DASAR
Makalah
Disusun oleh:
Misinah
4050072370121
1
BIOLOGI REPRODUKSI DAN GENETIKA DASAR
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
Pernahkah Anda memikirkan bagaimana tubuh kecil kita pada waktu masih bayi hanya seberat 2000 gram, 3000
gram atau 4000 gram, namun setelah dewasa menjadi jauh lebih besar dengan berat lebih dari 40.000 gram bahkan
ada yang mencapai 80.000 gram? Apakah yang menyebabkan bertambah besarnya tubuh kita tersebut? Dan apa
pula yang menyebabkan bertambah besarnya masing-masing organ tubuh kita? Jawabannya adalah karena sel-sel
yang ada dalam tubuh kita berkembang biak sehingga jumlah sel menjadi semakin banyak. Sebenarnya jumlah
sel kita pada waktu baru terjadi fertilisasi atau pembuahan hanyalah satu, namun karena sel tersebut mengalami
perkembangbiakan dengan cara membelah diri, maka jumlahnya bertambah menjadi dua, empat dan seterusnya.
Selanjutnya, semakin lama semakin berlipat ganda, sehingga pada usia dewasa kita memiliki kira-kira 100 triliun
sel. Sungguh pelipatgandaan yang luar biasa.
Gambar 2. Anak sebagai hasil pertemuan antara spermatozoa dari suami dan ovum dari isteri
Ada contoh lain yang menarik. Orang-orang yang telah menikah pada umumnya akan memiliki anak, yang
sebenarnya merupakan hasil pertemuan antara 2 sel kelamin, masing-masing spermatozoa dari suami dan ovum
dari isteri. Di dalam tuba uterina fallopii ibu, pertemuan dua sel tersebut membentuk satu sel baru yang lengkap
yang dinamakan zigot, yang selanjutnya berkembang menjadi fetus di dalam uterus, kemudian lahir dan tumbuh
2
sampai dewasa. Selanjutnya anak ini akan bertemu dengan pasangannya, lalu menikah, memiliki anak, anak
tumbuh dewasa, menikah, punya anak dan seterusnya. Dengan demikian jumlah penduduk di dunia ini menjadi
semakin banyak (ledakan penduduk), sehingga menimbulkan permasalahan baru yaitu pemenuhan kebutuhan
pangan, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan lain-lain. Akhirnya, manusia menjadi resah dan mencari cara
untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, supaya pertumbuhan ini tidak demikian pesatnya. Timbullah
program family planning (keluarga berencana/KB) dan seterusnya.
Dua contoh yang digambarkan di atas merupakan hasil dari suatu reproduksi. Jadi sebenarnya apakah yang
dimaksud dengan reproduksi? Dalam kamus reproduksi diartikan sebagai perkembangbiakan. Dalam biologi,
yang dimaksud dengan perkembangbiakan adalah bertambah banyaknya jumlah unit kehidupan tertentu.
Reproduksi sel berarti sel berkembang biak sehingga jumlahnya menjadi semakin banyak. Reproduksi hewan
berarti hewan menjadi bertambah banyak. Reproduksi tumbuhan berarti tumbuhan menjadi bertambah banyak.
Reproduksi manusia berarti manusia menjadi bertambah banyak. Ini semua terjadi agar organisme-organisme
tersebut memiliki keturunan.
Jadi tujuan dari reproduksi seperti yang dipaparkan di atas adalah untuk melangsungkan atau melestarikan
keturunan. Keturunan yang dihasilkan akan mewarisi sifat-sifat dari induknya. Pewarisan sifat keturunan ini
dipelajari dalam salah satu cabang dari biologi yaitu genetika. Pada tahap berikutnya diketahui bahwa kromosom
merupakan bahan yang bertanggungjawab terhadap penurunan sifat keturunan. Mengapa demikian? Karena di
dalam kromosom terdapat bahan atau materi genetik yang dinamakan DNA. Di dalam DNA ini terdapat terdapat
gen-gen yang merupakan unit-unit herediter yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Genetika (ilmu keturunan) adalah cabang dari ilmu hayat yang mempelajari turun temurunnya sifat-sifat induk
atau orang tua kepada keturunannya. Genetika memiliki beberapa cabang di antaranya: genetika sel, genetika
manusia, genetika mikrobia, genetika molekuler, genetika biokimia, genetika fisiologi, genetika farmasi, genetika
populasi, genetika kuantitatif, genetika tumbuhan, genetika hewan, genetika konseling, eugenika (usaha untuk
mendapatkan keturunan yang lebih baik), dan sebagainya.
HEREDITAS MANUSIA
Mengapa setiap orang memiliki fenotip yang berbeda? Jawabannya adalah karena setiap orang dibangun oleh
protein yang berbeda. Protein yang menyusun kulit putih dan protein penyusun kulit hitam adalah protein yang
3
berbeda. Protein yang menyusun rambut lurus dan rambut keriting adalah protein yang berbeda. Protein yang
menyusun iris mata biru dan iris mata coklat adalah protein yang berbeda, demikian juga protein yang menyusun
telunjuk pendek dan telunjuk panjang. Jadi, pada dasarnya perbedaan ciri yang kita temukan pada diri masing-
masing individu adalah karena perbedaan protein yang menyusunnya.
Apa yang menyebabkan perbedaan antara protein yang satu dengan protein lainnya? Penjelasannya adalah karena
perbedaan variasi asam-asam amino yang menyusun protein. Semua protein dibangun oleh asam-asam amino
yang berjumlah banyak. Asam-asam amino penyusun protein ini ada 20 jenis, yaitu alanin, arginin, asparagin,
aspartat, fenilalanin, glisin, glutamin, glutamat, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, prolin, serin, sistein,
threonin, tirosin, triptofan dan valin. Jika keduapuluh macam asam amino ini dirangkai menjadi protein dengan
berbagai perbedaan urutan, maka protein yang terbentuk akan berbeda-beda. Gambar 5 menunjukkan bahwa
protein A, protein B dan Protein C memiliki susunan asam amino yang berbeda.
Sains telah bisa menemukan, mengapa seorang ayah yang berfenotip hidung mancung akan menurunkan fenotip
hidung mancung kepada anaknya. Yang jelas protein penyusun hidung sang ayah tentu serupa dengan protein
penyusun hidung sang anak. Tentu jelas pula bahwa urutan asam-asam amino penyusunnyapun serupa antara sang
ayah dengan sang anak. Berarti di dalam tubuh kita telah terdapat semacam perencanaan atau pedoman untuk
menyusun urutan asam amino sedemikian rupa agar terbentuk protein yang dapat menampakkan fenotip hidung
mancung tadi. Memang telah ada semacam perencanaan atau blue print (cetak biru) yang disebut gen, yang
merupakan bagian dari DNA di dalam kromosom. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa gen tertentu akan
memberikan perintah untuk membuat urutan asam amino tertentu, sehingga terbentuk protein tertentu, yang
memunculkan fenotip tertentu.
Gambar 5. Perbedaan urutan asam amino penyusun protein menyebabkan terbentuknya protein yang berbeda
Seperti apakah gen? Gen adalah sepenggal dari untaian panjang DNA. Jadi di dalam DNA terdapat banyak sekali
gen. Apakah DNA? DNA adalah rantai nukleotida yang sangat panjang yang terletak di dalam kromosom. Apakah
kromosom? Kromosom adalah bahan pembawa sifat keturunan yang terletak di dalam nukleus sel, yang dibangun
oleh DNA dan protein tertentu.
