Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

INFEKSI PAYUDARA

OLEH

KELOMPOK V

1. MARLINA LIDIA FRAGA


2. ORIN RIHI
3. MARSELINA AWANG
4. YANSILIA BILI
5. SOFIA A SONBAI
6. NATRADIA LONA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA KUPANG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Infeksi pada Payudara.

Sebagaimana telah diketahui bahwa Infeksi pada Payudara merupakan salah satu
pelajaran dalam pendidikan D-III kebidanan. Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat
membantu mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah kebidanan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Untuk itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan, saran, dan kritik dari semua
pihak yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini .

Akhirnya kami ucapkan terimakasih dan mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam pendidikan D-III kebidanan.

Kupang, 24 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi Payudara 3
B. Tujuan 3
C. Tanda dan gejala 4
D. Penyebab..................……………...………………………………………………………5
E. Cara penanganan…………………………………………………………....…………….6

BAB III PENUTUP


A. Simpulan 7
B. Saran 7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mastitis merupakan infeksi pada parenkim payudara yang dapat terjadi pada masa nifas. Mastitis
biasanya terjadi pada salah satu payudara dan dapat terjadi pada minggu pertama sampai ketiga
atau keempat setelah melahirkan. Kejadian mastitis berkisar antara 2-33% pada ibu menyusui.
Pada mastitis lebih kurang 10% kasusnya dapat berkembang menjadi abses dengan gejala yang
lebih berat. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus infeksi pada
wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat, dimana 12% kasus
diantaranya merupakan infeksi payudara yang disebabkan oleh mastitis pada wanita post partum.
Indonesia sebagai negara berkembang di dunia dengan presentasi kasus mastitis mencapai 10%
pada ibu post partum (WHO, 2005; 2008). Berdasarkan laporan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui
mengalami mastitis dan puting susu lecet, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena
perawatan payudara yang tidak benar. Pengetahuan tentang perawatan payudara sangat penting
untuk diketahui pada masa nifas, ini berguna untuk menghindari masalah dalam proses
menyusui. Masalah dan gangguan pada payudara pada waktu menyusui akan mengganggu
produksi ASI. Pada masa nifas bendungan ASI dapat menjadi awal terjadinya mastitis.
Bendungan ASI disebabkan karena pengosongan payudara yang tidak sempurna, karena teknik
menyusui yang tidak benar, pemakaian bra yang terlalu ketat, dan bayi yang kurang kuat.
Mastitis dapat terjadi akibat kuman, dimana kuman penyebab tersering mastitis yaitu bakteri
Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri
ini biasanya terdapat di hidung pada 20-50% manusia, dan sering ditemukan pada pakaian dan
juga pada barang lain yang terkontaminasi pada lingkungan manusia. Setiap orang biasanya akan
mengalami beberapa jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri pengisapan Staphylococcus
aureus, seperti keracunan makanan atau infeksi kulit minor dan juga bisa sampai pada infeksi
berat yang mengancam jiwa. Infeksi Staphylococcus aureus dapat terjadi akibat kontaminasi
langsung pada luka. Mastitis dapat berasal dari puting susu yang pecah atau terdapat fisura
menjadi jalan masuknya bakteri Staphylococcus aureus. Sumber bakterinya dapat berasal dari
tangan ibu atau tangan orang yang merawat ibu dan bayi, bayi, atau dari sirkulasi darah.

1
Penanganan terbaik untuk mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan yang dapat dilakukan
dengan mencuci tangan menggunakan sabun, mencegah bendungan ASI dengan menyusui sejak
awal dan sering, teknik menyusui yang benar, dan menghindari kontak dekat dengan orang yang
menderita Staphylococcus. Perawatan puting susu pada saat menyusui juga merupakan usaha
yang penting untuk mencegah mastitis. Perawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan
membersihkan puting susu sebelum dan setelah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu
yang mengering.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi payudara?
2. Apa saja tanda dan gejala dari infeksi payudara?
3. Apa penyebab dari infeksi payudara?
4. Bagaimana cara penanganan infeksi payudara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Infeksi payudara
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari infeksi payudara
3. Untuk mengetahui penyebab dari infeksi payudara
4. Untuk mengetahui cara penanganan infeksi payudara

