2013 Ny.N usia 60 tahun pendidikan SD Pekerjaan tani dibawa ke RS oleh keluarga dengan keluhan nyeri perut dibagian bawah, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan pasien dinyatakan hidronefrosis pada kedua ginjal Dari riwayat kesehatan sekarang didapatkan: Pasien mengatakan, nyeri yang dirasakan sudah sejak setengah bulan yang lalu, tidak nafsu makan dan mual, pada tanggal 2 mei 2013 pagi, pasien dibawa keluarga ke RSUD magelang dan di RS tersbut pasien di diagnose gagal ginjal kronik. Pada siang harinya pasien di rujuk ke RS Muhammadiyah Jogja. Setelah dilakukan pemeriksaan USG adanya stenosis ureter, dan hidronefrosis. Riwayat kesehatan daluhu didapatkan data pasien pernah dirawat di RS karena penyakit mag, pasien pernah dilakukan operasi sebelumnya, tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti DM, ginjal dll, menurut wawancara pasien juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol, rokok dan jamu-jamuan Dari pemeriksaan fisik didapatkan Kesadaran composmentis, tekanan darah 150/90 mmHg, suhu tubuh 36◦C, pernapasan 22 x/, nadi 80 x/menit, Hb 10,7 g/dL; SGPT 15 u/l; SGOT 11 u/l; BB 40 kg; TB : 150 cm. IMT : 17,7 (underwight), BAB tidak lancar, BAK normal, namun sedikit-sedikit, ureum 107 mg/dl; kreatinin 5.7 mg/dl, keluhan nyeri saat mengejan, Leukosit 8,7 rb/ul; Trombosit : 403 rb/ul, Tidak ada gejala gangguan endokrin, GDS 106 mg/dl. Pada tanggal 4 mei pasien dilakukan tindakan nefrostomi oleh dokter Adanya setenosis ureter atau penyempitan pada ureter pasien, maka terjadilah obstruksi post renal, karena ada obstruksi sehingga aliran urin keluar tubuh terhambat, dan munculah tanda-tanda adanya retensi urin seperti yang dikeluhkan pasien (kencing normal namun sedikit-sedikit). Obstruksi juga akan menyebabkan aliran balik urin yaitu ke tubulus renali dan pelviks. Akibat aliran balik urin tersebut mengakibatkan beberapa hal, yaitu terjadi penggembungan ginjal sehingga dalam pemeriksaan USG terdapat perubahan anatomi pada ginjal, seperti yang dialami pasien (USG ada pembesaran ginjal akibat penumpukan cairan). Ginjal yang semakin membesar karena penuh dengan cairan urin, akan mendesak jaingan ginjal yang lemah sehingga terjadilah penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan beberapa hal diantaranya adalah GFR yang turun sehingga terjadi retensi cairan dan natrium, retensi cairan dan natrium lah yang menyebabkan hipertensi pasien (tekanan darah 150/90 mmHg). Tidak hanya itu juga, penurunan fungsi ginjal juga akan mengakibatkan anemia (Hb 10,7 g/dL) dikarenakan sekresi eritopoitin oleh ginjal yang terganggu. Akibat obstruksi tersebut juga mengakibatkan adanya sisa urin di dalam kaliks ginjal, sisa urin yang serahusnya dikeluarkan ini bila menumpuk pada kaliks ataupun pelviks akan menyebabkan infeksi, karena urin merupakan produk-produk sampah yang harus segera dikeluarkan. Infeksi tersebut akan mengakibatkan tanda- tanda diantaranya nyeri, demam dan hematuria hematuria yang lama akan menyebabkan anemia seperti yang dikeluahkan pasien. (pasien mengatakan nyeri, Leukosit 8,7 rb/ul, hasil lab urin dalam darah +3, Hb 10,7 g/dL) Urin yang tidak bisa dikeluarkan dalam tubuh akan menyebabkan peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah, karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik ini yang diakibatkan adanya obstruksi dan penurunan funsi ginjal. Akibatnya dalam pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar ureum dan kreatinin yang tinggi seperti yang dialami pasien (ureum 107 mg/dl; kreatinin 5.7 mg/dl). Tingginya kadar ureum dan kreatinin dalam darah akan mengakibatkan keracunan ureum yang manifestasi klinisnya berupa anoreksia, mual muntah dan lain sebagainya yang akan membuat nafsu makan pasien turun. Nyeri akut Perawat menegakkan diagnose ini dikarenakan adanya tanda dan gejala seperti pasien mengatakan nyeri pada daerah perut bagian bawah kanan dan kiri rasanya ”mangkel” TD 150/90, nadi 80x/m, sakala nyeri 5, ekspresi wajah tampak menahan nyeri. Retensi urin Perawat menegakkan diagnosa ini dikarenakan adanya tanda dan gejala seperti pasien mengatakan kencing normal tapi sedikit-sedikit, hasil USG adanya Hidronefrosis, ureum 107 mg/dl kreatinin 5,4 mg/dl. Resiko infeksi Perawat menegakkan diagnosa ini dikarenakan adanya tanda dan gejala seperti adanya Leukosit 8,7rb/ul, Terpasang prosedur invasif (nefrostomi kanan dan kiri, kateter), produk merah, kultur urin darah +3. 1. Nyeri Akut