Kalau uraian tadi dibalik, penjelasannya adalah bahwa di dalam nukleus sel terdapat bahan pembawa sifat
keturunan yang dinamakan kromosom. Kromosom tersusun atas protein dan DNA. DNA yang berupa rantai
panjang nukleotida adalah materi genetik karena untaiannya yang panjang mengandung penggalan-penggalan
untaian nukleotida lebih pendek yang disebut gen-gen. Setiap gen dapat disalin (transkripsi) dan diterjemahkan
(translasi) menjadi urutan asam-asam amino tertentu yang akhirnya membangun protein tertentu pula. Proses yang
berlangsung mulai dari perencanaan (yaitu berupa gen) sampai dengan terbentuknya hasil (yaitu berupa protein)
dipelajari secara khusus dalam bahasan mengenai sintesis protein.
A. KROMOSOM
4
Gambar 6. Kedudukan kromosom di dalam nukleus sel
Dalam mempelajari genetika manusia, terlebih dahulu kita harus mengenal bahan pembawa sifat keturunan yang
disebut kromosom. Kromosom adalah benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau
bengkok yang terdapat di dalam nukleus (inti sel).
Morfologi Kromosom
Jika kita mengambil salah satu sel somatis (sel tubuh), misalnya sel kulit, sel darah putih, sel otot, sel saraf atau
sel lainnya yang memiliki nukleus, maka di dalam nukleus sel tersebut akan kita dapati 46 kromosom. Ternyata
dari ke-46 kromosom tadi ada pasangan-pasangan kromosom dengan morfologi yang serupa, sehingga dikenal
pasangan ke-1, pasangan ke-2, pasangan ke-3 dan seterusnya sampai dengan pasangan ke-23. Pasangan kromosom
ke-1 sampai dengan ke-22 dinamakan autosom (kromosom somatis), sedangkan pasangan ke-23 dinamakan
gonosom (kromosom seks). Sepasang gonosom ini, pada wanita lazim diberi simbol XX, sedangkan pada pria
lazim diberi simbol XY. Agar lebih jelas perhatikan Gambar 9 yang menjelaskan morfologi kromosom saat sel
tidak sedang membelah dan bandingkan dengan Gambar 10 yang menjelaskan morfologi kromosom pada saat sel
akan membelah, dengan DNA telah mengalami replikasi sehingga menjadi ganda.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa secara sistematis morfologi kromosom membagi kromosom
pada sel somatis menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Autosom (kromosom somatis), berjumlah 22 pasang (44 buah) dan tidak berhubungan dengan penentuan jenis
kelamin.
2. Gonosom (kromosom seks), berjumlah sepasang (2 buah), yaitu X dan X untuk wanita serta X dan Y untuk
pria. Kromosom ini berhubungan dengan penentuan jenis kelamin.
5
Gambar 9. Set kromosom pada sel somatis yang tidak sedang membelah
6
Gambar 10. Set kromosom pada sel somatis yang akan membelah
Duapuluh tiga pasang atau 46 buah kromosom di atas adalah pada sel somatis. Bagaimanakah dengan gamet atau
sel kelamin? Sel-sel somatis dan sel-sel kelamin memiliki jumlah kromosom yang berbeda, dengan penjelasan
sebagai berikut:
▪ Sel somatis memiliki 2 set kromosom atau 2 genom dan disebut sebagai 2n atau diploid.
Dalam hal ini 1 set atau 1 genom terdiri atas 23 buah kromosom, sehingga didapatkan 2 X 23 kromosom =
46 kromosom.
▪ Sel kelamin (spermatozoa dan ovum) memiliki 1 set kromosom saja atau 1 genom dan disebut sebagai n
atau haploid.
Karena hanya memiliki 1 set atau 1 genom saja, maka total yang ada hanya 23 kromosom.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa seorang pria dan wanita memiliki perbedaan sel somatis dan sel gamet
sebagai berikut:
46XX 23X
Wanita
44 autosom, 2 gonosom 22 autosom, 1 gonosom
23X
46XY atau
Pria 23Y
44 autosom, 2 gonosom
22 otosom, 1 gonosom
Gambar 11. Perbedaan kromosom pada sel somatis antara wanita dan pria
7
Gambar 12. Perbedaan kromosom pada sel kelamin antara wanita dan pria
1. Mitosis
Mitosis terjadi pada sel somatis. Tiap sel mengandung 2 genom/diploid/2n, dan pembelahan menghasilkan 2
sel dengan sifat genetik yang sama.
2. Meiosis
Pembelahan meiosis berguna untuk menghasilkan gamet atau sel-sel kelamin, sehingga lazim dikenal sebagai
gametogenesis. Pada pembelahan jenis ini dihasilkan sel yang mengandung 1 genom/haploid/n.
8
Gametogenesis pada pria menghasilkan 4 spermatozoa dan pada wanita menghasilkan 1 ovum disertai 2 atau
3 badan polar.
Gametogenesis pada pria dinamakan spermatogenesis sedangkan gametogenesis pada wanita dinamakan
oogenesis.
SPERMATOGENESIS
OOGENESIS
9
c. Oosit primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi 1 oosit sekunder dan 1 badan polar pertama yang
masing-masing bersifat haploid/n. Oosit sekunder ini selanjutnya akan dikeluarkan dari folikel pada
ovarium pada saat ovulasi.
d. Jika tidak ada spermatozoa yang masuk (tidak terjadi fertilisasi), maka oosit sekunder tidak dapat
berkembang lebih lanjut dan terjadilah menstruasi. Tetapi, jika ada spermatozoa yang masuk sehingga
terjadi fertilisasi, maka terjadilah pembelahan meiosis II. Pada tahap ini, oosit sekunder mengalami
pembelahan menjadi 1 ootid (haploid/n) dan 1 badan polar. Sementara itu, badan polar yang pertama
kadang-kadang dapat juga membelah menjadi 2 badan polar.
e. Selanjutnya ootid berkembang menjadi ovum.
▪ Pada sel somatis seorang wanita terdapat 44 autosom dan kromosom seks XX (46XX)
▪ Pada sel somatis seorang pria terdapat 44 autosom dan kromosom seks XY (46XY)
Dari hasil spermatogenesis dan oogenesis telah diketahui bahwa sel kelamin bersifat haploid, maka setiap sel
mengandung separuh dari kromosom sel somatis. Dengan demikian rincian kromosom pada gamet adalah sebagai
berikut:
10
▪ Pada ovum terdapat 22 buah autosom dan kromosom seks X, ditulis dengan simbol 23X.
▪ Pada spermatozoa terdapat 22 buah autosom dan kromosom seks X atau Y, ditulis dengan simbol 23X atau
23Y.
Berdasarkan rincian tersebut di atas, apabila terjadi pembuahan, maka penentuan jenis kelamin dan kemungkinan
lahirnya anak laki-laki atau anak perempuan adalah sama, yaitu 1:1. Dengan kata lain, masing-masing berpeluang
50%. Perlu diingat 1:1 adalah peluang, bukan kenyataan lahirnya anak laki-laki atau perempuan. Jadi jika suatu
pasangan suami isteri mempunyai 5 anak dan seluruhnya perempuan, maka kondisi tersebut adalah kenyataan
bahwa lahirnya kebetulan perempuan terus. Namun sebenarnya peluang untuk lahir laki-laki sama besarnya. Jadi
peluang 50% bukan berarti bahwa jika memiliki 4 anak, maka harus 2 laki-laki dan 2 perempuan. Gambar 16
memberikan penjelasan secara terstruktur mengenai peluang tersebut.
