Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI RUANG BOUGENVIL


RSUD BANYUMAS

Oleh
MUKTI NURHIDAYATI
1811040104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019
A. Definisi
Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lembut atau mendadak (akut).
Hipertensi menetap (tekanan darah tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor
risiko terjadinya stroke, penyakit janting koroner (PJK), gagal jantung, gagal ginjal,
dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah). Peningkatan tekanan darah yang
relatif kecil, namun hal tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup (Agoes et al,
2011). Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah gejala yang akan
berlanjut kesuatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrophy (untuk otot jantung) dengan target
organ diotak berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang
membawa kematian (Bustan, 2007).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik setidaknya 140 mmHg
atau tekanan diastolik 90 mmHg, hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal,
dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah semakin besar resikonya (Sylvia
A.Price). Pada lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).

B. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :


( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan
10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi

b. Ciri perseorangan
Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih
tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih )

c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol,
minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

C. Tanda Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun. Manifestasi klinis pada klien
dengan hipertensi adalah :
o Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
o Sakit kepala
o Pusing / migraine
o Rasa berat ditengkuk
o Penyempitan pembuluh darah
o Sukar tidur
o Lemah dan lelah
o Nokturia
o Azotemia (kelainan biokimia yaitu peningkatan kadar kreatinin dan nitrogen urea
darah da berkaitan dengan penurunan laju filtrasi gromelurar)
o Sulit bernafas saat beraktivitas

D. Patofisiologis
Menurut Yusuf (2008), Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahanan perifer. Tubuh mempunyai sitem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan
tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah
secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah
dan ada yang bereaksi lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek
kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon iskemia susunan
saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos.
Sistem lain yang kurang cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon
ginjal dengan perngaturan hormon angiotensin dan vasopresor.
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya atherosklerosis yang merupakan
bentuk dari arterioklerosis (pengerasan arteri). Antherosklerosis ditandai oleh
penimbunan lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume
aliran darah ke jantung, karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian
membentuk plak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas
arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian mengakibatkan
hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofo ventrikel kiri (HVK)
dan gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi ventrikel kiri sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. (Hull, 1996; dalam
Panggabean 2006, Bustan 2007).
Berdasarkan uraian patofisiologi hipertensi diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi dimulai adanya pengerasan arteri. Penimbunan lemak terdapat pada dinding
arteri yang mengakibatkan berkurangnya volume cairan darah ke jantung.
Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi penyempitan dan penurunan
elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung
bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah.
E. PATHWAYS
F. Pemeriksaan Penunjang

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh


b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penatalaksanaan Medis Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi
menjadi dua jenis penatalaksanaan:
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam
plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
 Mempunyai efektivitas yang tinggi.
 Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
 Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
 Tidak menimbulakn intoleransi.
 Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
 Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angitensin

H. Fokus Pengkajian:
data dasar (Doenges, 2000)
1. Aktivitas : lemah, letih, lesu, takipnea, peningkatan HR, perubahan irama jantun
g
2. Sirkulasi : riwayat hipertensi, palpitasi, kenaikan TD perubahan warna kulit,suhu
dingin, pucat, sianosis, diaporesis.
3. Integritas ego : ansietas, depresi, marah, gelisah, otot muka tegang, peningkatan
pola bicara.
4. Makanan/cairan :BB normal/obesitas, edema.
5. Neurosensori : pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, epistaksis.
6. Nyeri : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala, nyeri abdomen.
7. Pernapasan : dispnea takipnea, riwayat merokok, bunyi nafas tambahan.
8. Eliminasi : gangguan gunjal saat ini atau yang lalu.
9. Keamanan : gangguan koordinasi, hipotensi postural.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
J. Rencana Tindakan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Resiko tinggi Setelah dilakukan Cardiac Care
terhadap penurunan perawatan 3x24 jam 1. Eva;uasi adanya nyeri
curah jantung tidak terjadi penurunan dada
curah jantungdengan 2. Catat adanya disritmia
berhubungan dengan
kriteria hasil jantung
peningkatan
3. Catat adanya tanda
afterload, 1. Tanda vital dalam
dan gejala penurunan
vasokonstriksi, rentang normal
cardiac output
iskemia miokard, 2. Dapat mentoloeransi
4. Monitor status
hipertropi aktivitas, tidak ada
kardiovaskuler
ventricular. kelelahan
5. Monitor status
3. Tidak ada edema
pernafasan yang
paru, perifer, tidak
menandakan gagal
ada asites
jantung
4. Tidak ada penurunan
6. Monitor abdomen
kesadaran
sebagai indikator
penurunan perfusi
7. Monitor balance
cairan
8. Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
9. Monitor respon pasien
terhadap efek
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode
latihan dan istirahat
untuk menghindari
kelelahan
11. Monitor toleransi
aktivitas pasien
12. Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
takipneu dan ortopneu
13. Anjurkan
menurunkan stress
14. Monitor TTV