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri Berikan pendidikan kesehatan tentang nyeri, penyebab nyeri dll Kolaborasi pemberian analgetik Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri
Rasionalisasi: Latihan pernafasan dan teknik relaksasi
menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri- ansietas-ketegangan otot
(Smeltzer dan Bare, 2002)
Kolaborasi pemberian analgetik
Rasionalisasi: Pada pasien dengan nyeri kolik abdomen
pemberian analgetik diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien
(ACI Urology Network-Nursing, 2012)
Berikan pendidikan kesehatan tentang nyeri, penyebab nyeri dll
Rasionalisasi: Dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai nyeri maka akan
mengurangi kecemasan itu sehingga akan menurunkan persepsi nyeri. Sebuah penelitian mengindikasikan bahwa pasien yang diberi pendidikan pra operasi tentang hasil yang akan dirasakan pasca operasi tidak menerima banyak obat-obatan untuk nyeri dibandingkan orang yang mengalami prosedur operasi yang sama tetapi tidak diberi pendidikan pra operasi. (Taylor dkk, 2000)
Secara klinik, kecemasan pasien menyebabkan menurunnya kadar serotonin.
Serotonin merupakan neurotransmitter yang memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada susunan saraf pusat. Hal inilah yang mengakibatkan peningkatan sensasi nyeri. Serotonin merupakan salah satu neurotransmitter yang diproduksi oleh nucleus rafe magnus dan lokus seruleus. Ia berperan dalam sistem analgetik otak. Serotonin menyebabkan neuron-neuron lokal medulla spinalis mensekresi enkefalin. Enkefalin dianggap dapat menimbulkan hambatan. Jadi,dpresinaptik dan postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan A sistem analgetika ini dapat memblok sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medulla spinalis
(Guyton & Hall, 2004)
2. Retensi urin
Pantau kadar elektrolit, ureum dan kreatinin
Pertahankan keseimbangan cairan Kolaborasi untuk pemeriksaan fungsi ginjal Kolaborasi untuk tindakan nefrostomi Pertahankan keseimbangan cairan
Rasionalisasi: Pada pasien dengan hidronefrosis eseimbangan
cairan harus dipertahankan agar beban ginjal tidak terlalu berat
(ACI Urology Network-Nursing, 2012)
Kolaborasi untuk pemeriksaan fungsi ginjal
Rasionalisasi: Pada pasien dengan hidronefrosis pemeriksaan
ginjal diperlukan karena tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya
(Medikastore, 2013) (Smeltzer dan Bare, 2002)
Pantau kadar elektrolit, ureum dan kreatinin
Rasionalisasi: Pada pasien dengan hidronefrosis pemeriksaan
kadar elektrolit, ureum dan kreatinin diperlukan karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik sehingga kadar ureum dan kreatinin dalam darah, bila kadar ureum dan kreatinin dalam darah meningkat tinggi akan mengakibatkan keracunan ureum (Medikastore, 2013) (Smeltzer dan Bare, 2002) (ACI Urology Network-Nursing, 2012)
Kolaborasi untuk tindakan nefrostomi
Rasionalisasi: Untuk mengurangi obstruksi, dan menjaga fungsi
ginjal, urine harus dialihkan melalui nefrostomi atau tipe diversi
(Smeltzer dan Bare, 2002)
4. Resiko infeksi Monitor vital sign setiap setengah jam pada 2 jam pertama, selanjutnya setiap 1 jam pada 2 jam berikutnya dan setiap 4 jam selama 24 jam Lakukan pengkajian jumlah urin output setiap 24 jam Amati adanya tanda-tanda infeksi Pada 2 minggu pertama setelah nefrostomi, lakukan dresing setiap hari. Apabila menggunakan transparan dressing pergantian bisa dilakukan setiap 3 hari sekali Jaga kulit sekitar insersi agar tetap bersih Lakukan irigasi bila terjadi sumbatan kateter Lakukan pergantian urin bag setidaknya diganti setiap 7 hari atau jika urin bag menjadi kotor, berbau busuk, atau bocor, harus secepatnya diganti Lakukan mobilisasi dini Kolabori pemberian antibiotik Monitor vital sign setiap setengah jam pada 2 jam pertama, selanjutnya setiap 1 jam pada 2 jam berikutnya dan setiap 4 jam selama 24 jam
Rasionalisasi: Pemantauan tanta-tanda vital pada 24 jam
pertama diperlukan karena, syok sering terjadi pada 24 jam setelah nefrostomi dilakukan. Jika terjadi kenaikan suhu tubuh lebih dari 38C, tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmhg, nadi lebih dari 120 x/m, segera hubungi dokter atau kirim pasien ke unit gawat darurat
(ACI Urology Network-Nursing, 2012)
Lakukan pengkajian jumlah urin output setiap 24 jam
Rasionalisasi: Sisa urine dalam kaliks menyebabkan infeksi,
infeksi dapat menyebabkan terjadinya akut kidney injuri atau bahkan andstate renal disesase (Medikastore, 2013) (Smeltzer dan Bare, 2002).
