Anda di halaman 1dari 27

EVIDANCE BASED NURSING CAIRAN

DAN ELEKTROLIT PADA AREA BEDAH


Ns.Deny Prasetyanto, S. Kep. M.Kep. Sp. Kep. MB.
Agenda CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Style KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI


AREAN BEDAH

EVIDANCE BASED NURSING

EBN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KESIMPULAN
Cairan dan elektrolit
cairan tubuh dibagi menjadi dua kompartemen utama:
2
cairan ekstraseluler (ECF) dan cairan intraseluler (ICF). ECF
selanjutnya dibagi menjadi cairan intravaskular (juga dikenal
sebagai plasma) dan interstitial cairan. Cairan interstitial
mengelilingi sel-sel. ECF terdiri sekitar 20% dari berat badan
orang dewasa (Gooch, 2015; Metheny, 2012).

Cairan transelular juga merupakan komponen ECF dan


ditemukan dalam kolom serebrospinal, rongga pleura

Total cairan tubuh bervariasi ICF terletak di dalam sel dan terdiri sekitar 40% dari satu
1 3 berat badan orang dewasa (Metheny, 2012).
dalam tubuh berdasarkan kadar
lemak, usia, dan jenis kelamin.
Cairan tubuh mewakili sekitar Sementara dinding kapiler dan membran sel memisahkan
60% dari berat badan pada pria ICF dan ECF, ECF harus seimbang dengan ICF.
muda dan 50% dari berat badan ECF lebih mudah hilang dari tubuh daripada ICF
pada wanita (McLafferty, Johnstone, Hendry, & Farley, 2014).
(Metheny, 2012)
Kehilangan cairan dikategorikan sebagai kehilangan
cairan yang dapat diukur dimana didalamnya termasuk
urin, tinja, darah, luka dan drainase lambung, dan
emesis.

Kehilangan cairan yang tidak bisa diukur dan termasuk


keringat dan cairan hilang melalui pernapasan. Demam,
peningkatan kecepatan dan kedalaman pernapasan, dan
kelembaban berdampak pada hilangnya cairan pada
individu (McLafferty et al., 2014).
pertanyaan:
Beberapa pendekatan 1. Apakah pasien memerlukan resusitasi cairan IV?
Prinsip-prinsip klinis 2. Apa kebutuhan perawatan rutin pasien?
3. Dapatkah pasien memenuhi kebutuhan cairan dan
untuk mengidentifikasi elektrolit melalui rute oral?
kebutuhan cairan 4. Apakah pasien memiliki kehilangan yang perlu
diganti?
5. Bagaimana status cairan dan elektrolit pasien saat
ini?
6. Apakah pasien memiliki masalah dengan
redistribusi internal?
7. Cairan apa yang harus saya resepkan?

Sumber : NICE introduced a guideline (NICE CG174)


Cairan elektrolit pada area bedah
Prosedur pembedahan dapat memicu Kekurangan volume cairan tubuh sendiri dapat
gangguan keseimbangan cairan dan ditandai dengan penurunan tekanan darah dan
elektrolit yang diakibatkan karena proses nadi, penurunan turgor kulit, penurunan pengisian
perioperatif seperti puasa sebelum vena, membran mukosa kering, haus, kulit kering,
pembedahan, kehilangan banyak cairan kelemahan, peningkatan konsentrasi urin yang
melalui saluran cerna, perdarahan dan apabila berkelanjutan dapat menyebabkan syok
perpindahan cairan kerongga ketiga yang hipovolemik, gagal organ dan kematian
mempengaruhi keseimbangan cairan.

Kelebihan volume cairan pada pasien pasca


Gangguan keseimbangan cairan dan pembedahan dapat menyebabkan edema
elektrolit dapat berupa kelebihan cairan interstitial, peradangan lokal dan menghambat
(overhidrasi) maupun kekurangan cairan penyembuhan luka dengan meningkatkan
(dehidrasi) risiko infeksi luka pasca pembedahan, luka
menjadi rentan dan terjadi kebocoran anastomi

Pemberian kebutuhan cairan atau terapi cairan


Perubahan komposisi cairan tubuh akibat bertujuan untuk memenuhi dan
prosedur pembedahan dapat mempertahankan kebutuhan cairan dan
menyebabkan gangguan fisiologi yang elektrolit dalam tubuh seseorang yang menjalani
berat. pembedahan untuk mengganti asupan cairan
selama pasien dipuasakan, mengganti
kehilangan darah, kehilangan cairan kerongga
ketiga, dan kehilangan cairan di lambung.
Guidelines on Intravenous Fluid
Therapy for Adult Surgical
Patients
Recommendations for Perioperative Fluid Therapy in Major Surgery