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Payudara


Infeksi payudara adalah peradangan di jaringan payudara. Kondisi ini umumnya terjadi
pada ibu menyusui, terutama pada 6–12 minggu pertama setelah persalinan.
Infeksi pada payudara meliputi :
 Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara pada satu segmen atau lebih yang dapat
disertai infeksi ataupun tidak. Mastitis biasanya terjadi pada primipara (ibu
pertama kali melahirkan), hal ini terjadi karena ibu belum memiliki kekebalan
tubuh terhadap infeksi bakteri Staphilococcus Aureus. Kasus mastitis
diperkirakan terjadi dalam 12 minggu pertama, namun dapat pula terjadi pula
sampai tahun kedua menyusui. Mastitis perlu diperhatikan karena dapat
menimbulkan luka sehingga terjadi mastitis infeksi. Mastitis adalah masalah
umum yang signifikan pada ibu menyusui yang dapat berkontribusi pada
penyapihan menjadi masalah yang paling banyak dilaporkan. Pada mastitis
terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu, mastitis biasanya dapat
menurunkan produksi ASI sehingga ibu akan berhenti menyusui. Kemudian,
mastitis juga berpotensi menyebabkan beberapa penyakit. Ada dua jenis mastitis
yaitu, mastitis non infeksi dan mastitis infeksi. Mastitis non infeksi yang biasanya
disebabkan oleh stasis susu (susu diproduksi, tetapi tetap di payudara). Ibu yang
mengalami mastitis non infeksi biasanya merasakan payudara terasa nyeri,
bengkak dan ketidaknyaman.
 Abses Payudara
Abses payudara merupakan komplikasi dari infeksi payudara yang disebut
mastitis.
Abses payudara juga merupakan benjolan berisi nanah yang tumbuh di bawah
kulit payudara akibat infeksi.
Abses payudara dapat merupakan komplikasi dari mastitis (infeksi payudara).
Abses ini dapat terjadi selama masa menyusui.

3
B. Tanda dan gejala dari infeksi payudara
 Tanda dan Gejala Mastitis
Tanda dan gejala mastitis yang umum adalah area payudara yang terasa sakit dan
keras. Ibu menyusui yang mengalami mastitis mengalami nyeri, bengkak
sehingga ibu merasa tidak nyaman akibat tersumbatnya saluran ASI pada
payudara. Berdasarkan jenisnya mastitis dibedakan menjadi dua, mastitis infeksi
dan mastitis non-infeksi. Gejala yang timbul dari mastiti infeksi biasanya ditandai
adanya respon inflamasi dan rusaknya jaringan puting puting menjadi pecah-
pecah sehingga dengan mudah bakteri untuk masuk, sedangkan tanda dan gejala
mastitis non-infeksi payudara mengalami pembengkakan yang upnormal
payudara yang mengeras, terasa sakit apabila disentuh dan terasa tegang
dikarenakan kurangnya waktu menyusui untuk bayi.

Gambar 2.1 Payudara mastitis

 Tanda dan gejala Abses payudara


Secara umum tanda dan gejala abses payudara meliputi :
a) Payudara terasa hangat, bengkak, dan kemerahan

4
b) Nyeri di payudara
c) Keluar nanah dari payudara
d) Produksi ASI
e) Suhu tubuh tinggi
f) Sakit kepala
g) Mual
h) Muntah
i) Tubuh terasa lelah

Gambar 2.2 Abses payudara

C. Penyebab dari infeksi payudara


 Penyebab dari mastitis
Ada beberapa penyebab terjadinya mastitis antara lain sebagai berikut:
Stasis ASI dan infeksi yang berasal dari bakteri.
Faktor predisposisi yang menyebabkan mastitis diantaranya adalah umur, stress
dan kelelahan, pekerjaan di luar rumah. Stasis ASI terjadi jika ASI tidak
dikeluarkan efisen dari payudara. Hal ini dapat terjadi apabila ASI terbendung
pada payudara yang disebabkan oleh kenyutan bayi tidak efektif atau teknik
menyusui yang tidak benar. Stasis ASI merupakan penyebab primer dan jika
dibiarkan akan berkembang timbul infeksi. Menyusui yang efesien akan
mencegah terjadi stasis ASI. Infeksi disebabkan oleh bakteri yang bernama
Staphylococcus Aureus. Bakteri ini berasal dari mulut bayi memalui saluran
puting, sehingga teknik menyusui yang salah akan menyebabkan puting menjadi

