BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata merupakan organ fotosensitif yang kompleks yang memungkinkan
analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan
obyek. Mata terletak di dalam struktur tengkorak yang melindunginya, yaitu
orbita.1 Banyak sekali penyakit yang bisa menyerang pada mata, walaupun mata
berukuran sangat kecil dibandingkan dengan ukuran bagian tubuh kita yang lain.
Penyakit mata ini sangat mengganggu penderitanya karena dapat menyebabkan
hilangnya penglihatan, baik karena kerusakan mata itu sendiri maupun akibat
ketiadaan atau hilangnya salah satu bola mata, hal ini akan berdampak psikologis
yang sangat besar bagi semua orang yang mengalaminya, dan akan menyebabkan
penurunan kualitas hidup orang itu. Dalam istilah kedokteran, kondisi ketiadaan
bola mata ini dikenal dengan anophthalmia.2
Anophthalmia atau ketiadaan bola mata dapat terjadi baik karena faktor
primer seperti kelainan kongenital maupun faktor sekunder seperti pada orangorang post operasi pengangkatan bola mata. Pengangkatan bola mata dan atau
jaringan orbital terkadang merupakan hal penting dilakukan sebagai akibat dari
trauma, infeksi, tumor, dan rasa sakit pada mata.
anophthalmia cukup tinggi terutama untuk faktor sekunder, data dari rekapitulasi
pasien subdivisi rekontruksi bagian mata RSMH tahun 2012 menunjukkan
anophthalmia merupakan salah satu dari delapan penyakit terbanyak, sedangkan
untuk faktor primer terbilang cukup langka dengan prevalensi 3 per 100.000
kelahiran di amerika sampai 23 per 100.000 kelahiran di spanyol. Penyebab
anophthalmia congenital masih banyak diperdebatkan, seperti idiopatik, deletion
kromosom pada pita 14q22-23, trisomy 13-15 dan lain lain, 3 sedangkan faktor
sekunder ada 3 jenis operasi pengangkatan bola mata seperti: eviserasi, enukleasi
dan eksentrasi.4
1.2. Tujuan
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk memahami definisi, epidemiologi,
klasifikasi,
etiologi,
sehingga
dapat
memudahkan
dalam
mendiagnosis,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Anoftalmis soket mengacu pada ketiadaan bola mata dalam adneksa
okular (kelopak mata, konjungtiva, aparatus lakrimalis).5
2.2. Epidemiologi
Prevalensi kelahiran anoftalmia umumnya telah diperkirakan 3 per
100.000 penduduk masing-masing. Data epidemiologis menunjukkan faktor
risiko untuk kondisi ini adalah usia ibu lebih dari 40, kelahiran kembar, bayi
dengan berat lahir rendah dan usia kehamilan rendah. Tidak ada predileksi
yang berkaitan dengan ras atau jenis kelamin. Anoftalmia biasanya
bilateral.3
2.3. Klasifikasi
a. Anoftalmia kongenital
Didefinisikan sebagai "kegagalan perkembangan dari vesikel
optik primer" dengan demikian, struktur esensial sama sekali tidak ada.
Dalam anoftalmia kongenital tujuannya adalah stimulasi pertumbuhan
orbit dan jaringan lunak.
b. Anoftalmia didapat
Dalam kasus ini, rekonstruksi anoftalmic soket menantang, karena
hilangnya bola mata lebih luas, jaringan parut dalam, penurunan dasar
orbital, atrofi lemak orbital, dan, dalam kasus yang ekstrim, hilangnya
kulit palpebra. Untuk mengatasi masalah rekonstruksi berbagai
mengembalikan
volume
orbital.
Tiga
bulan
kemudian,
2.5. Diagnosis
a. Penilaian oftalmologi
Anoftalmia berpotensi bisa menjadi sulit untuk di diagnosis klinis.
b.
Penilaian pediatri dan genetika klinis
Karena spektrum fenotip luas terkait dengan anoftalmia, sangat penting
untuk menilai pasien dalam tim multi-disiplin yang mencakup dokter
anak dan ahli genetika klinis. Penyelidikan lebih lanjut tergantung pada
gambaran klinis. Jika tidak ada sindrome diidentifikasi pada masa bayi,
pemeriksaan lebih lanjut setelah tiga atau empat tahun yang diinginkan
c.
volume
orbita
melalui
penempatan
implan
sekunder
penggantian implan asli dengan implan sekunder yang lebih besar. Sebagai
alternatif, modifikasi dari prostesis mata dapat digunakan untuk memperbaiki
sulkus superior dalam.8
2.7.2 Penutupan forniks
Mencegah forniks yang memendek meliputi mempertahankan seperti
konjungtiva dan membatasi diseksi di forniks. Penempatan otot ekstraokular
dalam posisi anatomi normalnya juga meminimalkan penutupan forniks. Ini
direkomendasikan bahwa pasien memakai penyesuaian yang mungkin secara
pasca operasi meminimalkan penutupan konjungtiva. Penyesuaian dan
prostesis tidak harus diangkat dalam waktu lebih dari 24 jam. Prostesis dapat
sering diangkat dan dibersihkan bila ada infeksi tetapi harus diganti segera
setelah irigasi soket.8
2.7.3
orbita
jika
enukleasi
Penutupan Soket
yang
diperlukan
selama
masa
sebagai
pengobatan
tumor
yang
lama 8
Gambar 2. Penempatan implan dan Tenon kapsul posterior. A. penempatan Implan di enukleasi
dan eviserasi. B. Anatomi pada akhir operasi enukleasi, implan terlihat dilapisi oleh Tenon anterior
dan konjungtiva. C, D. Implan diletakkan.
(Sumber : Skuta, Georgy L, Louis, Jayne. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System Section 7.
American Academy of Ophthalmology: singapore, 2011-2012; p117-127)
Kelas 0: soket ini dilapisi dengan konjungtiva sehat dan memiliki forniks
Kelas 3: soket ini ditandai dengan hilangnya forniks atas, bawah, medial,
dan lateral (Gambar 7D).
Kelas 4: soket ini ditandai dengan hilangnya semua forniks dan reduksi
celah palpebra pada dimensi horizontal dan vertikal (Gambar 7E).
Kelas 5: pada beberapa kasus, ada kekambuhan penutupan soket setelah
uji rekonstruksi berulang (Gambar 7F).9
Soket
dianggap
memendek
ketika
forniks
terlalu
kecil
untuk
disukai
karena
memungkinkan
jaringan
dicangkokkan
untuk
Anoftalmis Ektropion
Kelopak mata bawah ektropion mungkin akibat dari mengendurnya
Anoftalmis Ptosis
Anoftalmis soket ptosis hasil dari migrasi superotemporal dari implan
bulat, jaringan cicatricial di forniks atas, atau kerusakan pada otot atau saraf
levator. Sejumlah kecil ptosis dapat dikelola dengan modifikasi prostesis.
Ptosis dalam jumlah lebih besar memerlukan pengencangan aponeurosis
levator. Prosedur ini terbaik dilakukan di bawah anestesi lokal dengan
penyesuaian intraoperatif dari ketinggian dan kontur kelopak mata karena
kekuatan mekanik dapat menyebabkan ahli bedah meremehkan fungsi levator
yang sebenarnya. Operasi ptosis biasanya memperbaiki sulkus dalam dengan
membawa lemak preaponeurotic kedepan. Ptosis ringan dapat diperbaiki
dengan reseksi otot konjungiva/Muller. Suspensi frontalis biasanya prosedur
yang kurang dapat diterima karena tidak ada dorongan visual untuk
menstimulasi penutupan otot frontalis untuk mengelevasi kelopak mata.8
Klasifikasi :
10
menyebabkan otot
prostesis.
Ptosis
tipe
fatigue
hasil
dari
kelelahan
2.7.7
Optik kosmetik
Gaya kerangka dan lensa berwarna yang dipilih untuk kacamata dapat
11
BAB III
KESIMPULAN
Anoftalmis soket mengacu pada ketiadaan bola mata dalam adneksa okular
(kelopak mata, konjungtiva, aparatus lakrimalis). Berdasarkan epidemiologi,
prevalensi
kelahiran
anoftalmia
umumnya
telah
diperkirakan
per
12
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Indonesia, 2010.
American Academy of Opthalmology. Orbit eyelids and lacrimal system.
3.
4.
2 (74).
Collin, R. dan Rose, G. 2001. Plastics and Orbital Surgery. BMJ, London,
United Kingdom.
5.
13
6.
7.
8.
Skuta, Georgy L, Louis, Jayne. Orbit, Eyelids, and Lacrimal System Section
7. American Academy of Ophthalmology: singapore, 2011-2012; p117-127
9.