Asam nukleat baik DNA maupun RNA merupakan polimer atau rantai nukleotida. Dapat juga disebut secara
singkat dengan nama polinukleotida. Setiap mata rantai asam nukleat adalah sebuah nukleotida. Setiap nukleotida
tersusun atas sebuah nukleosida dan gugus fosfat. Selanjutnya setiap nukleosida tersusun atas satu gula pentosa
dan satu basa nitogen (Basa N). Ada 2 pilihan untuk gula pentosa yaitu deoksiribosa dan ribosa. Sedangkan untuk
basa N ada 5 pilihan yaitu 2 dari derivat purin masing-masing adenin dan guanin dan 3 dari derivat pirimidin yaitu
sitosin, timin dan urasil. Gambar 17 memberikan ilustrasi untuk mempermudah pemahaman mengenai struktur
tersebut.
11
Gambar 17. Skema susunan asam nukleat
Gula Pentosa
Gula pentosa adalah salah satu jenis karbohidrat monosakarida dengan 5 atom C. Coba perhatikan struktur gula
pentosa berupa ribosa dan deoksiribosa pada Gambar 18. Jika pada atom C ke-2 (terletak di kanan bawah) terdapat
gugus hidroksil (-OH) maka pentosa ini bernama ribosa. Namun jika pada atom C ke-2 terikat atom hidrogen saja
(-H), maka pentosa ini dinamakan deoksiribosa, karena mengalami kehilangan oksigen (deoksi) sehingga tinggal
atom H saja.
Basa Nitrogen
12
Gambar 19. Struktur basa nitrogen
Nukleosida
Nukleosida merupakan gabungan antara gula pentosa dengan basa N. Jika gula pentosa berupa ribosa, maka basa
N yang mungkin diikat adalah adenin, guanin, sitosin dan urasil. Sedangkan jika gula pentosa berupa deoksiribosa,
maka basa N yang mungkin terikat adalah adenin, guanin, sitosin dan timin.
Sistem penamaan nukleosida diatur sebagaimana tertera dalam daftar di bawah.
Gula
Pentosa Basa Nitrogen
Adenin
Guanin
Deoksi
Ribose
Sitosin
Urasil
ribosa
Timin
Nama Nukleosida
Adenosin
Guanosin
Sitidin
Uridin
Deoksiadenosin
Deoksiguanosin
Deoksisitidin
Deoksitimidin
Sebagai contoh, senyawa antara ribosa dengan adenin dinamakan adenosin, senyawa antara ribosa dengan guanin
dinamakan guanosin, senyawa antara deoksiribosa dengan sitosin dinamakan deoksisitidin. Tidak ada peluang
untuk senyawa antara ribosa dengan timin dan senyawa antara deoksiribosa dengan urasil. Gambar 20 dan Gambar
21 menunjukkan struktur dari delapan macam nukleosida, baik nukleosida purin maupun nukleosida pirimidin.
Yang tergolong sebagai nukleosida purin adalah adenosin, deoksiadenosin, guanosin dan deoksiguanosin.
Sedangkan yang tergolong sebagai nukleosida pirimidin adalah sitidin, deoksisitidin, uridin dan deoksitimidin.
13
Gambar 20. Nukleosida purin
14
Nukleotida
Nukleotida merupakan gabungan antara nukleosida dengan gugus fosfat. Karena ada 8 macam nukleosida, maka
juga ada 8 macam nukleotida. Karena ada 4 macam nukleosida purin, maka juga ada 4 macam nukleotida purin.
Demikian juga karena ada 4 macam nukleosida pirimidin, maka juga ada 4 macam nukleotida pirimidin.
Rincian sekaligus penamaan dari kedelapan nukleotida tersebut dijelaskan sebagai berikut:
15
Gambar 23. Nukleotida pirimidin
DNA
Telah disinggung pada awal bab ini bahwa asam nukleat merupakan polimer nukleotida (polinukleotida), baik
nukleotida purin maupun nukleotida pirimidin. Ada 2 jenis asam nukleat penting dalam tubuh yaitu DNA dan
RNA. Lintasan informasi dasar dalam pembahasan asam nukleat adalah bahwa DNA mengarahkan sintesis RNA
dan RNA mengarahkan sintesis protein. Perbedaan protein yang disintesis menimbulkan perbedaan sifat antar
individu.
Sebagai polinukleotida, DNA tersusun atas nukleotida-nukleotida. Mari kita lihat kembali bahwa nukleotida
tersusun atas nukleosida-nukleosida. Setiap nukleosida tersusun atas gula pentosa dan basa nitrogen. Gula pentosa
yang menyusun DNA adalah deoksiribosa. Sedangkan Basa N yang menyusun DNA adalah adenin, guanin,
sitosin dan timin. Agar lebih jelas mari kita perhatikan Gambar 24 yang menunjukkan struktur DNA.
Tampak bahwa setiap gugus fosfat dari satu nukleotida berikatan dengan deoksiribosa dari nukleotida berikutnya.
Dari Gambar 24 terlihat bahwa deoksitimidin monofosfat (dTMP) berikatan dengan deoksisitidin monofosfat
(dCMP), selanjutnya berikatan lagi dengan deoksiguanosin monofosfat (dGMP), selanjutnya berikatan lagi
dengan deoksiadenosin monofosfat (dAMP), demikian seterusnya. Urutan nukleotida-nukleotida ini berbeda-beda
pada setiap individu, sehingga setiap individu memiliki keunikan masing-masing yang jelas berbeda antara
individu yang satu dengan individu lainnya. Untaian panjang nukleotida pada DNA ini apabila dipenggal-penggal
dikenal sebagai gen. Jadi yang dimaksud dengan gen pada dasarnya adalah untaian beberapa nukleotida. Gen yang
satu dengan gen lainnya bersambungan membentuk DNA dan DNA setelah bergabung dengan protein histon atau
protamin akan membentuk kromosom.
16
Gambar 24. Struktur DNA sebagai polinukleotida
DNA mengandung 2 untai polinukleotida. Setiap basa N pada nukleotida untaian pertama akan berikatan dengan
basa N pada nukleotida untaian kedua melaui ikatan hidrogen (Gambar 25). Sifat khas dari ikatan ini adalah bahwa
setiap basa N adenin (A) selalu berikatan dengan timin (T), sedangkan guanin (G) selalu berikatan dengan sitosin
(C).
17
Setiap ikatan antara 2 basa N ini membentuk struktur menyerupai anak tangga, sedangkan deoksiribosa dan fosfat
akan membentuk struktur menyerupai ibu tangga. Jika struktur ini diamati secara utuh akan terlihat struktur seperti
tangga tetapi dalam kondisi terpilin, sehingga disebut sebagai struktur pilinan ganda (double helix). Gambar 26
memberikan ilustrasi model double helix dari DNA tersebut. Model struktur DNA ini ditemukan oleh Watson dan
Crick.
Sebagaimana DNA, RNA juga merupakan asam nukleat, sehingga juga tersusun atas nukleotida-nukleotida
dengan segala unsur-unsur penyusunnya.
18
Gambar 28. Struktur RNA sebagai polinukleotida
Ada beberapa perbedaan antara RNA dan DNA yaitu:
1. RNA tersusun atas gula pentosa ribosa bukan deoksiribosa
2. RNA memiliki komponen basa N derivat pirimidin yang berbeda dengan dengan DNA. Pada RNA pirimidin
yang ada adalah sitosin dan urasil. Dengan demikian secara lengkap basa N pada RNA adalah adenin, guanin,
sitosin dan urasil. Sedangkan pada DNA adalah adenin, guanin, sitosin dan timin.
