PROFESIONAL
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat, rahmat
dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah SGD
dengan judul “Penerapan Shared Governance Dalam Praktik Keperawatan profesional”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Teori KeperawatanProgram
Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Bersama ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)selaku dosen pembimbing yang telah
mamberikan bimbingan dalam penulisan makalah ini
2. Rekan-rekan Magister Keperawatan M-13 khususnya kelompok 2 yang telah
banyak mensupport dan bekerja sama dalam penyusunan makalah ini
3. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.
Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan Makalah ini.
Akhir kata kelompok berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dan juga bagi
kelompok sendiri.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
1) Tujuan Umum.................................................................................................2
2) Tujuan Khusus.................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4
2.1 Sejarah Teori Shared Governance..........................................................................4
2.2 Konsep Teori Shared Governance........................................................................5
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Shared Governance......................................13
2.4 Hubungan Teori Shared Governance dalam Praktik dan Manajemen
Keperawatan........................................................................................................14
2.5 Implementasi Teori Shared Governance dalam Manajemen Keperawatan........15
2.6 Penerapan Teori Shared Governance pada Kasus Manajemen
Keperawatan........................................................................................................16
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mendukung peningkatan pelayanan. Keperawatan direkomendasikan
memperhatikan perlunya implementasi shared governence dengan memberikan
inovasi dalam sistem kesehatan dan menerapkan shared governence dalam gaya
manajemen. (Atashzadeh-Shoorideh et al., 2019).
Munculnya shared governencesebagai model struktur organisasi karena
tingginya kekurangan dan pergantian perawat di rumah sakit selama dekade
terakhir. Pengenalan shared governencemembantu dalam meningkatkan kondisi
kerja perawat dan membantu organisasi layanan kesehatan untuk memberikan
perawatan kesehatan terbaik yang tersedia sehingga bermanfaat para perawat, para
pemangku kepentingan, para pasien serta kesehatan organisasi perawatan itu sendiri.
shared governencedimulai dengan keperawatan profesional karena sebagian besar
staf layanan adalah perawat dan jika proses perubahan perawat berjalan dengan
lancar, maka transfer ke pemerintahan bersama lintas disiplin akan mudah (Alrwaihi
et. al., 2017).
Shared governance penting di tingkat unit kerja karena sifatnya langsung
berhubungan dengan kepuasan kerja, retensi perawat, dan kepuasan pasien.
Beberapa organisasi keperawatan telah mengakui pentingnya shared
governencedengan memasukkan proses ini dalam model, pemberdayaan struktural,
dan rinsip pengambilan keputusan yang efektif (Bieber and Joachim, 2016).
2
1.3 Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami penerapan teori Shared Governance dalam praktik
keperawatan profesional.
2) Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejarah teori Shared Governance
b. Mengetahui konsep teori Shared Governance
c. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Shared Governance
d. Mengetahui hubungan teori Shared Governance dalam praktik dan
manajemen keperawatan
e. Mengetahui implementasi teori Shared Governance dalam praktik dan
manajemen keperawatan
f. Mengetahui penerapan teori Shared Governance pada kasus manajemen
keperawatandalam praktik keperawatan profesional.
1.4 Manfaat
1) Perawat dan sejawat mendapatkan tambahan referensi untuk menerapkan Shared
Governance dalam praktik dan manajemen keperawatan profesional
2) Pembaca dapat mengetahui dan memahami teori Shared Governance dalam
praktik dan manajemen keperawatan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
shared governance (Hess 2004). Seiring berjalannya waktu, lebih banyak rumah
sakit menerapkan konsep shared governance untuk mendorong perawat terlibat
dalam pengambilan keputusan. Beberapa rumah sakit bahkan sudah terbiasa
menggunakan shared governance sebagai model praktik professional (Porter-
O’Grady, 2004) (Ott and Ross 2014).
