Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kebutaan di Indonesia (1,5 persen) tertinggi di Wilayah Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara. Hal itu terutama disebabkan
ketidakseimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak yang besarnya 210.000
orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya 80.000 orang per
tahun. Akibatnya, terjadi backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup
tinggi.
Masalah gizi, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menderita
katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan di daerah subtropis. Sekitar 16-22
persen penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun. Hal itu diduga
berkaitan erat dengan faktor degeneratif akibat masalah gizi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar katarak?
2. Bagaimana Konsep asuhan Keperawatan pada katarak?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar katarak dan konsep asuhan keperawatan pada
pasien katarak.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998). Katarak adalah
proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari
65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
1

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi


keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat
lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam
perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.
Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan adanya
kabut pada lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung
banyak air, sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun
sel-sel baru pada lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat
menyebabkan daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa
yang tidak bening tersebut tidak akan bisa meneruskan cahaya ke retina untuk
diproses dan dikirim melalui saraf optik ke otak.
2.2 Fisiologis Lensa Mata
lensa mata memfokuskan sinar pada retina. Pada saat itu kekuatan
refraksi Fungsi lensa berubah sesuai dengan kebutuhan sehingga sinar dapat
difokuskan pada retina. Perubahan kekuatan retraksi disebut akomodasi.
Ada 2 (dua) faktor yang menentukan dalam akomodasi yaitu:
1.
Kemampuan lensa untuk berubah bentuk (menjadi lebih cembung)
2.
Kekuatan dari muskulus siliaris.
Bila muskulus siliaris relaks, zonula zinn menjadi tegang, diameter
antara posterior lensa menjadi lebih pendek dan kekuatan refraksi berkurang.
Sebaliknya bila muskulus siliaris kontraksi maka ketegangan zonula zinn
berkurang, sehingga bentuk lensa menjadi lebih cembung dan kekuatan
refraksi bertambah.
2.3Etiologi
Sebagian besar katarak, yang disebut katarak senilis, terjadi akibat
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan penuaan. Pajanan terhadap
sinar matahari selama hidup dan predisposisi herediter berperan dalam
perkembangan katarak senilis.
Katarak juga dapat terjadi pada usia beberapa saja setelah trauma
lensa, infeksi mata, atau pajanan tehadap radiasi atau obat tertentu. Janin yang
berperan virus rubela dapat mengalami katarak. Individu yang mengalami
diabetes

mellitus

jangka panjang

sering

mengalami

katarak. Yang

kemungkinan besar di sebabkan oleh gannguan aliran darah kemata dan


perubahan penanganan metabolisme glukosa.
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya
terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat
oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya.
Katarak bisa disebabkan oleh:
2

Cedera mata
Penyakit metabolik (misalnya diabetes)
Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik
menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak. Sekitar 550% orang berusia 75 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak
merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Katarak terjadi secara
perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur.
karena umumnya katarak tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi
daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah
katarak berkembang sekitar 35 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya
menyadari penyakitnya setelah memasuki stadium kritis.
2..4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya
keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat
larut dalam membran semi permeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah
protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa
melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa
transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang
dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan / degenasi dan
desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahayanya
terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan

Trauma

Degeneratif

Perubahan Kuman

Perubahan
serabut

Kompresi sentral (serat)

Jumlah protein

Keruh

Densitas

Membentuk
massa

Keruh

Pembedahan

Post Operasi

Pre Operasi
-

Kecemasan

Kurang

Menghambat jalan
cahaya

Gangguan rasa
nyaman (nyeri)

meningkat
-

Katarak

Resiko

tinggi

Penglihatan /Buta

terjadinya

pengetahu

infeksi
-

Resiko

tinggi

terjadinya injuri

Gangguan sensori persepsi


visual

Risiko tinggi cidera fisik

2.5 Klasifikasi Katarak


a.

Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak
lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya
kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat
tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak
kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah
bayi IahIr sampai berusia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan
metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat infeksi
virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di
dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di
depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap
bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti
retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus
primer, dan miopia tinggi di samping katarak sendiri.

Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel


atau serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan
bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah
biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia eks-anopsia.
Pasca bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang
telah menjadi afakia.
b.

Katarak juvenil
Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena
lanjutan katarak kongenital yang makin nyata, penyulit penyakit lain, katarak
komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu mata, seperti
akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi,
yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid,
dan miotowa distrofi,'yang mengenai kedua mata dan akibat trauma tumpul.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.

c.

Katarak senil
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila
disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi
lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama
ataupun berbeda. Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa
stadium katarak senil.
Tabel Perbedaan stadium katarak senil
Insipien

Imatur

Matur

Hipermatu

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif
r

Besar Iensa
Cairan lensa

Normal
Normal

Lebih besar Normal


8ertambah Normal
(air masuk)

Iris
Bilik mata depan depan
Sudut bilik mata
Penyulit

Normal
Normal
Normal
--

Terdarong
Dangkal
Sempit
Glaukoma

Normal
Normal
Normal
-

Kecil
Berkurang
(air + masa
Lensa ke
Trcmulans
Dalam
Terbuka
' Uveitis
'
Glaukoma

Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.


Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur. Katarak senil

merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena
proses penuaan.
Katarak senil dapat dibagi dalarn 4 stadium, yaitu :
1. Stadium insipien, di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi
lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak
teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda
dengan satu matanya. Pada stadium ini., proses degenerasi belum
menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga akan terlihat biiik mata
depan dengan kedalaman yang normal, iris dalarn posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum
terganggu.
2. Stadium imatur, di mana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai
menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga lensa menjadi cembung.
Pada stadium ini, terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai
katarak intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa
mata menjadi cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kacamata
sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke
depan, biiik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup.
Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.Pada pemeriksaan uji
bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji
bayangan iris positif.
3. Stadium matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium
terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah
dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa
akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi
normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal,
uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat
hanya tinggal proyeksi sinar positif.
4. Stadium hipermatur, di mana pada stadium ini terjadi proses degenerasi
lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa
tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini jadi
juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang
cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium matur
akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan
mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka. Pada uji
bayangan iris tertihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga
6

stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa
keluar dari kapsul, maka akan tirnbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata
sehingga timbul glaukoma fakolitik.
d.

Katarak traumatik
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam
yang menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik
dilakukan setelah mata tenang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul
mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.

e.

Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan
lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia
tinggi, ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang
akan mengenai satu mata.

f.

Katarak sekunder
Pada tindakan bedah lensa dimana terjadi reaksi radang yang berakhir
dengan terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan
ini disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan bedah yang dapat
menimbulkan katarak sekunder adalah sisa disisio lentis, ekstraksi linear dan
ekstraksi lensa ekstrakpsular. Pada katarak sekunder yang menghambat
masuknya sinar ke dalam bola mata atau mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan maka dilakukan disisio lentis sekunder atau kapsulotomi pada
katarak sekunder tersebut.

2.6 Manifestasi Klinis


a. Penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan.
b. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

akan tampak dengan oftalmoskop.


Pandangan menjadi kabur atau redup
Pupil tampak abu-abu atau putih
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
Peka terhadap sinar atau cahaya
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia)
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
7

j. Kesulitan melihat pada malam hari


k. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan
mata
l. Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari)
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
2.8 Penatalaksanaan Medis
Terapi dapat berupa eksisi seluruh lensa dan penggantian dengan lensa
buatan,atau fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser,yang diikuti oleh
aspirasi fragmen dan penggantian lensa.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka
yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.
Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen
posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Pembedahan

katarak

terdiri

dari

pengangkatan

lensa

dan

menggantinya dengan lensa buatan.


