Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI


PADA KEHAMILAN PATOLOGI DAN KOMPLIKASI
DI UPTD PUSKESMAS KAPUAN

Untuk Memenuhi Persyaratan Target Praktik Semester II


Stage Kolaborasi Pada Kasus Patologi dan Komplikasi

Disusun Oleh :

APRILIANA
P1337424820238

Pembimbing Institusi :
Rizky Amelia SST, M.Kes

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Kolaborasi Pada Kehamilan Patologi dan


Komplikasi Telah diperiksa dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Stase Kolaborasi Pada Kasus Patologi dan
Komplikasi yang telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan
pembimbing institusi Prodi Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

Semarang, Oktober 2021


Pembimbing Klinik Praktikan

Siti Fatimah Amd. Keb Aprilianan


NIP. 19690206 199103 2 007 NIM. P1337424820238

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Rizky Amelia SST, M.Kes


NIP. 19810520 200212 2 002
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga kelahiran bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar
atau 9 bulan menurut kalender internasional (Saifuddin, 2009).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi hingga lahirnya janin.
Normalnya lama kehamilan berlangsung selama 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Gultom dan
Hutabarat, 2020).
Kehamilan merupakan proses fertilisasi yang dimulai dari
bertemunya sel sperma dan sel telur di ampula tuba yang melalui tiga
fase yaitu, tahap penembusan korona radiate, penembusan zona
pellusida, tahap penyatuan oosit dan membrane sel sperma. Sebelum
dilahirkan kedunia, janin akan betumbuh dan berkembang didalam
rahim selama kurang lebih sembilan bulan (Hatini, 2018).
b. Patofisiologi Kehamilan
Proses terjadinya kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma
dan sel telur. Kehamilan diartikan sebagai kondisi dimana terdapat janin
didalam tubuh akibat dari aktivitas seksual dengan pasangan.
Pembuahan terjadi dalam rentang satu minggu dari ibu selesai haid atau
pada 14 hari sebelum siklus haid berikutnya.
Proses terjadinya kehamilan terbagi kedalam dua fase yaitu
sebelum embrio terbentuk dan proses setelah embrio terbentuk. Proses
terjadinya kehamilan dimulai dari awal FSH (follicle stimulating
hormone) yang merangsang beberapa foliker menjadi matang dalam
kisaran waktu kurang lebih 2 minggu. Sel telur matang berubah ukuran
menjadi tiga kali lipat dari ukuran normal. Dan hanya satu folikel
dominan dalam satu siklus pematangan tersebut.
Selanjutnya sel telur akan lepas dari indung telur yang disebut
dengan masa ovulasi. Sperma yang bertemu dengan ovum atau sel telur
yang telah matang akan mengakibatkan terjadinya pembuahan yang
disebut konsepsi atau fertilisasi. Fertilisasi mencakup 3 fase yaitu fase
penembusan korona radiate, penembusan zona pellusida, dan penyatuan
oosit dan membrane sel sperma. Sel telur yang telah dibuahi akan
membelah diri dalam 24 jam. Pembuahan berulang-ulang akan
membentuk bola sel yang disebut zigot. Zigot terus membelah diri
hingga terbentuk rongga kecil berisi cairan yang disebut blastosit. Saat
blastosit sampai dirongga rahim, implantasi akan terjadi sekitar hari ke-
7, pada hari ke-10 embrio telah tertanam kuat. Masa embrionik dimulai
sejak pembuahan hingga minggu ke-8. Setelah minggu ke 8 embrio
disebut janin (Rahayu, 2017).
Pada saat terjadi nidasi, blastula yang berisi massa sel dalam akan
mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan timbulnya luka kecil
yang kemudian sembuh dan menutup kembali, sehingga terkadang saat
nidasi terjadi akan muncul sedikit perdarahan akibat luka desidua yang
disebut dengan implantation bleeding atau tanda Hartman (Hatini,
2018).
c. Diagnosis Kehamilan
1) Gejala Tidak Pasti
a) Amenorea yaitu berhentinya menstruasi dan didapatkan hasil
gravindex positif
b) Nousea, vomiting (emesis) anoreksia. Biasa terjadi pada bulan
pertama hingga bulan terakhir trimester pertama. Sering terjadi
pada pagi hari atau sering disebut “morning sickness”.
c) Poliuri, obstipasi
d) Hiperpigmentasi
e) Varises, epulis
f) Tanda hegar yaitu lunaknya segmen bawah rahim dan dapat
diperiksa secara bimanual.
g) Tanda chadwik yaitu servik berwarna kebiruan
h) Tanda piscaseck yaitu pembesaran uterus karena terjadi nidasi.
i) Tanda Braxton hicks yaitu kontraksi otot-otot uterus yang tidak
beraturan oleh karena ada massa didalam uterus (Rahayu,
2017).

2) Gejala Pasti Hamil


a) Terdengar DJJ (detak jantung janin)
b) Teraba bagian-bagian janin
c) Terasa dan teraba gerakan-gerakan janin.
d) Terlihat kerangka janin pada foto rontgen.
e) Terlihat janin pada hasil USG.
d. Klasifikasi Kehamilan
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-
13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga
ke-40) (Prawirohardjo, 2014).
2. Kehamilan Trimester I
a. Pengertian Kehamilan Trimester I
Kehamilan trimester pertama adalah keadaan mengandung embrio
atau fetus didalam tubuh 0 – 14 minggu. Trimester pertama merupakan
masa kritis dimana janin berada pada awal tahap pembentukan organ-
organ. Janin yang mengalami kekurangan gizi tertentu dapat berakibat
pada kegagalan pembentukan organ tertentu, selain itu memiliki resiko
berat badan lahir rendah (Putri dan Hastina, 2020).
Emesis gravidarum atau nausea gravidarum yang sering dikenal
dengan morning sickness, adalah gejala mual-mual yang disertai muntah
yang pada umumnya terjadi pada awal kehamilan, kondisi ini
dipengaruhi oleh meningkatnya kadar hormone estrogen selama
kehamilan. Gejala muncul pada pagi hari dengan frekuensi yang akan
menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio pada Trimester I
1) Embrio usia 2-4 minggu
a) Terjadi perubahan yang semula hanya berupa satu titik sel telur
menjadi satu organ yang terus berkembang dengan
pembentukan lapisan-lapisan didalamnya.
b) Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada
hari ke-20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang
pertama. Selanjutnya pembuluh darah terus berkembang
diseluruh embrio dan plasenta.

