KESIMPULAN
Cairan dan elektrolit
cairan tubuh dibagi menjadi dua kompartemen utama:
2
cairan ekstraseluler (ECF) dan cairan intraseluler (ICF). ECF
selanjutnya dibagi menjadi cairan intravaskular (juga dikenal
sebagai plasma) dan interstitial cairan. Cairan interstitial
mengelilingi sel-sel. ECF terdiri sekitar 20% dari berat badan
orang dewasa (Gooch, 2015; Metheny, 2012).
Total cairan tubuh bervariasi ICF terletak di dalam sel dan terdiri sekitar 40% dari satu
1 3 berat badan orang dewasa (Metheny, 2012).
dalam tubuh berdasarkan kadar
lemak, usia, dan jenis kelamin.
Cairan tubuh mewakili sekitar Sementara dinding kapiler dan membran sel memisahkan
60% dari berat badan pada pria ICF dan ECF, ECF harus seimbang dengan ICF.
muda dan 50% dari berat badan ECF lebih mudah hilang dari tubuh daripada ICF
pada wanita (McLafferty, Johnstone, Hendry, & Farley, 2014).
(Metheny, 2012)
Kehilangan cairan dikategorikan sebagai kehilangan
cairan yang dapat diukur dimana didalamnya termasuk
urin, tinja, darah, luka dan drainase lambung, dan
emesis.
1. Minimalkan waktu puasa pra operasi. Dorong asupan cairan bening tanpa batas hingga 2 jam sebelum
operasi elektif.
2. pengukuran tekanan darah atau volume stroke (idealnya) adalah tes yang berguna untuk memprediksi
respon cairan secara hemodinamik pada orang dewasa yang tidak stabil sepanjang periode perioperatif.
3. Pemberian cairan rejimen cairan IV liberal sedang dengan keseimbangan cairan positif dalam 1-2 liter
pada akhir operasi.
4. Untuk operasi perut besar, rata-rata laju infus cairan kristaloid 10-12 ml · kg kg1 · h −1 selama operasi,
dan 1,5 ml · kg −1 · h −1 dalam periode 24 jam pasca operasi harus digunakan.
5. Pastikan status volume intravaskular dioptimalkan sebelum menambahkan terapi vasopresor.
6. Gunakan monitor hemodinamik canggih untuk mengukur respons cairan pada pasien risiko tinggi yang
menjalani operasi besar.
7. Strategi hemodinamik yang diarahkan pada tujuan dapat bekerja lebih baik jika status cairan IV pasien
pertama kali dioptimalkan, dan jika perlu, berikan vasopresor atau inotrop.
8. Pemberian kristaloid atau koloid digunakan untuk resusitasi cairan perioperatif.
9. Perpindahan pemberian cairan dari IV ke terapi cairan oral setelah operasi (biasanya dalam 24 jam).
Praktek berbasis bukti (EBP) adalah karakteristik penting yang efektif dalam
sistem perawatan kesehatan. Diharapkan bahwa perawat menggunakan informasi berbasis bukti
Dalam melakukan terapi dan perawatan (ANA, 2010a).
EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan dalam
organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori
yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti nyata yang baik (pasien dan praktisi)
LEVEL EBP
Hirarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian dan Kualitas
(AHRQ), sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010). Adapun level of evidence tersebut adalah
sebagai berikut :
Level 1 : Evidence berasal dari systematic review atau meta-analysis dari RCT
yang sesuai. Level 2 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT dengan
randomisasi.
Level 3 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT tanpa randomisasi.
Level 4 : Evidence berasal dari suatu penelitian dengan desain case control dan
kohort.
Level 5 : Evidence berasal dari systematic reviews dari penelitian descriptive dan
qualitative
Level 6 : Evidence berasal dari suatu penelitian descriptive atau qualitative.
Level 7 : Evidence berasal dari suatu opini dan atau laporan dari para ahli.
TUJUAN EBP
Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam praktek keperawatan adalah
untuk meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan
yang diberikan. Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan
pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa ditekan
(Madarshahian et al., 2012).
Peran Keperawatan dalam Cairan
dan Elektrolit khususnya dalam
pengembangan EBN
1 Evidence level 5 Details of fluids administered must be clearly recorded and easily accessible
2 Evidence level 1b When patients leave theatre for the ward, HDU or ICU their volume status
should be assessed. The volume and type of fluids given perioperatively
should be reviewed and compared with fluid losses in theatre including urine
and insensible losses.
3 Evidence level 1b In patients who are euvolaemic and haemodynamically stable a return to oral
fluid administration should be achieved as soon as possible.
4 Evidence level 1b The haemodynamic and fluid status of those patients who fail to excrete their
perioperative sodium load, and especially whose urine sodium concentration
is <20mmol/L, should be reviewed.
1 HYPERNATREMIA kemungkinan terjadi perubahan status mental, mulai dan pertahankan langkah-langkah
keamanan yang tepat. Monitor kadar natrium serum, hematokrit, dan hemoglobin.
Pantau asupan danoutput dan menilai pasien dalam perubahan status mental.
Mendidik pasien dan keluarga tentang peran natrium dalam tubuh. Ajarkan tanda dan
gejala hipernatremia dan kapan harus memberi tahu perawat atau petugas kesehatan.
Menginstruksikan untuk sabar dan keluarga segera melaporkan setiap perubahan
dalam status mental