Banyak sistem pelayanan kesehatan menerapkan shared governance,
dengan mempertimbangkan perubahan internal untuk perubahan keseluruhan pada
budaya keperawatan (Dunvar dkk, 2007). Pertimbangan mengenai acceptance,
integrasi dan kesuksesan secara keseluruhan oleh organisasi keperawatan
merupakan hal yang perlu diperhitungkan dalam mempertahankan momentum
shared governance. Pelayanan kesehatan menerapkan shared governance pada
tingkat unit, seperti yang dilaporkan oleh Styer (2007). Manajer perawat dan empat
perawat staf membentuk suatu komite praktek klinis untuk menerapkan program
berbasis unit. Rencana komite ini berfokus pada penilaian kebutuhan dan presentasi
pendidikan dan sangat sukses, meluas melebihi tingkat unit (Ott and Ross 2014).
Peran manajer perawat dalam mengambil keputusan untuk mendorong staf
keperawatan sangat penting untuk praktek shared governance yang sukses (Brooks,
2004).
5
perlu dipelajari oleh perawat agar selalu siap untuk menjadi pemimpin atau pun
leader.
Menurut Tim Poter O’Grady Shared governance memiliki tiga prinsip dasar
yang menegaskan dan memvalidasi keberadaan struktur dan praktik tata kelola
profesional keperawatan yang efektif dan berkelanjutan, yaitu (O’Grady 2019):
6
shared govenance yang profesional harus mampu membedakan antara
tanggungjawab dan apa yang harus dipertanggungjawabkan.
7
dasar. Sehingga perawat bertanggungjawab atas kepemilikan praktik, kualitas,
kompetensi, dan pengetahuan. Tanggungjawab ini didapat melalui lisensi profesi
yang dilindungi oleh undang-undang. Lisensi profesi diperlukan untuk mengatur
diri mereka sendiri demi kepentingan terbaik mereka memberikan pelayanan,
dibuktikan dengan standar pengetahuan dan implementasi, pendidikan, praktek,
indikator kualitas/dampak, kompetensi membutuhkan komentar, etika, program
disipliner kasus, perilaku profesional, dan persyaratan lisensi itu sendiri.
Secara culture leadership Tim Poter O’Grady membagi lagi shared govenanance
menjadi 4 prinsip, yaitu (Pauley and Kendall 2018):
1) Relationship.
Relationship atau hubungan merupakan jembatan antar seluruh penyedia layanan
kesehatan, maupun tenaga kesehatan dengan pasien. Hubungan kolaboratif
antara semua pemangku kepentingan dan keperawatan dibutuhkan untuk
pemberdayaan yang profesional. Hubungan baik sangat penting untuk
membangun keterikatan yang melibatkan semua anggota staf dalam
pengambilan keputusan dan proses, menyiratkan bahwa setiap anggota memiliki
peran kunci dalam memenuhi misi dan tujuan organisasi, dan penting untuk
efektivitas sistem kesehatan.
2) Ekuitas.
Equality yang dalam bahasa indonesia diartikan sebagai asas keadilan selama
bekerja, dimana setiap orang yang sebagai karyawan berhak mendapatkan hak
yang sama dengan karyawan lainnya (Kamalia, Said, and Risky 2020). Ekuitas
mempertahankan fokus pada layanan, pasien, dan staf; adalah dasar dan ukuran
nilai; dan bilang bahwa tidak ada satu peran yang lebih penting daripada yang
lain. Meskipun ekuitas tidak kesetaraan setara dalam hal ruang lingkup praktik.
3) Akuntabilitas.
Shared govenance menuntut keputusan secara terbuka dalam membuat
keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini sering terjadi digunakan
secara bergantian dengan tanggung jawab dan memungkinkan evaluasi kinerja
peran.
8
4) Kepemilikan.
Pengakuan dan penerimaan akan pentingnya pekerjaan semua orang dan fakta
bahwa keberhasilan sebuah organisasi terikat pada seberapa baik staf individual
anggota melakukan pekerjaan mereka. Maka semua anggota tim berpartisipasi,
dan menunjuk di mana pekerjaan dilakukan dan oleh siapa sehingga memiliki
job disk yang jelas. Ini mengharuskan semua anggota staf untuk berkomitmen
untuk berkontribusi sesuatu, untuk memiliki apa yang mereka kontribusikan, dan
untuk berpartisipasi merencanakan tujuan untuk pekerjaan.