1. Minimalkan waktu puasa pra operasi. Dorong asupan cairan bening tanpa batas hingga 2 jam sebelum
operasi elektif.
2. pengukuran tekanan darah atau volume stroke (idealnya) adalah tes yang berguna untuk memprediksi
respon cairan secara hemodinamik pada orang dewasa yang tidak stabil sepanjang periode perioperatif.
3. Pemberian cairan rejimen cairan IV liberal sedang dengan keseimbangan cairan positif dalam 1-2 liter
pada akhir operasi.
4. Untuk operasi perut besar, rata-rata laju infus cairan kristaloid 10-12 ml · kg kg1 · h −1 selama operasi,
dan 1,5 ml · kg −1 · h −1 dalam periode 24 jam pasca operasi harus digunakan.
5. Pastikan status volume intravaskular dioptimalkan sebelum menambahkan terapi vasopresor.
6. Gunakan monitor hemodinamik canggih untuk mengukur respons cairan pada pasien risiko tinggi yang
menjalani operasi besar.
7. Strategi hemodinamik yang diarahkan pada tujuan dapat bekerja lebih baik jika status cairan IV pasien
pertama kali dioptimalkan, dan jika perlu, berikan vasopresor atau inotrop.
8. Pemberian kristaloid atau koloid digunakan untuk resusitasi cairan perioperatif.
9. Perpindahan pemberian cairan dari IV ke terapi cairan oral setelah operasi (biasanya dalam 24 jam).

Sumber : Perioperative Fluid Therapy for Major Surgery


PENGERTIAN EBP

Praktek berbasis bukti (EBP) adalah karakteristik penting yang efektif dalam
sistem perawatan kesehatan. Diharapkan bahwa perawat menggunakan informasi berbasis bukti
Dalam melakukan terapi dan perawatan (ANA, 2010a).

EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan dalam
organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori
yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti nyata yang baik (pasien dan praktisi)
LEVEL EBP
Hirarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas
(AHRQ), sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010). Adapun level of evidence tersebut adalah
sebagai berikut :

Level 1 : Evidence berasal dari systematic review atau meta-analysis dari RCT
yang sesuai. Level 2 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT dengan
randomisasi.
Level 3 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT tanpa randomisasi.
Level 4 : Evidence berasal dari suatu penelitian dengan desain case control dan
kohort.
Level 5 : Evidence berasal dari systematic reviews dari penelitian descriptive dan
qualitative
Level 6 : Evidence berasal dari suatu penelitian descriptive atau qualitative.
Level 7 : Evidence berasal dari suatu opini dan atau laporan dari para ahli.
TUJUAN EBP

Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam praktek keperawatan adalah
untuk meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan
yang diberikan. Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan
pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa ditekan
(Madarshahian et al., 2012).
Peran Keperawatan dalam Cairan
dan Elektrolit khususnya dalam
pengembangan EBN

Perawat harus mengoptimalkan strategi


kebutuhan cairan dan
keseimbangan cairan dan elektrolit pada individu
elektrolit dalam tubuh
seseorang yang menjalani
Strategi seperti itu termasuk penilaian status pembedahan untuk
cairan dan elektrolit, strategi pencegahan, mengganti asupan cairan
dan penggantian cairan dan elektrolit selama pasien
dipuasakan, mengganti
kehilangan darah,
Strategi-strategi ini fokus pada pengelolaan kehilangan cairan
kelebihan volume cairan dan kekurangan kerongga ketiga, dan
volume cairan kehilangan cairan di
lambung
American Nephrology Nurses Association (ANNA)
EBP CAIRAN PADA PASIEN BEDAH
EBP CAIRAN PADA PASIEN BEDAH

Judul jurnal : Fluid therapy in the perioperative setting


Hasil dalam evidance ini memberikan informasi :
asupan cairan (yang mengandung karbohidrat) harus didorong
hingga 2 jam sebelum operasi untuk menghindari dehidrasi.

