H DENGAN
FRAKTUR FEMUR DI IRINA A ATAS
RSUP PROF.DR.R.D KANDOU
MANADO
Oleh
Kelompok 6
CI : Ns.Vera Wonte,S.Kep,M.Kes
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR
A. Definisi
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi
tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Suriya dan Zuriati, 2019).
Fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung (Smeltzer & Bare, 2013).
C. Etiologi
1) Cedera
1. Cedera langsung, yaitu tulang patah pada titik benturan; jaringan lunak juga
rusak. Pukulan langsung biasanya membagi tulang secara melintang atau
membengkokkannya di atas titik tumpu sehingga menciptakan patahan
dengan 11 fragmen ‗kupu-kupu‘. Kerusakan pada kulit diatasnya adalah
umum; Jika penghancuran terjadi atau dalam cedera energi tinggi, pola
fraktur akan diperhitungkan dengan kerusakan jaringan lunak yang luas.
2. Cedera tidak langsung, yaitu tulang patah pada jarak dari tempat gaya
diterapkan; kerusakan jaringan lunak di situs fraktur tidak bisa dihindari.
Fraktur ini terjadi pada tulang normal yang mengalami pemuatan berat
berulang, biasanya pada atlet, penari atau personil militer yang memiliki
program latihan yang melelahkan atau ketika intensitas latihan meningkat
secara signifikan dari baseline. Pembebanan berat menciptakan deformasi
menit yang memulai proses normal remodelling - kombinasi dari resorpsi
tulang dan pembentukan tulang baru sesuai dengan hukum Wolff. Ketika
paparan stres dan deformasi berulang dan berkepanjangan, resorpsi tulang
terjadi lebih cepat daripada penggantian (pembentukan tulang baru) dan
meninggalkan daerah yang bisa patah. Masalah serupa terjadi pada pasien
dengan penyakit inflamasi kronis yang sedang dalam pengobatan dengan
steroid atau methotrexate, yang mengubah keseimbangan normal dari resorpsi
tulang dan penggantian.
Fraktur yang dapat terjadi bahkan dengan tekanan normal jika tulang telah
dilemahkan oleh perubahan dalam strukturnya atau karena proses
penyakit(misalnya pada pasien dengan osteoporosis, osteogenesis imperfecta
atau penyakit Paget, terapi bifosfonat) atau melalui lesi lisis (misalnya kista
tulang atau metastasis).
D. Klasifikasi
1. Fraktur collum femur Leher femur merupakan tempat paling sering terkena
fraktur pada dewasa tua (Blauth, et al., 2018). Fraktur collum atau leher
femur adalah suatu keadaan terputusnya atau hancurnya leher femur yang
disebabkan oleh trauma (Noor, 2016). Fraktur collum femur terjadi akibat
jatuh pada daerah trokanter, baik karena kecelakaan lalu lintas maupun
jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi (Rockdown & Green, 2015).
4. Fraktur batang femur Fraktur batang femur merupakan fraktur yang sering
terjadi pada dewasa muda, biasanya terjadi karena trauma langsung akibat
kecelakaan lalu lintas atau jauh dari ketinggian. Patah tulang pada daerah
ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
penderita syok (Buckley, et al., 2017).
F. Patofisiologi
Menurut Black and Hawks (2014) keparahan dari fraktur bergantung pada
gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktursuatu tulang hanya sedikit
terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan patah. Jika gayanya sangat
ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat
terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat
mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang
besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang
besar, seperti femur. Walaupun bagaian proksimal dari tulang patah tetap pada
tempatnya, namun bagian distal dapat bergerser karena faktor penyebab patah
maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping,
pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen
juga dapat beotasi atau berpindah.
Selain itu, periosteum dan pembuluh dara di korteks serta sumsum dari
tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering terjadi
cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera
pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medulla), hematoma terjadi diantara
fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi
fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan
terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit.
Respon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan tulang.
Pada orang usia lanjut khususnya pada wanita, terjadi perubahan struktur
pada bagian ujung atas femur yang menjadi presdiposisi untuk terjadinya fraktur
collum femur. Fraktur collum femur terjadi akibat jatuh pada daerah trochanter baik
karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi, seperti
terpeleset di kamar mandi dimana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi. Pada
kondisi osteoporosis insiden fraktur pada posisi ini tinggi (Noor, 2016).
G. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan
J. Komplikasi
1. Syok
Syok hipovolemik atau traumatic akibat perdarahan (baik kehilangan
darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan
ekstrasel ke jaringan yang rusak.
3. Sindrom kompertemen
Sindrom kompartemen disebabkan karena penurunan ukuran
kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat
atau gips atau balutan yang menjerat, atau peningkatan isi
kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan
berbagai masalah. Pasien mengeluh adanya nyeri dalam, berdenyut tak
tertahankan. Palpasi pada otot akan terasa pembengkakan dan keras.
Andri, J., Febriawati, H., Padila, P, J, H., & Susmita, R. (2020). Nyeri Pada Pasien
Post Op Fraktur Ekstremitas Bawah dengan Pelaksanaan Mobilisasi dan
Ambulasi Dini. Journal of Telenursing (JOTING), 2(1), 61-70.
https://doi.org/10.31539/joting.v2il.1129
Djamal, R., Rompas, S., & Bawotong, J. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Skala Nyeri pada Pasien Fraktur di Irina A Rsup Prof. Dr. R.D. kandou
Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 3(2), 113549.
I. IDENTITAS PASIEN
A. KLIEN
Nama initial : Tn. T. H
Tempat/tanggal lahir (umur) : 05 – 09 – 1961 (62 Thn)
Jenis kelamin : Laki – laki
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak :3
Agama/suku : Kristen / Minahasa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang di gunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat rumah : Amurang
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. L.M
Alamat : Amurang
Hubungan dengan klien : Anak Kandung
II. DATA MEDIK
A. Dikirim oleh : IGD
B. Diagnose medic : Fraktur Proximal Femur Dextra
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Keluhan utam : Nyeri pada paha kanan akibat terjatuh
3 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengalami patah tulang paha
sebelah kanan akibat terjatuh dari
pohon/ Klien tampak sakit berat
Alasan : Pasien terbaring Lemah
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitafis
Glasgow coma scale
Respon motoric :6
Respon bicara :5
Respon membuka mata :4 Jumlah = 15
2. Tekanan darah : 126/77 mmHg
3. Suhu : 36,3oc
4. Nadi : 89 x/m
5. Pernapasan : 22x/m
C. PENGUKURAN
1. Tinggi badan : 170 cm
2. Berat badan : 61 kg
D. GENOGRAM
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. KAJIAN RESEPSI KESEHATAN – PEMELIHARAAN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang pernah di alami:
Catatan : Hipertensi Dan Asam Urat
1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat beraktifitas seperti
biasanya
b. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, karena terasa
nyeri di paha kanan dan hanya terbaring di tempat tidur.
2. Data subjektif
a. Observasi
Kebersihan rambut : Bersih dan rapih/ terlihat adanya uban
Kulit kepala : Bersih
Kebersihan kulit : Bersih
Hygiene rongga mulut : Bersih
B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK
1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit makan teratur 3 kali sehari
b. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit makan seperti biasanya
2. Data subjektif
a. Observasi :
Pasien tampak terlihat makan dengan baik dan makan makanan yang
tersidia di rumah sakit
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan rambut : Bersih dan rapi / terlihat adanya uban
Hidrasi kulit : Baik
Palpebrea Conjungtiva : normal conjungtiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak iteric
Hidung : Normal
Rangga mulut Gusi : Bersih Gusi : Baik
c. Pemeriksaan diagnostic
Laboratorium : Hemaglobin :12,6
Hematorik : 36,0
Leukosit : 15,0
Trombosit : 259
d. Terapi : omeprasol 2x1 IV, katerolac 2x1 IV,
ceftriaxone
C. KAJIAN POLA ELIMINASI
1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 2x sehari dan BAK
lancar
b. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan jarang BAB dan BAK
seperti biasanya
D. KAJIAN AKTIFITAS DAN LATIHAN
1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan jarang berolaraga tapi tetap melakukan aktifitas
dengan bekerja sehari - hari
b. Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak pernah berolaraga karena tidak bisa bergerak
dan bila bergerak terasa nyeri bagian paha kanan
2. Data objektif
Aktifitas harian
Makan : Bantuan Keluarga
Mandi : Bantuan Keluarga
Berpakaian : Bantuan Keluarga
Buang air besar : Bantuan Keluarga
Buang air kecil : Bantuan Keluarga
Mobilisasi di tempat tidur : Bantuan Keluarga
Ambulasi : Tempat tidur
Postur tubuh : Baik
E. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan jarang tidur siang karena sibuk bekerja
Pasien mengatakan pada malam hari tudur teratur 7 – 8 jam
Tidak ada gangguan pola tidur
b. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit sering beristirahat dan tidur siang
Pasien mengatakan sejak sakit Jarang tidur di malam hari karena
sering terbangun akibat nyeri pada paha bagian atas
2. Data objektif
a. Observasi
Ekspresi wajah mengantuk
Banyak menguap
Palpebrae inferio berwarna gelap
F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Objektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan pendengarannya masih dalam ke adaan baik dan
tidak ada gangguan
b. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan pendengarannya masih sama seperti pada waktu
sebelum sakit dan tidak ada gangguan
2. Data objektif
a. Observasi
Pasien tampak masih biasa mendengar dengan baik
b. Pemeriksaan fisik
Penglihatan
Cornea : tidak ada kelainan
Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai
NI : penciuman pasien dalam keadaan baik
N II : penglihatan pasien agak kabur
N V sensorik : pasien masih bisa dapat merespon saat di
lakukan sentuhan pada wajah
G. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien aktif di masyarakat dan
senang berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan tetangga sekitar
b. Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan selama di rumah sakit pasien sering berinteraksi
dengan sesame pasien
2. Data objektif
Observasi
Kontak mata : baik
Rentang perhatian : baik
Suara dan cara bicara : baik
Postur tubuh : baik
H. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS
1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan ketika bila ada masalah pasien akan
menceritakan masalahnya dengan istri untuk mencari jalan keluar
agar masalah di hadapi bersama
P:
Intervensi
dilanjutkan (3,6)
Rabu, 10 Januari 2024
Diagnos Tujuan dan Jam Implementasi Evaluasi
a kriteria hasil
Nyeri Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (kamis, 11-01 jam:
akut tindakan 10.00 Observasi 06.58 pagi)
keperawatan 1. Mengidentifikasi
selama 1x24 jam skala nyeri S:
diharapkan Hasil : Pasien
tingkat nyeri Skala nyeri 10 mengatakan
menurun dengan 2. Mengidentifikasi nyeri sudah
kriteria hasil : nyeri non verbal menurun
Keluhan Hasil : karena sudah
nyeri Ekspresi wajah di operasi
menurun pasien meringis berbeda
Meringis 11.00 Terapeutik dengan
menurun 3. Memberikan sebelum
Gelisah teknik dilakukan
menurun nonfarmakologis operasi
untuk mengurangi O:
rasa nyeri Ekspresi
Hasil : meringis
Diberikan teknik menurun
nonfarmakologis A:
TND/teknik napas Masalah
dalam keperawatan nyeri
13.00 Kolaborasi teratasi
4. Mengkolaborasika
n pemberian P:
analgetik, jika Intervensi
perlu dihentikan pasien
Hasil : pulang
Pasien dilayani
ketorolac 2x1
IVFD.
Ganggua Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi (kamis, 11-01 jam:
n tindakan 13.50 Observasi 07.00 pagi)
mobilitas keperawatan 3. Memonitor
fisik selama 1x24 jam frekuensi jantung S:
diharapkan dan tekanan darah Pasien
mobilitas fisik sebelum memulai mengatakan
meningkat mobilisasi pergerakan
dengan kriteria Hasil : eksterimtas
hasil : HR : 89x/menit bawah kanan
Pergeraka TD : 129/87 sudah
n mmHg meningkat
ekstremita 14.35 Edukasi berbeda
s 4. Menganjurkan dengan
meningkat melakukan sebelumnya
Kekuatan mobilisasi dini Pasien
otot Hasil : mengatakan
meningkat Pasien dan nyeri masih
Nyeri keluarga ada namun
menurun mengatakan sangat sudah
Gerakan terbatas susah untuk menurun
menurun menghadap O:
kiri/kanan apalagi Kekuatan
duduk karena otot
nyeri. eksterimtas
bawah kanan
2
Pasien sudah
bisa
mobilisasi
sederhana
(duduk)
A:
Masalah
keperawatan
gangguan mobilitas
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan pasien
pulang