2) Embrio usia 4-6 minggu


a) Sudah terbentuk bakal organ-organ
b) Jantung sudah berdenyut
c) Pergerakan sudah nampak dalam pemeriksaan USG.
d) Panjang embrio 0,64 cm.
3) Embrio usia 8 minggu
a) Pembentukan organ bertambah jelas seperti mulut, mata dan
kaki.
b) Pembentukan usus.
c) Pembentukan genetalia dan anus.
d) Jantung mulai memompa darah.
4) Embrio usia 12 minggu
a) Embrio berubah menjadi janin
b) Usus lengkap
c) Genetalia dan anus sudah terbentuk
d) Janin sudah dapat menggerakkan anggota badan, mengedipkan
mata, mengerutkan dahi dan mulut membuka.
e) Berat badan berkisar 15-30 gram (Rahayu, 2017).
c. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Pada Trimester I
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Terdapat tanda chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva,
vagina dan servik menjadi lebih merah agak
kebiruan/keunguan, PH vulva dan vagina mengalami
peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil
lebih rentan terhadap infeksi vagina.
b) Tanda Godell yaitu perubahan konsistensi servik menjadi lebih
lunak dan kenyal.
c) Pembesaran dan penebalan uterus akibat adanya peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperlplasia, dan
hipertrofi otot, dan perkembangan desidua. Dinding-dinding
otot menjadi kuat dan elastis, fundus pada serviks mudah fleksi
disebut dengan tanda Mcdonald.
d) Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek
dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa.
pada minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi pada isthmus
uteri membuat isthmus menjadi panjang dan lebih lunak yang
disebut tanda Hegar.
e) Sejak trimester 1 kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi
yang tidak teratur dan pada umumnya tidak nyeri. proses
ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan.
Pematangan folikel baru juga ditunda, tetapi pada awal
kehamilan, masih terdapat 1 korpus luteum gravidarum yang
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Folikel ini
akan berfungsi maksimal selama 6 sampai 7 minggu kemudian
mengecil setelah plasenta terbentuk (Syaiful dan Fatmawati,
2019)
2) Kulit
Terjadi peningkatan suatu hormon perangsang melanosit sejak
akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm, yang menyebabkan
timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah pigmentasi
berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit
abdomen. bercak kecoklatan pada muncul di daerah wajah dan
leher membentuk chloasma atau melasma gravidarum atau topeng
kehamilan. Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan kulit
genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang
setelah melahirkan, angioma atau spider naevi merupakan bintik-
bintik penonjolan kecil dan merah pada kulit wajah, leher, dada atas
dan lengan. Kondisi ini sering disebut sebagai nevus angioma atau
teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang juga dapat ditemukan.
Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh hiperestro
genemia kehamilan.
3) Payudara
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotrophin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga akan lebih
terlihat. Areola mamae akan bertambah besar pula dan kehitaman,
kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung
menonjol keluar dinamakan tuberkel montgomer.
4) Jantung
Meningkatnya beban kerja yang menyebabkan otot jantung
mengalami hipertrofi ventrikel kiri sebagai pengatur pembesaran
jantung, pembesaran uterus menekan jantung ke atas dan ke
kiri. Suara sistolik jantung dan murmur yang berubah adalah
normal. Selama hamil kecepatan darah meningkat yakni jumlah
darah yang dialirkan oleh jantung dalam setiap denyutnya sebagai
hasil dari peningkatan curah jantung. Hal ini meningkatkan volume
darah dan oksigen ke seluruh organ dan jaringan ibu untuk
pertumbuhan janin denyut jantung meningkat dengan cepat setelah
usia kehamilan 4 minggu, dari 15 denyut permenit menjadi 70-85
denyut permenit, aliran darah meningkat dari 64 ml menjadi 71 ml.
5) Perubahan sistem sirkulasi
Selama kehamilan jumlah darah yang dipompa oleh jantung
setiap menitnya (cardiac output-curah jantung), meningkat sampai
30 sampai 50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada kehamilan 6
minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 16-28 minggu.
Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan frekuensi denyut
jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung meningkat dari 77
per menit sebelum hamil menjadi 78 denyut per menit saat usia
kehamilan 20 minggu, dengan puncaknya 85 denyut per menit pada
akhir kehamilan. Volume sekuncup meningkat dari 64 ml sampai
70 ml, pada pertengahan kehamilan tetapi pada akhir kehamilan
volume sekuncup berkurang sedangkan peningkatan curah jantung
dipertahankan oleh frekuensi denyut jantung.
6) Perubahan sistem respirasi
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada
awal kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu.
Hal itu sering mengesankan adanya kelainan paru atau jantung
padahal sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan usaha nafas
selama kehamilan kemungkinan diinduksi terutama oleh
progesteron dan sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang meningkat
tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbondioksida
berkurang.
7) Perubahan sistem persarafan
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah pemusatan
perhatian, konsentrasi dan memori selama kehamilan dan masa
nifas awal. Namun penelitian yang sistematis tentang memori pada
kehamilan tidak terbatas dan seringkali bersifat anekdot.
8) Perubahan sistem hematologis
Volume darah Ibu meningkat secara nyata sebelum
kehamilan. Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit
menurun sejak trimester awal kehamilan. Sedangkan konsentrasi
dan kebutuhan zat besi selama kehamilan juga cenderung
meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.
9) Sistem kardiovaskular
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8
minggu pertama kehamilan. Pada awal Minggu ke-5 curah jantung
mengalami peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan
resistensi vaskular sistemik, serta peningkatan frekuensi denyut
jantung. Preload meningkat sebagai akibat bertambahnya volume
plasma yang terjadi pada minggu ke 10 sampai 20.
10) Perubahan sistem uria
Pada bulan-bulan awal kehamilan vesika urinaria tertekan
oleh uterus sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu
menghilang seiring usia kehamilan, karena uterus yang telah
membesar keluar dari rongga pelvis dan naik ke abdomen. Ukuran
ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan, laju filtrasi
glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada
awal kehamilan.
11) Perubahan sistem integument
Dari akhir bulan kedua sampai dengan aterm, terjadi
peningkatan pituitary melanin stimulating hormon yang
menyebabkan bermacam tingkat pigmentasi meskipun masih
tergantung pada warna kulit ibu hamil. Kulit terasa seperti terbakar
selama kehamilan akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan
hal lain. Tempat yang umumnya terpengaruh adalah aerola, garis
tengah abdomen, perineum dan aksila. Hal ini terjadi karena pada
beberapa daerah tersebut kadar melanositnya lebih tinggi. Hampir
semua wanita hamil mempunyai garis pigmentasi yang disebut
linea. Biasanya berada pada di garis tengah otot rectus yang
merupakan bagian pertahanan pada saat uterus berkembang dan
bertambah besar dan juga menyebabkan taksis diastasis, kulit
kepala, muka, k-dan bulu di tubuh selama hamil menjadi lebih
tebal.
12) Perubahan sistem musculoskeletal
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada
muskuloskeletal. Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan
progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan
ligamen juga meningkatkan jumlah cairan sinovial. Bersamaan
dengan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan
mobilitas persendian, keseimbangan kadar kalsium selama
kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisinya khususnya
produk terpenuhi.
13) Perubahan sistem gastrointestinal
Gusi menjadi bengkak, lunak dan berlubang pada saat
kehamilan, merupakan efek dari peningkatan kadar estrogen yang
mengarah pada perdarahan karena trauma. Peningkatan saliva dan
Vitaline adalah masalah umum pada kehamilan. Relaksasi otot
polos abdomen dan hipomotilitas karena peningkatan kadar