2 Nyeri ( sakit kepala ) Setelah dilakukan 3x24 Manajemen Nyeri


berhubungan dengan jam perawatan
Aktivitas
peningkatan tekanan diharapkan nyeri tidak
vaskuler serebral ada dengan kriteria hasil 1. Lakukan
pengkajian nyeri
1. Mengetahui faktor
secara menyeluruh
penyebabnyeri
meliputi lokasi,
2. Mengetahui
durasi,kualitas,
permulaan terjadinya
keparahan nyeri
nyeri
dan
3. Menggunakan
faktor pencetus
tindakan pencegahan
nyeri.
4. Melaporkan gejala
2. Observasi
5. Melaporkan kontrol
ketidaknyamanan
nyeri
nonverbal.
6. Melaporkan nyeri
3. ajarkan untuk
berkurangatau hilang
teknik
7. Frekuensi nyeri
nonfarmakologi
berkurang.
misal relaksasi,
8. Lamanya nyeri
guideimajeri,
berlangsung
terapi musik
9. Ekspresi wajah saat
distraksi.
nyeri
4. Kendalikan faktor
10. Posisi tubuh
lingkungan yang
melindungiSkala dapat
mempengaruhi
Penilaian NOC :
respon pasien
1. Tidak pernah terhadap
dilakukan ketidaknyamanan
2. Jarang dilakukan3. misal
Kadang dilakukan4. suhu,lingkungan,
Sering dilakukan5. cahaya,kegaduhan.
Selalu dilakukan 5. Kolaborasi
: pemberian
Analgetiksesuai
indikasi

NIC II : Manajemen
Analgetik

Aktivitas

1. Tentukan
lokasi,karakteristik
, kualitasdan
tingkat
nyerisebelum
mengobati pasien.
2. Cek obat
meliputi jenis,
dosis, danfrekuensi
pemberian
analgetik.
3. Tentukan jenis
analgetik (
Narkotik, Non-
Narkotik)
disamping tipe dan
tingkat nyeri.
4. Tentukan
Analgetikyang
tepat,cara pemberi
an dandosisnya
secara tepat.
5. Monitor tanda-
tandavital sebelum
dansetelah
pemberian
analgetik.

3. Potensial perubahan Setelah dialkukan 1. Pertahankan tirah


perfusi jaringan: tindkaan 3x24 jam baring; tinggikan
diharapkan sirkulasi kepala tempat tidur
serebral, ginjal, tubuh tidak terganggu 2. Kaji tekanan darah
jantung berhubungan dengan kriteria hasil: saat masuk pada
Pasien kedua lengan;
dengan gangguan
mendemonstrasikan tidur, duduk
sirkulasi perfusi jaringan yang dengan pemantau
membaik seperti tekanan arteri jika
ditunjukkan dengan : tersedia.
TD dalam batas yang 3. Pertahankan cairan
dapat diterima, tidak dan obat-obatan
ada keluhan sakit sesuai pesanan.
kepala, pusing, nilai- 4. Amati adanya
nilai laboratorium hipotensi
dalam batas normal. mendadak
Haluaran urin 30 ml/ 5. Ukur masukan dan
menit ada tanda-tanda pengeluaran.
vital stabil 6. Pantau elektrolit,
BUN, kreatinin
sesuai pesanan.
7. Ambulasi sesuai
kemampuan;
hindari kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Agoes A. H, Achdiat A. H dan Arizal A. H. (2010). Penyakit di usia tua. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
Bustan, M. N. (2007). Epidemologi : penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka Cipta
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lanny. 2001.Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius.
Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit
Arcan, 1996
Sheps, (2010). Mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta: Intisari Mediatama.
Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta,
Penerbit Arcan, 1995

Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit
Hipokrates, 1999
Yusuf I. 2008. Hipertensi Sekunder. Jurnal Medicinus. Vol 21, No 3.

Anda mungkin juga menyukai