Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

SKOLIOSIS

HALAMAN JUDUL
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :

Ida Ayu Dian Kharisma P, S. Ked J510195014


Dona Parenta Mulia, S. Ked J510195057
Titik Handayani, S. Ked J510195079
Vera Febriana, S. Ked J510195089
Fathan Sulistyo W., S. Ked J510195114

Pembimbing :

dr. Agus Mulyanto, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU RADIOLOGI


RSUD DR. HARJONO S. PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
REFERAT

SKOLIOSIS

HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian dalam Pendidikan Profesi
Dokter Stase Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran

Disusun oleh :

Ida Ayu Dian Kharisma P, S. Ked J510195014


Dona Parenta Mulia, S. Ked J510195057
Titik Handayani, S. Ked J510195079
Vera Febriana, S. Ked J510195089
Fathan Sulistyo W, S. Ked J510195114

Telah dipresentasikan, disetujui dan di sahkan oleh bagian Program Pendidikan


Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Disahkan pada Rabu, 27 November 2019

Pembimbing :
dr. Agus Mulyanto, Sp. Rad ( )

Dipresentasikan dihadapan :
dr. Agus Mulyanto, Sp. Rad ( )

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RSUD Dr. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SURAKARTA
2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................2
A. ANATOMI.........................................................................................................2
B. DEFINISI............................................................................................................4
C. KLASIFIKASI....................................................................................................4
D. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................6
E. PATOFISIOLOGI..............................................................................................7
F. KOMPLIKASI....................................................................................................8
G. GAMBARAN DAN PERANAN RADIOLOGI.................................................8
H. TATALAKSANA.............................................................................................14
I. PROGNOSIS....................................................................................................16
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Skoliosis adalah deviasi tulang belakang lebih dari 10 derajat dari garis tengah
pada bidang frontal. Skoliosis umumnya disertai rotasi vertebrae dengan rotasi
maksimal pada apeks kelengkungan. pada populasi umum terdapat 4,5% pasien
skoliosis. Prevalensi skoliosis pada masa kanak-kanak dan remaja antara 0,5 sampai
3%. Skoliosis idiopatik pada remaja usia 10-16 tahun adalah 2-4%. Prevalensi
skoliosis dengan kelengkungan > 300 dilaporkan antara 0,04 sampai 0,29 %.
Skoliosis kanak-kanak pada kelompok infantil dilaporkan 0,5 %, kelompok juvenil
dilaporkan 10,5% dan 89% pada kelompok remaja.
Skoliosis dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, lokasi kelengkungan,
usia, dan tipe kelengkungan. Berdasarkan etiologi skoliosis dibagi menjadi skoliosis
kongenital, neuromuskular, degeneratif, trauma, idiopatik.
Skoliosis mempunyai dampak yang cukup begitu besar bagi penderitanya.
Keluhan utama adalah nyeri. Pada skoliosis berat dapat menyebabkan masalah
kardiopulmonal. Dampak emosional dan keterbatasan aktivitas sosial juga menjadi
masalah yang penting. Terdapat 49% pasien pasca operasi skoliosis mengalami
keterbatasan aktifitas sosial. Dari seluruh kasus bedah tulang belakang, 1/3 nya
adalah skoliosis. Di Amerika Serikat, setiap tahunnya terpasang 20.000 batang
Herrington pada pasien-pasien skoliosis dan menghabiskan 120.000 per operasi.
Radiologi memegang peranan yang sangat penting. Peranan radiologi pada
skoliosis untuk mendeteksi, menentukan karakteristik tipe kelengkungan dan derajat
beratnya, mengidentifikasi penyebab, mengikuti progresifitas, dan memonitor hasil
terapi. Kebanyakan kasus-kasus skoliosis adalah idiopatik dan imaging digunakan
secara rutin untuk memonitor perubahan deformitas selama pertumbuhan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Vertebrae memiliki kelengkungan lordosis di bagian servikal dan lumbar dan


kifosis di torakal dan sakral. Garis lurus bisa digambarkan melalui hubungan
sendi servikotorakal, torakolumbar, dan lumbosakral.

Kelengkungan vertebrae bervariasi pada umur yang berbeda. Saat lahir,


tulang punggung memiliki satu kelengkungan, yaitu cekung pada bagian anterior.
Pada bayi, servikal lordosis terbentuk ketika si bayi mulai mengekstensikan
lehernya. Posisi lordosis lumbar berkembang pada tahun kedua, ketika bayi bisa
mulai berdiri.