3. Umumnya RNA terdapat dalam bentuk untaian tunggal, tidak seperti DNA yang memiliki untaian ganda.
Namun RNA dapat melipat dirinya sehingga pada bagian tertentu didapatkan sifat untaian ganda.
Ada 3 macam RNA yaitu messenger RNA (mRNA), transfer RNA (tRNA) dan ribosome RNA (rRNA).
1. mRNA
mRNA memiliki ukuran dan stabilitas yang paling heterogen. mRNA berfungsi sebagai messenger atau
pembawa pesan. Pesan tersebut berupa informasi yang disalin dari DNA yang tentunya berasal dari gen-gen
yang ada di dalamnya. Pesan itu pada dasarnya adalah sebuah informasi untuk mencetak protein tertentu
(spesifik) yang proses pencetakannya akan berlangsung di dalam ribosom.
mRNA memiliki struktur untaian tunggal. Pada untaian tunggal polinukleotida mRNA inilah pesan yang
disalin dari DNA tertulis dan disebut sebagai kodon. Jadi mRNA adalah sekumpulan kodon-kodon. Setiap
pesan atau kodon adalah berupa urutan 3 nukleotida, sehingga disebut sebagai kode triplet. Setiap triplet
diidentifikasi dengan menyebut kandungan basa N pada urutan 3 nukleotida. Misalnya kodon CCC jika
terdapat urutan sitosin, sitosin, sitosin pada 3 nukleotida, kodon AUG jika terdapat urutan basa N adenin,
urasil, guanin pada 3 nukleotida. Yang perlu diingat adalah bahwa pada RNA tidak mungkin terdapat basa N
timin. Pada RNA timin diganti dengan urasil.
Terdapat 64 macam kodon pada mRNA. Setiap kodon pada dasarnya adalah sebuah pesan untuk memanggil
asam amino tertentu sesuai dengan kode untuk dirangkai menjadi protein di dalam ribosom. Tetapi tidak
19
semua kodon dapat diterjemahkan sebagai asam amino. Berikut ini adalah penjelasan penggolongan dari ke-
64 kodon tersebut:
- Terdapat1 kodon inisiator untuk mengawali sintesis protein yaitu kodon AUG
- Terdapat sejumlah 60 kodon elongasi yaitu untuk merangkai asam-asam amino sehingga menjadi protein
- Sejumlah 3 kodon terminasi (term atau stop) untuk menghentikan sintesis protein, yaitu UAG, UAA dan
UGA.
Berikut ini adalah daftar 64 kodon yang terdapat pada mRNA. Cara membacanya dimulai dari kiri, kemudian
atas dan diakhiri oleh kanan. Misalnya urutan kodon adalah UUG maka nukleotida I mengandung U,
nukleotida kedua mengandung U dan nukleotida III mengandung G. Jika dicocokkan dengan daftar di bawah,
maka kodon tersebut sesuai untuk asam amino Leusin. Kodon UAC sesuai untuk asam amino Tirosin, dan
seterusnya.
Keterangan:
Phe : fenilalanin Leu : Leusin
Ile : isoleusin Met : metionin
Val : valin Ser : serin
Pro : prolin Thr : threonin
Ala : alanin Tyr : tirosin
Term : terminal His : histidin
Gln : glutamin Asn : asparagin
Lys : lisin Asp : aspartat
Glu : glutamat Cys : sistein
Trp : triptofan Arg : arginin
Gly : glisin
20
Gambar 30. Struktur tRNA
21
3. Ribosom RNA (rRNA)
Ribosom merupakan struktur nukleoprotein sitoplasma yang bertindak sebagai mesin pembentuk protein dari
cetakan mRNA. Pada ribosom, mRNA dan tRNA saling berinteraksi untuk menyusun protein spesifik.
Sebagai nukleoprotein, ribosom tersusun atas asam nukleat berupa rRNA.
Sintesis protein mencakup 2 proses utama yaitu transkripsi dan translasi (Gambar 32).
Transkripsi
Pada dasarnya transkripsi adalah proses penyalinan pesan dari DNA ke mRNA, dengan hasil penyalinan pesan
berupa kodon-kodon. Tahap ini diawali dengan melonggarnya pilinan DNA dalam nukleus sel. Dengan
pelonggaran pilinan tersebut maka pasangan basa N DNA terpisah. Selanjutnya enzim RNA polimerase
melakukan penyalinan (transkripsi). Yang disalin adalah salah satu untai polinukleotida DNA dan hasil salinannya
berupa mRNA. Untaian yang mencetak mRNA dinamakan untai anticoding atau antisense, sedangkan untaian
yang tidak mencetak dinamakan untai pengkode atau sense. Karena pasangan basa N sudah lepas, maka untaian
antisense dapat mencetak informasi genetik pada mRNA. Caranya adalah dengan membentuk basa N
komplementer dari DNA pada mRNA. Misalnya jika DNA berisi urutan timin-adenin-sitosin (TAC), maka kodon
mRNA sebagai komplemennya adalah adenin-urasil-guanin (AUG). Bukan ATG, karena jika pada DNA berupa
timin (T), maka pada RNA harus digantikan oleh urasil (U). Misalnya urutan berikutnya pada DNA adalah TGT
maka disalin menjadi kodon mRNA berupa ACA, TTA menjadi kodon AAU, TTA menjadi AAU, menjadi GGT
menjadi CCA, CCT menjadi GGU, demikian seterusnya.
mRNA yang berisi kodon-kodon ini selanjutnya keluar dari nukleus menuju sitoplasma dan diteruskan menuju
ribosom yang menjadi tempat pencetakan protein. Sementara itu dengan adanya ATP, tRNA dalam sitoplasma
akan berikatan dengan asam amino yang sesuai. Kompleks tRNA dan asam amino ini selanjutnya menuju ribosom
untuk berinteraksi dengan kodon mRNA yang sesuai.
Translasi
22
Pada dasarnya translasi adalah proses penerjemahan pesan (kodon) menjadi asam amino spesifik. Pada tahap ini,
setiap kodon mRNA yang sudah berada di dalam ribosom berinteraksi dengan tRNA spesifik yang telah membawa
asam amino. Dengan pertemuan ini, berarti telah terjadi penerjemahan (translasi) urutan kode triplet dari kodon
mRNA menjadi suatu urutan asam amino protein spesifik. Caranya adalah antikodon tRNA yang spesifik untuk
asam amino tertentu membentuk pasangan basa N dengan kodon tertentu dari mRNA. Kodon dengan antikodon
adalah pasangan basa N komplementer, misalnya jika kodon adenin-urasil-guanin (AUG) maka antikodon sebagai
komplemennya adalah urasil-adenin-sitosin (UAC), kodon ACA dengan antikodon UGU, kodon AAU dengan
antikodon UUA, kodon CCA dengan antikodon GGU, kodon GGU dengan antikodon CCA, demikian seterusnya.
Kodon inisiator dalam sintesis protein adalah AUG yaitu kode untuk asam amino Met/metionin (lihat kembali
daftar kodon mRNA). Maka kodon ini akan berinteraksi dengan tRNA dengan antikodon UAC yang sudah pasti
membawa asam amino metionin di dalam ribosom. Ingat ribosom adalah mesin pencetak protein. Setelah berhasil
memasukkan asam amino maka kompleks tersebut akan terdissosiasi, mRNA, tRNA, ribosom terpisah sementara
asam amino disusun secara berurutan.