5
lecet. Hal ini akan memudahkan bakteri masuk pada payudara dan mengakibatkan
penyumbatan ASI payudara menjadi besar, terasa nyeri tekan dan terasa panas.
Penyumbatan yang diakibatkan oleh infeksi dapat 12 mengakibatkan terjadi
mastitis, karena menyusui yang tidak adekuat. Umur juga dapat menyebabkan
terjadi mastitis. Umur merupakan individu yang dihitung mulai dia lahir sampai
berulang tahun, semakin berumur semakin cukup tingkat kematangan dan
seseorang akan lebih matang befikir. Wanita yang berumur 21-35 lebih rentang
menderita mastitis dari pada wanita dibawah 21 tahun dan diatas 35 tahun. Umur
sangat menentukan kesehatan maternal dan kondisi ibu saat hamil, persalinan dan
menyusui. Diperkirakan alat reproduksi yang belum matang, sedangkan jika umur
lebih dari 35 akan rentang sekali terjadi pendarahan. Hal tersebut memicu
terjadinya mastitis. Stres merupakan faktor psikologis dengan menciptakan suasa
pikiran tenang dan nyaman. Stress dan kelelahan maternal sering dikaitkan
dengan mastitis, biasanya dialami pada ibu primipara. Kondisi ibu yang stres dan
cemas akan mempengaruhi kelancaran ASI. Semakin tinggi ibu mengalami
gangguan emosi maka semakin sedikit rangsangan hormon prolaktin yang
diberikan sebagai produksi ASI. Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang
dilakukan setiap hari. Pekerjaan juga berhubungan dengan penurunan frekuensi
menyusui untuk mengosongkan payudara. Pengosongan payudara yang tidak
adekuat akan mengakibatkan pembengkakan payudara dan saluran susu tersumbat
sehingga akan mengakibatkan mastitis.
 Penyebab abses payudara
Ada beberapa hal yang menyebabkan wanita mengalami abses payudara,
beberapa di antaranya adalah:
1. Kondisi Mastitis
Kondisi mastitis dapat menyebabkan seorang wanita menyusui mengalami abses
payudara. Mastitis adalah peradangan payudara yang sering terjadi pada ibu
menyusui. Peradangan diakibatkan tersumbatnya aliran ASI dan menyebabkan
infeksi pada jaringan payudara. Jika tidak segera diatasi, ibu bisa mengalami
abses payudara.
Hal ini diakibatkan adanya bakteri staphylococcus aureus yang masuk ke dalam
celah payudara melalui luka atau celah puting. Bakteri ini bisa berkembang biak
dan menyebabkan infeksi.
2. Gaya Hidup

6
Faktanya, tidak hanya wanita menyusui yang dapat mengalami abses payudara.
Beberapa wanita yang memiliki gaya hidup kurang sehat berpotensi mengalami
abses payudara.
Merokok adalah salah satu penyebab abses payudara non laktasi. Jangan lupa
untuk menggunakan bra yang nyaman. Penggunaan bra yang terlalu ketat atau
kecil bisa menyebabkan seseorang mengalami abses payudara non laktasi.
3. Luka Payudara
Sebaiknya jaga kesehatan payudara. Jika payudara terluka sebaiknya segera
perhatikan kebersihan luka payudara. Bakteri anaerob, bacillus typhoid, dan
sumbatan bekas luka pada payudara dapat menyebabkan seseorang mengalami
abses payudara non laktasi.
D. Penanganan Pada Infeksi Payudara
 Penanganan pada Mastitis
Dilakukan penatalaksanaan mastitis dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi
lanjut. Penatalaksanaan bisa berupa medis dan non-medis, dimana medis melibatkan obat
antibiotik dan analgesik sedangkan non-medis berupa tindakan suportif.
 Penatalaksanaan Medis Antibiotik diberikan jika dalam 12-24 jam tidak ada
perubahan atautidak ada perubahan, antibiotik yamg diberikan berupa penicillin
resistan-penisilinase. Jika ibu alegi terhadap penisilinase dapat diberikan
Eritromisin. Terapi yang paling umum adalah adalah Dikloksasilin. Pemberian
antibiotik dikonsulkan oleh dokter supaya mendapat antibiotik yang tepat dan
aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas sebaiknya diberikan
obat penurun panas. Namun jika infeksi tidak hilang maka dilakukan kultur asi.
Selanjutnya pemberian Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri. Rasa nyeri
menjadi penghambat hormon oksitosin yang berperan dalam proses pengeluaran
ASI. Analgesik yang diberikan berupa ibuprofen dengan dosis 1,6gram per hari
karena lebih efektif dalam menurunkan peradangan dibandingkan dengan
paracetamol dan asetaminofen. Sehingga direkomendasikan pada ibu menyusui
yang mengalami mastitis. Selain analgesik, untuk mengatasi nyeri dan payudara
terasa keras bisa diberikan kompres kentang.
 Penatalaksanaan non-medis dapat dilakukan berupa tindakan suportif untuk
mencegah mastitis semakin buruk. Tindakan suportif yang diberikan yaitu guna
untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan meliputi : Sebelum menyusui
sebaiknya ASI dikeluarkan sedikit lalu oleskan pada daerah payudara dan puting.