Pemberian berlebihan cairan intravena akan menambah


peradangan jaringan dan pembentukan edema, sehingga
mengganggu penyembuhan jaringan
Dalam operasi elektif, pendekatan zero-balance telah terbukti
mengurangi komplikasi pasca operasi.
Pemberian 1-2 L kristaloid seimbang dapat mengurangi mual dan
muntah pasca operasi
CAIRAN YANG MASUK DALAM TUBUH
KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
EBP CAIRAN PADA PASIEN BEDAH
PREOPERATIF

No . Level EBP Rekomendasi


1 Evidence level 1a In patients without disorders of gastric emptying undergoing elective surgery
clear non-particulate oral fluids should not be withheld for more than two
hours prior to the induction of anaesthesia.
2 Evidence Level 2a In the absence of disorders of gastric emptying or diabetes, preoperative
administration of carbohydrate rich beverages 2-3 h before induction of
anaesthesia may improve patient well being and facilitate recovery from
surgery. It should be considered in the routine preoperative preparation for
elective surgery.
3 Evidence level 1a Routine use of preoperative mechanical bowel preparation is not beneficial
and may complicate intra and postoperative management of fluid and
electrolyte balance. Its use should therefore be avoided whenever possible.

Sumber : Guidelines on Intravenous Fluid Therapy for Adult Surgical Patients


EBP CAIRAN PADA PASIEN BEDAH
PREOPERATIF

No . Level EBP Rekomendasi


4 Evidence level 2a for Excessive losses from gastric aspiration/vomiting should be treated preoperatively with
Hartmann’s versus an appropriate crystalloid solution which includes an appropriate potassium
0.9% saline supplement. Hypochloraemia is an indication for the use of 0.9% saline, with sufficient
additions of potassium and care not to produce sodium overload. Losses from
diarrhoea/ileostomy/small bowel fistula/ileus/obstruction should be replaced volume for
volume with Hartmann’s or Ringer-Lactate/acetate type solutions. “Saline depletion,” for
example due to excessive diuretic exposure, is best managed with a balanced
electrolyte solution such as Hartmann's.
5 Diagnosis of Although currently logistically difficult in many centres, preoperative or operative
hypovolaemia: hypovolaemia should be diagnosed by flow-based measurements wherever possible.
Evidence level 1b The clinical context should also be taken into account as this will provide an important
indication of whether hypovolaemia is possible or likely. When direct flow
measurements are not possible, hypovolaemia will be diagnosed clinically on the basis
of pulse, peripheral perfusion and capillary refill, venous (JVP/CVP) pressure and
Glasgow Coma Scale together with acid-base and lactate measurements. A low urine
output can be misleading and needs to be interpreted in the context of the patient’s
cardiovascular parameters above.

Sumber : Guidelines on Intravenous Fluid Therapy for Adult Surgical Patients


EBP CAIRAN PADA PASIEN BEDAH
INTRAOPERATIF

No . Level EBP Rekomendasi


1 Orthopaedic In patients undergoing some forms of orthopaedic and abdominal surgery,
surgery: Evidence intra-operative treatment with intravenous fluid to achieve an optimal value of
level 1b stroke volume should be used where possible as this may reduce
Abdominal surgery: postoperative complication rates and duration of hospital stay
Evidence level 1a
2 Evidence level 1b Patients undergoing non-elective major abdominal or orthopaedic surgery
should receive intravenous fluid to achieve an optimal value of stroke volume
during and for the first eight hours after surgery. This may be supplemented
by a low dose dopexamine infusion.

Sumber : Guidelines on Intravenous Fluid Therapy for Adult Surgical Patients


EBP CAIRAN PADA PASIEN BEDAH POST
OPERATIF

No . Level EBP Rekomendasi

1 Evidence level 5 Details of fluids administered must be clearly recorded and easily accessible

2 Evidence level 1b When patients leave theatre for the ward, HDU or ICU their volume status
should be assessed. The volume and type of fluids given perioperatively
should be reviewed and compared with fluid losses in theatre including urine
and insensible losses.
3 Evidence level 1b In patients who are euvolaemic and haemodynamically stable a return to oral
fluid administration should be achieved as soon as possible.
4 Evidence level 1b The haemodynamic and fluid status of those patients who fail to excrete their
perioperative sodium load, and especially whose urine sodium concentration
is <20mmol/L, should be reviewed.

Sumber : Guidelines on Intravenous Fluid Therapy for Adult Surgical Patients


EBP CAIRAN PADA PASIEN BEDAH POST
OPERATIF

No . Level EBP Rekomendasi


5 Evidence level 1b In high risk patients undergoing major abdominal surgery, postoperative treatment with
intravenous fluid and low dose dopexamine should be considered, in order to achieve a
predetermined value for systemic oxygen delivery, as this may reduce postoperative
complication rates and duration of hospital stay
6 Evidence level 1b In patients who are oedematous, hypovolaemia if present must be treated (as in
Section 6g), followed by a gradual persistent negative sodium and water balance based
on urine sodium concentration or excretion. Plasma potassium
concentration should be monitored and where necessary potassium intake
adjusted.
7 Evidence level 5 Nutritionally depleted patients need cautious refeeding orally, enterally or parenterally,
with feeds supplemented in potassium, phosphate and thiamine. Generally, and
particularly if oedema is present, these feeds should be reduced in water and sodium.
Though refeeding syndrome is a risk, improved nutrition will help to restore normal
partitioning of sodium, potassium and water between intra-and extra-cellular spaces.