Jika kodon berikutnya adalah UAC (kode untuk Tyr), maka akan berinteraksi dengan tRNA dengan antikodon
AUG yang sudah pasti membawa asam amino Tirosin (Tyr). Tirosin tersebut dihubungkan dengan metionin yang
telah datang pertama tadi dengan ikatan peptida. Proses tersebut di atas berlangsung secara terus menerus sehingga
tersusun rantai asam amino yang sangat panjang yang dinamakan protein. Jika akhirnya datang kode Term (UAA,
UAG atau UGA), maka berarti sintesis protein harus berhenti.
23
PEWARISAN SIFAT PADA MANUSIA
Terdapat banyak sekali macam proses pewarisan sifat pada manusia. Pada bagian ini hanya akan diulas beberapa
jenis pewarisan sifat pada manusia, dengan beberapa contoh seperlunya, di antaranya adalah pewarisan sifat
autosomal dominan, autosomal resesif, kesalahan metabolisme, kodominansi, gen letal, gen komplementer,
rangkaian kelamin, ekspresi gen oleh seks serta kelainan jumlah kromosom.
Pewarisan sifat autosomal dominan ditentukan oleh gen-gen yang terdapat di dalam DNA pada autosom
(kromosom somatis), yaitu di antara pasangan kromosom ke-1 sampai sampai pasangan ke-22. Pada pasangan
kromosom, huruf pertama adalah genotip yang terdapat pada kromosom pertama dan huruf kedua adalah genotip
yang terdapat pada kromosom kedua. Misalnya tertulis genotip Pp pada pasangan kromosom, maka pada
kromosom pertama terdapat gen dominan P (huruf kapital) dan pada kromosom kedua terdapat gen resesif p (huruf
kecil). Untuk genotip PP, pada kromosom pertama maupun kedua terdapat gen dominan. Sedangkan untuk genotip
pp, pada kromosom pertama maupun kedua terdapat gen resesif.
Pewarisan sifat jenis ini, diturunkan oleh genotip dominan (huruf kapital). Apabila genotip dominan ini ada, maka
sifat tertentu yang diturunkan akan muncul fenotipnya (sifat yang tampak). Sebagai contoh, jika ada satu gen
dominan P (huruf kapital) saja misalnya genotip Pp, maka sifat yang diwariskan akan muncul, karena gen dominan
ini akan mendominasi dan menutup gen resesif p (huruf kecil). Jika pasangan berupa gen resesif semua misalnya
pp, barulah sifat yang dipengaruhi oleh gen resesif ini akan muncul. Tentu saja jika genotipnya dominan semua
misalnya PP, sifat yang diwariskan oleh gen dominan ini akan muncul.
Beberapa pewarisan sifat dari gen autosom dominan yang penting pada manusia antara lain:
PP : Polidaktili
Pp : Polidaktili
pp : Normal
TT : Taster
Tt : Taster
tt : Buta kecap
24
Gambar 35. Taster merasakan pahitnya feniltiokarbamid (Sumber: http://justbeer.files.wordpress.com)
DD : Dentinogenesis imperfecta
Dd : Dentinogenesis imperfecta
dd : Normal
5. Anonikia (tidak memiliki kuku) yang diwariskan oleh gen autosom dominan An.
An An : Anonikia
An an : Anonikia
an an : Normal
25
Gambar 38. Anonikia pada jari kaki
(Sumber: http://www.scielo.br)
6. Retinal aplasia (buta sejak lahir karena tidak memiliki retina), yang diwariskan oleh gen autosom dominan
Ra.
Ra Ra : Retinal aplasia
Ra ra : Retinal aplasia
ra ra : Normal
KK : Katarak kongenithal
Kk : Katarak kongenithal
kk : Normal
8. Lekuk pipit, lekuk dagu, ketebalan rambut tangan, lengan dan dada, kemampuan membengkokkan ibu jari
Pewarisan sifat autosomal resesif ditentukan oleh gen-gen yang terdapat di dalam DNA pada autosom, yaitu di
antara pasangan kromosom ke-1 sampai sampai pasangan ke-22. Pewarisan sifat jenis ini, diturunkan oleh genotip
resesif (huruf kecil). Apabila genotip dominan ada, maka sifat tertentu (fenotip) yang diturunkan oleh gen resesif
tidak muncul karena didominasi oleh gen dominan. Sebagai contoh, jika gen resesif b (huruf kecil) berperan
menampakkan fenotip mata biru, sedangkan kita memiliki genotip Bb, maka mata kita tidak akan berwarna biru.
Kondisi ini terjadi karena fungsi gen resesif p tertutup oleh dominasi gen dominan P. Jika genotip kita pp, barulah
akan muncul fenotip mata biru.
Beberapa pewarisan sifat dari gen autosom resesif yang penting pada manusia antara lain:
26
BB : tidak biru
Bb : tidak biru
bb : biru
2. Kistik fibrosis, suatu gangguan metabolisme protein yang berakibat pada kelainan organ tubuh (diturunkan
oleh gen autosom resesif cf)
Cf Cf : normal
Cf cf : normal
cf cf : kistik fibrosis
27
Gambar 42. Penderita Sindroma Tay Sach
(Sumber: http://www.curetay-sachs.org)
PP : normal
Pp : normal
pp : fenilketonuria
28
2. Albino (diturunkan oleh gen resesif a)
Dalam hal ini tirosin tidak dapat diubah menjadi melanin yaitu pigmen atau zat warna kulit.
AA : normal
Aa : normal
aa : albino
TT : normal
Tt : normal
tt : Tirosinosis
HH : normal
Hh : normal
hh : alkaptonuria
29
Gambar 46. Bercak alkapton
(Sumber: http://www.wikilearning.com)
5. Kretinisme (diturunkan oleh gen resesif c)
Dalam hal ini tirosin tidak dapat diubah menjadi tiroksin dan triiodotironin yang berperan penting dalam
pertumbuhan tubuh, akibatnya tubuh menjadi kerdil.
CC : normal
Cc : normal
cc : kretin
D. KODOMINANSI
Kodominansi adalah paduan antara dua jenis gen dominan. Dalam hal ini, gen dominan ada 2 macam, misalnya
HbA dan HbB (meskipun gen tersebut tertulis dalam 3 huruf anggaplah sebagai 1 huruf). Contoh dari kodominansi
adalah terjadinya fenotip golongan darah dan fenotip anemia sel sabit (sickle cell anemia).
IA IB : golongan darah AB
IA IA : golongan darah A
IA i : golongan darah A
IB IB : golongan darah B
IB i : golongan darah B
ii : golongan darah O
2. Anemia sel sabit/sickle cell anemia (diturunkan oleh gen dominan HbA dan HbS)
30
Gambar 48. Struktur sel darah merah pada anemia sel sabit
(Sumber: http://content.revolutionhelath.com)
E. GEN LETAL
Gen letal adalah gen yang menyebabkan kematian pada orang yang memiliki genotip tersebut. Gen letal ada yang
berasal dari gen dominan (gen dominan letal) dan ada pula yang berasal dari gen resesif (gen resesif letal).
Contoh dari gen dominan letal adalah penyakit Huntington’s chorea dan brakhidaktili.
BB : letal
Bb : Brakhidaktili
bb : normal
2. Huntington’s chorea dengan gejala adanya gerakan-gerakan tak terkendali (diturunkan oleh gen dominan H)
HH : letal
Hh : Huntington’s chorea
hh : normal
31
Gambar 49. Penderita Huntington’s chorea
(Sumber: http://graphics2.jsonline.com)
1. Ichtyosis Congenital yaitu bayi baru lahir dengan ciri berkulit tebal, banyak luka, dan umumnya lahir mati.
Penyakit ini diturunkan oleh gen resesif i.
II : normal
Ii : normal
ii : letal (ichtyosis congenithal)
32
F. GEN KOMPLEMENTER
Dalam hal ini, gen dominan yang berbeda saling membantu membentuk fenotip tertentu.
P DD ee X dd EE
Bisu tuli bisu tuli
F1 Dd Ee X Dd Ee
Normal Normal
F2 D… E … : normal
D… ee : bisu tuli
dd E… : bisu tuli
dd ee : bisu tuli
Dari paparan di atas tampak bahwa kondisi normal (tidak bisu tuli) terjadi jika terdapat gen dominan D dan E.
G. RANGKAIAN KELAMIN
Rangkaian kelamin adalah penurunan sifat oleh gen yang terdapat pada kromosom seks, baik diturunkan oleh gen
dominan maupun gen resesif.
Gen gigi coklat hanya terdapat pada kromosom X, sehingga wanita yang memiliki kromosom sex XX, tentu
memiliki pasangan gen gigi coklat. Karena pria memiliki kromosom seks XY atau hanya memiliki 1
kromosom X, maka hanya memiliki 1 gen untuk gigi coklat.
Gen buta warna hanya terdapat pada kromosom X, sehingga wanita yang memiliki kromosom sex XX, tentu
memiliki pasangan gen buta warna. Karena pria memiliki kromosom seks XY atau hanya memiliki 1
kromosom X, maka hanya memiliki 1 gen untuk buta warna.
PRIA (XY) WANITA (XX)
C - : normal CC : normal
c - : buta warna Cc : normal
cc : buta warna
Gen anodontia hanya terdapat pada kromosom X, sehingga wanita yang memiliki kromosom sex XX, tentu
memiliki pasangan gen anodontia. Karena pria memiliki kromosom seks XY atau hanya memiliki 1
kromosom X, maka hanya memiliki 1 gen untuk anodontia.
A - : normal AA : normal
a - : anodontia Aa : anodontia
aa : anodontia
33
Gambar 51. Gigi yang tidak tumbuh pada penderita anodontia
(Sumber: http://content.answers.com)
Gen hemofili hanya terdapat pada kromosom X, sehingga wanita yang memiliki kromosom sex XX, tentu
memiliki pasangan gen hemofili. Karena pria memiliki kromosom seks XY atau hanya memiliki 1 kromosom
X, maka hanya memiliki 1 gen untuk hemofili.
H - : normal HH : normal
h - : hemofili Hh : hemofili
hh : hemofili
Ekspresi dari gen-gen tertentu dapat ditentukan oleh seks. Dalam hal ini ada yang benar-benar dibatasi oleh seks
sehingga ekspresinya benar-benar berbeda antara pria dan wanita. Namun ada pula yang cuma dipengaruhi oleh
seks, sehingga ekspresinya berbeda namun tidak terlalu mutlak.
Gen yang mengekspresikan pertumbuhan testis, kumis dan ciri khas lainnya dari pria, serta gen yang
mengekspresikan pertumbuhan ovarium, pembesaran payudara dan ciri khas lainnya dari wanita.
Contoh dari ekspresi gen yang dipengaruhi oleh seks adalah kebotakan dan panjang jari telunjuk.
1. Kebotakan
PRIA WANITA
BB : botak BB : botak
Bb : botak Bb : normal
bb : normal bb : normal
34
PRIA WANITA
TT : pendek TT : pendek
Tt : pendek Tt : panjang
tt : panjang tt : panjang
Telah dibahas di bagian depan bahwa jumlah kromosom pada manusia adalah 46 buah, yang tersusun menjadi 23
pasang. Karena ada 23 pasang, maka kromosom memiliki morfologi kembar dua pertama, kembar dua kedua,
kembar dua ketiga dan seterusnya sampai kembar dua ke 23. Khusus untuk pasangan ke 23 yaitu 2 buah kromosom
seks, meskipun juga merupakan pasangan, namun tidak mesti memiliki morfologi yang sama. Pada wanita
merupakan pasangan yang sama yaitu XX, namun pada pria merupakan pasangan yang berbeda yaitu XY. Kondisi
pasangan dua-dua ini adalah kondisi normal dan disebut sebagai diploid (catatan: “di” artinya “dua”).
Jika setiap set atau setiap genom berisi tepat 23 buah kromosom, tidak kurang dan tidak lebih, maka kondisi ini
dinamakan euploid. Sedangkan jika ada genom yang berisi tidak tepat 23 kromosom, misalnya 22 atau 24 maka
kondisi ini dinamakan aneuploid. Terdapat beberapa kelainan jumlah kromosom baik dalam keadaan euploid
maupun dalam keadaan aneuploid.
2. Kelainan pada kondisi aneuploid (set kromosom tidak lengkap) yaitu kekurangan atau kelebihan kromosom
dibandingkan dengan jumlah kromosom diploid. Jika set kromosom pas, tidak kurang dan tidak lebih
35
dinamakan disomi dan ini merupakan kondisi normal. Beberapa kelainan yang tergolong dalam aneuploid
antara lain monosomi, nullisomi dan polisomi.
▪ Nullisomi (2n-2)
Pada nullisomi set kromosom kurang dua, karena masing-masing genom hanya terdiri atas 22 kromosom.
Jadi, jumlah kromosom hanya 44 buah, bukan 46. Contoh nullisomi adalah 1-1, 2-2, ..., 22-22, __-__.
▪ Monosomi (2n-1)
Pada monosomi, set kromosom kurang satu, karena salah satu genom hanya terdiri atas 22 kromosom saja.
Jadi, jumlah kromosom hanya 45 buah, bukan 46. Contoh monosomi adalah 1-1, 2-2, ...,22-22, 23-__.
Sindroma Turner yaitu perempuan pendek dengan tanda kelamin sekunder tak berkembang, merupakan
contoh dari monosomi (lihat Gambar 56).
Gambar 55. Sindroma Turner, salah satu genom tersusun oleh 22 kromosom saja, sehingga total hanya 45
kromosom
36
Gambar 56. Perempuan dengan Sindroma Turner
(Sumber: http://www.nature.com)
▪ Polisomi (2n+...)
Kelainan ini ditandai dengan kelebihan jumlah kromosom pada salah satu pasangan. Jika salah satu
pasangan berisi 3 kromosom sehingga kelebihan 1 maka disebut trisomi, jika salah satu pasangan berisi 4
kromosom sehingga kelebihan 2 maka disebut tetrasomi, demikian seterusnya. Contoh dari polisomi di
antaranya Sindroma Kline Felter (XXY), Sindroma XYY, Sindroma XXX dan Sindroma Down.
❖ Sindroma Kline Felter, yaitu lelaki dengan tanda perempuan (lihat Gambar 57). Kelainan ini disebabkan
oleh trisomi pada kromosom seks yaitu XXY (Lihat Gambar 58).
37
Gambar 57. Lelaki dengan Sindroma Kline Felter
(Sumber: http://www.butler.org)
Gambar 58. Sindroma Kline Felter, pasangan kromosom seks berisi 3 kromosom yaitu XXY.
