Anda di halaman 1dari 48

Analisa judul HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN POLA MAKAN REMAJA PUTRI

DI SMA MUHAMMADIYAH 04 KENDAL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Kendal Batang

Disusun Oleh:

Eka nurfitriyani (201913003)


Rizky alimiah p (201913005)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDAL BATANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Body Image
Dengan Pola Makan Remaja Putri di SMA Muhammadiyah 04 Kendal”.
Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan arahan, dan bantuan
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada
kesempatan kali ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih
dengan setulus-tulusnya kepada :

1. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kendal , Juni 2022

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
DAFTAR TABEL..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................
INTISARI............................................................................................................................

BAB I......................................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................
C. TUJUAN PENELITIAN.......................................................................................
D. MANFAAT PENELITIAN..................................................................................
E. KEASLIAN PENELITIAN..................................................................................

BAB II....................................................................................................................................
A. Tinjauan Teori..........................................................................................................
1. Remaja...................................................................................................................
2. Body Image.........................................................................................................
3. Pola Makan.........................................................................................................
F. Landasan Teori......................................................................................................
G. Kerangka Teori......................................................................................................
H. Kerangka Konsep Penelitian..............................................................................
I. Hipotesis.................................................................................................................

BAB III.................................................................................................................................
A. Rancangan Penelitian...........................................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................
C. Populasi dan Sampel............................................................................................
D. Variabel Penelitian...............................................................................................
E. Definisi Operasional.............................................................................................
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data................................................................
G. Validitas dan Reliabilitas....................................................................................
H. MetodePengolahandanAnalisa Data.................................................................
I. Etika Penelitian.....................................................................................................
J. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan serta peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa yang lebih matang, ditandai dengan berbagai macam perubahan
yang dialami.Perubahan yang terjadi pada remaja, tidak hanya perubahan dalam
dimensi fisik, tetapi juga dalam dimensi psikososial, otonomi, harga diri, dan
keintiman (Panuju & Umami, 2005). Usia remaja berada pada rentang 11-21
tahun setelah tahap masa kanak-kanak berakhir. Masa remaja ditandai dengan
timbulnya pubertas yang menyebabkan pertumbuhan dan perubahan fisik yang
cepat akibat pengaruh hormonal. Perubahan tinggi badan dan berat badan
biasanya mengalami peningkatan pada masa remaja. Peningkatan tinggi badan
mencapai 5-20 cm dan berat badan meningkat 7-27,5 kg (Potter & Perry, 2007).
Perubahan fisik ini menjadi perhatian yang besar pada remaja karena penampilan
bentuk tubuh adalah standar yang akan dilihat oleh orang lain.
Santrock (2007) mengatakan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh
seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik
pada remaja putri maupun remaja putra. Mereka berlomba-lomba untuk dapat
memuaskan penampilan mereka dengan berbagai cara untuk menyembunyikan
perubahan-perubahan yang tidak diinginkan atau tidak disukai, tetapi hal
tersebut belum dapat menjamin kepuasan remaja terhadap tubuhnya.
Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri lebih banyak terjadi pada remaja putri
daripada remaja putra karena remaja putri lebih banyak mengalami penambahan
jumlah jaringan lemak.
Tubuh sendiri adalah bagian utama dalam penampilan fisik setiap manusia dan
merupakan cermin diri dari semua manusia yang mendambakan penampilan fisik
yang menarik. Bentuk tubuh menjadi representasi diri yang pertama dan paling
mudah terlihatdalam kehidupan sosial. Hal ini menyebabkan orang kemudian
menjadi terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal (Rahmawati, 2012).

1
2

Body image merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan, ataupun
aspek-aspek lain dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik mereka
yang dipengaruhi oleh standar penilaian mengenai penampilan menarik yang
berlaku di masyarakat dimana seseorang itu berada, terlebih pada apa yang
dirasakan oleh seseorang mengenai apa yang orang pikirkan mengenai dirinnya
(Cash dan Pruzinsky, 2007).
Sebagian remaja putri menginginkan tubuhnya lebih tinggi dan langsing
dengan melakukan perubahan perilaku makan. Hal ini terkadang membawa
pengaruh yang buruk, sehingga remaja akan menerapkan perilaku tidak tepat
dalam mencapai bentuk tubuh yang ideal dengan melakukan diet yang
ketat.Praktek diet yang ketat pada remaja akan meningkatkan risiko satus gizi
buruk dan gangguan perilaku makan Kusumajaya, dkk (2008).
Makan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk mempertahankan
kelangsungan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan gizinya, maka seseorang
makan secara teratur. Pola makan pada seseorang dapat berubah-ubah, hal
seperti ini sangat tergantung emosi, waktu, rasa lapar, dan jumlah makanan yang
tersedia. Pola makan yang baik harus memiliki batasan tertentu dalam
mengkonsumsinya, tidak terlalu sedikit atau tidak terlalu banyak (Safitri, 2007
dan Purwaningrum, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan Navia et.al. (2006) di Universitas
Madrid, menghasilkan 47,9% dari 234 responden mahasiswi ingin menurunkan
berat badan. Mahasiswi yang memiliki persepsi yang buruk tentang “menjadi
kurus” kemungkinan akan membuat mereka melakukan praktik penurunan berat
badan yang tidak sehat agar terlihat menarik secara fisik.
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati (2007) untuk mengkaji gambaran
pola makan mahasiswa reguler, menghasilkan 95,56% responden memiliki pola
makan yang tidak sehat dengan kategori gizi tidak seimbang. Perbandingan antara
IMT dan asupan gizi menunjukkan bahwa 17,1% responden memiliki IMT normal
namun intake mereka kurang. Sedangkan hasil yang mengkhawatirkan yaitu 17.78%
responden masuk ke dalam kategori kurus dan mereka juga memiliki intake yang
kurang. Sedangkan penelitian yang dilakukanTarigan (2007)
3

373 remaja yang terdiridari 191 remajaobesitasdan 182 remaja yang tidakobesitas di
Yogyakarta, menunjukan hasil bahwa 67% remaja obesitas dan 33 % remaja yang
tidak obesitas menyatakan ketidakpuasan terhadap body image.
Penelitian yang dilakukan oleh Yundarin, Sawitri, dan
Utami(2009)menunjukkan bahwa sebagian responden dengan citra tubuh negatif
memiliki risiko gangguan perilaku makan sebanyak 26 orang (18,5%), sementara
sebagian besar responden dengan citra tubuh positif memiliki risiko sedang
gangguan perilaku makan sebanyak 93 orang (66,43%).
Ada dua pendapat yang mendukung bahwa memiliki body imageyang positif
itu sangat penting. Yang pertama, body image itu sangat penting karena
berkaitan erat denganself esteem atau rasa penghargaan kita terhadap diri
sendiri(Baumrind, Harter dalam Sternberg, Robert J (2008). Yang kedua,
menurut Goffman (2006),body image merupakan bagian dari gambaran diri yang
kita buat, yang dapat meningkatkan self esteem. Ini berhubungan dengan
impression management, yaitu suatu proses dimana orang mengontrol apa yang
mereka rasakan tentang dirinya dan dinilai oleh orang lain.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada hari Kamis, 23 Juni 2022,
SMA Muhammadiyah 04 kendal memiliki siswa sebanyak 627yang dibagi menjadi
20 kelas. Kelas X sebanyak 7 kelas berjumlah 235 siswa, kelas XI sebanyak 6 kelas
berjumlah 159 siswa, dan kelas XII sebanyak 7 kelas berjumlah 233 siswa. Jumlah
siswa perempuan sebanyak 171 siswi. Studi pendahuluan dilakukan dengan cara
wawancara terhadap 10 siswi dengan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
body image dan pola makan. Dari 10 siswi tersebut 4 siswi mengatakan pola
makannya baik dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,
giziseimbangsertalebihseringmakandirumah dan mereka merasa puas terhadap
bentuk tubuhnya. Sedangkan 6 siswi megatakan pola makannya buruk dengan lebih
banyak mengkonsumsi makanan yang termasuk dalam tipe junk food yang
komposisi gizinya tidak seimbang dan mereka merasa tidak puas terhadap bentuk
tubuhnya yang tidak sesuai dengan keinginannya.
4

Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, maka perlu adanya penelitian


tentang “Hubungan Body Image Dengan Pola Makan Remaja Putri di SMA
Muhammadiyah 04 Kendal”.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dalam latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam


penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara body image dengan pola
makan remaja putri di SMA Muhammadiyah 04 Kendal?
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara body image dengan pola makan pada
remaja putri di SMA Muhammadiyah 04 Kendal.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahuigambaran body image pada remaja putri di SMA
Muhammadiyah.
b. Mengetahui pola makan pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 04
Kendal
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam
bidang keperawatan, terutamakeperawatanjiwa.
2. Manfaat praktis
a. Remaja
Menambah pengetahuan siswi dalam memandang body image
secara positif sehingga dapat menerapkan pola makan yang baik dan
sehat.
5

b. BagiSMA Muhammadiyah 04 Kendal


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
gambaran bagi sekolah maupun para pendidik mengenai body image
dan pola makan.
c. BagiInstitusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan ataupun
referensi bagi penelitian lain yang akan meneliti tentang body image
dan pola makan di lingkungan Stikes Jenderal Ahmad Yani.

E. KEASLIAN PENELITIAN

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Remaja

a. Definisi
Remaja (adolescent) adalah individu yang berkembang dari masa
kanak-kanak menuju kedewasaan. Masa remaja (adolescence) berasal
dari bahasa latin adolescere. Masa remaja berarti tahap kehidupan
yang berlangsung antara masa kanak-kanak (childhood) dan masa
dewasa (adulthood) (Efendi dan Makhfudli, 2009).Masa remaja
adalah periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan,
usia yang bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan
ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan
(Monks, 2009).
Remaja merupakan tahapan seseorang diantara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif,
biologis, dan emosi. Remaja dari waktu ke waktu berubah sesuai
perkembangan zaman, ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir
usia remaja putri mendapat haid pertama semakin berkurang dari 17,5
tahun menjadi 12 tahun dan beberapa literatur yang menyebutkan 15-
24 tahun. Hal terpenting adalah seseorang mengalami perubahan
pesat pada hidupnya diberbagai aspek (Efendi &Makhfudli, 2009).
World Health Organization (WHO) dalam (Sarwono, 2006)
mendefinisikan remaja adalah suatumasa ketika :
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.

8
9

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh


kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan


para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah
individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-
anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang
sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
b. Perubahan Fisik Remaja
Anak laki-laki dan perempuan tentu saja tumbuh secara berbeda.
Tubuh anak laki-laki secara keseluruhan menjadi lebih besar: bahu
menjadi lebih lebar, tungkai kaki menjadi lebih panjang dibandingkan
tubuhnya, dan lengan bawah lebih panjang dibandingkan panjang
badan. Sedangkan pada perempuan mulai mengalami menstruasi,
payudara membesar, tumbuh bulu ketiak dan di sekitar kemaluan,
panggul menjadi lebih lebar untuk mempermudah proses saat
melahirkan kelak dan lapisan lemak muncul di bawah kulit,
menjadikan penampilan terlihat lebih bulat (Tarwoto dkk, 2010).
Perubahan fisik secara dramatis memiliki efek psikologis. Sebagian
besar remaja muda lebih peduli mengenai penampilan mereka
dibandingkan tentang aspek lain dalam diri mereka, dan banyak yang
tidak menyukai apa yang mereka lihat di cermin. Anak perempuan
cenderung lebih tidak bahagia dengan penampilan mereka dibandingkan
anak laki-laki, mencerminkan tekanan budaya yang lebih besar terhadap
atribut fisik remaja perempuan Papalia et.al (2007).
c. Perkembangan Psikososial Remaja
Tahapan perkembangan remaja menurut Erikson (dalam Potter
&Perry, 2009) adalah identitas versus kebingungan peran. Tahap yang
merupakan perkembangan identitas ini dimulai dengan mengenali siapa
dirinya sendiri. Kebutuhan akan identitas penting nantinya dalam
membuat keputusan seperti memilih pekerjaan atau pasangan hidup.
10

Depkes RI (2001) dalam Tarwoto dkk (2010) mengatakan bahwa


perkembangan remaja dibagi menjadi 3 bagian, yaitu perkembangan
psikososial remaja awal, remaja pertengahan dan remaja akhir.
1) Remaja Awal (Early Adolescence)
Rentang usia masa remaja awal yaitu 12-15 tahun. Masa
remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat
anak pada dunia luar sangat besar dan saat ini remaja tidak ingin
ingin dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan
pola kekanak-kanakannya. Masa ini remaja seringmerasa sunyi,
ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas, dan merasa kecewa.

Rentang usia pada masa remaja pertengahan yaitu 15-18


tahun.Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan
tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran
akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai
menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan
terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang
penuh keraguan pada masa remaja awal ini rentan akan timbul
kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja
menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan
penelitian terhadap tingkah laku yang dilakukanya. Selain itu
pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya.
3) Remaja Akhir (Late Adolescence)
Rentang usia pada remaja akhir yaitu 18-21 tahun.Pada masa
ini remaja sudah mantap dan stabil.Remaja sudah mengenal dirinya
dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan
keberanian.Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari
tujuan hidupnya.Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
11

2. Body Image
a. Pengertian
Suryani (2005) menyatakan body image adalah gambaran
individu mengenai penampilan fisik dan perasaan yang
menyertainnya, baik terhadap bagian-bagian tubuh maupun mengenai
seluruh tubuhnya, berdasarkan penilaian dirinya. Sedangkan menurut
Potter dan Perry (2005) body image adalah persepsi seseorang tentang
tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup
perasaan dan sikap yang ditunjukan pada tubuh.
Menurut Stuart (2007) body image adalah kumpulan sikap
individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, temasuk
persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran,
fungsi, penampilan, dan potensi. sedangkan menurut Keliat dkk
(2011) menyatakan body image atau citra tubuh adalah kumpulan dari
sikap individu yang disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi
masalalu dan sekarang, serta perasaan tentang struktur, bentuk, dan
fungsi tubuh.
Dari definisi para ahli diatas disimpulkan bahwa body image
merupakan gambaran atau pandangan seseorang mengenai
penampilan dirinya. Gambaran atau pandangan tersebut dapat dilihat
dari bagaimana seseorang mempersiapkan dan memberikan penilaian
atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap penampilannya, dan
bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Penilaian ini dapat
berupa penilaian yang bersifat positif ataupun negatif mengenai
dirinya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image
Menurut Potter dan Perry (2005), terdapat beberapa stresor-stresor
yang mempengaruhi body image seseorang. Stresor-stresor ini dapat
berasal dari dalam, yaitu dari seorang tersebut dengan adanya
perubahan penampilan tubuh, struktur tubuh, obesitas dan perubahan
fungsi bagian tubuh. Selain itu terdapat juga faktor-faktor atau stresor
12

yang berasal dari luar yang mempengaruhi citra tubuh, yaitu cara
pandang orang lain dan media massa.
1) Cara pandang orang lain
Body image dapat berubah dalam hitungan jam, hari, minggu
atau bulan bergantung pada stimulasi eksternal dan internal pada
tubuh. Pandangan orang lain dapat mengubah body image apabila
seseorang mengatakan bentuk tubuh atau struktur tubuh kurang
menarik.
2) Obesitas
Obesitas yang terjadi pada semua kalangan usia, dapat
menyebabkan terjadinya perubahan persepsi yang membentuk
citra tubuh seseorang. Obesitas yang dialami oleh seseorang
merupakan stresor yang timbul dari dalam.
3) Perubahan fungsi tubuh
Seseorang yang mengalami penyakit kronis, sperti penyakit
jantung dan ginjal akan menyebabkan terjadinya perubahan fungsi
dimana tubuh tidak lagi dapat berfungsi secara optimal. Hal ini
membuat orang yang mengalami hal tersebutakan mempersepsikan
dirinya negatif karena merasa kurang dibandingkan dengan orang
lain yang tidak memiliki penyakit kronis.
4) Perubahan struktur tubuh
Perubahan struktur tubuhseperi masektomi, kolostomi, dan
ileostomi dapat mengubah penampilan dan juga struktur tubuh.
Walaupun perubahan ini tidak nampak saat orang tersebut
menggunakan pakaian. Perubahan tubuh ini mempunyai efek
yang signifikanterhadap body image orang yang mengalami
masalah tersebut.
5) Perubahan penampilan tubuh
Perubahan penampilan tubuh, seperti amputasi, atau perubahan
penampilan wajah merupakan stressor yang sangat mempengaruhi
body image. Seseorang dengan perubahan body image, seperti
13

mereka yang mengalami perubahan penampilan fisik, seperti berat


badan, perubahan wajah, sering merasa ditolak terasingkan dan
juga terkadang timbul perasaan tidak berdaya.
6) Media massa
Media massa yang muncul dimana-mana dapat
memberikan gambaran ideal mengenai figure perempuan dan
laki-laki yang dapat mempengaruhi body image. Berbagai
informasi dari media massa selama bertahun-tahun mempengaruhi
cara pandang individu mengenai diri mereka sendiri.
c. Gangguan Body Image
Menurut Dalami, dkk (2009) gangguan pada body image dibagi
menjadi dua macam, yakni distorsi body image dan ketidakpuasaan
terhadap body image. Distorsi body image terjadi apabila yang
terganggu adalah komponen persepsi (Cash, 2010). Gangguan ini
dapat berupa over-estimation (persepsi terhadap tubuh lebih kecil dari
keadaan yang sebenarnya). Ketidakpuasan terhadap body image
sendiri terjadi apabila yang terganggu adalah komponen afeksinya.
Ketidakpuasaan disini berarti keyakinan terhadap penampilan fisik
tubuhnya tidak sesuai dengan standar yang diharapkan. Artinya
derajat kepuasan body image lebih rendah dari yang diharapkan.
Ketidakpuasaan terhadap body image ini dapat pada semua bentuk
dan ukuran tubuh seseorang.
Sedangkan menurut Keliat, dkk (2011) gangguan body image
terjadi sebagai akibat adanya persepsi yang negatif, dimana seseorang
memiliki pandangan yang berlebihan mengenai tubuhnya. Gangguan-
gangguan ini berhubungan dengan beberapa aspek body image.
Aspek-aspek body image tersebut meliputi aspek kognitif (berupa
harapan yang berlebihan terhadap penampilannya), dan aspek afeksi
(berupa pengharapan yang berlebihan terhadap ukuran tubuh)
danaspek tingkah laku berupa penghindaran terhadap kejadian yang
berhubungan dengan gambaran body image yang buruk.
14

Menurut Dacey dan Kennya (2007) dampak gangguan body


image dari segi kesehatan adalah dapat mempengaruhi diet,
kekurangan kalori, anoreksia, suntikan pembakar lemak dan bulimia.
Sedangkan dampak psikologis dari body image adalah frustasi,
depresi, harga diri rendah, dan isolasi sosial. Sedangkan menurut
Potter dan Perry (2005) seseorang dengan gangguan body image,
seperti mereka yang mengalami perubahan wajah, struktur dan fungsi
tubuh sering merasa ditolak, terasingkan dan merasa tidak berdaya.
Keinginan isolasi sosial ini sering didasarkan pada realistis, orang
takut merasa malu atau individu yang mengalami perubahan dan
demikian menghindari kontak dengan mereka.
Kozier, dkk (2010) menyatakan dampak gangguan body image
adalah individu dapat mengekspresikan perasaan tidak berdaya, putus
asa tidak mampu mengendalikan situasi dan kerapuhan. Individu
tersebut kemungkinan juga menunjukan perilaku destruktif, seperti
usaha bunuh diri atau makan sangat sedikit atau makan sangat
berlebih.
d. Pengukuran Body Imge
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai
body image pada umumnya menggunakan Multidimensional Body
Self Relation Questipnnaire Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang
dikemukakan oleh Cash (dalam Brausch dan Gutierrez, 2009) yang
terdiri dari lima dimensi body image, yaitu :
1) Evaluasi Penampilan
Digunakan untuk mengukur kepuasan atau ketidakpuasan
individu terhadap penampilan. Semakin tinggi skor menunjukkan
kepuasan terhadap penampilannya, begitu pula sebaliknya.
2) Orientasi Penampilan
Digunakan untuk mengukur tingkat perhatian individu
terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.
15

3) Kepuasan Terhadap Bagian Tubuh


Mengukur kepuasan terhadap bagian tubuh secara spesifik
seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah, dan penampilan
secara keseluruhan
4) Kecemasan Menjadi Gemuk
Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan
individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet
untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.
5) Pengkategorian Ukuran Tubuh
Digunakan untuk menggambarkan kecemasan individu
menjadi gemuk, kewaspadaan terhadap berat badan,
kecenderungan untuk melakukan diet penurunan berat badan dan
membentuk pola makan yang dibatasi. Semakin tinggi skor
menunjukkan individu memiliki kecemasan yang tinggi untuk
menjadi gemuk, begitu pula sebaliknya.

3. Pola Makan

a. Definisi

Pola makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia


dalam memenuhi kebutuhan makan yang meliputi sikap, kepercayaan
dan pilihan makanan, yang terbentuk sebagai hasil dari pengaruh
fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Secara umum faktor yang
mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial
budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan (Sulistyoningsih, 2012).
Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan gizi. Pola makan yang tidak sesuai akan
menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya. Asupan berlebih
dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang
disebabkan oleh kelebihan zat gizi. Sebaliknya asupan makan kurang
dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan
rentan terhadap penyakit (Sulistyoningsih, 2012).
16

Pola menu seimbang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam


jumlah dan porsi yang sesuai, pemenuhan kebutuhan gizi untuk
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh yang rusak dalam proses
kehidupan. Menu 4 sehat 5 sempurna merupakan menu seimbang
yang apabila disusun dengan baik akan memenuhi kebutuhan semua
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Istiany dan Rusilanti, 2013).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang,
antara lain sebagai berikut (Sulistyoningsih, 2012).
1) Ekonomi
Ekonomi dapat mempengaruhi konsumsi pangan seperti
pendapatan keluarga dan meningkatnya pendapatan akan
meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas
dan kualitas yang baik, dan penurunan pendapatan akan
menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas
maupun kuantitas.
2) Sosial budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat
dipengaruhi oleh faktor budaya/kepercayaan. Kebudayaan suatu
masyarakat mempunyai kekuatan yang besar untuk mempengaruhi
seseorang dalam memilih dan mengolah makanan yang dikonsumsi
3) Agama
Pantangan terhadap makanan/minuman dari sisi agama
dikarenakan makanan/minuman tersebut dapat membahayakan
bagi kesehatan jasmani maupun rohani bagi yang
mengkonsumsinya.
4) Pendidikan
Pendidikan dapat dikaitkan dengan pengetahuan akan
berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan
kebutuhan gizi. Bagi kelompok yang berpendidikan rendah
memilih makan yang mengenyangkan sehingga porsi karbohidrat
17

lebih banyak dibandingkan dengan bahan lainnya. Sebaliknya


dengan kelompok yang pendidikan lebih tinggi memiliki
kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan
menyeimbangkan dengan kebutuhan lainnya.
5) Keluarga
Keluarga merupakan gerbang pertama seorang anak menerima
informasi, mencari identitas, dan belajar kehidupan di luar. Untuk
itulah jika ditemukan kasus seseorang hidup dalam keluarga yang
menganggap bentuk tubuh yang kurus itu sebagai sesuatu yang ideal,
maka seorang anak akan berpikir bahwa tubuhnya kurus dapat
diperoleh dari tidak mengkosumsi makanan apapun atau dia akan
makan tetapi dengan pola makanyang salah sehingga ia akan
mengalami gangguan pola makan. Pengaruh keluarga dalam pola
atau kebiasaan makan pada anak sangat besar.
6) Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh lebih besar
terhadap pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang
dimaksud dapat seperti lingkungan keluarga, sekolah, serta
promosi media cetak atau massa. Lingkungan keluarga sangat
berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang seperti
kebiasaan makan dalam suatu keluarga. Keberadaan lingkungan
sekolah atau tempat jajan sangat mempengaruhi terbentuknya
pola makan.
c. Aspek-aspek Pola Makan
Tindakan manusia terhadap makan dan makanan dipengaruhi oleh
berbagai aspek, yaitu pengetahuan, perasaan, persepsi terhadap
makanan tersebut. Menurut Levi dalam Purwaningrum (2008)
mengemukakan aspek-aspek pola makan adalah sebagai berikut :
18

1) Keteraturan makan
Keteraturan makan ini dilihat dari waktu yang digunakan
untuk makan dan apakah setiap waktu-waktu itu dipenuhinya
dengan melakukan kegiatan makan.
2) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan dalam hal ini dapat dilihat dari beberapa
hal, diantaranya dari cara makan. Dilihat dari cara makan seperti
duduk, berdiri atau sambil berbaring ketika makan. Tempat
makan seperti apakah yang dapat membuat peningkatan selera
makan dan aktvitas apa saja yang dilakukan ketika sedang makan.
3) Alasan makan
Makan dilakukan karena tuntutan kenutuhan fisiologis (rasa
lapar), kebutuhan psikologis (mood, perasaan, suasana hati), dan
kebutuhan sosial (konformitas antara teman sebaya, gengsi).
Bermacam-macam alasan inilah yang membuat seseorang
memenuhi kebutuhan makannya tercapai.
4) Jenis makan yang dimakan
Jenis makan yang dimakan. Makan adalah suatu kegiatan
yang menyenagkan. Seseorang akan senang dan meningkat selera
makannya jika ia disajikan dengan jenis makan yang ia sukai atau
gemari. Ini akan berbanding terbalik disaat ia dihidangkan dengan
jenis makanan yang ia tidak sukai. Jenis makanan tersebut akan ia
hindari bahkan tidak akan disentuh sama sekali.
5) Perkiraan terhadap kalori-kalori yang ada dalam makanan. Jumlah
kalori dalam makanan akan diperhatikan seseorang terutama jika
ia sedang dalam kegiatan diet baik dalam pengobatan atau
pembentukan tubuh yang membuatnya tampak indah. Perkiraan
kalori-kalori ini akan diperhitungkan dan dipertimbangkannya
saat ia memilih jenis makanannya.
19

F. Landasan Teori

Menurut Depkes RI (2006), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh


kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke dewasa muda. Pada masa ini, remaja sbagai seorang individu
yang sedang mengalami perkembangan secara psikologis dan terjadinya
perubahan fisik yang sangat cepat (Sarwono SW, 2010). Remaja yang
mempunyai kebiasaan atau pola makan buruk, identik berkaitan dengan body
image yang dimilikinya.
Body image adalah cara individu mempersepsikan ukuran, penampilan dan
fungi tubuh disertai oleh bagian-bagian tubuh. Body image merupakan gabungan
dari sikap, kesadaran, yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya (Kozier, 2010).
Body image membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal
maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditunjukan pada
tubuh. Body image dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang persepsi, sikap dan
tingkah laku. Faktor-faktor yang mempengaruhi body image diantaranya cara
pandang orang lain, obesitas, perubahan fungsi tubuh, perubahan struktur tubuh,
perubahan penampilan tubuh, dan media massa (Cash, 2010).
Sebagian besar remaja putri menginginkan tubuhnya lebih tinggi dan
langsing dengan melakukan perubahan perilaku makan (Kusumajaya et.al.
(2010). Hal ini terkadang membawa pengaruh yang buruk, sehingga remaja akan
menerapkan perilaku tidak tepat dalam mencapai bentuk tubuh yang diinginkan.
Kebiasaan makan sehari-hari sangat berpengaruh terhadap pencapaian tubuh
yang ideal, misalnya saja pembatasan asupan makanan (Mahan & Stump, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan diantaranya ekonomi, sosial
budaya, agama/kepercayaan, pendidikan, keluarga, dan lingkungan
(Sulistyoningsih, 2012)
20

G. Kerangka Teori
Remaja

Faktor-faktoryang
mempengaruhi body image
Fisik Psikologis
- Cara pandang orang lain
- Obesitas
- Perubahan fungsi tubuh
- Perubahan struktur tubuh
Positif
- Perubahan penampilan tubuh Body Image
- Media massa

Negatif
Aspek-aspekbody image
- Evaluasipenampilan
- Orientasipenampilan
- Kepuasanterhadapbagiantubuh
- Kecemasanmenjadigemuk
- Pengkategorianukurantubuh

Pola Makan

Aspek-aspekpola makan : Faktor-faktoryang mempengaruhi


- Keteraturan makan pola makan :
- Kebiasaan makan - Ekonomi
- Alasan makan - Sosial
- Jenis makan yan dimakan - Agama/kepercayaan
- Perkiran terhadap kalori- - Pendidikan
kalori yang ada dalam - Keluarga
makanan - Lingkungan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Depkes RI (2006), (Papalia & Olds, 2010),(Kozier, 2010), (Chase,
2010), (Kusumajaya NA, Wiardani NK, dan Juniarsana IW, 2008),
(Sulistyoningsih, 2012).
21

H. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel BebasVariabel Terikat

Body Image Pola makan


- Positif - Baik
- Negatif - buruk

Variabel Penggangu
1. Cara pandang orang lain
2. Obesitas
3. Perubahan fungsi tubuh
4. Perubahan struktur tubuh
5. Perubahan penampilan tubuh
6. Media massa

Keterangan :

: area yang diteliti


: area yang tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

I. Hipotesis

Ada Hubungan antara Body Image dengan Pola Makan Remaja


Putri di SMA Muhammadiyah 04 Kendal.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi sederhana


yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi diwilayah tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
korelasi sederhana dengan metode survey secara cross sectional dimana
hanya melakukan pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Sehingga
simpulan hubungan sebab akibat hasil penelitian hanya sampai tingkat
dugaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 04 Kendal


pada tanggal 21-23 Juni 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh
peneliti untuk diteliti (Sugiyono,2012). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pelajar putri dikelas XI dan XII yang bersekolah di
SMA Muhammadiyah 04 Kendal yang berjumlah111orang siswi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian (Arikunto, 2013).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswi kelas XI dan
XII SMA Muhammadiyah 04 Kendal. Jumlah sampel pada penelitian
ini sebanyak 111 responden dengan menggunakan metode total
sampling.

22
23

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiono (2009) variabel penelitian adalah suatu ukuran atau


ciri yang dimiliki anggota-anggota suatu kelompok berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok lain. Variabel-variabel pada penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (Independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat
(Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah
body image.
2. Variabel terikat (Dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Notoatmodjo, 2005).
Pada penelitian ini variabel terikatnya adalan pola makan.
3. Variabel pengganggu
Variabel pengganggu merupakan variabel yang mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara independent
variabel dan dependent variabel (Sugiyono, 2012). Variabel
pengganggu dalam penelitian ini adalah :
a. Cara pandang orang lain
Tidak dikendalikan karena responden setiap hari terpapar oleh
cara pandang orang-orang terdekatnya dalam berinteraksi sosial.
b. Perubahan penampilan tubuh
Perubahan penampilan tubuhdikendalikan karena peneliti
mengambil responden yang tidak mengalami kecacatan fisik
lainya.
c. Perubahan fungsi tubuh
Perubahan fungsi bagian tubuh dikendalikan oleh peneliti karena
peneliti tidak mengambil responden yang mengalami penyakit
kronis seperti gagal ginjal dan penyakit jantung.
24

d. Perubahan struktur tubuh


Perubahan struktur tubuh dikendalikan karenamemilih responden
yang tidak cacat fisik.
e. Media massa
Media massa tidak dikendalikan karena setisp responden
memungkinkan terpapar oleh informasi dan media massa setiap
hari.
E. Definisi Operasional

(Notoatmojo, 2005) menjelaskan agar variabel penelitian dapat


diukur menggunakan instrumen atau alat ukur, maka variabel harus
diberi batasan atau definisi operasional variabel. Berikut dijelaskan
definisi oprasional masing-masing variabel.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Body Image Pemahaman responden Kuesioner Nominal - Body Image
Remaja dalam menilai tentang positif jika skor
ukuran, penampilan, dan nilai ≥27
bentuk tubuhnya yang akan - Body Image
diukur menggunakan negatif Jika
kuesioner. skor nilai <27
Pola Makan Kebiasaan Makan yang Kuesioner Nominal - Pola Makan
dilakukan oleh responden baik ≥55
dalam memenuhi kebutuhan - Pola Makan
akan makan meliputi jenis buruk <55
makan, frekuensi, dan porsi
bagaimana cara mendapat
pengolahan makanan,
motivasi makanan

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang


menggunakan skala likert (Hidayat, 2011 ). Kuesioner disini diartikan
sebagai daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, dimana
responden (objek penelitian) tinggal memberikan jawaban (Notoatmodjo,
2010). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang diteliti oleh
Chairiah (2012). Format yang digunakan untuk pernyataan yang berjumlah
33 poin dengan pilihan jawaban terdiridari : STS (Sangat Tidak
25

Setuju), TS (Tidak Setuju), S (Setuju), SS (Sangat Setuju). Bobot nilai pada


setiap pilihan berada pada rentan 1 – 4. Adapun penilaian untuk setiap
responden subjek pada pernyataan favourable (mendukung bagian yang
akan diukur) yaitu STS = 1, TS = 2, S = 3, SS = 4. Bobot penilaian untuk
setiap responden subjek pada pernyataan unfavourable (tidak mendukung
bagian yang akan diukur) yaitu STS = 4, TS = 3, S = 2, SS =1.
Metode pengumpulan data penilaian ini, dengan cara menyebarkan
koesioner yang tersetruktur, yaitu responden menjawab yang diajukan
melalui daftar pertanyaan yang mendapatkan jawaban yang relevan dengan
masalah yang diteliti. Responden diberikan penjelasan terlebih dahulu
sebelum menjawab kuesioner serta responden menyatakan bersedia untuk
menjadi responden. Kemudian dilakukan penimbangan berat badan dan
tinggi badan oleh asisten peneliti dan selanjutnya responden mengisi
kuesioner body image. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur body
image adalah skala body image yang disusun berdasarkan Multidimentional
Body Self Relation Quesioner - Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang
terdiri dari lima dimensi body imageyaitu, :
1. Appearance Evaluation (evaluasi penampilan)
2. Appearance Orientation (orientasi penampilan)
3. Body Area Satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh)
4. Overweight Preoccupation (kecemasan memiliki tubuh yang
gemuk)
5. Self-Classified Weight (pengkategorian ukuran tubuh)
26

Tabel 3.2 Kisi-kisi Materi Body Image


Variabel Materi Favourable Unfavourable Jumlah
Penelitian
Body Image - Evaluasi penampilan 1, 2 2
- Orientasi penampilan 3, 11 4 3
- Kepuasan terhadap bagian tubuh 5,6,7 3
- Kecemasan menjadi gemuk 9, 8 2
- Pengkategorian ukuran tubuh 10 1

Jumlah 11

Tabel 3.3 Kisi-kisi Materi Pola Makan


Variabel Materi Favourable Unfavourable Jumlah
Penelitian
Pola makan Definisi 1, 13, 22 8 4
Faktor pola makan 3, 4,16 9, 10, 5
Aspek pola makan 2, 5, 6, 7,14, 15, 17,19, 20, 11, 12, 18 13
21
Jumlah 22

G. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-
tingkatan kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2013). Penelitian ini
tidak melakukan uji validitas karena instrument telah uji validitas oleh
Chairiah (2012). Instrumen diuji dengan mengukur butir-butir
pertanyaan dengan skor pertanyaan secara keseluruhan.Uji validitas
dilakukan pada 30 responden. Dari hasil uji validitas didapat ada 21
pernyataan tidak valid sehingga 19 pernyataan dihilangkan karena
pernyataan dalam kuesioner dapat diwakili oleh butir pernyataan yang
lain. Nilai r pada pernyataan yang tidak valid berada diantara 0.080-
27

0.313 dengan nilai r tabel = 0.361, dengan demikian instrument


tersebut dikatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat
keadaan instrumen sehingga apabila alat ukur yang digunakan berkali-
kali akan memberikan hasil yang hampir sama dalam waktu yang
berbeda pada orang yang berbeda (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini
kuesioner yang digunakan memiliki nilai Cronbach’s Alpa lebih besar
dari 0,70 sehingga kuesioner ini sudah dinyatakan reliable. Menurut
(Notoadmodjo, 2010) Cronbach’s Alpha merupakan salah satu koefisien
reliabilitas yang lazim digunakan.Skala pengukuran yang reliable
sebaiknya memiliki nilai Cronbach’s Alpha minimal 0.70.
H. MetodePengolahandanAnalisa Data

1. Metode Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh penyajian data dan
sebagai hasil untuk menyatakan adanya kesimpulan yang baik.
Langkah–langkah pengolahan pada penelitian ini antara lain
(Notoatmodjo, 2010) :
a. Editing
Penelitian menyeleksi atau memeriksa ulang kelengkapan
pengisian kuesioner dari seluruh pertanyaan yang ada
sehingga tidak ada kuesioner yang terbuang. Kuesioner di
urutkan sesuai dengan nomer responden yang ada di dalam
kertas kuesioner. Proses ini untuk melihat apakah semua data
sudah di isi sesuai petunjuk.
b. Coding
Setelah semua data yang ada pada kuesioner lengkap, peneliti
melakukan coding terhadap semua jawaban atau informasi
koresponden. Kode pada instrument yang digunakan sebagai
berikut :
28

Body image positif diberi kode =1, body image negatif diberi
kode =2, sedangkan pola makan baik diberi kode =1, pola
makan buruk diberi kode=2.
c. Entry data
Dalam proses ini peneliti memasukkan data kedalam program
komputer. Semua data di masukkan secara cermat sampai
nomer responden terakhir. Entri data dini di lakukan dengan
mengisi kolom–kolom atau kotak-kotak lembar kode atau
kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Tabulating
Tabulating data, untuk menghitung data secara statistik.Yakni
membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penilaian atau
yang diinginkan oleh penelitian.
2. Analisa data
a. Analisis unvariat
Analisa unvariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
karakteristik masing-masing vaiabel penelitan dengan
menyajikan distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi ini
menggambarkan jumlah dan persentasi dari setiap variabel
yang ada yaitu variabel bebas (body image) dan variabel
terikat (pola makan) serta gambaran karakteristik responden
(Notoatmodjo, 2010).
b. Analisis bivariat
Analisaini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan
variable independen dengan variable dependen bersekala
nominal. Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua
variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam
membuktikannya dengan metode Chi square. Metode Chi
square dipilih karena variable penelitian ini merupakan variable
kategorik. Prinsip pengujian Chi square adalah
29

membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan


frekuensi harapan (ekspektasi) (Notoatmodjo, 2010.

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2010), masalah etika pada penelitian yang menggunakan


subjek manusia menjadi isu sentral yang akan berkembang saat ini. Dalam
penelitian di keperawatan, peneliti hampir menggunakan manusia sebagai
subjeknya, maka peneliti harus memperhatian hal berikut :
1. Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
memberikan lembar prsetujuan. Informed consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar
subjek mengerti tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika
subjek bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika
tidak maka peneliti harus menghormati hak subjek penelitian.
2. Anonymity (tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan
sbyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama respond pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya
oleh peneliti.
4. Sukarela
Responden sukarela tanpa adanya unsur paksaan secara langsung
maupun tidak langsung oleh peneliti kepada responden.
30

J. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan bimbingan
proposal dan mengurus surat perizinan melaksanakan penelitian yang
diawali dengan surat izin penilitian dari STIKES Jendral Ahmad Yani
Yogyakarta yang berlanjut ke bagian BAPEDA kota Yogyakarta
kemudian ke bagian dinas kesehatan dan pendidikan kota Yogyakarta
serta kantor pusat Muhammadiyah Yogyakarta. Kegiatan selanjutnya
dengan mengurus surat izin di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta,
serta melakukan identifikasi ataupun screening terhadap siswi SMA
Muhammadiyah 7 Yogyakarta yang memiliki obesitas.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Sebelum akan dilakukan pengumpulan data, peneliti dibantu oleh
2 orang asisten penelitian yang terdiri dari 2 orang mahasiswa
Stikes Jendral Ahmad Yani Yogyakarta dan 1 orang guru PPL
SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Terlebih dahulu dilakukan
persamaan persepsi tentang tujuan penelitian, penjelasan tentang
jalannya penelitian, cara mengisi kuesioner.
b. Sebelum diberikan kuesioner, responden mengisi lembar
persetujuan kemudian peneliti menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan responden.
c. Membagikan kuesioner kepada responden dan diawasi oleh
peneliti serta asisten penelitian sampai selesai.
d. Lembaran kuesioner yang sudah dijawab diserahkan kepada
peneliti.
e. Mengecek ulang kelengkapan jawaban dari setiap pernyataan.
3. Tahap Akhir (hasil)
Setelah data penelitian terkumpul, dilakukan penyusunan
(editing) yaitu dilakukan pemeriksaan antara lain kesesuaian
jawaban, kelengkapan pengisian, jawaban responden, kemudian
dilakukan coding, tabulating dan entry data.
Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
___________. (2013). Prosedur penelitian. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Cash, T.F., & Purzinsky, T. (2007). Body image: A handbook of theory, research,
and clinical practice. London: The Guilford Press.
Cash, M. E. (2012). Identity development and body image dissatisfaction in
collage females. New York: Guilford Press.
Chairiah,P. (2012). Hubungan Gambaran Body Image dan Pola Makan Remaja
Putri di SMAN 38 Jakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan.
FK. Universitas Indonesia.
Dacey,J.,& Kenny, M. (2007). Adolescent development. USA:Brown &
Benchmark Publisher.
Dalami, E, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial, Jakarta: Trans Info Media.
Efendi, F. & Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan Salemba, Jakarta: Salemba Medika.
Goffman, E (2006). The Persentation of Seelf in Everyday Live. Jakarta: Erlangga
Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hendrayati, N. (2007). Gambaran pola makan mahasiswa regular FIK UI
Laporan penelitian dibuat untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Ajar Riset
Keperawatan FIK UI, Depok.
Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Istiany, A. dan Rusilanti. (2013). Gizi Terapan. Cetakan pertama. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Kartika, S., & Siti, R.N. (2010). Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Antara Remaja Obesitas dan Non Obesitas. Jurnal Makara Kesehatan,
Vol 16. No 1, Juni 2012:45-50.
Keliat, B.A., Helena, N., & Farida, P. (2011) Manajemen keperawatan
psikososial & kader kesehatan jiwa. Jakarta:ECG.
Kozier, B. (2010). Fundamental of nursing: concepts, process, and pratice (7 ed.).
Arizona: The Oryx Press.
Kusumajaya NA, Wiardani NK, dan Jumarsana IW. Persepsi Remaja Terhadap
Body Image Kaitanya dengan Pola Konsumsi Makan. Jurnal Skala
Husada, Volume 5 Nomor 2, 2010.hal.114-125.
Mahan, K.L. Stump, S.E. (2008).Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy.
Philadelphia: Saunders.
Monks, F.J. (2009). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres.
Navia, B.,et.al. (2006). Influence of the desire to lose weight on food habits, and
knowladge of the characteristic of a balanced diet, in a group of Madrid
University Students. European Journal of Clinical Nutrition, 57, S90-S93.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan IlmuAplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Panuju, P.,Umami, I.2005. Psikologi Remaja. Tiara Wacana: Yogyakarta Papalia,
& Olds. (2010). Human Development (psikologi perkembangan) (5 ed.).
Jakarta: Kencana.
Papalia, D. E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2007). Human development (10ed.).
New York: McGraw-Hill.
Potter, P.A,. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing : concepts, process,
and pratice. Mosby: Missouri
_______________________. (2007). Fundamental of nursing : conceps, process,
and pratic. Mosby: Missouri.
Potts, N. L., & Mandleco, B. L. (2012). Pediactric nursing: caring for children
and their families (3 ed.). New York: Delmar Cengage Learning

Proverawati, A. dan Kusumawati, E. (2011). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan


Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Maha Medika.
Purwaningrum, 2008. HubunganAntara Citra Raga Dengan Perilaku Makan
Remaja Putri. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah.
Surakarta
Rahmawati, D.A (2013). Hubungan Antara Citra Tubuh dan Kontrol Diri pada
Pola Makan Remaja Putri di SMK Negri 2 Godean. Yogyakarta.
Skripsi.Fakultas Psikologi UIN.
Safitri, D. (2007) Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Penyesuaian Sosial
Mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.
Skripsi Sarjana Psikologi UIN. Malang.
Santrock, J. W. (2007). Adolescence :Perkembangan Remaja.Edisi IV. Jakarta:
Erlangga.
Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Raja Grafindo;hal: 11-12.
Sternberg, Robert J (2008). Psikologi Kognitif. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Stuart, G.W., (2007). Buku saku keperawatan jiwa (Kapoh & Yudha penerjemah).
Jakarta:ECG.
Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. ALFABETA..
_______. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA.
Sulistyoningsih, H. (2012). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Suryaputra, K dan Nadhiroh, S,R (2010). Perbedaan Pola Makan dan Aktifitas
Fisik Antara Remaja Obesitasdan Non Obesitas Suryani, N. (2005).
Keperawatan jiwa. Jakarta: Pustaka pelajar.
Tarigan, N. (2007). Hubungan citra tubuh dengan status obesitas, aktifitas fisik,
asupan energy remaja SLTP di Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Diunduh pada tanggal 12 Febuari 2015 dari
http:/isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21071.pdf.
Tarwoto.,Aryani, R.,Nuraini, A., Miradwiyana, B., Tauchid, S.N., Aminah, S.,
Sumiati., Dinarti., Nurheni, H., Saprudin, A.E., Chaerani, R.(2010).
Kesehatan Remaja: problem dan solusinya. Jakarta: Salemba Medika.
Thompson. J.K. (2004). Body image, eating disorders and obesity: An
integrative guide for assessment and treatment. Washington, DC:
American Psychological Association.
Yundarini, N.M.C., Sawitri, N.K.A., Utami, P.A.S. (2009). Hubungan Antara
Citra Tubuh Dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri DI SMA
Dwijendra Denpasar.
KUESIONER
A. Identitas
Responden Nama :
Usia :
Kelas :
B. Skala 1, mengenai body image
Berikut ini terdapat 11 pertanyaan. Bacalah setiap pernyataan dan
tentukan sikap saudara terhadap pernyataan tersebut dengan cara
memberi tanda ceklist (√) pada salah satu pilihan jawaban antara STS,
TS, S, SS. Alternatif jawaban yang tersedia terdiri 4 pilihan, yaitu : STS :
Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Pernyataan SS S TS STS
No

1. Menurut saya, penampilan saya menarik bagi


lawan jenis

2. Saya percaya diri dengan penampilan saya


saat ini
3. Saya menggunakan pakaian yang sesuai
dengan ukuran tubuh
4. Saya menyukai pakaian berwarna hitam
untuk menyamarkan kegemukan tubuh
5. Saya puas dengan bagian tubuh bagian
tengah (dari pinggang hingga perut)
6. Secara keseluruhan, penampilan saya
memuaskan
7. Berat badan saya saat ini merupakan berat
badan ideal
8. Saya khwatir menjadi gemuk
9. Saya ingin diet untuk menentukan berat badan
10. Saya merasa baik-baik saja bila berat badan
saya naik
11. Saya menganggap berat badan saya tidak
terlalu kurus

C. Skala 2 , mengenai pola makan


Berikut ini terdapat 22 pertanyaan. Bacalah setiap pernyataan dan
tentukan sikap saudara terhadap pernyataan tersebut dengan cara
memberi tanda ceklist (√) pada salah satu pilihan jawaban antara STS,
TS, S, SS. Alternatif jawaban yang tersedia terdiri 4 pilihan, yaitu :
SS : SangatSetuju
S: Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No
Pernyataan SS S TS STS

1. Saya makan dengan beraneka macam


makanan (nasi,ikan/daging/ayam,
Tempe/tahu, sayur)
2. Alternatif makan saya sereal
3. Orangtua mewajibkan saya sarapan
4. Sarapan harus dilakukan dirumah
5. Sarapan membuat berat badan saya stabil
6. Saya menyempatkan diri untuk makan siang
7. Malam hari saya hanya makan buah-buahan
8. Sambil nonton TV, sesekali saya ngemil
keripik
9. Makan disekolah membuat saya senang
karena bebas memilih makanan
10. Saya mengkonsumsi teh pelangsing, untuk
menurunkan berat badan
11. Kalau sedang banyak tugas, saya akanterus
makan
12. Jika belum merasa kenyang, saya akan terus
makan

13. Saya makan untuk pertumbuhan tubuh


14. Saya tidak mengganti konsumsi nasi menjadi
roti
15. Saya sering makan sayuran

16. Saya melakukan diet dengan konsultasi dari


ahli gizi
17. Dalam keadaan sakit, saya tetap makan

18. Saya mengkonsumsi jamu-jamuan untuk


membuat tubuh saya langsing
19. Saya tidak memuntahkan kembali makanan
yang sudah sayam akan
20. Saya tidak mengurangi porsi makanan yang
akan saya konsumsi
21. Saya mengkonsumsi makanan yang rendah
kalori
22. Saya mengkonsumsi makanan yang
mengandung cukup karbohidrat

Anda mungkin juga menyukai