Poin inti dari shared govenance dalam keperawatan dapat dilihat dengan sistem
yang memiliki ciri-ciri berikut (Joseph and Bogue 2016):
1) Adanya empowerment dalam sistem tersebut,
2) Adanya dewan sebagai pemimpin dengan beberapa masukan staf untuk
praktik atau tindakan kegiatan keperawatan,
3) Diekspresikan dalam tindakan administratif bukan staf perawat.
Shared Governance dan Kemitraan Relasional
Pada tahun 1981 John Hopkins Hospital tertarik melakukan penilaian praktik
keperawatan yang masih menerapkan self-governance dengan Practice Profesional
Model (PPM). Praktik ini kemudian dikembangkan dengan memberikan intensif
dan berusaha meningkatkan sumber daya yang berkualitas. Sejak tahun 2000 maka
John Hopkins Hospital mulai merubah semua tatanan dan beralih menggunakan
sistem shared govenance. Perawat di John Hopkins kemudian memiliki
kewenangan dan kebebasan dalam membentuk keorganisasian dan relasi sehingga
keperawatan dapat berkembang (Dang et al. 2017). Hubungan kemitraan pada
shared govenance tersusun desentralisasi dan memiliki banyak perbedaan dengan
self govenance yang cendrung berpusat seperti membangun dinding hirarki
sehingga perawat kurang memiliki kebebasan dalam menentukan keputusan klinis.
Sedangkan shared govenance cenderung lebih bebas dan mandiri dalam
menentukan tindakan sehingga hubungan interpersonal terjalin baik sebagai patner.
Berikut yang membedakan antara hubungan partnership dan hirarki (Mueller 2016):
HIERARCHY TO RELATIONAL PARTNERSHIP
1. Kemandirian 1.Interdependensi
2. Hubungan hierarkis 2.Hubungan kolegial
3. Fungsi parallel 3.Tim berfungsi
9
4. Rencana kesehatan 4.Rencana pasien
5. Menolak perubahan 5.Memimpin perubahan
6. Bersaing 6.Bermitra
7. Komunikasi tidak langsung 7.Komunikasi langsung
Tabel 2.2 Perbedaan hirarki dan relational partnership
10
untuk meningkatkan kualitas perawatan untuk pasien dan lingkungan praktik
perawat menggunakan model pengambilan keputusan bersama (Keane and Walden,
2016). Pada model praktik keperawatan profesional manajer dan staf memiliki
tanggungjawab yang berbeda, yaitu (O’Grady, 2019):
Manager Staff/ Profesi
1. Sumber Daya 1. Berbasis Praktis
2. Manusia 2. Kulitas Layanan
3. Fiskal 3. Kompetensi
Pengetahuan
4. Bahan/materi 4.
5. Dukungan .
6. Sistem
Tabel 2.3 Perbedaan tanggung jawab Manajer dan Staff
11
1) Model berbasis unit yaitu share govenance model yang disesuaikan dengan
individu unit perawatan.
2) Model dewan yang menggunakan departemen dewan tingkat untuk
mengoordinasikan klinis dan kegiatan administrasi.
3) Model administratif yang menggunakan dewan eksekutif untuk
mengkoordinasikan kegiatan dewan yang lebih kecil.
4) Model kongres di mana semua perawat staf ng ditugaskan ke lemari dan
pekerjaan diarahkan ke lemari untuk menyelesaikan
Pada intinya shared govenance menjadi model praktik keperawatan yang
mengambil keputusan dengan tujuan bersama, sehingga susunan sistem yang
dipergunakan akan terus berorientasi pada kepentingan bersama meskipun memiliki
model yang sedikit berbeda.
12
budaya tata kelola bersama yang sukses, sehingga memberikan dampak
kepuasan perawat dan pasien (Guanci, 2018)
5) Teori shared governance membangun jaringan komunikasi untuk memastikan
pendekatan yang komprehensif terhadap perubahan sangat penting untuk
keberhasilan kerja tim (Olender et al., 2020)
13
pemberdayaan, dan kepuasan kerja, dan terdapat dampak positif hubungan antara
Shared Governance, pemberdayaan, dan konstruksi kepuasan kerja, (Jennifer Jordan
2019).
