah dialami dalam riwayat kesehatannya,
terkena sakit flu dan terjadi dalam jangka waktu panjang serta berulang, dan untuk mengetahui
lebih lanjut masyarakat dapat melakukan pemerikasaan laboratorium untuk menguatkan
dugaan terhadap penderita, selanjutnya pemeriksaan laboratorium akan menghasilkan data
apakah penderita posotif HIV atau tidak, dan yang terakhir melalui VCT (Amirudin, 2013).

Masyarakat yang beresiko tinggi terkena HIV/AIDS adalah kaum homosex (gay),
pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik, penerima 2 transfusi darah terutama
pasien yang berpenyakit darah seperti hemofilia, bayibayi yang orang tuanya menderita AIDS
(Willy F. Pasuhuk, 2000). Hal ini akan mempengaruhi peningkatan prevalensi HIV
(Wulandari, 2013). Prevalensi kasus HIV menurut WHO (2015) menunjukkan, jumlah orang
dengan HIV berjumlah 17.325 jiwa dan AIDS tercatat berjumlah 1.238 jiwa. Setiap hari
sekitar 6.300 orang terinveksi HIV, 700 orang pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun,
sekitar 5.500 infeksi pada orang remaja/dewasa muda berusia 15 tahun keatas, yaitu 47%
wanita, 39% remaja usia 15-24 tahun (WHO: 2013). Berdasarkan data WHO 2013, sekitar
95% orang terinfeksi HIV adalah dari negara berkembang. Negara Indonesia jumlah HIV
mengalami peningkatan sejak tahun 2006 sampai 2013. Profil kesehatan tahun 2013
menyebutkan, jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 118.787 orang
(Kementrian Kesehatan 2013).

Upaya untuk mengurangi semakin tingginya angka penularan HIV/AIDS juga


dilakukan oleh pemerintah. Upaya yang di berikan pada kalangan masyarakat antara lain,
pemerintah melakukan sosialisasi HIV/AIDS berupa informasi-informasi tentang deteksi dini
HIV/AIDS. Informasi – informasi tersebut di sediakan untuk menambah pengetahuan
masyarakat tentang deteksi dini HIV/AIDS. Pada kenyataannya, meskipun pemerintah telah
banyak melakukan sosialisasi tentang HIV/AIDS yang ditujukan untuk menurunkan angka
penularan HIV/AIDS, namun hal tersebut tidak memperoleh hasil secara maksimal. Hal ini
dibuktikan dengan masih tingginya angka HIV/AIDS di kalangan masyarakat. Sementara itu,
kondisi tersedianya berbagai sarana informasi tentang deteksi dini HIV/AIDS masih kurang,
baik itu berupa bacaan yang mendidik maupun penyuluhan dari pihak-pihak yang terkait.
Pengetahuan yang minim tersebut akan menyebabkan keingintahuan masyarakat tersebut
lebih besar tentang HIV/AIDS, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu
penyimpangan dalam proses pencarian pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS. Hal ini
yang akan mempertinggi angka kejadian HIV/AIDS (Wulandari, 2013)

II. TUJUAN PENYULUHAN


Tujuan:
1. Tujuan Intruksional Umum:
Setelah mengikuti program penyuluhan diharapkan masyarakat dapat
memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan HIV AIDS.
2. Tujuan Intruksional Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan ibu mampu :
- Menjelaskan pengertian HIV AIDS
- Menjelaskan penyebab HIV AIDS
- Menjelaskan tanda dan gejala pada HIV AIDS
- Menjelaskan cara pengobatan HIV AIDS
- Menjelaskan cara pencegahan dan pemberantasan HIV AIDS

III. MATERI PENYULUHAN

a. Pengertian HIV AIDS


b. Penyebab HIV AIDS
c. Tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh HIV AIDS
d. Pencegahan HIV AIDS
IV. METODE
1) Ceramah
2) Tanya jawab

V. MEDIA & ALAT


1) LCD
2) Leaflet
3) Power Point
4) Infocus

VI. SETTING TEMPAT

VII. KEGIATAN PENYULUHAN


NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA

1 5 Menit Pembukaan:

