Anda di halaman 1dari 6

Nama : Julio Lorenzo Penna

Nim : 112017060

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


Definisi

Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ditujukkan untuk


mengelompokkan penyakit yang mempunyai gejala berupa terhambatnya arus
udara pernapasan. Secara umum biasanya yang digolongkan sebagai PPOK adalah
bronchitis kronik dan emfisema, namun beberapa ahli menambahkan fibrosis kistik
dan bronkiektasis. Suatu kasus obstruksi aliran udara ekspirasi dapat digolongkan
sebagai PPOK jika obstruksi aliran udara ekspirasi itu cenderung progresif dan
irreversible . Kedua penyakit yang disebutkan di awal (bronchitis kronik dan
emfisema) hanya dapat dimasukkan ke dalam PPOK jika keparahan penyakitnya
telah berlanjut dan obstruksinya bersifat progresif. Pada fase awal, kedua penyakit
ini belum dimasukkan ke dalam PPOK.

Pemeriksaan Fisik

Biasanya hasil pemeriksaan fisik merupakan gabungan dari pemeriksaan


fisik yang didapat dari penderita bronchitis kronis dan emfisema

1. Inspeksi :

• Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup)


• Takipnea dan dispnea
• Dada berbentuk barrel-chest.
• Sela iga melebar
• Sternum menonjol.
• Retraksi intercostal saat inspirasi.
• Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Palpasi : vokal fremitus melemah.

3. Perkusi : hipersonor, hepar terdorong ke bawah, batas jantung mengecil,


letak diafragma rendah.

4. Auskultasi : Suara nafas vesikuler normal atau melemah, Terdapat ronki


kasar samar/nyaring, Wheezing terdengar pada waktu inspirasi maupun
ekspirasi, Ekspirasi memanjang.
Pemeriksaan Penunjang

1. Faal Paru (spirometri)

Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara


obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis.

Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :

• Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan
secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter. Umemnya
dapat dicapai dalam 3 detik. Nilai normalnya adalah 4 liter
• Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang
dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan
FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru. Normalnya adalah 3,2 liter
• FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya
sekitar 75% - 80%
• Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar
dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
• FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara
keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga
sebagai MMEF(maximal mid-expiratory flow)

Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :

• Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80%
nilai prediksi
• Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai
prediksi
• Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC <
75% nilai prediksi

Uji bronkodilator

Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan 15-20 menit


kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 (biasanya dibawah 12% pada penderita
PPOK)
2. Analisa gas darah harus dilakukan jika ada kecurigaan gagal napas. Pada
hipoksemia kadar hemoglobin bisa meningkat. Pemeriksaan analisis gas darah
dapat ditemukan

 PaO2 < 8,0 kPa (60mmHg) dan atau Sa O2 < 90% dengan atau tanpa PaCO2 >
6,7 kPa (50mmHg), saat bernapas dalam udara ruangan jika terjadi gagal napas.
 PaO2 < 6,7 kPa (50mmHg), PaCO2 > 9,3 kPa (70mmHg), dan pH < 7,30,
mamberi kesan keadaan yang mengancam jiwa sehingga perlu dilakukan
monitor ketat dan penanganan yang intensif.

3. Gambaran Radiologis: Foto thorax pada bronchitis kronis memperlihatkan


tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang parallel keluar dari hilus
menuju apex paru dan corakan paru yang bertambah. Pada emfisema paru
thorax menunjukan adanya overventilasi dengan gambaran diafragma yang
rendah dan datar,peningkatan retrosternal air space dan bayangan penyempitan
jantung yang panjang, penciutan pembuluh darah pulmonal dan penampakan ke
distal.

4. Pemeriksaan EKG : Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai


hipertensi pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan.

Etiologi

Penyebab terjadi PPOK adalah:

• Faktor lingkungan: merokok merupakan penyebab utama, disertai resiko


tambahan akibat polutan udara di tempat kerja atau di dalam kota. Sebagian
pasien memiliki asma kronis yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

• Genetik: defisiensi α-1-antitrypsin merupakan predisposisi untuk


berkembangnya PPOK dini.

Epidemiologi

PPOK merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat yang menyebabkan


26.000 kematian/tahun di Inggris. Prevalensinya adalah > 600.000. Angka ini lebih
tinggi di negara maju, daerah perkotaan, kelompok masyarakat ke bawah dan pada
manula.4 Merokok adalah >90% risiko untuk PPOK.
Patofisiologi

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang


disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia
yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga
sulit bernapas.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah


oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi
oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya
fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti
fungsi ventilasi paru. Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan
proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding
bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil
(bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase
ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat
ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping).

Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan
ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru:
ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami
gangguan (Brannon, et al, 1993).

Manifestasi Klinik

 Sesak napas, batuk kronis, sputum kronis, dan terdapat paparan faktor risiko
 Sesak napas bersifat progresif, menetap, dan memburuk dengan olah raga/
aktivitas
 Batuk kronis bersifat intermiten dan mungkin unproduktif

Diagnosis Banding

1. Asthma
 Onset early in life(sering pada anak)
 Gejala berubah ubah dari hari ke hari
 Gejala memburuk pada malam/ awal pagi
 Allergy, rhinitis, dan/atau eczema also present
 Riwat penyakit keluarga ada yang mengalami asthma
2. Congestive Heart Failure
 X-ray pada dada menunjukan dilatasi jantung, dan pulmonary edem.
 Pulmonari Function test mengindikasikan volume restriksi, bukan hambatan
aliran udara
3. Bronchiectasis
 Dilatasi brochial, dan dinding bronchial menebal
 Purulent sputum >>
 Biasanya karena infeksi bakteri
Penilaian PPOK

 Penilaian Gejala: CAT(COPD Assesment test) atau mMRC( modified


Britrish Medical Research Council)
 Penilaian Spirometri
 Penilaian risiko Eksaserbasi

Pasien Karakterisitik Klasifikasi Spirometri Eksaserbasi CAT mMRC


per tahun

A Risiko Rendah, Gejala sedikit VEP1 > 80% prediksi <1 <10 0-1

B Risiko Rendah, Gejala banyak 50% < VEP1< 80% prediksi <1 > 10 >2

C Risiko tinggi, Gejala sedikit 30% < VEP1< 50% prediksi >2 <10 0-1

D Risiko tinggi, Gejala banyak VEP1< 30% prediksi >2 > 10 >2

Penatalaksanaan

Non-farmakologi :

1. Group Pasien A : smoking cessation(konseling, terapi penggantian nikotin),


aktifitas fisik
2. Group Pasien B,C,D: smoking cessation, rehabilitasi pulmonal , aktifitas
fisik
Farmakologi :

Group Rekomendasi pilihan Pilihan alternatif Terapi lain yang


pasien pertama memungkinkan

A • Antikolinergik kerja • Antikolinergik kerja lama • Teofilin


cepat • Atau Beta2 agonis kerja lama
• Atau Beta 2 agonis • Atau Beta2 agonis kerja cepat
kerja cepat +Antikolinergik kerja cepat
B • Antikolinergik kerja • Antikolinergik kerja lama + Beta2 • Beta2 agonis kerja
lama Agonis kerja lama cepat dan atau
• Atau Beta2 Agonis Antikolinergik
kerja lama kerja cepat
• Teofilin
C • Kotikosteroid inhalasi • Antikolinergik kerja lama + Beta2 • Beta2 agonis
+ Beta2 Agonis kerja Agonis kerja lama kerja cepat dan
lama • Atau Antikolinergik kerja lama + atau
• Atau Antikolinergik inhibitor fosofodiesterase-4 (PDE-4) Antikolinergik
kerja lama • Atau beta2 agonis kerja lama + kerja cepat
inhibitor PDE-4 • Teofilin

D • Kotikosteroid inhalasi • Kotikosteroid inhalasi + Beta2 • Karbosistein


+ Beta2 Agonis kerja Agonis kerja lama + Antikolinergik • Beta2 agonis kerja
lama kerja lama cepat dan atau
• Dan/Atau • Atau kortikosteroid inhalasi + beta2 Antikolinergik
Antikolinergik kerja agonis kerja lama + inhibitor PDE-4 kerja cepat
lama • Atau Antikolinergik kerja lama + • Teofilin
Beta2 Agonis kerja lama
• Atau Antikolinergik kerja lama +
inhibitor fosofodiesterase-4 (PDE-4)

Anda mungkin juga menyukai