Model Shared Governance dalam praktik keperawatan mendorong perawat
pelaksana dan perawat manajer untuk berkolaborasi untuk menentukan internal
kebijakan yang mengendalikan praktik klinis keperawatan dan kualitas perawatan.
Konsep model Shared Governance diperkenalkan untuk meningkatkan peran
perawat pelaksana di lingkungan kerja, kepuasan dengan pekerjaan, dan retensi
kerja. Banyaknya perawat yang mengundurkan diri dari pekerjaan (Turn Over)
diidentifikasi sebagai sesuatu kerugian akibat kurangnya keterlibatan dan atau
kepuasan kerja staf, adanya ambiguitas peran, konflik peran, komunikasi perawat
pelaksana dan perawat manajer yang buruk, stresor kerja, masalah dengan
manajemen, dan burnout, (Hunt and Hartman 2018)
Frith & Montgomery, 2006 dalam Jennifer Jordan 2019, Shared
Governance dapat diaplikasikan dalam berbagai cara, untuk perawat yang kurang
akses dalam proses pengambilan keputusan bersama dan yang terlibat dalam
pengambil keputusan. Namun, perawat yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan bersama ditemukan Shared Governance telah menunjukkan tingkat
kepuasan kerja yang lebih besar dan komitmen terhadap organisasi mereka. Rumah
sakit yang melibatkan perawat kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses formal
yang mempengaruhi pengaturan kerja perawat, mendorong lingkungan kerja yang
lebih sehat, berfungsi untuk memberdayakan perawat secara struktural.
Perawat Manajer memainkan peran yang sangat penting dalam penerapan
Shared Governance di tingkat unit. Mereka bertanggung jawab untuk menegakkan
standar praktik dan perawatan di unit. Bersamaan dengan perawatan langsung oleh
perawat pelaksana, perawat manajer untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien
dan lingkungan praktik perawat dengan menggunakan model pengambilan
keputusan bersama,(Keane and Walden, 2016).
Shared Governance lebih dari sekadar penciptaan struktur kerja, melainkan
melibatkan perubahan sikap dan perilaku perawat pelaksana tentang hak-hak mereka
dan tanggung jawab sebagai profesional untuk mengatur praktik mereka. Perawat
pelaksana memiliki hak dan tanggung jawab profesional untuk membuat keputusan
14
tentang praktik keperawatan, meskipun model medis tradisional, birokratis, dan
hierarkis yang diterapkan sudah jalan sebelumnya. Di luar sistem dan perawat
pelaksana, perawat Manajer juga ditantang untuk memahami bagaimana memimpin
dan mengelola secara efektif bersama lingkungan kerja mereka. Gaya
kepemimpinan manajer perawat memainkan peran yang signifikan dalam
keberhasilan atau kegagalan pelayanan bersama, (Keane and Walden, 2016).
15
fungsi manajemennya khususnya fungsi pengorganisasian dan supervisi. Kepala
ruang mengatakan 90% staf belum pernah dilakukan audit asuhan keperawatan dan
80% staf belum pernah dilakukan supervisi keperawatan . Perawat dan Bidan yang
belum mengetahui struktur dan organisasi keperawatan terdapat 90%, belum
mengetahui uraian tugas dan tanggungjawab 60% dan belum mengetahui metode
asuhan keperawatan yang diterapkan dalam memberikan pelayanan terdapat 62,5%
staf Perawat dan Bidan.
16
sering disebut Lupus. Sampai saat ini perawat di ruang Flamboyan belum pernah
menangani pasien dengan penyakit lupus, mereka sedikit mengetahui tentang
penyakit lupus. Maka apakah yang akan dilakukan Perawat S sebagai Kepala ruang
Flamboyan agar asuhan keperawatan yang diterapkan pada pasien K tepat dan
optima?