38
❖ Sindroma XYY, yaitu pria bertubuh tinggi dan agresif (lihat Gambar 59). Sesuai namanya, kondisi ini
ditandai dengan trisomi pada kromosom sex yaitu XYY (lihat Gambar 60).
Gambar 60. Sindroma XYY, pasangan kromosom seks berisi 3 kromosom yaitu XYY.
39
❖ Sindroma XXX (Triple X), yaitu perempuan dengan alat kelamin luar dan dalam tak berkembang (lihat
Gambar 61). Sesuai dengan namanya, kelainan ini disebabkan oleh trisomi kromosom sex yaitu XXX
(lihat Gambar 62).
Gambar 62. Sindroma XXX, pasangan kromosom seks berisi 3 kromosom yaitu XXX.
40
❖ Sindroma Down yaitu kecatan mental dengan berbagai tanda khas (lihat Gambar 63). Kelainan
disebabkan oleh trisomi pada pasangan kromosom ke 21, sehingga pada lelaki set kromosomnya adalah
47XY+21 dan pada perempuan 47XY+21 (lihat Gambar 64).
41
PENURUNAN GOLONGAN DARAH
Bagian ini sengaja ditujukan untuk memberikan contoh pewarisan sifat yang disajikan secara lebih terperinci dan
terfokus pada satu kasus, namun masih terbatas pada pembahasan secara superfisial atau permukaannya saja.
Contoh yang dipilih adalah pewarisan golongan darah, dengan pertimbangan bahwa golongan darah relatif banyak
dikenal oleh masyarakat, dapat diidentifikasi secara sederhana serta memiliki peran yang besar dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya donor darah, identifikasi individu dan sebagainya.
Ada beberapa sistem penggolongan darah, salah satu di antaranya adalah sistem ABO. Sistem ini didasarkan pada
ada atau tidaknya antigen A dan antigen B pada eritrosit (sel darah merah) serta ada atau tidaknya antibodi A dan
antibodi B di dalam serum darah seseorang. Mengapa seseorang memiliki antigen A? Setelah melalui banyak
penelitian, Bermstein menegaskan bahwa antigen-antigen tersebut diwariskan oleh suatu alel ganda. Alel tersebut
diberi symbol I (berasal dari kata isoaglutinin). Jadi, antigen yang dimiliki merupakan fenotip, sedangkan alel
yang dimiliki adalah genotipnya.
Genotip yang terkait dengan sistem golongan darah ABO, seperti gen-gen lainnya ada yang bersifat dominan (I)
dan ada pula yang bersifat resesif (i). Namun dalam hal ini, ada 2 macam gen dominan I yaitu I A dan IB, sedangkan
untuk resesif tetap disebut i. Dengan demikian terdapat banyak variasi dari sepasang alel yang ada pada individu.
Berikut ini merupakan rincian variasi dari genotip dan fenotip yang dimunculkannya.
- Orang dengan alel IA (genotip) mampu membentuk antigen A (fenotip)
- Orang dengan alel IB (genotip) mampu membentuk antigen B (fenotip)
- Orang dengan alel IA dan IB (genotip) mampu membentuk antigen A dan antigen B (fenotip)
- Orang dengan alel i (genotip) tidak mampu membentuk antigen apapun
Interaksi antara alel IA, IB dan i menyebabkan terjadinya 4 fenotip golongan darah yaitu A, B, AB dan O,
sebagaimana tertera pada daftar berikut.
Perlu dipahami bahwa antigen akan bereaksi dengan antibodi yang sesuai. Antigen-A bereaksi dengan antibodi-
A dan antigen B bereaksi dengan antibodi-B. Akibat yang ditimbulkan dari reaksi antigen-antibodi adalah
terjadinya penggumpalan darah. Di dalam darah seseorang tidak akan terjadi reaksi antigen-A dengan antibodi-A
atau antigen-B dengan antibodi-B karena antigen dan antibodi yang cocok tidak berada di dalam tubuh kita secara
bersama-sama. Agar lebih jelas mari kita cermati Gambar 65.
- Pada golongan darah A, terdapat antigen-A namun tidak ada antibodi-A. Yang ada adalah antibodi-B sehingga
tak ada reaksi yang menimbulkan penggumpalan darah.
- Pada golongan darah B, terdapat antigen-B namun tidak ada antibodi-B. Yang ada adalah antibodi-A sehingga
tak ada reaksi yang menimbulkan penggumpalan darah.
- Pada golongan darah AB, terdapat antigen-A dan antigen-B namun tidak ada antibodi-A dan antibodi-B,
sehingga tak ada reaksi yang menimbulkan penggumpalan darah.
- Pada golongan darah O, tidak terdapat antigen-A dan antigen-B, namun ada antibodi-A dan antibodi_B,
sehingga tak ada reaksi yang menimbulkan penggumpalan darah.
42
Gambar 65. Spesifikasi antigen dan antibodi pada berbagai macam golongan darah
(Sumber: http://learn.genetics.utah.edu)
Dengan pemahaman mengenai reaksi antigen-antibodi tersebut, maka berbahaya jika darah seseorang kemasukan
darah orang lain dengan antigen yang sesuai dengan antibodi. Misalnya, orang yang bergolongan darah A
mendapat donor darah B. Antigen-B dari darah donor akan masuk lalu bereaksi dengan antibodi-B dari darah
akseptor, sehingga terjadilah penggumpalan darah. Hal ini membahayakan jiwa akseptor.
Golongan darah seseorang tidak mesti sama dengan golongan darah dari salah satu orangtua kandungnya. Dengan
adanya 2 macam antigen (A dan B) pada eritrosit, maka variasi yang timbul pada golongan darah keturunannya
menjadi kompleks. Pasangan suami istri bergolongan darah A dan A, mungkin melahirkan anak dengan golongan
darah A, namun mungkin pula melahirkan anak bergolongan darah O. Coba kita bahas, berbagai kemungkinan
yang ada. Golongan darah A berasal dari genotip IAIA atau IAi. Dengan demikian, kemungkinan pasangan
golongan darah suami istri adalah IAIA dengan IAIA, IAIA dengan IAi, atau IAi dengan IAi. Kemungkinan-
kemungkinan persilangan yang terjadi dapat dijabarkan sebagai berikut.