 Memperkenalkan diri  Menyambut salam dan

 Menjelaskan tujuan dari mendengarkan

penyuluhan.  Mendengarkan

 Melakukan kontrak waktu.  Mendengarkan

 Menyebutkan materi pe-  Mendengarkan

nyuluhan yang akan diberi kan


2 15 Menit Pelaksanaan :

 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan

pengertian HIV - AIDS memperha tikan

 Memberikan kesempatan  Bertanya dan menjawab

untuk bertanya per tanyaan yg di-ajukan

 Mendengarkan dan

 Menjelaskan penyebab memperha tikan

terjadinya HIV - AIDS  Bertanya dan menjawab

 Memberikan kesempatan pertanyaan yang

untuk bertanya diajukan

 Mendengarkan dan
 Menjelaskan tanda dan gejala
memperhatikan
HIV / AIDS
 Bertanya dan menjawab
 Memberikan kesempatan
pertanyaan yg di ajukan
untuk bertanya
 Mendengarkan dan

memperhatikan
 Menjelaskan tentang cara
 Bertanya dan menjawab
penularan HIV / AIDS
pertanyaan yg diajukan
 Memberikan kesempatan
 Mendengarkan dan
untuk bertanya
memperhatikan

 Bertanya dan menjawab


 Menjelaskan tentang
pertanyaan yg diajukan
pencegahan HIV / AIDS

 Memberi kesempatan

bertanya.

3 5 Menit Evaluasi :
 Menanyakan kepada  Menjawab &

masyarakat tentang materi menjelaskan pertanyaan

yang dibe-rikan dan

reinforcement bila dpt men-

jawab & menjelaskan kembali

pertanyaan/materi

4 5 Menit Teriminasi :

 Mengucapkan terima kasih  Mendengarkan dan

kepada masyarakat membalas salam

 Mengucapkan salam

VIII. TUGAS KEGIATAN


1. Peran Moderator
a. Membuka dan menutup acara.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
d. Menjaga kelancaran acara.
e. Memimpin diskusi.
2. Peran Penyaji
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
3. Peran observer
a. Mengamati jalannya kegiatan.
b. Mengevaluasi kegiatan.
c. Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.
4. Peran fasilitator
a. Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi penyuluhan.
b. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
c. Menjadi contoh dalam kegiatan.
5. Peran Operator
Mengoperasikan laptop pada saat pemaparan materi
6. Peran Dokumentasi
Mendokumentasikan jalannya penyuluhan

IX. RENCANA EVALUASI


1. Rencana Evaluasi struktur:
a. Materi sudah dipersiapkan sebelum penyuluhan
b. Media sudah dipersiapkan sebelum penyuluhan
c. Tempat sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan
d. SAP sudah dipersiapkan sebelum penyuluhan
2. Rencana Evaluasi proses:
a. Peserta datang tepat waktu 10 menit sebelum penyuluhan dimulai
b. Peserta memperhatikan penjelasan perawat
c. Peserta aktif bertanya atau memberikan pendapat
d. Media dapat digunakan secara efektif

X. MATERI TERLAMPIR

A. PENGERTIAN HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu suatu virus yang dapat menyebabkan
penyakit AIDS dan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome


(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-
virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya.

B. TANDA DAN GEJALA


Penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama
pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan
berat badan

C. TAHAP PERUBAHAN HIV  AIDS


1. Stadium I – HIV (Window period)

 Umur infeksi: 1 – 6 bulan


 Belum terdeteksi tes darah (-)
 Belum terlihat gejala fisik
 Sudah dapat menularkan

2. Stadium II– HIV Positif

 Umur infeksi: 2 – 10 tahun


 Sudah terdeteksi tes darah (+)
 Belum terlihat gejala fisik
 Sudah dapat menularkan
3. Stadium III
 Umur infeksi: variatif
 Sudah terlihat gejala (sakit)
a) Cepat dan sering merasa lelah
b) Pembesaran kelenjar getah bening ( di leher, ketiak, lipatan paha) tanpa
sebab yang jelas
c) Berat badan turun drastis
 Belum disebut AIDS