Pembahasan:
Perawat S sebagai kepala ruang Flamboyan yang menerapkan model shared
governance menanyakan pendapat seluruh perawat di ruang Flamboyan renacana
apa yang akan dilakukan untuk memfasilitasi seluruh perawat agar dapat mendapat
persepsi yang sama dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien K. Sebanyak
11 perawat di ruang Flamboyan menyatakan Perawat S harus segera memimpin
dilakukan ronde keperawatan terkait kasus penyakit pasien K, 13 perawat lainnya
menyarankan untuk melakukan komunikasi dengan tim lain bahwa ini kasus langka
dan harus dilkukan perencanaan dalam pemberian intervensi. Perawat S
menyerahkan keputusan pada seluruh perawat di ruang Flamboyan, sehingga pada
tanggal 26 November dilakukan ronde keperawatan kasus pasien K tentang penyakit
lupus dan intervensi keperawatan yang tepat untuk kasus ini. Diskusi dalam ronde
keperawatan berjalan aktif, karena masing-masing perawat telah melakukan kajian
di hari sebelumnya terkait penyakit tersebut, sehingga disepakati beberapa intervensi
yang dapat mengoptimalkan kondisi pasien K. Model sistem asuhan keperawatan
yang diterapkan tersebut yaitu model Shared governance memfasilitas
pengembangan staff yang memiliki pengetahuan tentang managemen untuk aktif
ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam berpikir untuk memecahkan
masalahtersebut dan menjalankan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan,
sehingga staff merasa menjadi bagian dalam organisasi (Keane and Walden, 2016).
Menanggapi proses perencanaan atau rode kepeerawatan tersebut yaitu,
setelah dilakukan ronde keperawatan. Perawat S dan perwakilan perawat ruang
Flamboyan melakukan diskusi lanjutan dengan tim kesehatan lain seperti (gizi,
apoteker, dan dokter) untuk membahas intervensi yang tepat untuk pasien K. Setelah
terjadi kesepakatan dari semua tim kesehattan, Perawt S meminta perwakilan
perawat yang ikut dalam diskusi untuk menyampaikan hasil intervensi dengan tim
kesehatan lain kepada seluruh perawat yang ada di Ruang Flamboyan sehingga, ada
17
system evaluasi hasil dari seluruh perawat yang akan melakukan asuhan
keperawatan pada pasien K. Sejalan dengan perkembangan dan perubahan
pelayanan kesehatan, maka model sistem asuhan keperawatan harus berubah
mengarah pada suatu praktik keperawatan yang sesuai dengan prinsip pada model
shared governance bahwa manajer keperawatan melaksanakan model autonomi
pada staff perawat dalam membuat keputusan asuhan keperawatn pada pasien dan
memiliki kemampuan untuk mendorong pemberdayaan, otonomi, kepuasan kerja
sehingga perawat merasa puas dalam melakukan asuhan, dan dapat memberikan
asuhan keperawatan secara professional (Keane and Walden, 2016).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shared governance adalah kemitraan para pimpinan staf dalam pengambilan
keputusan bersama dengan mengedepankan prinsip-prinsipnya kemitraan, keadilan,
akuntabilitas, dan kepemilikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, keselamatan
18
dan peningkatan kinerja. Kolaborasi yang buruk dan komunikasi yang tidak efektif antar
penyedia layanan dapat merusak sistem pelayanan dalam suatu unit. Shared governance
dalam keperawatan adalah model praktik profesional yang mempromosikan
pemberdayaan keperawatan dan pengambilan keputusan bersama dengan membuat staf
perawat bertanggung jawab atas keputusan yang mempengaruhi kebijakan, prosedur dan
proses titik asuhan. Manfaat dari penerapan shared governance dalam keperawatan
diantaranya adalah : mempromosikan praktik keperawatan berbasis bukti, memberikan
kerangka kerja untuk keperawatan yang berpusat pada pasien, meningkatkan kepuasan
kerja, mendorong pertumbuhan profesional, memperkuat hubungan intraprofesional.
Berbicara mengenai sebuah organisasi, maka dalam proses pelaksanaannya akan
menghasilkan kondisi yang efektif dan kurang efektif. Untuk menentukan cara yang
tepat dalam menerapkan shared governance harus melihat masalah yang muncul yang
harus ditangani serta fasilitas sarana prasarana yang tersedia untuk menangani masalah
tersebut. Teori shared governance dalam manajemen keperawatan dapat dilihat dalam
kepemimpinan keperawatan (nursing leaders), teori ini mengembangkan MPKP sebagai
suatu visi keperawatan. Unit manager perawat mempunyai peran yang sangat penting
dalam memberdayakan tim/staf untuk membuat keputusan bersama yang mengarah
kepada perbaikan baik dalam hal praktik keperawatan profesional maupun kepuasan
staf.