IAIA (A)
A
I IA
A A A A A
I I I (A) I I (A)
IAIA (A) IA IAIA (A) IAIA (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 100%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IAi (A)
A
I i
43
IA IAIA (A) IAi (A)
A A
I I (A) IA IAIA (A) IAi (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 100%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IAi (A)
A
I i
IA IAIA (A) IAi (A)
IAi (A) i IAi (A) ii (O)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 75%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 25%
IBIB (B)
B
I IB
A A B A B
I I I (AB) I I (AB)
IAIA (A) IA IAIB (AB) IAIB (AB)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 100%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IBi (B)
IB i
IA IAIB (AB) IAi (A)
IAIA (A) IA IAIB (AB) IAi (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IBIB (B)
B
I IB
A A B A B
I I I (AB) I I (AB)
IAi (A) i IBi (B) IBi (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IBi (B)
B
I I
IA IAIB (AB) IAi (A)
IAi (A) i IBi (B) ii (O)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 25%
IAIB (AB)
A
I IB
A A A A B
I I I (A) I I (AB)
IAIA (A) IA IAIA (A) IAIB (AB)
44
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IAIB (AB)
IA IB
IA IAIA (A) IAIB (AB)
IAi (A) i IAi (A) IBi (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
ii (O)
i i
IA IAi (A) IAi (A)
IAIA (A) IA IAi (A) IAi (A)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 100%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
ii (O)
i i
IA IAi (A) IAi (A)
IAi (A) i ii (O) ii (O)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 50%
IBIB (B)
B
I IB
B B B B B
I I I (B) I I (B)
IBIB (B) IB IBIB (B) IBIB (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 100%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IBi (B)
B
I i
IB IBIB (B) IBi (B)
IBIB (B) IB IBIB (B) IBi (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 100%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IBi (B)
B
I i
IB IBIB (B) IBi (B)
IBi (B) i IBi (B) ii (O)
Kesimpulan:
45
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 75%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 25%
IAIB (AB)
A
I IB
B A B B B
I I I (AB) I I (B)
IBIB (B) IB IAIB (AB) IBIB (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
IAIB (AB)
A
I IB
B A B B B
I I I (AB) I I (B)
IBi (B) i IAi (A) IBi (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
ii (O)
i i
IB IBi (B) IBi (B)
IBIB (B) IB IBi (B) IBi (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 100%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
ii (O)
i i
IB IBi (B) IBi (B)
IBi (B) i ii (O) ii (O)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 50%
IAIB (AB)
A
I IB
A A A A B
I I I (A) I I (AB)
IAIB (AB) IB IAIB (AB) IBIB (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 25%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
ii (O)
i i
IA IAi (A) IAi (A)
IAIB (AB) IB IBi (B) IBi (B)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 50%
46
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 50%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 0%
ii (O)
i i
i ii (O) ii (O)
ii (O) i ii (O) ii (O)
Kesimpulan:
Peluang kelahiran anak bergolongan darah A adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah B adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah AB adalah 0%
Peluang kelahiran anak bergolongan darah O adalah 100%
Ada berbagai macam penggolongan darah, namun yang akan kita bahas adalah penetapan sistem golongan darah
ABO.
Tanpa melihat subgroup ada 4 macam golongan darah, yaitu:
Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen dalam sel. Selain itu dikenal pula penetapan agglutinin
dalam serum. Cara terbaik adalah dengan menggunakan kedua penetapan yaitu aglutinogen dan agglutinin. Urutan
pemeriksaan golongan darah adalah sebagai berikut:
1. Taruh di bagian kiri object glass 1 tetes serum anti A dan di bagian kanan 1 tetes serum anti B
2. Tambahkan 1 tetes kecil darah pada serum, campurlah dengan ujung lidi
3. Goyangkan object glass dengan gerakan melingkar
4. Perhatikan aglutinasi dengan mata telanjang, lalu benarkan dengan menggunakan mikroskop.
Pedoman kesimpulan:
47
+ + + AB
Catatan:
• Warna serum anti A: hijau/biru
• Warna serum anti B: kuning
• Darah yang diperiksa boleh darah kapiler segar atau darah vena yang telah membeku terlebih dahulu yang
kemudian sel-selnya dilepaskan memakai ujung lidi.
• Jumlah darah yang dicampur dengan serum sebaiknya mencapai nilai hematokrit 2%.
• Anti serum kuat memberikan hasil tegas dalam waktu kurang dari 1 menit, sebaiknya hasil diperiksa setelah
2 menit dan selanjutnya disusul pemeriksaan ulang setelah lewat 20 menit. Tindakan terakhir mengamankan
adanya subgroup lemah dalam golongan A.
• Jaga jangan sampai bahan pemeriksaan menegaring pada object glass.
• Untuk menghindari kesalahan, sebaiknya gunakan juga serum anti A,B (serum golongan O). Ini berguna
untuk mendapatkan subgroup A yang lemah, yang tidak bereaksi dengan serum Anti A.
• Object glass harus bersih benar, tidak boleh ada sisa zat kimia atau darah. Hal ini menghindari adanya
aglutinasi palsu.
48
Daftar Pustaka
Elrod SL, Stansfield WD, Schaum’s Outlines Teori dan Soal-Soal Genetika, Edisi 4, Penerjemah: Tyas DW,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2007
Gandasoebrata, Penuntun laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Jakarta, 1989
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, Biokimia Harper, Edisi 25, Penerjemah: Hartono A, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001.
Ridley Matt, Genom Kisah Spesies Manusia Dalam 23 Bab, Penerjemah: Kantjono AT, Penerbit Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2005
Stryer L, Biokimia, Edisi 4, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1996
Suryo, Genetika Manusia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1997
Suryo, Genetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1998
Soehadi K., Konseling Genetis, Airlangga University Press, Surabaya, 1997
Yuwono Triwibowo, Biologi Molekular, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005
http://3.bp.blogspot.com/_CAGC1YfB4QY/SCvLVNhZYiI/AAAAAAAAAOU/lWeHRyNcsYU/s400/thalasse
mia_big_stomach_spleen_enlargement.jpg
http://content.answers.com/main/content/img/elsevier/dental/f0037-01.jpg
http://content.revolutionhealth.com/contentimages/images-image_popup-r7_sicklecells.jpg
http://ghr.nlm.nih.gov/handbook/illustrations/triploidy.jpg
http://graphics2.jsonline.com/graphics/badger/img/may02/5martin506.jpg
http://history.nih.gov/exhibits/nirenberg/images/photos/01_mendel_pu.jpg
http://img379.imageshack.us/img379/5597/sindaktili15sc.jpg
http://img.blogcu.com/uploads/kedicikkopekcik_HUMAN.jpg
http://justbeer.files.wordpress.com/2008/03/bitter-beer-face.jpg
http://learn.genetics.utah.edu
http://media.photobucket.com/image/Ichthyosis%20Congenital/lanovsky/ntah/11441270ichthyosis.jpg
http://medicastore.com/images/fibrosis_kistik.jpg
http://micahcummings.com/blog/wp-content/uploads/2009/ 04/img_6175-633x950.jpg
http://naturescrusaders.files.wordpress.com/2009/01/albino_girl_honduras2.jpg
http://pediatrics.aappublications.org/content/vol105/issue1/images/large/pe0104045019.jpeg
http://www.arastiralim.net/wp-content/uploads/2008/02/ myxedematous-endemic-cretinism-dwarfism.jpg
http://www.bioethics.org.nz/about-bioethics/glossary/images/ chromosome.gif
http://www.bio.miami.edu/dana/104/karyodown.jpg
http://www.biology. arizona.edu
http://www.butler.org/healthGate/images/si55551770_ma.jpg
http://www.curetay-sachs.org/dream.shtml
http://www.dent.unc.edu/research/defects/Images/di_primary_after_t.jpg
http://www.dentiss.com/fileSource/resim1-.jpg
http://www.dkimages.com/discover/previews/843/70011722.JPG
http://www.downssupport.org.uk/images/down%27schild2.jpg
http://www.i-am-pregnant.com/images/Polydactyly.jpg
http://www.nature.com/ejhg/journal/v14/n12/images/5201708f1.jpg
49
http://www.nature.com/nrendo/journal/v4/n3/images/ncpendmet0747-f1.jpg
http://www.nexusediciones.com/images/alcaptonuria04.jpg
http://www.scielo.br/img/revistas/abd/v80n5/en_a09fig02.jpg
http://www.theflagbearer.com/611px-Blueye.jpg
http://www.triple-x-syndroom.nl/menu150/information+ leaflet+in+english
http://www.wikilearning.com/imagescc/10545/W1102_low.jpg
http://yumizone.files.wordpress.com/2009/03/gol-darah.jpg
50