4. Stadium IV
 Umur infeksi variatif
 Muncul infeksi oportunistik
 Sudah disebut AIDS
 Gejala pada stadium IV
a) Diare (mencret) berkepanjangan
b) Demam berkepanjangan
c) Batuk tidak sembuh-sembuh
d) Muncul jamur di mulut / sariawan

Terdapat 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum
terjadi) yakni :

1. Tanda-Tanda Gejala Mayor :


 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia(penurunan ingatan) / HIV ensefalopati adalah pengembangan infeksi
di otak akibat HIV, memburukkan masalah kognitif dan motorik, pada akhirnya
menyebabkan demensia terkait AIDS pada beberapa orang.

2. Tanda-Tanda Gejala Minor :


 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zostermultiseg mental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
 Retinitis virus sitomegalo.
D. KELOMPOK PERILAKU RESIKO TINGGI TERINFEKSI HIV

1. Pengguna Napza suntik (IDU)


2. Wanita/waria penjaja seks dan pelanggannya
3. Pasangan pelanggan wanita/waria pekerja seks
4. Lelaki penjaja seks/gay/laki suka laki
5. Narapidana
6. Pasangan pengguna Napza suntik

E. CARA PENULARAN HIV/AIDS

Melakukan kegiatan yang menyebabkan terjadinya pertukaran cairan tubuh yang


mengandung HIV dari orang yang sudah terinfeksi HIV ke orang lain. Cara
penularannya yakni:

1. Lewat cairan darah.


2. Tranfusi darah.
3. Pemakaian jarum suntik yg tdk steril dan dipakai bersama-sama.
4. Pemakaian alat tusuk yg menembus kulit(yg tdk steril dan di pakai bersama-
sama.
5. Penularan melalui cairan kelamin melalui hubungan seksual tanpa kondom.
6. CIbu hamil yg terinfeksi HIV akan menginfeksi masuk dalam peredaran darah
janin.
HIV tidak menular melalui:

F. PENCEGAHAN HIV/AIDS
Hal-hal yang harus diperhatikan agar terhindar dari penularan HIV/AIDS :

• Absen hubungan seks sebelum menikah.

• Bersikap setia pada pasangan, jangan gonta-ganti pasangan.

• Cegah dengan menggunakan kondom

• Don’t do drugs.

• Equipment  menggunakan jarum suntik yang bergantian


G. CARA HIDUP YANG POSITIF BAGI PENDERITA HIV-AIDS

1. Istirahat cukup
2. Penuhi asupan nutrisi
3. Hindari stress
4. Minum obat anti retroviral sesuai anjuran dokter

H. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN BILA DISEKITAR KITA ADA


YANG POSITIF HIV-AIDS

1. Jangan mengucilkan mereka yang sudah positif terkena HIV-AIDS.


2. Berikan dukungan kepada penderita HIV-AIDS
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen Garna, Rengganis Iris. 2009. Imunologi dasar edisi 8. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, (hal: 499 – 507)

Direktorat Jendral PP dan PL Kementrian Kesehatan RI. 2012. Laporan Situasi Perkembangan
HIV/AIDS di Indonesia s.d. 30 Juni 2012. Jakarta (Indonesia);

Nasronudin. 2007. Pengembangan pengetahuan penyakit infeksi HIV dan AIDS. In: HIV dan
AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan Sosial. Editor: Barakbah J,
Soewandojo E, Suharto, Hadi U, Astuti WD. Surabaya: Airlangga University Press.

Astari L, Sawitri, Safitri YE, Hinda D. Viral load pada infeksi HIV. Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin. 2009

KemenKes RI. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral. 2011. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta

Djoerban Z, Djauzi S. 2009. “HIV/AIDS di Indonesia”. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V. Editor: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Jakarta:
Pusat Penerbitan IPD FKUI.

Siregar, F. A. 2004.. Pengenalan dan pencegahan AIDS. Sumut (Indonesia): Universitas


Sumatera Utara; (Disertasi).

Aji HS. 2010. Kepatuhan HIV dan AIDS terhadap terapi antiretroviral di RSUP Dr. Kariadi.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai