Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal tubuh
(normal suhu tubuh 36,5ºC – 37,5ºC) karena adanya kegagalan termoregulasi di
hypotalamus. Sampai saat ini masalah hipertermi masih menjadi masalah prioritas utama
yang harus segera ditangani dari berbagai masalah keperawatan lain yang muncul pada
demam typhoid. Penyakit demam typhoid atau biasa dikenal dengan Typhus Abdominalis
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang diawali dengan infeksi pada saluran
pencernaan.

Gejala demam pada demam typhoid disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Muttaqin & Sari,
2011). Pada umumnya, pasien akan mengalami suhu tubuh naik diatas nilai normal
>37,5ºC dan diikuti gejala lain seperti kulit merah, kejang, takikardia, takipnea, kulit
terasa hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi menjadi tidak baik apabila
terdapat gambaran klinik yang berat, seperti demam tinggi (hiperpireksia), febris
kontinua, penurunan kesadaran (Elisabeth Purba et al. 2016). Dari penelitian (Hadi et al.,
2017) menjelaskan bahwa demam merupakan keluhan dan gejala subjektif yang
terpenting yang timbul pada semua penderita demam typhoid. Demam berlangsung 3
minggu bersifat febris remiten dan suhu tidak terlalu tinggi.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal yang tidak teratur,
disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan pembatasan. Hipertermia adalah
kondisi yang terjadi saat suhu tubuh naik melebihi suhu normal. Suhu tubuh yang normal
berada diantara 36 – 37,5 derajat Celcius. Hipertermia ini terjadi akibat suhu lingkungan
yang tinggi dan tubuh tidak lagi mampu beradaptasi terhadap perubahan ekstrem tersebut.
Seseorang diktakan mengalami hipertermia bila suhu tubuh berada di atas 40 derajat
Celcius.

Namun jangan salah, hipertermia tidak sama dengan demam. Ketika kamu mengalami
hipertermia, suhu tubuh naik diatas titik tertentu yang dikendalikan oleh hipotalamus.
Namun, ketika kamu mengalami demam, hipotalamus meningkatkan suhu tubuh di titik
tertentu dengan memiliki tujuan tertentu yakni melawan infeksi yang terjadi dalam tubuh.

B. Penyebab Hipertermia

Hipertermia disebabkan oleh paparan suhu ekstrem yang tidak lagi mampu diregulasi
oleh tubuh. Hal ini terjadi karena tubuh menyerap lebih banyak panas dibandingkan
dengan yang dilepaskan. Normalnya, keringat adalah mekanisme tubuh dalam upaya
mendinginkan tubuh, tetapi pada pengidap hipertermia keringat tidak mampu menjaga
suhu tubuh normal. Kondisi ini yang membuat peningkatan suhu tubuh terus terjadi.

Peningkatan suhu tubuh bisa terjadi karena faktor-faktor berikut:

1. Peningkatan suhu yang ada di lingkungan


2. Peningkatan produksi panas dari dalam tubuh, misalnya akibat aktivitas berlebihan,
krisis tiroid, atau efek keracunan obat, seperti obat antikolinegik, obat MDMA
(methylenedioxymethamphetamine), dan obat simpatomimetik
3. Tubuh tidak mampu untuk membuang panas, misalnya karena tubuh tidak bisa
memproduksi keringat (anhidrosis)
4. Melakukan kegiatan dan olahraga yang berat di cuaca yang sangat panas dengan
paparan sinar matahari langsung adalah salah satu penyebab utama hipertermia.
C. Faktor Risiko Hipertermia

Beberapa kondisi juga diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami


hipertermia. Kondisi tersebut, meliputi:
1. Dehidrasi.
2. Lansia, akibat fungsi kelenjar keringat dan peredaran darahnya sudah mulai menurun.
3. Berusia di bawah 4 tahun.
4. Mengidap gangguan ginjal, jantung, dan paru.
5. Mengidap tekanan darah tinggi yang sedang dalam pembatasan asupan garam.
6. Sedang menggunakan obat-obat tertentu, seperti diuretik, obat bius, dan obat
pengontrol tekanan darah.
7. Penyalahgunaan alkohol.
8. Obesitas atau terlalu kurus.
D. Gejala Hipertermia

Hipertermia ditanda dengan meningkatnya suhu tubuh hingga diatas 40 derajat


Celcius. Selain itu, pengidap hipertermia juga akan merasakan haus berlebihan meskipun
sudah mengonsumsi air putih.

Pengidap hipertermia juga akan mengalami gejala lain, seperti kesulitan berkeringat,
perubahan denyut jantung, kulit memerah, kebingungan, pusing, gangguan penglihatan,
tekanan darah rendah, kelelahan, mual, muntah, hingga lemas.

E. Diagnosis Hipertermia

Dokter dapat mengenali terjadinya hipertermia dengan mudah melalui gejala-gejala


fisik yang dialami oleh pengidap, ditunjang oleh pengukuran suhu tubuh menggunakan
termometer. Jika suhu tubuh melebihi 40 derajat Celcius, maka bisa dipastikan pengidap
tersebut mengalami hipertermia. Kondisi ini juga bisa didiagnosis dengan melakukan
pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan urine atau cek darah.

F. Pengobatan Hipertermia

Pengobatan hipertermia dilakukan dengan mengamankan pengidap dari kondisi yang


membuat suhu tubuhnya meningkat drastis. Langkah yang bisa dilakukan, meliputi:

1. Hentikan kegiatan yang sedang dilakukan.


2. Jika sedang menggunakan pakaian yang tebal, segera ganti dengan pakaian yang tipis.
3. Pindahkan pengidap ke tempat yang sejuk, sebaiknya ke tempat dengan sirkulasi
udara yang baik atau yang memiliki pendingin ruangan.
4. Kompres dingin terutama di bagian pergelangan tangan, leher, lipat ketiak, dan
selangkangan.
5. Berikan minum bila pengidapnya masih sadar.
6. Hindari pemberian teh dan kopi yang mengandung kafein.
G. Komplikasi Hipertermia

Kondisi hipertermia yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan seseorang
mengalami heat stroke. Hal ini berisiko menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh
sehingga mengganggu keseluruhan fungsi tubuh.

H. Pencegahan Hipertermia

Hipertermia dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu:

1. Hindari beraktivitas di bawah terik matahari ketika cuaca sedang panas.


2. Jika diperlukan, gunakan pelindung tubuh, seperti topi lebar atau payung.
3. Gunakan pakaian yang longgar, berbahan ringan, dan tidak tebal atau berlapis-lapis
ketika harus beraktivitas di lingkungan panas.
4. Banyak minum air putih di segala kesempatan agar terhindar dari kondisi dehidrasi.
5. Jangan meninggalkan anak-anak dalam mobil tertutup di ruangan terbuka maupun
gedung parkir.
6. Segera berteduh dan masuk ke ruangan dengan pendingin ruangan atau dengan
sirkulasi udara yang baik, ketika sudah mulai merasa lemas atau sakit kepala.

Anda mungkin juga menyukai