Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nadya I.

Pontoh

NIM : 19061031

Kelas : A

Penyakit Epilepsi

Epilepsi merupakan suatu gangguan sistem persarafan sentral, di mana aktivitas dari otak
menjadi abnormal. Gangguan ini dapat menyebabkan kejang atau periode di mana seseorang
mengalami perilaku abnormal, sensasi abnormal, dan terkadang hilangnya kesadaran.

Etiologi / Penyebab

Pada sekitar separuh populasi pasien dengan epilepsi, umumnya penyebab yang mendasari tidak
dapat teridentifikasi. Pada separuh lainnya, kondisi ini diduga berkaitan dengan berbagai faktor,
di antaranya:

1. Genetik. Sebagian tipe epilepsi, yang dikelompokkan berdasarkan tipe kejang yang dialami
dan bagian dari otak yang terlibat, dapat dialami oleh lebih dari satu anggota keluarga.

Pada kasus-kasus tersebut, terdapat kemungkinan adanya pengaruh genetik yang terlibat.
Para pakar telah mengasosiasikan beberapa tipe epilepsi dengan terdapatnya komponen
genetik tertentu.

Namun, pada sebagian besar orang, genetik hanyalah sebagian dari penyebab epilepsi.
Adanya gen tertentu dapat membuat seseorang lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan
yang dapat mencetuskan timbulnya kejang.

2. Trauma kepala. Trauma kepala sebagai akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor atau
cedera lainnya dapat menyebabkan epilepsi.
3. Gangguan pada otak. Gangguan pada otak yang menyebabkan terjadinya kerusakan otak,
seperti tumor otak atau stroke, dapat menyebabkan terjadinya epilepsi. Stroke merupakan
penyebab utama epilepsi pada orang dewasa di atas usia 35 tahun.
4. Penyakit infeksi. Penyakit infeksi tertentu, seperti meningitis dan ensefalitis, dapat
menyebabkan terjadinya epilepsi.
5. Gangguan pada saat kehamilan. Sebelum persalinan, janin sensitif terhadap kerusakan otak
yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi dari ibu, nutrisi yang kurang
baik, atau kekurangan oksigen. Kerusakan otak tersebut dapat menyebabkan terjadinya
epilepsi.
6. Gangguan perkembangan. Epilepsi terkadang dapat dikaitkan dengan gangguan
perkembangan, seperti autisme dan neurofibromatosis.

Patogenesis

Mekanisme terjadinya epilepsi ditandai dengan gangguan paroksimal akibat penghambatan


neuron yang tidak normal atau ketidakseimbangan antara neurotransmiter eksitatori dan
inhibitori). Defisiensi neurotransmiter inhibitori seperti Gamma Amino Butyric Acid (GABA)
atau peningkatan neurotransmiter eksitatori seperti glutamat menyebabkan aktivitas neuron tidak
normal. Neurotransmiter eksitatori (aktivitas pemicu kejang) yaitu, glutamat, aspartat, asetil
kolin, norepinefrin, histamin, faktor pelepas kortikotripin, purin, peptida, sitokin dan hormon
steroid. Neurotransmiter inhibitori (aktivitas menghambat neuron) yaitu, dopamin dan
GammaAmino Butyric Acid (GABA). Serangan kejang juga diakibatkan oleh abnormalitas
konduksi kalium, kerusakan kanal ion, dan defisiensi ATPase yang berkaitan dengan transport
ion, dapat menyebabkan ketidak stabilan membran neuron (8).
Aktivitas glutamat pada reseptornya (AMPA) dan (NMDA) dapat memicu pembukaan kanal
Na+.  Pembukaan kanal Na ini diikuti oleh pembukaan kanal Ca2+, sehingga ion-ion Na+ dan
Ca2+banyak masuk ke intrasel. Akibatnya, terjadi pengurangan perbedaan polaritas pada
membran sel atau yang disebut juga dengan depolarisasi. Depolarisasi ini penting dalam
penerusan potensial aksi sepanjang sel syaraf. Depolarisasi berkepanjangan akibat peningkatan
glutamat pada pasien epilepsi menyebabkan terjadinya potensial aksi yang terus menerus dan
memicu aktivitas sel-sel syaraf. Beberapa obat-obat antiepilepsi bekerja dengan cara
memblokade atau menghambat reseptor AMPA (alpha amino 3 Hidroksi 5 Methylosoxazole- 4-
propionic acid)dan menghambat reseptor NMDA (N-methil D-aspartat).Interaksi antara glutamat
dan reseptornya dapat memicu masuknya ion-ion Na+ dan Ca2+ yang pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya potensial aksi.  Namun felbamat (antagonis NMDA) dan topiramat
(antagonis AMPA) bekerja dengan berikatan dengan reseptor glutamat, sehingga glutamat tidak
bisa berikatan dengan reseptornya. Efek dari kerja kedua obat ini adalah menghambat penerusan
potensial aksi dan menghambat aktivitas sel-sel syaraf yang teraktivasi (9). Patofisiologi epilepsi
meliputi ketidakseimbangan kedua faktor ini yang menyebabkan instabilitas pada sel-sel syaraf
tersebut.

Komplikasi atau cacat / efek demam berdarah

Komplikasi epilepsi pada dasarnya ada berbagai macam.Komplikasi ini bisa terjadi jika
seseorang dibiarkan mengidap penyakit epilepsi dalam jangka waktu yang lama. Epilepsi yang
tidak segera ditangani dapat menimbulkan bahaya lain bagi kesehatan tubuh penderitanya. dapun
beberapa jenis komplikasi epilepsi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut.

1. Gangguan psikiatrik
Penyakit epilepsi ternyata dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan mood pada
penderitanya. Pasien epilepsi akhirnya bisa saja menjadi emosional dan labil dalam berbagai
situasi. Selain itu hal ini juga diperparah dengan adanya rasa cemas yang berlebih. Rasa cemas
ini akhirnya membuat pasien epilepsi menjadi gelisah di sepanjang waktu.

2. Gangguan kognitif
Pasien epilepsi terutama dengan usia anak-anak dapat mengalami masalah dalam hal prestasi
belajar. Sebab pada umumnya pasien epilepsi mengalami abnormalitas kognitif bila
dibandingkan dengan orang normal pada usia yang sama.

3. Gangguan motorik
Gejala epilepsi cenderung menyerang otak di bagian mana saja. Belahan otak yang ada pada
seseorang terdiri atas bagian dominan dan bagian yang tidak dominan. Jika pasien menderita
gangguan epilepsi pada belahan otak yang tidak dominan maka perkembangan motoriknya akan
terpengaruh.

4. Gangguan perilaku dan adaptasi sosial


Serangan dari gejala epilepsi dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Hal ini tentunya akan
membuat pasien menjadi takut sehingga berdampak pada rasa percaya diri yang dimilikinya.
Pasien epilepsi bisa saja merasa khawatir akan terserang gejala epilepsi saat sedang berada di
kerumunan masyarakat.

5. Bayi lahir cacat


Komplikasi epilepsi juga memberikan dampak yang berbahaya bagi ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Penyakit yang diawali dengan adanya gejala kejang ini dapat mengancam nyawa
sang ibu serta dapat juga berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Pada umumnya dokter
akan memberikan obat pada ibu hamil dalam mengatasi serangan gejala epilepsi.

6. Kejang otot
Pasien epilepsi umumnya mengalami serangan gejala yang bervarian. Namun kejang otot
seringkali terjadi dan dialami oleh setiap penderita epilepsi. Kejang otot merupakan hal yang
sering terjadi dan dapat menyerang pasien secara tiba-tiba tanpa melihat kondisi. Kejang otot
yang dibiarkan saja initentunya lama-kelamaan akan menjadi semakin parah sehingga hal ini
akan membuat pasien menjadi lebih menderita.

7. Kerusakan otak
Serangan epilepsi yang selalu hadir menyerang dapat menyebabkan terganggunya beberapa
sistem sel saraf padaotak. Kondisi ini bisa mengakibatkan disfungsi pada beberapa bagian sel
dalam otak. Hal ini akan terjadi selama gejala menyerang pasien. Tentunya sel-sel saraf akan
menjadi normal kembali saat gejala kejang mulai mereda.

8. Kematian mendadak
Komplikasi lainnya yang bisa timbul karena adanya serangan epilepsi yaitu kematian mendadak.
Sayangnya hingga kini penyebab kematian mendadak yang dialami oleh beberapa penderita
epilepsi masih belum diketahui secara pasti. Namun beberapa ahli menyatakan pendapatnya
bahwa kematianmendadak pada pasien epilepsi seringkali bekaitan dengan kondisi jantung pada
penderita.

Prognosis
Ketika pasien telah bebas kejang selama beberapa tahun berturut-turut, dimungkinkan untuk
menghentikan pengobatan, tergantung pada usia pasien dan jenis epilepsi. Ini hanya dilakukan di
bawah pengawasan dokter. Sebanyak tiga perempat dari orang dewasa yang telah bebas dari
kejang selama 3 tahun tetap bebas kejang setelah menghentikan terapi obat. Lebih dari setengah
anak-anak dapat menghentikan pengobatan tanpa mengalami kejang.

Namun prognosis tersebut tidak di anjurkan bagi mereka yang memiliki cedera otak fokal yang
diketahui, mengonsumsi lebih dari satu obat antiepilepsi, memiliki riwayat epilepsi keluarga,
mengalami kejang parsial, atau terus memiliki EEG abnormal saat menjalani pengobatan.

Sumber :

http://www.healthcommunities.com/epilepsy-seizures/prognosis.shtml

https://spesialissaraf.com/komplikasi-epilepsi

https://www.klikdokter.com/penyakit/epilepsi

Anda mungkin juga menyukai