Tulang punggung terus bertumbuh terutama oleh karena proliferasi kartilago


pada korpus vertebrae di bagian tengah osifikasi primer yang terletak di bagian
superior dan inferiornya. Kartilago anular tidak berkembang sesuai dengan
osifikasi primer dan tidak berkontribusi terhadap pertumbuhan longitudinal.
Bagian tengah bersatu dengan korpus vertebrae hanya setelah bagian-bagian
tersebut berkembang dengan sempurna. Saat pubertas, kelengkungan normal pada
masa dewasa telah terbentuk, dengan servikal dan lumbal yang lordosis dan
torakal dan sakral kifosis.

2
3

Gambar 1. Segmen tulang belakang

Ukuran dan karakteristik vertebrae normalnya bervariasi. Vertebrae terdiri


dari korpus vertebrae, lengkung vertebrae, dan prosesus. Korpus vertebrae
merupakan bagian yang paling besar terletak di anterior vertebra. Berbentuk
silinder, dan berfungsi menyokong berat badan. Lengkung vertebra terletak di
posterior dari korpus vertebra, terdiri dari dua buah pedikel dan dua buah lamina.
Pedikel adalah prosesus yang pendek dan padat, berbentuk silinder, pada bagian
posteriornya akan bertemu dengan dua tulang lebar dan pipih yang menyatu pada
garis tengah, yang dikenal dengan lamina. Lengkung vertebra dan sisi posterior
korpus vertebra membentuk foramen vertebra. Kesatuan dari foramen-foramen
vertebra membentuk kanal vertebra (kanalis spinalis). Vertebra juga memiliki
prosesus-prosesus seperti:
I. Prosesus spinosus
II. Prosesus transversus
III. Prosesus artikularis
4

Gambar 2 Anatomi vertebra (korpus dan prosesus-prosesus).

B. DEFINISI
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung
arti kondisi patologi. Merupakan deformitas tulang belakang yang
menggambarkan deviasi vertebra ke arah lateral dan rotasional. Skoliosis
didefinisikan sebagai kelengkungan tulang belakang ke arah lateral yang memiliki
sudut Cobb lebih dari10 derajat. Kelengkungan yang abnormal tersebut bisa
terjadi karena kelainan kongenital, kelainan pembentukan tulang atau kelainan
neurologis, tapi pada sebagian kasus bersifat idiopatik.

C. KLASIFIKASI
1. Skoliosis Postural
Skoliosis postural adalah deformitas yang fleksibel oleh karena
kesalahan posisi, deformitas ini bisa jelas terlihat ketika pasien menekuk ke
arah kelengkungan cembung. Tidak ada ditemukannya deformitas rotasional
atau desakan antar vertebrae. Walaupun skoliosis postural timbulnya
5

sementara, bisa menjadi menetap dan menjadi skoliosis struktural jika


menjadi kebiasaan dan menjadi kronik. Penyebab tersering dari skoliosis
postural adalah postur yang salah yang terlalu lama, tungkai bawah yang
pendek, prolaps diskus, nyeri, dan penyebab-penyebab histerikal.

Gambar 3 Tes Adam


2. Skoliosis Struktural
Skoliosis struktural adalah deformitas yang menetap yang tidak bisa
dikoreksi secara aktif oleh perubahan postur. Skoliosis struktural memiliki
berbagai macam penyebab, sebagai berikut. Berdasar etiologi, maka skoliosis
dibagi menjadi:
a. Idiopatik
1) Kongenital
Kegagalan pembentukkan: Wedge vertebra, hemivertebra
Kegagalan segmentasi: vertebrae fusi, costae fusi, unilateral fusi
2) Kombinasi keduanya.
6

b. Penyebab mesodermal
1) Neurofibromatosis (NF)
2) Osteogenesis imperfecta
3) Marfan syndrome
c. Penyebab neuromuskular
1) Mielomeningokel
2) Siringomelia
3) Diastematomyelia
4) Muscular dystrophy
5) Poliomyelitis
6) Cerebral palsy
7) Motor neuron disease
d. Infeksi
1) Osteomielitis piogenik
2) Tuberkulosis
3) Brusellosis
e. Tumor
1) Osteoblastoma
2) Meningiomas
3) Neurofibromas
4) Astrocytomas
5) Metastasis

D. MANIFESTASI KLINIS
Perkembangan kejadian skoliosis dapat dijelaskan secara biomekanik
berdasarkan hukum Heuter-Volkmann, yang menyatakan bahwa tekanan pada
epifisis memperlambat kecepatan pertumbuhan dan regangan pada epifisis
meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
7

Pada skoliosis, deformitas yang utama adalah lordosis, dengan processus


spinosus berdeviasi ke arah sisi yang cekung. Selama rotasi berlanjut, beban pada
epifisis pada sisi tubuh yang lebih anterior meningkat, menyebabkan deformitas
lateral. Jadi, skoliosis adalah deformitas yang terdiri dari lordosis, rotasi, dan
terjepitnya bagian lateral dari vertebrae.iv
Pada evaluasi klinis, pasien dengan skoliosis memiliki kebengkokan lateral
pada tulang punggungnya yang tidak bisa dikoreksi oleh perubahan postur. Pada
pembengkokan ke arah depan, tonjolan rusuk ke posterior pada sisi yang
cembung menjadi sangat jelas. Tulang punggung berdeviasi dari garis tengah
pada semua tiga bidang hayal. Perpindahannya adalah pada bidang frontal ke arah
lateral, dengan lordosis pada bidang sagital dan rotasi di arah sisi yang cembung
dari lengkung vertebrae.
Skoliosis idiopatik tidak menimbulkan gejala seperti nyeri dan
kelumpuhan. Tulang punggung yang asimetris adalah satu-satunya temuan klinis.
Tulang rusuk dan skapula lebih jelas pada satu sisi, dengan naiknya bahu atau
protursi pinggul ke arah yang kontralateral. Deformitas lebih jelas terlihat ketika
kelengkungannya besar, terutama pada posisi segmen torakal.
Pada pasien laki-laki yang skoliosis, sangat jarang ditemukan
kelengkungan torakal sebelah kiri, perkembangan yang cepat, defisit neurologis,
nyeri kepala, nyeri leher, nyeri punggung, dan deformitas kaki.

E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit skoliosis ditandai oleh kecepatan kelengkungan
sebanyak lebih dari 5° per tahun. Perjalanan ini ditandai selama adanya
percepatan pada pertumbuhan masa anak-anak dan remaja. Dan 60% dari
pertumbuhan cepat dapat menjadi lebih buruk.
Vertebrae melanjutkan untuk tumbuh pada sisi yang cembung dan
dihambat pada sisi yang cekung. Kelengkungan lebih dari 30 ° tidak berlanjut
setelah matur. Kelengkungan antara 30-50° berlanjut jika ada rotasi lebih dari
8

25°, pada kecepatan 1° per tahun. Kelengkungan lebih dari 50-75° berlanjut tanpa
melihat maturitas.

F. KOMPLIKASI
Fungsi pulmoner dapat berpengaruh pada skoliosis yang berat. Deformitas
skoliotik ini mengakibatkan penekanan pada kedua paru, sehingga timbul adanya
defek pada tes fungsi paru yang restriktif. Ini terlihat sebagai dispnea yang bisa
timbul pada orang dewasa tergantung keparahannya tapi jarang ditemukan pada
anak-anak. Kelainan jantung bisa dihubungkan dengan skoliosis idiopatik.
Skoliosis idiopatik ditemukan pada 1-5% pasien dengan PJK; insidensnya
tertinggi pada orang yang memiliki penyakit jantung sianosis.

G. GAMBARAN DAN PERANAN RADIOLOGI


1. Radiografi Konvensional
a. Indikasi
Radiografi dilakukan untuk mengkonfirmasi penegakkan diagnosis
skoliosis yang dilakukan berdasar temuan klinis. Hal ini terutama penting
untuk membedakannnya dari kelainan segmen tulang, untuk menilai
keparahan kelengkungan, memonitor perkembangan kelengkungan, untuk
menilai maturitas skeletal dengan menandakan osifikasi dari apofisis
iliakus, untuk mengevaluasi anomali kardia dan pulmo, dan untuk menilai
perkembangan dan mengevaluasi komplikasi selama dan sesudah operasi.

b. Gambaran Radiografi
Temuan radiografi dari skoliosis terutama skoliosis idiopatik bisa
digambarkan sebagai berikut:
1) Terlihat kelengkungan lateral dari tulang punggung dan dinilai bagian
sisi cembung dan cekung.
9

2) Ada empat pola pada skoliosis idiopatik: (a) Lengkung torakal,


(b) Lengkung lumbar (c) lengkung torakolumbar pada sisi yang sama,
dan (d) lengkung torakal dan lumbal pada sisi yang berlawanan.
3) Jumlah tulang punggung yang terlibat pada kelengkungan harus
dinilai.
4) Pada orang yang sehat, garis lurus bisa digambarkan melalui hubungan
servikotorakal, dorsolumbar, dan lumbosakral. Derajat deviasi dari
sudut servikotorakal diukur dari sakrum.
5) Ada hipokifosis dengan sudut lengkung kurang dari 20° atau adanya
lordosis. Kifosis torakal yang normal adalah antara 20-45°.
6) Bagian apex vertebrae menunjukkan adanya peningkatan ketinggian di
aspek anterior dari corpus vertebrae dan penurunan ketinggian di
aspek posterior.
7) Korpus vertebrae dan diskus intervertebrae lebih lebar di sisi konfeks
daripada di sisi yang cekung.
8) Rusuk posterior terdorong ke arah posterior di sisi cembung, yang
menunjukkan kebungkukan. Tulang-tulang costae ini diposisikan
secara anterior disisi yang cekung.
9) Di bagian ujung kelengkungan, rongga diskus sama besar atau melebar
di sisi yang cekung. Vertebrae dan sumbu neural menebal di sisi yang
cekung.
10) Prosesus spinosus tergeser ke sisi yang cekung, dan pedikulus, korpus
vertebrae tergeser ke depan sisi yang cembung.
11) Rotasinya terlihat di bagian apex dari kelengkungan dan hampir rata di
bagian ujung vertebrae. Rotasi bisa intersegmen (antar vertebrae) atau
intrasegmen (antar elemen dari satu tulang vertebrae; yang
intrasegmental ini tidak bisa dikoreksi.
12) Bayangan psoas tidak terlihat di sisi yang cekung dari lengkung.
10

c. Sistem Klasifikasi Radiografik


Banyak sistem klasifikasi digunakan untuk menggambarkan tipe-
tipe kelengkungan skolitik. Kalsifikasi ini membantu ahli bedah dalam
menentukan tatalaksana yang tepat karena prognosis dan tatalaksana
berbeda dari perbedaan kelengkungannya.
1) Klasifikasi Ponseti-Friedman
Klasifikasi Ponseti-Friedman memiliki 5 tipe:
a) I adalah kelengkungan single pada lumbal di T11-L3 dengan
apexnya di L1-2 (Tipe ini adalah tipe benigna yang paling banyak
23% dari seluruh pasien).
b) II adalah tipe kelengkungan single pada dorsolumbal di T6-7 to
L1-2 dengan apeks di T11-12 (16%).
c) III adalah kombinasi torakal dan lumbal (37%) dengan
kelengkungan dorsal di sisi kanan pada T5-6 atau T10-11 dan
apeksnya pada T7-8 dan lengkung lumbar pada sisi kiri T10-11
sampai L3-4 dengan apeksnya pada L1-2.
d) IV adalah kelengkungan single torakal pada T5-6 sampai T11-12
dengan apeksnya pada T8-9 (22%).
e) V adalah servikotorakal pada C7-T1 atau T4-5 dengan apeks pada
T3.

2) Klasifikasi King-Moe
Klasifikasi King-Moe memiliki 4 tipe:
a) I, dominan pada lumbal dan berbentuk S (10%);
b) II, dominan pada torakal dan berbentuk S (33%);
c) III, lengkung torakal dimana torakal dan lumbal tidak melewati
garis tengah. (33%)
d) IV, torakal yang panjang atau double torakal dengan T1 miring ke
arah kelengkungan atas (10%).
11

d. Index – Index untuk Menilai Skoliosis


1) Teknik Cobb-Webb
Ini adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengukur
keparahan skoliosis. Hasilnya menentukan tatalaksana lebih jauh dan
membantu memprediksi prognosis.
Ujung vertebrae superior dan inferior dari kelengkungan
skoliotik diidentifikasi dengan mengobservasi rotasi corpus vertebrae
dan lebar dari rongga intervertebralis. Rongga intervertebralis hampir
normal, dan vertebrae ini berada pada posisi netral tanpa rotasi yang
jelas di bagian akhir superior dan inferior vertebrae.
Di bagian endplate superior hingga inferior ditarik garis
tangensial. Sudut Cobb-Webb adalah sudut yang dibentuk dari
pertemuan garis-garis ini atau sudut yang dibentuk dari pertemuan
garis yang satu dengan garis yang tegak lurus terhadap garis ini. Sudut
Cobb paling tidak 10° menunjukkan adanya scoliosis.

Gambar 4. Radiograf Metode Cobb dan pengukurannya.


12

2. Computed Tomography (Ct)


a. Gambaran CT
Kelainan deformitas skoliosis dapat dilihat melalui CT Scan thoraks
dan abdomen. Selain itu dapat ditemukan lesi yang menyertainya yaitu
osteoid osteoma, osteblastoma, infeksi, tumor, pralaps diskus
intervertebralis, dan dislokasi kostovertebral.
b. Teknik CT
Dengan adanya scanner multidetector CT, gambaran seluruh tubuh
dapat didapatkan sampai ke bagian tipisnya dalam waktu beberapa detik
dan ditampilkan dalam bidang sagital, koronal, obliq ataupun aksial.
Bahkan dapat juga ditampilkan secara 3 dimensi.
Mielografi CT tidak rutin dilakukan, dan tidak diperlukan dalam
skoliosis idiopatik. Mielografi CT ini berguna untuk mengevaluasi lesi
intraspinal, seperti diastematomyelia dan tumor intraspinal, kompresi di
spinal cord juga bisa dinilai.
c. Peran CT dalam Mengevaluasi Skoliosis
CT dilakukan untuk mengevaluasi kelainan segmentasi dengan
rekonstruksi 3D, walaupun sebenarnya hal ini dapat dengan mudah
dilakukan oleh MRI. CT juga dilakukan untuk mengevaluasi komplikasi
pasca operasi, karena MRI bisa memperlihatkan artefak metallik. Sebagai
tambahan lainnya, CT juga membantu mengevaluasi deformitas rotasional
intrinsik. Deformitas skoliotik bisa divisualisasi dalam CT scan thorak dan
abdomen. Lesi penyerta seperti osteoid osteoma, osteoblastoma, infeksi,
tumor, prolaps diskus intervertebralis dan, dislokasi kostovertebral juga
dapat ditemukan. Kemudian, penyerta deformitas rusuk paling baik
berkorelasi dengan deformitas longitudinal setinggi level vertebrae apikal.
CT mielografi dilakukan untuk menilai suspek radikulopati, lesi
intraspinal, atau kompresi sumsum tulang.
13

Gambar 5. CT sangat baik dalam menilai rotasi vertebrae

3. Magnetic Resonance Imaging


MRI pada skoliosis dipertimbangkan pada anak-anak dengan skoliosis
idiopatik infantil dan juveniile, nyeri berat, kelengkungan torakal kiri,
kelainan pemeriksaan radiologi dan kelengkungan dengan progresivitas cepat.
Prevalensi kelainan axis neural (malformasi Chiari, syringomielia, dan tumor
spinal atau otak) baik pada skoliosis idiopatik infantil dan juvenile dengan
kelengkungan lebih dari 20 derajat adalah sekitar 20%.
Pada pasien skoliosis idiopatik dewasa dilakukan pemeriksaan MRI
secara rutin sebelum operasi masih kontroversial. Peranan MRI pada skoliosis
berat masih belum jelas. Skrining menggunakan MRI pada seluruh pasien
dengan skoliosis bukan merupakan indikasi.
14

Gambar 6. MRI menunjukkan skoliosis servikal.


Peran MRI dalam mengevaluasi skoliosis :
MRI tidak digunakan dalam mendiagnosis skoliosis. MRI justru berguna
untuk mencari faktor etiologinya, terutama anomali sumsum tulang, yang
dapat mengubah diagnosis. Anomali seperti ini banyak ditemukan pada tipe
infantil dan juvenil dan termasuk siringomyelia, hydromyelia, tumor sumsum
tulang, disrafisme, diastematomielia, lipoma, neurofibroma, dan Malformasi
Chiari.

H. TATALAKSANA
1. Non Operatif
Kelengkungan yang ringan (<200) umumnya ditangani secara
konservatif. Pada kebanyakan kasus apabila kelengkungan <100 biasanya
cukup diobservasi kecuali pada pasien usia muda dengan skoliosis
neuromuskular atau dengan resiko progresivitas tinggi. Pada skoliosis 100-
200 biasanya tidak ada bergejala dan tidak membutuhkan penanganan aktif
namun cukup dilakukan follow-up setiap 4-6 bulan sekali dengan pemeriksaan
15

radiologi. Pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan kelengkungan 250-


300 merupakan indikasi pemakaian orthosis vertebra (brace). Pada
kelengkungan yang lebih kecil juga diindikasikan memakai brace apabila
progesivitas >50/tahun. Pemakaian brace diindikasikan pada pertumbuhan
vertebra yang tetap stabil (Risser 3 atau kurang). Pemakaian brace pada Risser
4 atau 5 tidak efektif. Batas atas pemakaian brace adalah skoliosis dengan
kelengkungan 450. Brace harus digunakan 23 jam dalam sehari, biasanya
untuk beberapa tahun, sampai kelengkungan stabil. Umumnya brace diapakai
pada malam hari sampai maturitas skeletal dicapai (Risser 5 atau tidak ada
pertumbuhan vertebra selama 18 bulan). Progresivitas kelengkungan dapat
dibatasi sampai dibawah 50 pada 75% pasien dibandingkan pasien yang tidak
terapi (35%). Tujuan pemakaian brace adalah untuk membatasi progresivitas
bukan untuk mengkoreksi kelengkungan. Pemakaian brace diperiksa ulang
setiap 4-6 bulan sekali.
2. Operatif
Secara umum, kelengkungan >400-450 sulit dikontrol dengan
penggunaan brace sehingga harus dikoreksi dengan pembedahan. Prinsip
umum pembedahan adalah pemasangan instrumen untuk mengkoreksi
kelengkungan dan keseimbangan, sedangkan fusi vertebra untuk
mempertahankan vertebra yang sudah dikoreksi. Instrumentasi korektif
dikombinasikan dengan arthrodesis adalah metode terbaik untuk mendapatkan
hasil jangka panjang. Instrumentasi Harrinton merupakan bagian dari
pendekatan vertebra dengan kait pada ujungnya dan masuk ke dalam prosesus
transversus pada sisi konveks kelengkungan. Fusi biasanya sempurna setelah
6 bulan pasca operasi dan pasien sudah diperbolehkan untuk melakukan
aktifitas fisik normal.
Sistem Cotrel-Dubousset adalah yang terbaru (1980an) dengan
menggunakan kait yang banyak sehingga dapat mendistraksi dan
mengkompresi menggunakan batang yang sama. Instrumentasi vertebra
16

anterior adalah teknik terbaru dengan beberapa sistem dipasaran. Awalnya


digunakan untuk mengkoreksi skoliosis lumbal atau thorakolumbal tapi saat
ini digunakan juga untuk skoliosis thorakal. Juga dapat membantu dengan
pendekatan anterior dan posterior sekaligus, khususnya kelengkungan >750
dan pada pasien usia muda.

Gambar 7. Fusi Spinal dengan screw pada pedikulus dan batang berkontur

I. PROGNOSIS
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.
Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya
progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang
hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak
menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit
punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis
idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa
hidup secara aktif dan sehat.
17

Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang


serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari
pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi
roda.
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk
yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu
dilakukan beberapa kali pembedahan.
BAB III

KESIMPULAN

Diagnosis radiologi pada skoliosis penting dalam menentukan tata laksana,


tindak lanjut setelah tata laksana, dan prognosis. Modalitas radiografi konvensional
dapat dioptimalkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Pengukuran-pengukuran beserta indexnya sangat penting untuk evaluasi dan
membangun komunikasi dengan klinisi. Modalitas radiologi lain seperti CT Scan dan
MRI berguna dalam kasus-kasus skoliosis kompleks dan mengetahui faktor
etiologinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Van Goethem JWM, Van Compenhaut A. Scoliosis. In:Spinal imaging


diagnostic of the spineand spinal cord. Berlin: Springer-Verlag, 2007. P. 95-108

2. Khaana G. Role of imaging in scoliosis. Pediatr Radiol 2009; 39: S247-S251

3. Prabhakar Rajiah, MD, MBBS, Idiopatic Scoliosis, emedicine.com. March 26,


2009

4. Kouwenhoven JW, Castelein RM. The pathogenesis of adolescent idiopathic


scoliosis: review of the literature. Spine. Dec 15 2008;33(26):2898-908.

5. Richards BS, Sucato DJ, Konigsberg DE, Ouellet JA. Comparison of reliability
between the Lenke and King classification systems for adolescent idiopathic
scoliosis using radiographs that were not premeasured. Spine. Jun 1
2003;28(11):1148-56; discussion 1156-7.

6. Lenke LG, Betz RR, Harms J, et al. Adolescent idiopathic scoliosis: a new
classification to determine extent of spinal arthrodesis. J Bone Joint Surg Am.
Aug 2001;83-A(8):1169-81.

7. Sangole AP, Aubin CE, Labelle H, Stokes IA, Lenke LG, Jackson R, et al.
Three-dimensional classification of thoracic scoliotic curves. Spine. Jan 1
2009;34(1):91-9.

19

Anda mungkin juga menyukai