estrogen dan HCG dapat menyebabkan mual dan muntah.
Peningkatan nafsu makan pada masa kehamilan bisa dikarenakan
hormon progesteron yang memerintah otak untuk mengatur
penyimpanan lemak untuk keseimbangan energi. Hal ini bertujuan
menggantikan kadar plasma glukosa dan asam amino yang turun
pada awal kehamilan. Turunnya osmolaritas plasma dan naiknya
kadar prolaktin juga meningkatkan perasaan halus pada wanita
hamil. Adanya tekanan integralistik yang tidak disertai dengan
tonus dari sfingter kardia lambung menyebabkan refleks asam di
mulut dan sakit epigastrik atau retrosternal.
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan
usus bagian bawah sehingga terjadi sembelit ( konstipasi). Sembelit
semakin berat karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh
tingginya kadar progesteron. Wanita hamil sering mengalami
heartburn (rasa panas di dada) dan sendawa, yang kemungkinan
terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam lambung dan
karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
14) Perubahan kenaikan berat badan
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang
sebagian besar diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan
peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil
pertambahan berat badan tersebut diakibatkan oleh perubahan
metabolik yang menyebabkan pertambahan air selular dan
penumpukan lemak serta protein baru, yang disebut cadangan ibu.
Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan berat badan ibu kurang
lebih 1 kg.
Tabel 1.1 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan
Jaringan dan
10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu
cairan
Janin 5 300 1500 3400
Placenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan
0 30 80 1480
ekstraseluler
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
Perubahan berat badan dalam satuan gram
15) Perubahan sistem pencernaan
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena
perubahan posisi lambung dan aliran asam lambung ke esofagus
bagian bawah. produksi asam lambung menurun. Sering terjadi
nausea dan muntah karena pengaruh human chorionic
gonadotrophin (HCG), tonus otot-otot traktus digestivus juga
berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa.
Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang
mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut
mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual.
16) Perubahan sistem endokrin
a) Hormone plasenta
Sekresi hormon plasenta dan HCG dari plasenta ke janin
mengubah organ endokrin secara langsung. Peningkatan kadar
estrogen menyebabkan produksi globulin meningkat dan
menekan produksi tiroksin, kortikosteroid dan
steroid. Akibatnya plasma yang mengandung hormon ini akan
meningkat jumlahnya, tapi kadar hormon bebas tidak
mengalami peningkatan yang besar.
b) Kelenjar hipofisis
Berat kelenjar ini meningkat hingga 50% yang
menyebabkan wanita hamil merasa pusing. Sekresi prolaktin,
adrenokortikotropik dan melanocyte stimulating hormone
meningkat.
c) Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid pada masa kehamilan akan mengalami
pembesaran hingga 13% karena adanya hiperplasia dari
jaringan glandula dan peningkatan vaskularitas. Secara
fisiologis yang terjadi adalah peningkatan iodin sebagai
kompensasi kebutuhan ginjal terhadap iodin yang
meningkatkan laju filtrasi glomerulus. Terkadang kehamilan
juga menunjukkan hipertiroid namun fungsinya akan tetap
normal. Peningkatan konsentrasi tiroksin dan triodotironin
juga dapat merangsang peningkatan laju metabolisme basal.
d) Kelenjar adrenal
Karena dirangsang oleh hormon estrogen, kelenjar adrenal
memproduksi lebih banyak kortisol plasma bebas dan juga
kortikosteroid, termasuk ACTH dan hal ini terjadi dari usia 12
minggu kehamilan hingga aterm. Hal ini menyebabkan
penurunan kemampuan ginjal untuk mengatur kadar garam
selama kehamilan, menyebabkan retensi cairan dan edema.
17) Perubahan sistem imunologi
HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu
kadar Ig G, Ig A dan Ig M serum menurun mulai dari minggu ke 10
kehamilan hingga mencapai kadar terendah pada minggu ke-30 dan
tetap berada pada kadar ini hingga aterm.
18) Perubahan sistem neurologi
Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat menyebabkan
timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular sebagai berikut :
a) Kompresi saraf panggul atau stasis vaskular akibat pembesaran
uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah
b) Lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan
pada saraf atau kompresi akar saraf
c) Akroestesia yaitu rasa baal dan gatal pada tangan yang timbul
akibat posisi bahu yang membungkuk. keadaan ini berkaitan
dengan tarikan pada segmen pleksus brachialis.
d) Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa
cemas. Nyeri kepala juga dihubungkan dengan gangguan
penglihatan, seperti kesalahan refraksi, sinusitis, atau migrain.
e) Nyeri kepala ringan rasa ingin pingsan bahkan pingsan sering
terjadi pada ada awal kehamilan (Syaiful dan Fatmawati,
2019).
d. Perubahan Psikologi Ibu Hamil Trimester Pertama
Psikologis ibu hamil diartikan sebagai periode krisis, saat
terjadinya gangguan dan perubahan identitas peran. Definisi krisis
merupakan ketidakseimbangan psikologi yang disebabkan oleh situasi
atau tahap perkembangan. Awal perubahan psikologi ibu hamil yaitu
periode syok, menyangkal, bingung, dan sikap menolak. Persepsi wanita
bermacam-macam ketika mengetahui dia hamil, seperti kehamilan suatu
penyakit, kejelekan atau sebaliknya yang memandang kehamilan
sebagai masa kreatifitas dan pengabdian kepada keluarga.
Faktor penyebab terjadinya perubahan psikologi wanita hamil
ialah meningkatnya produksi hormon progesteron. Hormon progesteron
memengaruhi kondisi psikisnya, akan tetapi tidak selamanya pengaruh
hormone progesteron menjadi dasar perubahan psikis, melainkan
kerentanan daya psikis seorang atau lebih dikenal dengan kepribadian.
Wanita hamil yang menerima atau sangat mengharapkan
kehamilan akan lebih menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan.
Berbeda dengan wanita hamil yang bersikap menolak kehamilan.
Mereka menilai kehamilan sebagai hal yang memberatkan ataupun
menganggu estetika tubuhnya seperti gusar, karena perut menjadi
membuncit, pinggul besar, payudara membesar, capek dan letih. Tentu
kondisi tersebut akan mempengaruhi kehidupan psikis ibu menjadi tidak
stabil (Pieter & Namora, 2010). Berikut perubahan psikologi selama
trimester pertama kehamilan :
1) Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester I (Penyesuaian) ialah penurunan
kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan suasana
hati seperti depresi atau khawatir, ibu mulai berpikir mengenai bayi
dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan
diri yang kurang menarik, dan menurunnya aktifitas seksual.
2) Cenderung Malas
Penyebab ibu hamil cenderung malas karena pengaruh perubahan
hormon dari kehamilannya. Perubahan hormonal akan
mempengaruhi gerakan tubuh ibu, seperti gerakannya yang semakin
lamban dan cepat merasa letih. Keadaan tersebut yang membuat ibu
hamil cenderung menjadi malas.
3) Perasaan Ambivalen
Perasaan ambivalen sering muncul saat masa kehamilan trimester
pertama. Perasaan ambivalen wanita hamil berhubungan
dengan kecemasan terhadap perubahan selama masa kehamilan,
rasa tanggung jawab, takut atas kemampuannya menjadi
orang tua, sikap penerimaan keluarga, masyarakat, dan masalah
keuangan. Perasaan ambivalen akan berakhir seiring dengan adanya
sikap penerimaan terhadap kehamilan
4) Perasaan Ketidaknyamanan
Perasaan ketidaknyamanan sering terjadi pada trimester pertama
seperti nausea, kelelahan, perubahan nafsu makan dan kepekaan
emosional, semuanya dapat mencerminkan konflik dan depresi.
5) Insomnia
Sulit tidur merupakan gangguan tidur yang diakibatkan gelisah atau
perasaan tidak senang, kurang tidur, atau sama sekali tidak bisa
tidur. Sulit tidur sering terjadi pada ibu-ibu hamil pertama kali atau
kekhawatiran menjelang kelahiran. Gejala-gejala insomnia dari ibu
hamil dapat dilihat dari sulit tidur, tidak bisa memejamkan mata,
dan selalu terbangun dini hari. Penyebab insomnia yaitu stres,
perubahan pola hidup, penyakit, kecemasan, depresi, dan
lingkungan rumah yang ramai. Dampak buruk dari insomnia yaitu
perasaan mudah lelah, tidak bergairah, mudah emosi, stress.

e. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester Pertama


1) Hyperemesis Gravidarum
Hiperemesesis gravidarum sebagai suatu keadaan yang
dikarakteristikan dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan,
kehilangan berat badan dan gangguang keseimbangan elektrolit, ibu
terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung.
Jika tidak ditangani segera masalah yang timbul seperti peningkatan
asam lambung yang selanjutnya dapat menjadi gastristis.
Peningkatan asam lambung akan semakin memperparah
hyperemesis gravidarum (Rahma, 2016).
Menurut Ningsih (2012), mual muntah yang timbul terjadi
karena adanya perubahan berbagai hormon dalam tubuh pada awal
kehamilan. Presentase hormon hCG akan meningkat sesuai dengan
pertumbuhan plasenta. Diperkirakan hormon inilah yang
mengakibatkan muntah melalui rangsangan terhadap otot polos
lambung. Sehingga semakin tinggi hormon hCG , semakin cepat
pula merangsang muntah (Rahma, 2016).
Menurut Manuaba (2010), mengemukakan dampak yang
terjadi pada hyperemesis gravidarum yaitu menimbulkan konsumsi
O2 menurun, gangguan fungsi sel liver hingga terjadi ikterus. Mual
muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi
alat-alat vital dan menimbulkan kematian (Rahma, 2016).
Hyperemesis gravidarum juga dikaitkan dengan peningkatan resiko
untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran Prematur, kecil
usia kehamilan, serta kematian pada perinatal.
Klasifikasi hyperemesis gravidarum menurut Manuaba
(2010), yaitu:
a) Hyperemesis gravidarum tingkat I ditandai dengan muntah
yang terus menerus disertai dengan penurunan nafsu makan
dan minum.
b) Pada hyperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan
semua yang dimakan dan diminu, berat bada cepat menurun,
dan ada rasa haus yang hebat.
c) Hyperemesis gravidarum tingkat III sangant jarang terjadi.
Keadaan ini sangat merupakan kelanjutan dari hyperemesis
tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau
bahkan berhenti, tetapi kesadaran menurun (delirium dampai
koma) hingga mengalami ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung dan dalam urin ditemukan billirubin dan
protein (Rahma, 2016).
2) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa awal kehamilan kurang dari
22 minggu. Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami
perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu pertama
terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi
(penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim) yang dikenal
dengan tanda Hartman dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain
dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin terjadi pertanda
servik yang rapuh (erosi). Perdarahan dalam proses ini dapat
dikatakan normal namun dapat diindikasikan terdapat tanda-tanda
infeksi. Perdarahan pervaginam patologis dengan tanda-tanda
seperti darah yang keluar berwarna merah dengan jumlah yang
banyak, serta perdarahan dengan nyeri yang hebat. Perdarahan ini
dapat disebabkan karena abortus, kehamilan ektopik atau mola
hidatidosa.
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan < 20 minggu dengan berat janin < 500 gram atau
sebelum plasenta selesai (Kusmiyati, 2009). Jenis-jenis abortus
menurut Kusumawati (2014) , diantaranya:
a) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah
tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan
tersebut.
b) Abortus provokatus (induced abortion) adalah bentuk abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun
alat–alat.
c) Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena indikasi
medis seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.
d) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan– tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.
e) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah bentuk
abortus dimana hanya sebagian dari hasil konsepsi yang
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Perdarahan berlangsung banyak, dan dapat membahayakan ibu.
f) Abortus imminens Abortus yang mengancam terjadi di mana
perdarahan kurang dari 20 minggu, dengan atau tanpa kram
perut bagian baway tanpa dilatasi serviks.
g) Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung
dimana ekspulsi hasil konsepsi belum terjadi tetapi telah ada
dilatasi serviks. Kondosi ini ditandai pada wanita hamil dengan
perdarahan banyak, disertai nyeri kram peut bagian bawah.
h) Abortus tertunda (missed abortion). Menurut WHO, missed
abortion adalah kondisi dimana embrio atau janin nonviable
tetapi tidak dikeluarkan secara spontan dari janin (kurun waktu
sekitar 8 minggu).
3) Mola hidatidosa
Menurut Kemenkes RI (2013), mola hidatidosa adalah bagian
dari penyakit trofoblastik gestasional, yang disebabkan oleh
kelainan pada villi khoironok yang disebabkan oleh poliferasi
trofoblastik dan edem. Diagnosa mola hidatidosa dapat ditegakkan
melalui pemeriksaan USG. Beberapa tanda gejala molahidatidosa
yaitu:
a) Terdapat mual dan muntah yang menetap, terkadang sering kali
menjadi parah.
b) Terdapat perdarahan uterus pada minggu ke-12 disertai bercak
darah dan perdarahan hebat, namun biasanya berupa rabas yang
bercampur darah, dan cenderung berwarna merah.
c) Tampak ukuran uterus yang membesar namun tidak ada
perkembangan/ aktivitas janin.
d) Terdapat nyeri tekan pada ovarium.
e) Tidak ada denyut jantung janin.
f) Saat palpasi, bagian-bagian janin tidak diteraba/ tidak
ditemukan.
g) Komplikasi hipertensi akibat kehamilan, preeklampsi/ eklampsi
sebelum usia kehamilan 24 minggu.
4) Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan ketika implantasi dan
pertumbuhan hasil konsepsi berlangsung diluar endometrium
kavum uteri. Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi diberbagai
segmen tuba fallopi, dan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga
peritoneum dan didalam serviks. Jika terjadi ruptur disekitar lokasi
implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan pasif
dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu
(RI, Kemenkes, 2013: 114).
Faktor-faktor predisposisi kehamilan ektopik meliputi riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi tubektomi,
penggunaan IUD, infertilitas, riwayat abortus dan riwayat
inseminasi buatan/ teknologi bantuan reproduktif (assisted
reproductive technology/ ART). Diagnosa kehamilan ektopik dapat
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan USG.
5) Anemia
WHO menetapkan standar hemoglobin (Hb 11%) pada ibu
hamil, jika kurang dari standar maka dikatakan mengalami anemia.
Depkes RI (2009) mengklasifikasikan anemia pada ibu hamil
berdasarkan berat badannya dikategorikan sebagai anemia ringan
dan berat. Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah yaitu 8 gr%
hingga kurang dari 11 gr%. Anemia berat apabila kadar Hb dalam
darah kurang dari 8 gr% (Nurhidayati, 2013). Komplikasi anemia
pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya missed abortion,
kelainan kongenital, abortus/ keguguran serta dampak pada janin
menyebabkan berat lahir rendah. Macam-macam anemia dalam
kehamilan meliputi:
a) Anemia defisiensi zat besi
Anemia yang ditandai dengan keluhan lemas, pucat dan mudah
pingsan, karena kekurangan zat besi dalam darah dan kadar Hb
< 11 gr%. Dapat ditanggulangi dengan mengkonsumsi
makanan yang kaya zat besi seperti sayur-sayuran dan daging.
b) Anemia megaloblastik
Anemia yang terjadi karena kelainan proses pembentukan DNA
sel darah merah yang disebabkan kekurangan (defisiensi)
vitamin B12 dan asam folat.
c) Anemia hipoplastik
Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung tulang yang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru
d) Anemia hemolitik
Anemia yang terjadi karena kerusakan sel darah merah yang
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
6) Hipertensi Gravidarum
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan sistolik
dan distolik sampai atau melebihi 140/ 90 mmHg. Ibu hamil yang
mengalami kenaikan takanan sistolik sebanyak 30 mmHg atu
diastolik sebanyak 15 mmHg perlu dipantau lebih lanjut
(Lindarwati, 2012).
Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang
dipengaruhi oleh faktor perubahan curah jantung, sistem saraf
simpatis, autoregulasi, dan pengaturan hormon. Hipertensi dalam
kehamilan dibagi menjadi 5 yaitu: hipertensi kronis, preeklamsi,
superimposed, hipertensi gestasional dan eklamsia. Hipertensi
gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya
mencapai 140/ 90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama
kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi
gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak terjadi
preeklampsia dan tekanan darah kembali normal dalam 12 minggu
postpartum. Hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda-
tanda lain yang berkaitan dengan preeklampsia, 58 seperti nyeri
kepala, nyeri epigastrium, trombositipenia (Syaiful dan Fatmawati,
2019).
f. Kunjungan Pelayanan Antenatal Kehamilan Trimester I
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu
hamil secara rutin dan berkesinambungan untuk menjaga kesehatan ibu
dan janinnya guna mencapai beberapa sasaran utama yaitu untuk
mencegah dan mengatasi masalah kehamilan, untuk membatu masalah
gizi, masalah sosial dan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam
masa persalinan dan nifas, cara menjaga diri agar tetap sehat, membantu
ibu hamil dan keluarga mempersiapkan kelahiran bayinya, penyuluhan
tentang KB, serta meningkatkan kesadaran tentang kemungkinan adanya
resiko atau komplikasi dalam kehamilan dan persalinan (Syafrudin,
Karningsih and Dairi, 2011).
Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko
mengalami penyulit atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan
antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai standar
pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010). Pelayanan
antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal rutin dengan beberapa
program lain yang sasarannya adalah ibu hamil, sesuai prioritas
Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas
pelayanan antenatal (Depkes, 2009). Pelayanan antenatal terpadu dan
berkualitas secara keseluruhan yaitu memberikan pelayanan dan
konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat,
melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan, menyiapkan persalinan yang bersih dan aman,
merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi, melakukan penatalaksanaan kasus serta
rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan serta melibatkan ibu dan
keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi (Kemenkes RI, 2013).
Pemeriksaan antenatal yang sesuai standar adalah dengan
memberikan pelayanan antenatal standar 10 T yaitu :
1) penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
2) pengukuran tekanan darah
3) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA)
4) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5) penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi
6) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan,
7) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
8) pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana
9) pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya)
10) tatalaksana kasus (Kemenkes RI, 2013).
Tujuan pemeriksaan ibu pada kunjungan prenatal pertama adalah
sebagai berikut :
1) Untuk memastikan kehamilan
2) Untuk pemeriksaan kesehatan fisik ibu hamil
3) Untuk mengkaji pertumbuhan dan perkembangan janin
4) Untuk mengevaluasi kebutuhan psikososial ibu dan keluarganya
5) Untuk mengkaji kebutuhan konseling dan pembelajaran
6) Untuk menyusun rencana perawatan guna meningkatkan kesehatan
ibu dan bayi (Syaiful dan Fatmawati, 2019).
g. Penatalaksanaan Kehamilan Trimester I
Proses pengkajian dilakukan sepanjang prenatal. Proses dimulai
saat ibu bertemu dengan tenaga kesehatan karena adanya dugaan
kehamilan. Teknik pengkajian meliputi wawancara, pemeriksaan fisik
dan tes laboratorium. Penyimpangan dari temuan normal dapat
mengindikasikan suatu komplikasi (Syaiful dan Fatmawati, 2019). Pada
usia kehamilan 12 minggu dilakukan pemeriksaan dengan melakukan
asuhan sebagai berikut :
1) Penegakan diagnosa kehamilan dengan metode sederhana dengan
melihat perubahan fisiologi dan kolaborasi dengan dilakukan USG
2) Penapisan kebiasaan buruk itu seperti merokok dan minum-
minuman keras
3) Penapisan penyakit penyerta pada masa kehamilan seperti diabetes
melitus jantung dan hipertensi
4) Pemeriksaan berat badan ibu dan IMT
5) Lakukan pemeriksaan laboratorium seperti HB, urine, dan VDRL
6) Lakukan deteksi dini penyakit menular seksual termasuk HIV
AIDS, HBSAG, dan sifilis
7) Pemenuhan kebutuhan asam folat, vitamin D, vitamin B6, vitamin
B12 serta pemberian tablet Fe pada ibu bila tidak terdapat efek
samping tablet Fe bagi ibu
8) Mengurangi keluhan pada awal kehamilan seperti hiperemesis
gravidarum
9) Menyiapkan psikologi ibu terhadap kehamilan yang terjadi
10) Pemberian informasi sesuai keluhan ibu
11) Deteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi dan lakukan
kolaborasi atau rujukan yang tepat
12) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan yang diberikan (Rahayu,
2017).
h. Pengaruh Kehamilan Trimester I Pada Kehidupan Sosial
1) Karier
Prospek karir pada seorang wanita akan dibatasi dengan
adanya kehamilan. Pengaruh kehamilan pada pekerjaan maupun
sebaliknya sangat bergantung pada jenis pekerjaan dan orang-orang
ditempat wanita itu bekerja. Meninggalkan pekerjaan saat hamil,
membuat ibu hamil merasa kesepian, menganggap dirinya tidak
berguna dan itu dapat menjadi masalah. Selain itu ibu hamil dapat
pula merasakan bahwa kini dia mempunyai banyak waktu untuk
menyalurkan hobi dan minat, serta menyalurkan kegiatannya
sampai bayi lahir nantinya.
2) Aspek Finansial
Aspek finansial dapat menjadi masalah yang sangat penting
terutama jika kehamilan terjadi tanpa diduga. Misalnya, penghasilan
suami tidak memadai dan ibu hamil terpaksa berhenti bekerja maka
ada kemungkinan harus tinggal di daerah yang kumuh yang rentang
penyakit atau juga untuk menghemat pengeluaran wanita tersebut
mungkin akan mengurangi makan makanan segar yang kaya akan
protein dan kalsium yang dibutuhkan.
3) Ketakutan dan kecemasan
Ibu hamil dan pasangannya mungkin mengalami ketakutan,
kekhawatiran dan berbagai reaksi emosional yang tidak dapat
dibagi dengan keluarga ataupun sahabatnya. Kondisi dianggap
lemah ketika kehamilan dan kelahiran terjadi merupakan peristiwa
yang normal dan banyak dialami.
i. Reaksi Kognitif Dan Emosional Ibu Pada Kehamilan Trimester I
1) Merasa belum siap dengan kehamilannya, emosi tidak stabil dan
suasana hati yang bimbang tentang kebenaran kehamilan
2) Konsentrasi pada perubahan bentuk tubuh
3) Kegembiraan dan suasana hati memerlukan atau lebih menuju kasih
sayang pengertian dan pengertian dari lingkungan sekitarnya
terlebih dari suami.
j. Kebutuhan Pengetahuan Pada Kehamilan Trimester I
1) Perubahan fisik ibu hamil trimester pertama
2) Perubahan emosional pada ibu hamil trimester pertama
3) Seksualitas
a) Perubahan kebutuhan
b) Perhatian pada kehidupan seksual menurun
4) Ketidaknyamanan ringan pada kehamilan trimester pertama
a) Sering buang air kecil
b) Perasaan mual-mual
5) Tanda bahaya yang terjadi pada kehamilan trimester pertama
a) Perdarahan pervaginam
b) Nyeri perut
c) Edema pada muka, tangan dan kaki
6) Nutrisi ibu hamil trimester pertama
7) Penggunaan obat-obatan.
8) Kebiasaan sehari-hari seperti merokok dan minuman beralkohol
k. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama
Pada trimester pertama pertumbuhan dan perkembangan janin
masih berlangsung lambat dan kebutuhan gizi ibu hamil pada trimester
pertama sama dengan wanita dewasa biasanya. Keluhan yang timbul
pada trimester satu diantaranya nafsu makan kurang, mual, pusing,
halusinasi ingin makan yang aneh-aneh atau ngidam, mual, muntah dan
lainnya. Keluhan tersebut dapat menyebabkan nafsu makan menurun
dan berakibat asupan nutrisi menjadi berkurang.
Kekurangan asupan pada trimester pertama dapat menyebabkan
meningkatkan risiko hipermis gravidarum, kelahiran prematur,
keguguran, dan kelainan pada sistem saraf. Makanan padat gizi yang
cukup selama kehamilan sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
selama kehamilan. Makanan yang dianjurkan berupa makanan kering
dan segar seperti roti panggang, biskut atau sereal dan buah-buah segar
serta sari buah (Rahayu, 2017).
l. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kejadian mual-muntah pada Ibu
Hamil
Ada beberapa hal yang dianggap sebagai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian mual dan muntah dalam kehamilan
menurut Astuti (2016) dan Tiran (2009), yaitu:
1) Hormonal
Mual muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh
perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan,
terutama disebabkan oleh tingginya fluktasi kadar HCG, khususnya
diawal periode mual muntah paling umum adalah pada usia 12-16
minggu pertama, dimana keadaan saat itu, HCG mencapai kadar
tertinggi. HCG disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit. HCG
dibawah kontrol ovarium di hipofisis menyebabkan korpus luteum
terus memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang
nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. HCG dapat
dideteksi dalam darah wanita dari sekitar tiga minggu gestasi (satu
minggu setelah fertilisasi), suatu tanda menjadi dasar bagi tes
kehamilan
2) Faktor Psikologis
Mual dan muntah dalam kehamilan diduga sebagai penyakit
psikosomatis atau kelainan konversi, wanita yang mengalaminya
tidak bisa menghadapi tekanan dengan keadaan kehamilannya dan
mengalihkannya pada gejala fisik. Ada hubungan antara mual dan
muntah dalam kehamilan dengan keadaan depresi, anxietas dan
hysteria. Masalah psikologis dapat memprediksi beberapa wanita
untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan. Kehamilan
yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau
karena beban pekerjaan atau finansial yang dapat menyebabkan
penderitaan batin, ambivalensi, dan konflik.

3) Adaptasi Evolusi
Dikatakan bahwa mual dan muntah dalam kehamilan adalah suatu
mekanisme yang berguna untuk memproteksi wanita hamil dan
janin dari infeksi yang menular lewat makanan dan dari toksin.
Perubahan hormon kehamilan juga bisa mengganggu fungsi
neuromuskular dari sistem gastrointestinal, yang berakibat pada
mual dan muntah. Seperti progesterone yang bisa mengurangi
kontraktilitas otot polos dan menyebabkan gastric dysrhythmiasatau
pengosongan lambung yang terhambat.
4) Pekerjaan
Perjalanan ketempat kerja yang mungkin terburu-buru di pagi hari
tanpa waktu yang cukup untuk sarapan dapat menyebabkan mual
dan muntah. Tergantung pada sifat pekerjaan wanita, aroma, zat
kimia, atau lingkungan dapat menambah rasa mual wanita dan
menyebabkan muntah.
5) Paritas
Pada primigravida menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi
dan komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi asuhannya
turut mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala mual dan
muntah. Sedangkan multigravida dan grandemultigravida sudah
memiliki pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang gejala
emesis gravidarum sehingga mampu mengatasi gejalanya.
m. Penatalaksanaan
Secara garis besar penanganan mual dan muntah dalam kehamilan
dikelompokkan menjadi terapi farmakologi dan non-farmakologi.
Beberapa terapi non farmakologis di antaranya adalah mengubah pola
diet, dukungan emosional, akupresur dan pemberian jahe (Wiraharja,
2011).
1) Mengubah pola diet
Untuk kehamilan dengan gejala mual-muntah yang ringan,
penanganan dengan mengubah pola diet merupakan terapi yang
pertama yang dilakukan. Para wanita yang mengalaminya
dianjurkan untuk makan lebih sering dengan porsi yang lebih kecil
serta mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang
merangsang perasaan mual. Jenis makanan yang dikonsumsi juga
dianjurkan agar rendah lemak, tinggi karbohidrat dan bertekstur
lembut. Jenis minuman yang asam juga lebih ditolerir oleh tubuh
dibanding dengan air putih biasa.
2) Dukungan emosional
Dengan adanya mual muntah dalam kehamilan, walau tidak
berkorelasi kuat, tetapi dapat menimbulkan depresi yang diakibatkan
oleh perubahan mendadak kondisi pada wanita hamil. Oleh sebab itu,
dibutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar untuk meringankan
dampak psikologis yang ada.
3) Pemberian Vit B6
Vitamin B6 berperan dalam metabolisme tubuh seperti fungsi normal
sistem saraf, regulasi hormon, memperbaiki jaringan, dan
pembentukan sel darah merah, asam amino, dan asam nukleat.
Defisiensi vitamin B6 menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga
saraf panca indera akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu
mudah mual muntah.
Berdasarkan penelitian Happy Elda Murdiana yang berjudul “Terapi
Mual Muntah Pada Kehamilan di Rawat Jalan Rumah Sakit Kelas
D”. Hasil kesimpulan penelitian ini adalah Terapi antimual pada
penelitian ini sesuai dengan rekomendasi ACOG, pemberian vitamin
B6 (1.9%) merupakan lini pertama Ondansetron diberikan pada 14
subjek penelitian (27.4%) merupakan lini ketiga atau untuk terapi HG
atau jika gejala mual muntah tidak bekurang.
4) Jahe
Jahe merupakan bahan terapi yang banyak digunakan untuk
meredakan gejala mual muntah dalam kehamilan. Bentuk sediaan dan
kadar yang digunakan bermacam-macam. Menurut Akbar (2015),
selain jahe, sereh juga berfungsi untuk mengatasi mual dan muntah.
Berdasarkan penelitian Ayu Dwi Putri, Dewi Andiani, Haniarti, dan
Usman yang berjudul “Efektifitas Pemberian Jahe Hangat dalam
Mengurangi Frekuensi Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester I”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian minuman jahe
hangat efektif dalam mengurangi frekuensi mual muntah pada ibu
hamil trimester pertama.
Penelitian Parwitasari, Chatur Dhian, Sri Utami dan Siti Rahmalia
yang berjudul “Perbandingan Efektivitas Pemberian Rebusan Jahe
dan Daun Mint Terhadap Mual Muntah pada Ibu Hamil”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian rebusan jahe lebih efektif
dibanding daun mint.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Soap


1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi ibu, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif.
a. Data Subjektif
1) Identitas
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah wanita
dengan usia 20-35 tahun. Usia di bawah 20 tahun dan diatas 35
tahun mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi.
Usia di bawah 20 tahun meningkatkan insiden preeklampsia
dan usia diatas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes melitus
tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang lama pada nulipara,
seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR, anomali kromosom
dan kematian janin (Varney, dkk, 2012).
c) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita
berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan,
pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.
d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat
membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan
keyakinannya.
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga
tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi termasuk dalam
hal pemberian konseling sesuai dengan pendidikan terakhirnya.
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizinya (Hidayat dan Uliyah, 2018). Hal ini
dapat dikaitkan antara asupan nutrisi ibu dengan tumbung
kembang janin dalam kandungan, yang dalam hal ini dipantau
melalui tinggi fundus uteri ibu hamil.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
2) Keluhan Utama: Menurut Bobak, dkk (2015) dan Prawirohardjo
(2010), keluhan yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi
sering kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat pembesaran
uterus serta merasa khawatir akan kelahiran bayinya dan
keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan sering lelah merupakan
hal yang wajar dikeluhkan oleh ibu hamil (Mochtar, 2011).
3) Riwayat Menstruasi: Untuk mengkaji kesuburan dan siklus haid ibu
sehingga didapatkan hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk
menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal taksiran
persalinannya (Prawirohardjo, 2010).
4) Riwayat Perkawinan: Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu
yang akan mempengaruhi proses adaptasi terhadap kehamilan,
persalinan, dan masa nifas-nya.
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu: Untuk
mengetahui kejadian masa lalu ibu mengenai masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas-nya. Komplikasi pada kehamilan,
persalinan dan nifas dikaji untuk mengidentifikasi masalah
potensial yang kemungkinan akan muncul pada kehamilan,
persalinan dan nifas kali ini. Lama persalinan sebelumnya
merupakan indikasi yang baik untuk memperkirakan lama
persalinan kali ini. Metode persalinan sebelumnya merupakan
indikasi untuk memperkirakan persalinan kali ini melalui seksio
sesaria atau melalui per vaginam. Berat badan janin sebelumnya
yang dilahirkan per vaginam dikaji untuk memastikan keadekuatan
panggul ibu untuk melahirkan bayi saat ini (Varney, dkk, 2012).
6) Riwayat Hamil Sekarang: Untuk mengetahui beberapa kejadian
maupun komplikasi yang terjadi pada kehamilan sekarang. Hari
pertama haid terakhir digunakan untuk menentukan tafsiran tanggal
persalinan dan usia kehamilan. Gerakan janin yang dirasakan ibu
bertujuan untuk mengkaji kesejahteraan janin (Varney, dkk, 2012).
Gerakan janin mulai dapat dirasakan pada minggu ke-16 sampai
minggu ke-20 kehamilan (Bobak, dkk, 2015).
7) Riwayat Penyakit yang Lalu/Operasi: Adanya penyakit seperti
diabetes mellitus dan ginjal dapat memperlambat proses
penyembuhan luka (Hidayat dan Uliyah, 2018). Gangguan sirkulasi
dan perfusi jaringan dapat terjadi pada penderita diabetes melitus.
Selain itu, hiperglikemia dapat menghambat fagositosis dan
menyebabkan terjadinya infeksi jamur dan ragi pada luka jalan lahir
(Johnson dan Taylor, 2015).
8) Riwayat Penyakit Keluarga: Untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga.
9) Riwayat Gynekologi: Untuk mengetahui riwayat kesehatan
reproduksi ibu yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap
proses kehamilannya.
10) Riwayat Keluarga Berencana: Untuk mengetahui penggunaan
metode kontrasepsi ibu secara lengkap dan untuk merencanakan
penggunaan metode kontrasepsi setelah masa nifas ini.
11) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi: Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil antara
lain daging tidak berlemak, ikan, telur, tahu, tempe, susu,
brokoli, sayuran berdaun hijau tua, kacangan-kacangan, buah
dan hasil laut seperti udang. Sedangkan makanan yang harus
dihindari oleh ibu hamil yaitu hati dan produk olahan hati,
makanan mentah atau setengah matang, ikan yang mengandung
merkuri seperti hiu dan marlin serta kafein dalam kopi, teh,
coklat maupun kola. Selain itu, menu makanan dan
pengolahannya harus sesuai dengan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (Mochtar, 2011).
b) Pola Eliminasi: Pada kehamilan trimester III, ibu hamil menjadi
sering buang air kecil dan konstipasi. Hal ini dapat dicegah
dengan konsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air
putih hangat ketika lambung dalam keadaan kosong untuk
merangsang gerakan peristaltik usus (Mochtar, 2011).
c) Pola Istirahat: Pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun)
kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam (Hidayat
dan Uliyah, 2018).
d) Psikososial: Pada setiap trimester kehamilan ibu mengalami
perubahan kondisi psikologis. Perubahan yang terjadi pada
trimester 3 yaitu periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Oleh karena itu, pemberian arahan, saran dan dukungan pada
ibu tersebut akan memberikan kenyamanan sehingga ibu dapat
menjalani kehamilannya dengan lancar (Varney, dkk, 2012).
Data sosial yang harus digali termasuk dukungan dan peran ibu
saat kehamilan ini.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan Umum: Baik
b) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.
Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu mengalami
kesadaran penuh dengan memberikan respons yang cukup
terhadap stimulus yang diberikan (Hidayat dan Uliyah, 2018).
c) Keadaan Emosional: Stabil.
d) Tinggi Badan: Untuk mengetahui apakah ibu dapat bersalin
dengan normal. Batas tinggi badan minimal bagi ibu hamil
untuk dapat bersalin secara normal adalah 145 cm. Namun, hal
ini tidak menjadi masalah jika janin dalam kandungannya
memiliki taksiran berat janin yang kecil (Kemenkes RI, 2013).
e) Berat Badan: Penambahan berat badan minimal selama
kehamilan adalah ≥ 9 kg (Kemenkes RI, 2013).
f) LILA: Batas minimal LILA bagi ibu hamil adalah 23,5 cm
(Kemenkes RI, 2013).
g) Tanda-tanda Vital: Rentang tekanan darah normal pada orang
dewasa sehat adalah 100/60 – 140/90 mmHg, tetapi bervariasi
tergantung usia dan variable lainnya. WHO menetapkan
hipertensi jika tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolic ≥ 95 mmHg. Pada wanita dewasa sehat yang tidak
hamil memiliki kisaran denyut jantung 70 denyut per menit
dengan rentang normal 60-100 denyut per menit. Namun
selama kehamilan mengalami peningkatan sekitar 15-20 denyut
per menit. Nilai normal untuk suhu per aksila pada orang
dewasa yaitu 35,8-37,3° C (Johnson dan Taylor, 2015).
Sedangkan menurut Varney, dkk. (2012), pernapasan orang
dewasa normal adalah antara 16-20 ×/menit.
2) Pemeriksaan fisik
a) Muka: Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi
pada wajah dan leher (Chloasma Gravidarum) akibat
Melanocyte Stimulating Hormone (Mochtar, 2011). Selain itu,
penilaian pada muka juga ditujukan untuk melihat ada tidaknya
pembengkakan pada daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan
bentuk wajah (Hidayat dan Uliyah, 2018).
b) Mata: Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna , yang
dalam keadaan normal berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan
konjungtiva dilakukan untuk mengkaji munculnya anemia.
Konjungtiva yang normal berwarna merah muda (Hidayat dan
Uliyah, 2018). Selain itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap
pandangan mata yang kabur terhadap suatu benda untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.
c) Mulut: Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek ada
tidaknya stomatitis.
d) Gigi/Gusi: Gigi merupakan bagian penting yang harus
diperhatikan kebersihannya sebab berbagai kuman dapat masuk
melalui organ ini (Hidayat dan Uliyah, 2018). Karena pengaruh
hormon kehamilan, gusi menjadi mudah berdarah pada awal
kehamilan (Mochtar, 2011).
e) Leher: Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak terlihat dan
hampir tidak teraba sedangkan kelenjar getah bening bisa
teraba seperti kacang kecil (Hidayat dan Uliyah, 2018).
f) Payudara: Menurut Bobak, dkk (2015) dan Prawirohardjo
(2010), payudara menjadi lunak, membesar, vena-vena di
bawah kulit lebih terlihat, puting susu membesar, kehitaman
dan tegak, areola meluas dan kehitaman serta muncul
strechmark pada permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai
kesimetrisan payudara, mendeteksi kemungkinan adanya
benjolan dan mengecek pengeluaran ASI.
g) Perut: Inspeksi : Muncul Striae Gravidarum dan Linea
Gravidarum pada permukaan kulit perut akibat Melanocyte
Stimulating Hormon (Mochtar, 2011). Palpasi : Leopold 1,
pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil, menentukan
tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus.
Leopold 2, menentukan batas samping rahim kanan dan kiri,
menentukan letak punggung janin dan pada letak lintang,
menentukan letak kepala janin. Leopold 3, menentukan bagian
terbawah janin dan menentukan apakah bagian terbawah
tersebut sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat
digerakkan. Leopold 4, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu
hamil dan menentukan konvergen (Kedua jari-jari pemeriksa
menyatu yang berarti bagian terendah janin belum masuk
panggul) atau divergen (Kedua jari-jari pemeriksa tidak
menyatu yang berarti bagian terendah janin sudah masuk
panggul) serta seberapa jauh bagian terbawah janin masuk ke
pintu atas panggul (Mochtar, 2011). Denyut jantung janin
normal adalah antara 120-160 ×/menit (Kemenkes RI, 2010).
Pada akhir trimester III menjelang persalinan, presentasi
normal janin adalah presentasi kepala dengan letak memanjang
dan sikap janin fleksi (Cunningham, dkk, 2010).
Tafsiran berat janin menurut Manuaba, dkk (2011), berat janin
dapat ditentukan dengan rumus lohnson, yaitu :

Jika kepala janin belum masuk pintu atas panggul

Berat janin = (TFU-12) x 155 gram

Jika kepala janin telah masuk pintu atas panggul

Berat janin = (TFU-11) x 155 gram


h) Ano-Genetalia : Pengaruh hormon estrogen dan progesteron
adalah pelebaran pembuluh darah sehingga dapat terjadi varises
pada sekitar genetalia. Namun tidak semua ibu hamil
mengalami varises pada daerah tersebut (Mochtar, 2011). Pada
keadaan normal, tidak terdapat hemoroid pada anus.
i) Ektremitas: Tidak ada edema, tidak ada varises dan refleks
patella menunjukkan respons positif.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Hemoglobin: Wanita hamil dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin-nya < 10 gram/dL. Jadi, wanita hamil harus
memiliki hemoglobin > 10gr/dL (Varney, dkk, 2012).
b) Golongan darah: Untuk mempersiapkan calon pendonor darah
jika sewaktu-waktu diperlukan karena adanya situasi
kegawatdaruratan (Kemenkes RI, 2013).
c) USG: Pemeriksaan USG dapat digunakan pada kehamilan
muda untuk mendeteksi letak janin, perlekatan plasenta, lilitan
tali pusat, gerakan janin, denyut jantung janin, mendeteksi
tafsiran berat janin dan tafsiran tanggal persalinan serta
mendeteksi adanya kelainan pada kehamilan (Mochtar, 2011).
d) Protein urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein
dan glukosa (Varney, dkk, 2012).
2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia kehamilan 30 minggu
fisiologis dan janin tunggal hidup. Perumusan masalah disesuaikan dengan
kondisi ibu. Menurut Iriati, et al (2014) kehamilan menyebabkan perubahan
fisik, psikis dan hormonal pada tubuh ibu. Hal tersebut menimbulkan
bermacam-macam keluhan, salah satunya adalah mual muntah atau morning
sickness yang biasa terjadi pada awal kehamilan. Selain itu, konstipasi dan
sering lelah merupakan hal wajar dikeluhkan oleh ibu hamil (Mochtar,
2011). Contoh kebutuhan TM I adalah perubahan fisik dan psikologis ibu
TM I, tanda bahaya kehamilan TM I, penatalaksaan keluhan kehamilan TM
I, serta kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi pada awal kehamilan.
3. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
Sesuai dengan Kemenkes RI (2013), standar pelayanan antenatal merupakan
rencana asuhan pada ibu hamil yang minimal dilakukan pada setiap
kunjungan antenatal, antara lain timbang berat badan, ukur tinggi badan,
ukur tekanan darah, ukur LILA, ukur TFU, tentukan status imunisasi dan
berikan imunisasi TT sesuai status imunisasi, berikan tablet tambah darah,
tentukan presentasi janin dan hitung DJJ, berikan konseling mengenai
lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi,
perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi,
senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi, berikan
pelayanan tes laboratorium sederhana, dan lakukan tatalaksana.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan kebidanan
pada ibu hamil itu meliputi menimbang berat badan, mengukur tinggi badan,
mengukur tekanan darah, mengukur LILA, mengukur TFU, menentukan
status imunisasi dan memberikan imunisasi TT sesuai status imunisasi,
memberikan tablet tambah darah, menentukan presentasi janin dan
menghitung DJJ, memberikan konseling mengenai lingkungan yang bersih,
kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara, body
mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta
persiapan persalinan dan kelahiran bayi, memberikan pelayanan tes
laboratorium sederhana, dan melakukan tatalaksana.
5. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan
dengan ibu dan atau keluarga serta ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi ibu.
Berikut adalah uraian evaluasi dari pelaksanaan.
a. Telah dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
tekanan darah, LILA, dan TFU.
b. Status imunisasi tetanus ibu telah diketahui dan telah diberikan
imunisasi TT sesuai dengan status imunisasi.
c. Telah diberikan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan.
d. Telah didapat presentasi janin dan denyut jantung janin
e. Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai lingkungan yang
bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan
payudara, body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi,
senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi.
f. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium.
g. Telah diberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan
permasalahan yang dialami.
6. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat,
singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia
dan ditulis dalam bentuk SOAP.
a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan ibu.
b. O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap ibu.
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi dan rujukan (Handayani, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri, dkk. 2016. Asuhan ibu dalam masa kehamilan. Jakarta : Erlangga
Ayu Dwi Putri, Dewi Andiani, Haniarti, Usman. 2017. Efektifitas Pemberian Jahe
Hangat Dalam Mengurangi Frekuensi Mual Muntah Pada Ibu Hamil Trimester
I. http://eprints.uad.ac.id/5407/
Bobak, L. 2015. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC
Hatini, Erina Eka. 2018. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Malang : Penerbit Wineka
Media
Johnson R., dan W. Taylor 2015. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.
Kusumawati, Sri. 2014. Satuan Acara Penyuluhan, Tanda Bahaya Kehamilan.
http://www.fik.unik.ac.id/penelitian/download_file/22101d83368a1582aa0736e
eb024a981.pdf
Lindawati., Miradwiyana, Bara & Sumiati. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Merokok SiswaSiswi SMP Di Daerah Jakarta Selatan Tahun 2011.
Jurnal Health Quality, (Online), 2 (4): 189 200,
(http://poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/741_Lindawati_200).
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Nurhidayati, D.R. 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu
Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
Parwitasari, Chatur. 2015. Perbandingan Efektivitas Pemberian Rebusan Jahe Dan
Daun Mint Terhadap Mual Muntah Pada Ibu Hamil.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Putri, YR dan Hastina, Evi. 2020. Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Kasus
Komplikasi Kehamilan, Nifas dan Persalinan. Purwokerto : CV Pena Persada.
Rahayu, Sri. 2017. Panduan Praktis Asuhan Kebidanan Fisiologis. Trans Info Media,
Jakarta
Rahma, Marlina. 2016. Asuhan Pada Ibu Hamil Trimester I Dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat I. Jurnal Bidan Volume 2 No. 02, Juli 2016.
Saifuddin AB. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: EGC. 2010.
Syaiful, Yuanita dan Fatmawati, Lilis. 2019. Asuhan Keperawatan Kehamilan.
Surabaya : Jakad Publishing.
Syafrudin, Karningsih, Mardiana Dairi. 2011. Untaian Materi Penyuluhan
KIA(Kesehatan Ibu dan Anak). Jakarta: TIM
Tiran, D. 2009. Mual dan muntah kehamilan. Jakarta. Penerbit buku kedokteran
EGC.
Uliyah Musrifatul dan A. Azis Alimul Hidayat. 2018. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Varney, Helen. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC
Wiraharja, RS, dkk. 2011. Kegunaan Jahe Untuk Mengatasi Gejala Mual Dalam
Kehamilan. (https://studylibid.com/doc/57560/kegunaan-jahe-untuk-mengatasi-
gejalamual dalam-kehamilan).

Anda mungkin juga menyukai