3.2 Saran
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok Program Studi Magister
Keperawatan mata kuliah Teori Keperawatan. Dalam pembuatan makalah ini
menggunakan beberapa referensi, baik artikel mupun buku. Diharapkan makalah ini
dapat berguna untuk para mahasiswa perawat untuk lebih mengetahui tentang teori
Shared Governance, dimana teori ini sangat membantu perawat dalam aplikasi
manajemen dan administrasi keparawatan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Bieber, P. and Joachim, H. (2016) ‘What Would Florence Do? Nurses as Patient
Advocates’, Nurse Leader, 14(1), pp. 62–66. doi: 10.1016/j.mnl.2015.09.011..
Cox Sullivan, S., Norris, M. R., Brown, L. M., & Scott, K. J. (2017). Nurse manager
perspective of staff participation in unit level shared governance. Journal of
Nursing Management, 25(8), 624–631. https://doi.org/10.1111/jonm.12500
Coyle, A. L., & Craven, H. L. (2019). Strengthening a Healthy Work Environment
Through Shared Governance. MUSC Health.
Dang, Deborah, Judith Rohde, and Jeannette Suflita. 2017. Johns Hopkins Nursing
Profesional Practice Model. United State: Dustin Sullvan.
Keane, Anna E, and Management Walden. 2016. “Abstract The Relationship Between
Nurse Manager Leadership Style and Enculturation of Shared Governance.”
May, F. O., & Buchan, J. (2019). Shared governance : A literature review Shared
governance : a literature review. International Journal of Nursing Studies,
36(August 2018), 282–300. https://doi.org/10.1016/S0020-7489(99)00023-1
21
Nurdiani, M. D., Dedi, B., & Susilo, W. H. (2018). Implementasi Fungsi
Pengorganisasian dan Supervisi Oleh Kepala Ruangan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Cinta Kasih Ciputat Study Phenomenology. Juperdo, 7(2), 82–91.
Olender, L., Capitulo, K., & Nelson, J. (2020). The Impact of Interprofessional Shared
Governance and a Caring Professional Practice Model on Staff’s Self-report of
Caring, Workplace Engagement, and Workplace Empowerment over Time.
Journal of Nursing Administration, 50(1), 52–58.
https://doi.org/10.1097/NNA.0000000000000839
O’May, Fiona, and James Buchan. 1999. “Shared Governance: A Literature Review.”
International Journal of Nursing Studies 36 (4): 281–300.
https://doi.org/10.1016/S0020-7489(99)00023-1
Ott, Joyce, and Carl Ross. 2014. “The Journey toward Shared Governance: The Lived
Experience of Nurse Managers and Staff Nurses.” Journal of Nursing
Management 22 (6): 761–68. https://doi.org/10.1111/jonm.12032
Pauley, Tara, and Matt Kendall. 2018. “A Problem Shared Experienced by Midwives as
Highlighted.”
Pratiwi, A., Hidayat, A. A., & Agustin, R. (2016). Melalui Kepemimpinan Mutu Kepala
Ruangan (Implementation of Quality Management System of Nursing Care
Through Quality Leadership of Nurse Unit Manager) * Departemen of Nursing
, Faculty of Health Science , Muhammadiyah University of Surabaya Jl .
Sutore. Ners, 11(Azwar), 1–6. e-
journal.unair.ac.id/index.php/JNERS/article/download/1450/pdf_6
Swihart, D. and Hess, R. G. (2014) Shared Governence: A Practical Approach to
Transforming Interprofessional Healthcare Third Edition. HCPro A division of
BLR
Raso, B. R. and President, V. (2019) ‘A key to engagement: Professional governance’,
Nursing Management (Springhouse), 50(1), p. 5. doi:
10.1097/01.numa.0000550453.91825.d1.
Wilson, Evette. 2013. “Associate in Science in Technical Nursing University of South
Carolina Bachelor of Science in Nursing University of South Carolina Master
of Science in Nursing University of Phoenix A Doctoral Project Submitted in
Partial Fulfillment of T,” no. May.
22
23