1)

Pengangkatan lensa

Ada dua macam teknik pembedahan yang biasa digunakan untuk mengangkat
lensa:
Pembedahan ekstrakapsuler :
lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Pembedahan intrakapsuler :

pengangkatan lensa beserta kapsulnya.Namun, saat ini pembedahan


intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
2)

Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan

mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa
buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan
biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat
penyembuhan selama beberapa minggu setelah pembedahan di berikan tetes
mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya
menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai
luka pembedahan benar-benar sembuh.
Adapun penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :
1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan
diperbolehkan ;
a.Menonton televisi
b.
membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama
c.Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
d.
Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi
atau pancuran
e.Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi
f. condongkan sedikit kepala kebelakang saat mencuci rambut.
2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan
kacamata pada siang hari
3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak
dioperasi, dan tidak boleh telengkup
4. Aktivitas dengan duduk
5. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
6. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
7. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu) :
a. Tidur pada sisi yang sakit
b. Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
c. Mengejan saat defekasi
d. Memakai sabun mendekati mata
e. Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
f. Berhubungan seks
g. Mengendarai kendaraan
h. Batuk, bersin, dan muntah

h. Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan


punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai.
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian
1. pengkajian prc operatif
a. Subyektif : keluhan penglihatan
-

Kabur secara total

Hanya melihat baik pada tempat yang redup

Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja

Ganda / majemuk pada satu mata.

Indikator verbal dan non verbal dari ansietas.


Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk :
-

Sifat prosedur
Resiko dan keuntungan
Obat anestesi
Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan

lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).


Jumlah informasi yang dicari klien.
b. Obyektif :
-

Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak komplikata


yang penyakit intra okulernya masih aktif.

Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan yang


memutih.

Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan kekeruhan


yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna merah.

Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya


menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal
dapat membaca tanpa menggunakan kacamata baca.

Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi katarak,


tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan
TIO, kelainan lapang pandang.

2. pengkajian post operasi


a. Data Subyektif
- Nyeri
- Mual
- Diaporesis
- Riwayat jatuh sebelumnya

10

- Sistem pendukung, lingkungan rumah.


b. Data Obyektif
- Perubahan tanda-tanda vital
- Respon yang lazim terhadap nyeri.
- Tanda-tanda infeksi
1.

Kemerahan

2.

Oedema
3.

Infeksi

kojunctiva

(pembuluh

darah

konjunctiva

menonjol).
4.

Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.

5.

Zat purulen

6.

Peningkatan suhu

7.

Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil


pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal.

- Ketajaman penglihatan masing-masing mata


- Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
a.

PRE OPERATIF

1)

Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan


penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
o

Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat


lingkungan semaksimal mungkin.

Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif

Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.

INTERVENSI
RASIONAL
1. Orientasikan
pasien Memperkenalkan pada pasien
terhadap

lingkungan

aktifitas.

tentang

lingkungan

dam

aktifitas

sehingga

dapat

meninggalkan

stimulus

penglihatan.
2. Bedakan
lapang

kemampuan
pandang

diantara
11

Menentukan

kemampuan

lapang pandang tiap mata

kedua mata
3. Observasi tanda disorientasi Mengurangi ketakutan pasien
dengan tetap berada di sisi
dan meningkatkan stimulus.
pasien.
4. Dorong

klien

melakukan

untuk
aktivitas

sederhana seperti menonton


TV, radio, dll
5. Anjurkan

pasien

menggunakan
katarak,

cegah

kacamata
lapang

Meningkatkan input sensori,


dan

mempertahankan

perasaan

normal,

tanpa

meningkatkan stress.
Menurunkan

penglihatan

perifer dan gerakan.

pandang perifer dan catat


terjadinya bintik buta.
6. Posisi pintu harus tertutup
terbuka, jauhkan rintangan.

Menurunkan

penglihatan

perifer dan gerakan.


1)

Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan


kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai
pembedahan yang akan dijalani.
Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan
perawatan.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan yang Membantu
tenang dan relaks, berikan

mengidentifikasi

dorongan

ansietas.

untuk

verbalisasi

sumber

dan

mendengarkan

dengan

penuh perhatian.
2. Yakinkan
ansietas
respon

klien

bahwa

mempunyai Meningkatkan
klien
normal
dan

diperkirakan terjadi pada

12

keyakinan

pembedahan katarak yang


akan dijalani.
3. Tunjukkan
kesalahpahaman

yang

diekspresikan

klien,

berikan

yang

informasi

Meningkatkan

keyakinan

klien

akurat.
4. Sajikan

informasi Meningkatkan

proses

menggunakan metode dan

belajar

media instruksional.

tertulis mempunyai sumber

dan

informasi

rujukan setelah pulang.


5. Jelaskan

klien Pengetahuan

kepada

yang

aktivitas premedikasi yang

meningkat akan menambah

diperlukan.

kooperatif

klien

dan

menurunkan kecemasan.
6. Diskusikan

tindakan

Sda

keperawatan pra operatif


yang diharapkan.
7. Berikan informasi tentang Menjelaskan
pilihan
aktivitas penglihatan dan
memungkinkan
klien
suara
yang
berkaitan
membuat keputusan secara
dengan
periode
intra
benar.
operatif
b.

POST OPERATIF
1)

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur


invasive.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien melaporkan penurunan nyeri secara progresif
dan nyeri terkontrol setelah intervensi.

INTERVENSI
1. Bantu
klien
mengidentifikasi
penghilangan

RASIONAL
dalam 1. Membantu
tindakan

nyeri

efektif.

yang

menemukan tindakan yang


dapat menghilangkan atau
mengurangi

13

pasien

nyeri

yang

efektif.
2. Jelaskan bahwa nyeri dapat 2. Nyeri dapat terjadi sampai
anestesi
local
habis,
terjadi sampai beberapa jam
memahami hal ini dapat

setelah pembedahan.

membantu

mengurangi

kecemasan

yang

berhubungan dengan yang


tidak diperkirakan.
3. Latihan
3. Lakukan
mengurangi

tindakan
nyeri

dengan

nyeri

dengan

menggunakan tindakan yang


non

farmakologi

cara:

memungkinkan klien untuk

Posisi : tinggikan bagian

memperoleh

kepala tempat tidur, ganti

terhadap nyeri.

rasa

kontrol

posisi dan tidur, ganti


posisi dan tidur pada sisi
yang tidak dioperasi
-

Distraksi

Latihan relaksasi

dapat
4. Berikan obat analgetik sesuai 4. Analgesik
menghambat reseptor nyeri.
program
5. Lapor dokter jika nyeri tidak 5. Tanda ini menunjukkan
peningkatan tekanan intra
hilang setelah jam
pemberian obat, jika nyeri

ocular atau komplikasi lain.

disertai mual.
2)

Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur


invasif (bedah pengangkatan).
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :

Tanda-tanda infeksi tidak terjadi

Penyembuhan luka tepat waktu

Bebas drainase purulen , eritema, dan demam

INTERVENSI
1. Tingkatkan
penyembuhan
14

RASIONAL
luka Nutrisi dan hidrasi yang optimal

dengan :

meningkatkan

Beri dorongan untuk mengikuti diet

keseluruhan,

seimbang dan asupan cairan yang

penyembuhan luka pembedahan.

adekuat
-

klien

pelindung

mata

tetap

meingkatkan

menutup mata sampai hari pertama

menurunkan

setelah

kelopak mata terhadap jahitan luka.

operasi

untuk

secara

meningkatkan

Memakai

Instruksikan

kesehatan

atau

sampai

diberitahukan.
2. Gunakan

Tehnik

tehnik

aseptic

untuk

meneteskan tetes mata :

penyembuhan
kekuatan

aseptic

masuknya

dan
iritasi

menimalkan

mikroorganisme

dan

mengurangi infeksi.

Cuci tangan sebelum memulai

Pegang alat penetes agak jauh dari


mata.

Ketika meneteskan hindari kontk


antara mata dengan tetesan dan alat
penetes.

3. Gunakan

tehnik

aseptic

untuk

membersihkan mata dari dalam ke luar


dengan tisu basah / bola kapas untuk
tiap

usapan,

ganti

dan Tehnik aseptic menurunkan resiko

balutan

penyebaran

memasukkan lensa bila menggunakan.


4. Tekankan

pentingnya

tidak

infeksi/.bakteri

dan

kontaminasi silang.

menyentuh / menggaruk mata yang


dioperasi.
5. Observasi tanda dan gejala infeksi
seperti : kemerahan, kelopak mata
bengkak, drainase purulen, injeksi
konjunctiva

(pembuluh

darah

Mencegah

kontaminasi

dan

kerusakan sisi operasi.

menonjol), peningkatan suhu.


6. Anjurkan untuk mencegah ketegangan Deteksi dini infeksi memungkinkan
pada

jahitan

dengan

cara

menggunakan kacamata protektif dan

penanganan

yang

cepat

untuk

meminimalkan keseriusan infeksi.

pelindung mata pada malam hari.


7. Kolaborasi obat sesuai indikasi :
-

Antibiotika (topical, parental atau


sub conjunctiva)

Steroid
15

Ketegangan pada jahitan dapat


menimbulkan

interupsi,

menciptakan jala masuk untuk

mirkoorganisme

Sediaan topical digunakan secara


profilaksis, dimana terapi lebih
agresif

diperlukan

infeksi
Menurunkan inflamasi
3)

Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan


gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara
terapeutik dibatasi, ditandai dengan :

Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan.

Perubahan respo biasanya terhadap rangsang.

Hasilnya yang diharapkan :

Meningkatkan ketajaman penglihatn dalam batas situasi individu

Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap


perubahan

INTERVENSI
RASIONAL
1. tentukan
ketajaman Kebutuhan individu

dan

penglihatan, catat apakah

pilihan intervensi dan pilihan

satu

intervensi bervariasi sebab

atau

kedua

mata

terlibat

kehilangan

2. orientasi pasien terhadap

terjadi lambat dan progresif.

lingkungan, staf/ orang lain Memberikan


di area

penglihatan
peningkatan

kenyamanan

3. observasi tanda-tanda dan

dan

kekeluargaaan, menurunkan

gejala-gejala

disorientasi,

cemas dan disorientasi pasca

pertahankan

pengamanan

operasi.

tempat tidur sampai benar- Terbangun dalam lingkungan


benar

sembuh

dari

anesthesia.
4. ingatkan

klien

yang

tak

dikenal

dan

mengalami

keterbatasan

penglihatan

dapat

menggunakan

kacamata

mengakibatkan bingung pada

katarak

tujuannya

orangtua.

yang

memperbesar

25%, Perubahan ketajaman dan


penglihatan perifer hilang.
kedalaman persepsi dapat
16

bila

terjadi

menyebabkan

bingung

meningkatkan resiko cedera


sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan
jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile,
kongenital, traumatic, toksik, asosiasi, dan komplikata.
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat
bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak
yang paling sering terjadi.

17

DAFTAR PUSTAKA
Indryyanadewi.Blogspot.Com/2012/01/ Makalah-Katarak-Indryyanadewi,Ddk,Htlm
Katarak:http://.www.oocities.org/infokeben/katarak.html di akses 10 mei 2015 pukul
11.00
Manifestasi- katarak: http://nurseian.blogspot.com/2012/04/ manifestasi-katarak.html

Dita Arliana.https://www.scribd.com/doc/264159730/katarak. Di akses 12 mei 2015


pukul 11.00

18

Anda mungkin juga menyukai