Jika total urin output kurang dari 30ml/jam segera hubungi
dokter (ACI Urology Network-Nursing, 2012) Amati adanya tanda-tanda infeksi
Rasionalisasi: Peningkatan suhu tubuh, nyeri pada pinggang,
kemerahan dan panas disekitar insersi menandakan adanya proses infeksi (CCNIH, 2012)
Pada 2 minggu pertama setelah nefrostomi,
lakukan dresing setiap hari. Apabila menggunakan transparan dressing pergantian bisa dilakukan setiap 3 hari sekali
Rasionalisasi: Penggantian dressing setiap hari pada 2 minggu
pertama pasca nefrostomi pada dressing biasa untuk, karena pada dressing biasa kadar kelembapanya lebih tinggi dan renatan terjadi resapan air pada saat mandi disbanding transparan dressing, dan untuk pemantauan tanda-tanda infeksi pada dresing biasa tidak bisa dilakukan dari luar disbanding dengan transparan dressing (CCNIH, 2012) Jaga kulit sekitar insersi agar tetap bersih
Rasionalisasi: Kuman akan mudah masuk ke dalam ginjal
melalui luka insersi bila area sekir insersi tidak bersih yang akan menyebabkan timbulnya infeksi (CCNIH, 2012)
Lakukan irigasi bila terjadi sumbatan kateter
Rasionalisasi: Selang kateter yang tersumbat akan
menyebabkan urin tidak bisa keluar melalui selang nefrostomi dan akan kembali ke ginjal, bila tidak segera dilakukan irigasi akan menyebabkan infeksi pada ginjal (CCNIH, 2012) Lakukan pergantian urin bag setidaknya diganti setiap 7 hari atau jika urin bag menjadi kotor, berbau busuk, atau bocor, harus secepatnya diganti Rasionalisasi: Urin bag yang kotor akan meningkatkan jumlah koloni kuman dalam urin bag, dan kuman tersebut bisa masuk naik ke dalam ginjal melalui selang nefrostomi dan akan menyebabkan infeksi
(CCNIH, 2012) Lakukan mobilisasi dini Rasionalisasi: Mobilisasi dini diperlukan agar tidak terjadi statis urin di ginjal yang akan menyebabkan infeksi serta mempercepat penyembuhan (St. Joseph's Healthcare Hamilton, 2012)
Kolabori pemberian antibiotik
Rasionalisasi: Antibiotic diperlukan jika sudah terjadi tanda-tanda infeksi seperti: Jika suhu tubuh meningkat atau panas 38C, Nyeri pinggang, Terjadi kemerahan dan panas disekitar insersi (CCNIH, 2012) Bila tidak dilakukan perawatan nefrostomi secara rutin oleh perawat, Pemasangan nefrostomi akan mengakibatkan komplikasi infeksi pada ginjal, ditambah dengan terjadinya penurunan kadar albumin yaitu 2,8g/dl, dan Hb 9,1 g/dl, yang akan menurunkan daya tahan tubuh dan menyebabkan infeksi. Prognosis Prognosis pasien akan baik karena hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan perbaikan kadar ureum dan kreatinin ke keadaan normal yaitu ureum tgl 15 mei 2013 12mg/dl, kreatinin 1,1 mg/dl, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada kebocoran nefrostomi urin kuning normal dan tidak ada perdarahan. Prognosis pasien akan tidak baik bila pasien menolak dilakukan operasi, karena dari hasil pemeriksaan didapatkan adanya stenosis ureter distal dan harus dilakukan operasi untuk menghilangkan stenosis. Bila pasien menolak, maka prognosisnya akan memburuk karena kadar albumin sudah turun yaitu 2,8g/dl, Hb 9,1 g/dl, yang akan menurunkan daya tahan tubuh dan menyebabkan infeksi.