Sumber : Guidelines on Intravenous Fluid Therapy for Adult Surgical Patients


Nursing implications

No . Masalah Implikasi keperawatan


1 HYPONATREMIA Perlu diingat bahwa penyalahgunaan salin hipertonik bisa sangat berbahaya, jadi harus
diberikan secara hati-hati. Diperlukan hasil mengoreksi hiponatremia untuk
mengidentifikasi sindrom demielinasi osmotik, yang melibatkan penghancuran
selubung akson di batang otak myelin. Sindrom ini dapat menyebabkan kerusakan otak
yang parah dan kematian
Pantau asupan dan keluaran. Nilai perubahan level kesadaran dan monitor untuk
aktivitas kejang. Pasien institusi langkah-langkah keamanan dan monitor serum kadar
elektrolit dan urin dan osmolalitas serum seperti yang ditunjukkan
Mendidik pasien dan keluarga tentang peran natrium dalam tubuh. Ajarkan tanda dan
gejala hiponatremia dan kapan harus memberi tahu perawat atau petugas kesehatan.
Jika asupan cairan terbatas, beri tahu pasien berapa banyak dia bisa minum

Sumber : articles on fluids and electrolytesNursing


Nursing implications

No . Masalah Implikasi keperawatan

1 HYPERNATREMIA kemungkinan terjadi perubahan status mental, mulai dan pertahankan langkah-langkah
keamanan yang tepat. Monitor kadar natrium serum, hematokrit, dan hemoglobin.
Pantau asupan danoutput dan menilai pasien dalam perubahan status mental.
Mendidik pasien dan keluarga tentang peran natrium dalam tubuh. Ajarkan tanda dan
gejala hipernatremia dan kapan harus memberi tahu perawat atau petugas kesehatan.
Menginstruksikan untuk sabar dan keluarga segera melaporkan setiap perubahan
dalam status mental

Sumber : articles on fluids and electrolytesNursing


Nursing implications

No . Masalah Implikasi keperawatan


1 HYPOKALEMIA Pantau pasien untuk memburuk hipokalemia serta tanda dan gejala hiperkalemia
selama terapi penggantian. Monitor tanda-tanda vital secara periodik dan hati-hati
Kondisi digoxin untuk tanda-tanda toksisitas
Instruksikan pasien dan keluarga untuk menginformasikan apabila ada nyeri otot dan
kelemahan, dan untuk meminta bantuan jika pasien mengalami ketidaknyamanan pada
dadaatau jantung berdebar.
ajar pasien tentang makanan yang tinggi potasium, tetapi peringatkan dia tidak
mengambil suplemen kalium kecuali rekomendasi dari petugas kesehatannya
. Jika suplemen kalium diiberikan , ajarkan pasien bagaimana untuk meminumnya dan
Peringatkan pasien untuk tidak melakukan perubah dosis secara mandiri.

Sumber : articles on fluids and electrolytesNursing


Nursing implications

No . Masalah Implikasi keperawatan


1 HYPERKALEMIA Ambil tindakan pencegahan yang sesuai terkait untuk kelemahan dan potensi otot
disritmia jantung, seperti pemantauan jantung dan auskultasi bunyi jantung.
Ketika memantau tanda-tanda vital, ambil denyut apikal. Monitor semua input dan
output melaluai perangkat elektronik
Pasien yang menerima sodium bikarbonat beresiko untuk berkembang hipernatremia,
jadi perhatikan tanda-tandanya dan gejala seperti otot lemah perubahan status mental.
Pantau pasien dengan gagal jantung yang menerima sodium polystyrene sulfonate.
Obat ini mengandung natrium, yang dapat memperburuk dalam kelebihan beban
cairan
Minta pasien untuk memberi tahu perawat ika mereka mengalami ketidaknyamanan
dada, sesak napas, atau gejala yang memburuk. Ajari mereka tentang peran kalium
dalam tubuh, apatanda dan gejala sehingga bisa melaporkan apabila terjadi. Minta
pasien untuk mencatat asupan cairan sehingga Anda dapat mendokumentasikan
asupan cairan pasien

Sumber : articles on fluids and electrolytesNursing


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai