PENDAHULUAN
Soket anoftalmia adalah ketiadaan isi / seluruh bola mata dalam rongga
orbita. Soket anoftalmia juga diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien,
alasan kosmetik.1,2
Indikasi operasi anoftalmia bermacam - macam, seperti : trauma, tumor,
ptisis bulbi, panoftalmitis, atau buta dengan nyeri. Pilihan prosedur operasi juga
bervariasi, seperti : eviserasi (pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan
sklera, otot –otot ekstraokuli dan saraf optik), enukleasi (pengangkatan seluruh bola
mata dengan meninggalkan jaringan orbita) dan eksenterasi.1,2
Miopia adalah suatu kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang
memasuki mata secara keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia,
yang umum disebut sebagai kabur jauh / terang dekat (shortsightedness),
merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan di seluruh dunia.
Dikatakan bahwa pada penderita miopia, tekanan intraokular mempunyai
keterkaitan yang cenderung meninggi pada tingkat keparahan miopia.8
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Soket Anoftalmia
2.1. Definisi
Soket anoftalmia adalah ketiadaan isi / seluruh bola mata di dalam rongga
orbita. Soket anoftalmia sangat bervariasi antara individu, kondisi dan bentuknya
dipengaruhi oleh penyebab kehilangan mata, teknik operasi, tipe dan ukuran
implan,serta lama pemakaian protesa mata.1,2
2.2. Epidemiologi
Dari total penduduk Selandia Baru pada tahun 2010 (4.367.700 jiwa)
Sebanyak 3026 orang mengalami soket anoftalmia. Dimana, penyebab kecelakaan
50% (kecelakaan kerja, kecelakaan olah raga, kecelakaan dirumah, kecelakaan lalu
lintas, perkelahian, malpraktek dan kecelakaan lainnya), penyebab medis 43%
(tumor, glaukoma, ablasio retina, katarak, diabetes dan medis lainnya), dan
kongenital 7%.4
Anoftalmia kongenital merupakan kondisi yang sangat jarang yang
memiliki tingkat prevalensi 0,18 kasus per 10.000 kelahiran di Amerika
Serikat,0,19 kasus per 10.000 kelahiran di Eropa,23 kasus per 100.000 kelahiran di
Spanyol dan 0,06-0,42 kasus per 10.000 kelahiran di Australia.4
Secara klasik, predileksi ras untuk anoftalmia belum dilaporkan. Namun,
studi terbaru menunjukkan prevalensi yang meningkat pada beberapa kelompok
etnis. Kelompok ini termasuk anak-anak Pakistan dan Skotlandia. Genetik dan
lingkungan, kemungkinan mempengaruhi tingkat insiden yang tinggi dan perlu
dieksplorasi lebih lanjut.4
2
2.3. Etiologi Soket Anoftalmia
Soket Anoftalmia dapat disebabkan oleh salah satu dari penyebab
berikut:1,2,4
1). Kongenital
Berhubungan dengan kondisi genetic yang tidak menyebabkan
perkembangan dari vesikel optik. Gangguan genetik yang paling umum terkait
dengan anoftalmia kongenital adalah mutasi fungsi dari gen SOX2, namun Gen
seperti CHX10, POMT1, dan Six6 telah terlibat dalam berbagai sindrom dan
penyebab non sindrom anoftalmia kongenital.
2). Didapat
Anoftalmia didapat terjadi akibat trauma/ kecelakaan, tumor intraokuli
(melanoma , retinoblastoma), ptisis bulbi, panoftalmitis, atau buta dengan nyeri
(uveitis kronis, glaukoma absolut, proliferative diabetic retinopathy, operasi mata
yang tidak berhasil).
3
2.4. Prosedur Operasi Soket Anoftalmia
Enukleasi
- Pengangkatan seluruh bola mata dengan meninggalkan jaringan orbita
- Diindikasikan untuk keganasan intraokular primer (retino blastoma dan
melanoma koroidal) yang tidak sesuai dengan metode terapi alternatif
(misalnya iradiasi sinar eksternal, brachytherapyplak episkleral), buta
dengan nyeri dan buta dengan riwayat trauma sebelumnya.
Eksenterasi
- Pengangkatan seluruh bola mata dan seluruh jaringan orbita
- Diindikasikan untuk tumor dari sinus, wajah, kelopak mata,
konjungtiva, atau ruang intrakranial yang merusak dan menyebar ke
orbita, melanoma intraokular atau retinoblastoma yang telah menyebar
ke luar bola mata, tumor epitel ganas pada kelenjar lakrimal, infeksi
jamur, atau sarkoma dan keganasan orbital primer lainnya
(rabdomiosarkoma) yang tidak respon dengan terapi nonsurgikal.
4
Setelah enukleasi atau eviskerasi dilakukan, komponen berikut diperlukan
agar soket anoftalmia dapat diterima secara fungsional dan untuk mempromosikan
kosmetik:1,6
- Volume implan yang cukup yang berpusat di dalam orbita
- Sebuah soket yang dilapisi dengan selaput konjungtiva atau mukosa dengan
forniks yang cukup dalam untuk menahan protesa.
- Kelopak mata tampak normal dan adekuat untuk menahan protesa
- Transmisi motilitas proteasa dari implan ke protesa baik.
5
2.6 Efek Samping Penggunaan Protesa Mata
Sekret
6
29% disebabkan oleh penanganan protesa yang berlebihan, dan 24% oleh penyebab
lain, seperti debu dan kotoran di dalam soket.6,7
Pine KR dan rekan-rekan, juga melaporkan bahwa ada hubungannya antara
frekuensi pembersihan protesa dan frekuensi sekret, dimana frekuensi sekret lebih
sering pada pasien yang lebih sering membersihkan protesa.7
Mata Kering
Protesa yang masuk ke dalam soket anoftalmia akan kontak dengan
konjungtiva, kelopak mata akan membasahi protesa dengan cairan okular dan
mengumpulkan endapan di permukaannya.Intoleransi protesa sering dikaitkan
dengan mata kering yang didefinisikan sebagai gangguan pada lapisan air mata
yang disebabkan oleh berkurangnya produksi air mata atau penguapan air mata
yang berlebihan.7,8,9
Banyak pasien anoftalmia yang menggunakan protesa mengeluhkan mata
kering, tidak diketahui apakah bentuk air mata pra kornea terbentuk di atas protesa
atau tidak, namun kecukupan air mata pada soket anoftalmia adalah persyaratan
untuk kenyamanan pasien menggunakan protesa.7
2.7 Penatalaksanaan
Dengan kehilangan mata, pasien bisa menjadi tertekan atau memiliki citra
diri yang terdegradasi. Dokter mata dapat membantu pasien sebelum dan sesudah
operasi dengan memberikan kepastian dan dukungan psikologis.10,11
7
Tujuan kosmetik dalam bedah anoftalmia adalah meminimalkan kondisi
yang menarik perhatian anoftalmia. Upaya bedah untuk menghasilkan orbita dan
kelopak mata yang simetris dan untuk mempromosikan posisi protesa dan motilitas
yang baik meningkatkan kosmetik.10,11
Tidak adanya isi/bola mata menyebabkan perubahan besardalam fisiologi
dan dinamika orbita, dan untuk kosmetik diperlukan suatu pengganti volume orbita
dengan menggunakan autologous/homolog jaringan (cangkok lemak kulit) atau
implan yang terbuat dari bahan haloplastik, yaitu biasanya dalam bentuk bola.
Implan haloplastik dapat dibuat dari bahan yang berbeda, namun yang paling umum
adalah polymethylmethacrylate(PMMA) dan silikon.12
Setelah operasi enukleasi atau eviserasi, konformer akrilik atau silikon
langsung ditempatkan dalam forniks konjungtiva untuk mempertahankan ruang
konjungtiva yang pada akhirnya akan mengakomodasi protesa.1,13
Protesa okular dipasang dalam 4-8 minggu setelah enukleasi atau eviserasi.
Protesa yangidealdisesuaikan dengan dimensi yang tepat dari forniks konjungtiva
setelah edema paska operasi mereda agar posisi dan motilitas protesa baik sehingga
pasien merasa nyaman dan puas secara kosmetik.1
Ada perawatan tertentu yang diperlukan untuk menjaga kesehatan dan
kosmestik soket anoftalmia. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajarkan
pasien bagaimana merawat soket dan protesa mereka. Pasien harus tahu cara
memasukkan dan melepaskan protesa dari soketnya. Hal ini dapat dilakukan untuk
membersihkan deposit atau sekret yang terdapat diantara soket dan protesa. The
American Society of Ocularists merekomendasikan pelepasan dan pembersihan
protesa sebulan sekali terutama bila ada infeksi, tetapi harus segera dipasang
kembali setelah irigasi soket. Protesa tidak boleh dilepas untuk periode lebih dari
24 jam.1
Sebuah protesa harus dipoles setiap tahun dan dibuat ulang kira-kira setiap
7 tahun. Pada anak-anak protesanya harus lebih sering dibuat ulang terutama pada
anak usia 5 - 10 tahun.7,13 Pemberian cairan lensa kontak, air mata buatan atau
lubrikan akan membantu menjaga hygiene dan kenyamanan soket anoftalmia sehari
–hari.1
8
2.8 Protesa Mata
Protesa mata pertama kali ada sekitar abad ke-16, yang dipelopori oleh
Ambroise Pare (1510-1590). Pada saat itu bahan pilihan adalah kaca yang
kemudian dikenal dengan mata kaca. Saat ini di Amerika Serikat protesa dibuat dari
polymethylmethacrylate/ PMMA (acrylic).19
Protesa okular adalah mata palsu estesis untuk orang yang kehilangan bola
mata. Protesa okular dipasang dalam 4-8 minggu setelah eviserasi atau enukleasi.
Protesa yang ideal disesuaikan dengan dimensi yang tepat dari forniks konjungtiva
setelah edema paska operasi mereda agar posisi dan motilitas protesa baik sehingga
pasien merasa nyaman dan puas secara kosmetik.1
2.9 Prognosis
9
menyebabkan proses peradangan yang luas, yang mempengaruhi evolusi anatomis
anoftalmia.13,14
High myopia
2.10 Definisi
2.11 Epidemiologi
10
Australia, Eropa dan Amerika Utara dan Selatan. Perkiraan awal berdasarkan data
prevalensi tersebut dan data populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan dihitung
berdasarkan usia dan waktu, menunjukkan bahwa miopia dan high myopia akan
mempengaruhi 52% (4949 juta) dan 10,0% (925 juta) masing-masing, dari populasi
dunia pada tahun 2050.
Global Burden of Disease menyatakan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
merupakan penyebab kebutaan nomor dua terbesar (21%) dan penyebab utama
gangguan penglihatan sedang hingga berat (53%). Perkiraan dan tren demografi
tersebut menunjukkan bahwa miopia merupakan penyebab utama kelainan refraksi
dan dapat terus berlanjut di masa depan.13 Penelitian tahun 2011 di RSUP Sanglah,
mendapatkan miopia merupakan kelainan refraksi tertinggi kedua sebesar 39,2%.
Prevalensi penderita perempuan lebih tinggi (69,7%) dibanding laki-laki, dan lebih
tinggi pada usia 11-20 tahun (57%).4
11
bekerja intensif pada jarak dekat disebabkan spasme akomodatif. Selama bekerja
dengan jarak yang dekat, gambar yang terlihat sedikit difokuskan di depan retina
yang dapat menginduksi spasme akomodatif, deformasi gambaran pada retina dan
meningkatnya panjang aksial bola mata.13
Faktor risiko yang berperan penting dalam munculnya miopia adalah riwayat
miopia pada keluarga. Penelitian telah menunjukkan prevalensi miopia pada anak
yang kedua orang tuanya mengalami miopia adalah sebesar 33% -60%, pada anak
yang hanya salah satu orang tuanya mengalami miopia, prevalensinya adalah
sebesar 23% -40%. Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika orang tua tidak
memiliki miopia, hanya 6% -15% anak yang mengalami miopia.10
2.13 Etiologi
Penyebab miopia sampai saat ini belum diketahui pasti, diperkirakan bersifat
multifaktorial dan berhubungan dengan faktor genetik (internal) serta lingkungan
(eksternal). Faktor internal meliputi genetik, riwayat keluarga, panjang bola mata,
usia, jenis kelamin, dan etnik. Kelompok etnik yang berbeda menunjukkan variasi
yang luas akan prevalensi miopia yakni di Asia setinggi 70-90%, di Eropa dan
Amerika 30-40%, dan di Afrika 10-20%. Faktor eksternal meliputi pencahayaan
saat tidur, membaca, pendidikan dan penghasilan orang tua serta aktivitas melihat
dekat.14
Miopia pada dasarnya dapat terjadi oleh karena pertambahan panjang aksis
bola mata tanpa diikuti oleh perubahan pada komponen refraksi yang lain, hal ini
menyebabkan sinar cahaya fokus pada satu titik di depan retina, tidak langsung di
permukaannya. Perubahan kekuatan refraksi kornea, lensa, dan akuos humor akan
menimbulkan miopia bila tidak dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola
mata, beberapa kasus miopia disebabkan oleh kombinasi faktor tersebut. Miopia
biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan mungkin memiliki risiko lebih tinggi
jika orang tuanya mengalami miopia. Terdapat fakta kuat yang mendukung dugaan
bahwa kelainan refraksi diturunkan secara genetik. Orangtua yang menderita
17
miopia cenderung mempunyai anak yang juga miopia. Sebagian besar kasus
12
menunjukkan bahwa miopia stabil pada awal masa dewasa tetapi kadang terus
berkembang seiring bertambahnya usia.11,14
2.14 Patogenesis
13
Gambar 2.3 Refraksi pada miopia. a) bayangan sinar yang datang sejajar
jatuh pada satu titik di depan retina, (b) hanya objek dekat dimana arah sinar
datang secara divergen yang jatuh di satu titik pada retina, c) miopia aksial
akibat dari ukuran bola mata yang terlalu panjang, d) miopia refraktif
kekuatan refraksi yang berlebihan, e) miopia pada katarak nuklear dengan
titik fokus ganda (Diplopia).15
14
1. Miopia simpleks:
Miopia yang sering ditemukan pada usia sekolah, dengan onset pada usia 10-12
tahun. Biasanya miopia jenis ini tidak berkembang lebih jauh setelah usia 20
tahun. Refraksi jarang melebihi -6.00 dioptri. Adapun temuan klinisnya antara
lain.15
Segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang juga ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai
kresen miopia (myopic cresent) yang ringan disekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
Miopia jenis ini secara umum herediter dan akan berkembang lebih jauh
secara kontinu dan independen dari pengaruh eksternal.15 Miopia patologi adalah
miopia tinggi yang terkait dengan perubahan patologi terutama di segmen posterior
mata. Miopia jenis ini termasuk penyakit yang cukup berat dan mempunyai
konsekuensi menurunnya tajam penglihatan serta penyakit mata yang serius.
Temuan klinisnya antara lain.16
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-
kelainan pada :
1.Vitreous : dapat ditemukan kekeruhan berupa kelainan-kelainan pada
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam vitreous. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Gambaran
pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
15
4. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas
dan disebut sebagai fundus tigroid.
2.16 Diagnosis
16
miopia, yang terdapat pada daerah papil saraf optik akibat tidak
tertutupnya sklera oleh koroid. Mata dengan miopia tinggi akan terdapat
pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi makula dan degenerasi
retina bagian perifer.6
2.17 Tatalaksana
Koreksi miopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif.
Permukaan refraksi mata yang mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada
miopia, mengakibatkan kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Besarnya kekuatan lensa yang
digunakan untuk mengoreksi mata miopia ditentukan dengan cara trial and error,
yaitu dengan mula-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti
dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam
penglihatan yang terbaik.9
Pemeriksaan dimulai dengan memberikan lensa sferis +0,25 dioptri.
Pemeriksaan tajam penglihatan diulang dengan meminta penderita membaca semua
deretan huruf snellen chart apabila tidak memberikan tajam penglihatan yang
membaik berikan lensa negatif dimulai dari -0,25 dioptri, ditambahakan berturut-
turut -0,25 dioptri sampai pada lensa negatif terlemah penderita dapat membaca
deretan huruf 6/6 pada snellen chart. Pasien yang dikoreksi dengan -2.00 dioptri
memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -2.50 dioptri
mendapat tajam penglihatan yang sama, maka sebaiknya diberikan koreksi -2.00
dioptri untuk memberikan istirahat mata yang baik setelah dikoreksi.6
Koreksi miopia juga dapat menggunakan lensa kontak, lensa kontak adalah
lensa yang diletakkan di atas kornea dan memiliki daya kohesi sehingga tetap
menempel pada kornea, tujuannya adalah untuk memperbesar bayangan yang jatuh
di retina. Kerugian menggunakan lensa kontak adalah lebih mudah terkena infeksi,
apabila pemakainannya kurang memperhatikan kebersihan, dan lebih mudah
terjadi erosi kornea, terutama apabila dipakai terlalu lama.14
17
Miopia yang agak berat dapat dilakukan koreksi dengan LASEK (Laser
Epithelial Keratomileusis), dimana dilakukan untuk koreksi miopia -6.00 dioptri,
umumnya sampai -8.00 dioptri. Kekurangan dari prosedur ini adalah nyeri paska
operasi. Selain itu dapat dilakukan LASIK (Laser In Situ Keratomileusis) dimana
dilakukan untuk koreksi miopia -8.00 dioptri, umumnya sampai -10.0 dioptri.
Komplikasi post operasi adalah dry eye, sebab banyak saraf kornea yang terpotong.
Kasus miopi yang berat bisa dilakukan tindakan operasi berupa Clear Lens
Extraction (CLE) yang diikuti penanaman lensa intraokuler.10
Pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah kelainan mata sejak anak-anak
dan menjaga jangan sampai kelainan mata menjadi parah. Tindakan pencegahan
seperti dengan cara.10
Ambillah waktu istirahat setiap 30 menit ketika membaca atau melakukan
pekerjaan dekat yang intensif. Berdiri dan melihat keluar
jendela saat beristirahat.
Pertahankan jarak yang benar dari buku ke mata yaitu 40 - 45 cm.
Pastikan pencahayaan sudah cukup untuk membaca.
Membaca atau melakukan pekerjaan visual lainnya dengan menggunakan
postur tegak yang santai.
Tentukan batas waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi dan bermain
video game. Duduk 5-6 meter dari televisi.
2.18 Komplikasi
Komplikasi miopia adalah ablasio retina. Risiko untuk terjadinya ablasio
retina pada 0 sampai (- 4,75) D sekitar 1/6662, pada (- 5) sampai (-9,75) D risiko
meningkat menjadi 1/1335, lebih dari (-10) D risiko ini menjadi 1/148. Penambahan
faktor risiko pada miopia, lebih rendah tiga kali sedangkan pada miopia tinggi,
meningkat secara signifikan. Komplikasi lain berupa Vitreal Liquefaction dan
Detachment. Vitreus humor yang berada di antara lensa dan retina mengandung
98% air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara
perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi, hal
18
ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal kolagen. Tahap awal, penderita
akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters), pada keadaan lanjut, dapat terjadi
kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini
nantinya akan menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan
kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya
volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.6
Glaukoma juga menjadi salah satu komplikasi pada miopia tinggi. Risiko
terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang 4,2%, dan
pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres
akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada
trabekula. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata
selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi. Kedudukan mata yang menetap seperti ini, menunjukkan
penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.6
19
BAB III
ILUSTRASI KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 18 Desember 2018
2. ANAMNESIS
2.1 Keluhan Utama
Mata kanan terasa mengganjal dan mata kiri terasa semakin kabur
20
3. PEMERIKSAAN FISIK
3.1 Status Generalisata
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,5 c
21
hiperemis (-)
injeksi konjungtiva (-)
KONJUNGTIVA Tidak ada injeksi siliar
sekret serosa (-)
subkonjungtiva bleeding (-)
SKLERA Tidak ada TIDAK IKTERIK
intak (+)
Tidak ada sikatrik (-)
KORNEA
infiltrat (-)
Keratic precipitate (-)
COA Tidak ada sedang (+)
IRIS Tidak ada reguler (+)
PUPIL Tidak ada bulat Ø 2,5 - 3 mm
LENSA Tidak ada Jernih
Sulcus (+), secret (+), cairan
SOCKET (+) Fornix superior dan Tidak ada
ANOFTALMIC inferior cukup dalam
PEMERIKSAAN
FUNDUSKOPI TIDAK DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN
4. DIAGNOSIS BANDING
- Socket anofthalmic OD + Protese dan High myopia OS
- Socket anofthalmic kongenital OD
- Socket syndrome OD
22
5. DIAGNOSIS KERJA
Socket anofthalmic OD + Protese dan High myopia OS
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Slitlamp
Refraksi
Refraktometer
7. PENATALAKSANAAN
- Irigasi rongga orbita OD
- Kacamata
- Ofloxacin 4 x 1
8. PROGNOSIS
OD
Ad vitam : bonam
Ad funtionam : malam
Ad sanationam : malam
OS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad funtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke poli mata RSUD Tengku Rafi′an dengan keluhan mata
mata kiri terasa semakin kabur dan mata kanan terasa mengganjal. Pasien
menyatakan bahwa menggunakan protesa mata pada mata kanan, sesuai dengan
teori bahwa pasien mengalami soket anoftalmia, yaitu ketiadaan isi / seluruh bola
mata di dalam rongga orbita. Soket anoftalmia sangat bervariasi antara individu,
kondisi dan bentuknya dipengaruhi oleh penyebab kehilangan mata, teknik operasi,
tipe dan ukuran implan,serta lama pemakaian protesa mata.1,2
Hasil pengukuran lensa sferis pasien ditemukan hasil sebesar – 10.0 dioptri,
dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pasien mengalami High myopia sesuai
dengan teori bahwa High myopia didefinisikan sebagai speris lebih besar dari -6,0
Dioptri.11
Prognosis pada kasus ini pada mata kanan tidak baik karna pasien tidak bisa
menggunakan mata untuk melihat lagi namun pada mata kiri pasien prognosis
masih baik karena penglihatan pasien masih bisa dibantu dengan penggunaan
kacamata
24
BAB V
KESIMPULAN
Soket anoftalmia adalah ketiadaan isi / seluruh bola mata dalam rongga
orbita. Soket anoftalmia kadang - kadang diperlukan untuk meningkatkan
kenyamanan pasien, alasan kosmetik, melindungi penglihatan mata sebelahnya
atau menyelamatkan jiwa.
Indikasi operasi anoftalmia bermacam - macam, seperti : trauma, tumor,
ptisis bulbi, panoftalmitis, atau buta dengan nyeri. Pilihan prosedur operasi juga
bervariasi, seperti : eviserasi (pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan
sklera, otot –otot ekstraokuli dan saraf optik), enukleasi (pengangkatan seluruh bola
mata dengan meninggalkan jaringan orbita) dan eksenterasi (pengangkatan seluruh
bola mata dan jaringan orbita).
Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di
depan retina ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. High myopia
didefinisikan sebagai speris lebih besar dari -6,0 dioptri. Miopia dan high myopia
diperkirakan masing-masing mempengaruhi 27% (1893 juta) dan 2,8% (170 juta)
populasi dunia pada tahun 2010. Penyebab miopia sampai saat ini belum diketahui
pasti, diperkirakan bersifat multifaktorial dan berhubungan dengan faktor genetik
(internal) serta lingkungan (eksternal). Keluhan tersering pasien berupa penglihatan
kabur saat melihat jauh dan harus melihat dekat apabila melihat benda-benda yang
kecil, juga cepat lelah bila membaca jauh. Tatalaksana miopia dapat dilakukan
dengan koreksi menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif. Miopia yang berat
dapat dilakukan koreksi dengan LASEK (Laser Epithelial Keratomileusis), LASIK
(Laser In Situ Keratomileusis), atau tindakan operasi berupa Clear Lens Extraction
(CLE) yang diikuti penananam lensa intraokuler. Komplikasi miopia adalah abalsio
retina, vitreal liquefaction dan detachment, serta glaukoma.
25
Daftar Pustaka
26
12. Yu L, Li Z, Gao J, Liu J, Xu C. 2011. Epidemiology, genetics and treatments
for myopia. Int J Ophthalmol. 2011;4(6).
13. Czepita, D. Myopia: incidence, pathogenesis, management and new
possibilities of treatment. Russian Ophthalmological Journal. 2014:1;96-
101.
14. Hayatillah. Prevalensi miopia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
pada mahasiswa program studi pendidikan dokter Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta. UIN Hidayatullah: Jakarta. 2011:89:95
15. Tiya. DSD, Lyrawati D, Soket Kontraktur Orbita: Definisi, Penyebab dan
Klasifikasi, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Malang. 2011 : 26 : 4.
16. Goss, DA, et all. Care of the patient with myopia. American Optometric
Association. 2006;5(7):21-22.
27