7
Cara ini bertujuan untuk menjada kelembapan puting susu. Kemudian bayi
diletakkan menghadap payudara ibu. Posisi ibu bisa duduk atau berbaring dengan
santai, bila ibu memilih posisi duduk sebaiknya menggunakan kursi yang lebih
rendah supaya kaki ibu tidak menggantung dan punggung ibu bisa bersandar.
Selanjutnya bayi dipegang pada belakang bahu dengan menggunakan satu lengan,
dengan posisi kepala bayi terletak di lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh
menengadah dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan). Tangan bayi
diletakan dibelakan badan ibu dan tangan satu didepan, perut bayu ditempelkan
pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya
menengokkan kepala bayi). Payudara dipegang dengan jari jempol diatas dan jari
lainnya menopang payudara, seperti huruf C Bayi diberi rangsangan supaya bayi
ingin membuka mulut atau disebut dengan rooting reflex yaitu menyentuhkan pipi
bayi pada puting susu atau menyuntuhkan sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka
mulut, kepala bayi didekatkan pada payudara dan puting dimasukan pada mulut
bayi. Usahakan areola payudara masuk ke mulut bayi sehingga lidah bayi akan
menekan ASI. Posisi yang salah apabila bayi hanya menghisap bagian puting ibu
saja. Hal ini akan mengakibatkan ASI tidak keluar secara adekuat. Selain
pengosongan payudara penatalaksanaan lainya berupa pemberian kompres hangat
dengan menggunakan shower hangat atau lap yang sudah dibasahi air hangat.
Penilitian Eman Mohammed Abd Elhakam and Somaya Ouda Abd Elmoniem
dalam jurnalnya untuk mengatasi mastitis dapat diberikan kompres kentang
dengan menggunakan irisan kentang yang suda direndam pada air kemudian
menempelkan atau mengkompreskan pada payudara Mengubah posisi menyusui
(posisi tidur, duduk atau posisi memegang bola (foot ball position). Memakai baju
atau bra yang longgar dapat mengurangi penekanan berlebihan pada payudara.
Bra yang ketat dapat menyebabkan segmental enggorgement jika tidak disusui
dengan adekut. Selanjutnya mengedukasi ibu atau memberi pengetahuan tentang
dan pencegahan dan penanganan mastitis. Sehingga ibu bisa mewaspadai sebelum
terjadi mastitis.Dengan cara tersebut biasanya mastitis akan menghilang setelah
48 jam. Tetapi jika dengan cara-cara tersebut tidak ada perubahan, maka akan
diberikan antibiotika 5-10 hari dan analgesik.

8
 Penanganan pada Abses Payudara
Untuk menangani abses payudara pada ibu menyusui, dokter akan memberikan
antibiotik, seperti cephalexin. Perlu diketahui, ibu menyusui bisa tetap menyusui
anaknya meski sedang menggunakan obat tersebut.
Abses payudara juga dapat terjadi pada wanita yang sedang tidak menyusui.
Untuk mengatasinya, dokter dapat memberikan antibiotik clindamycin atau
amoxicillin.
Selain pengobatan dengan antibiotik, ada prosedur lain yang dapat dilakukan
untuk mengatasi abses payudara, yaitu:
 Mengeluarkan nanah dengan jarum suntik
 Mengalirkan nanah keluar dengan bantuan kateter
 Mengatasi abses payudara dengan tindakan khusus bernama vacuum
assisted biopsy
Sementara itu, nyeri akibat abses payudara dapat ditangani dengan mengonsumsi
obat paracetamol dan mengompres payudara dengan handuk yang sudah
direndam dalam air hangat atau air es.
Selama masa penyembuhan, pasien yang sedang menyusui perlu tetap
mengeluarkan ASI setiap 2 jam dari payudara yang sakit. Hal itu dilakukan untuk
mencegah infeksi lanjutan. Akan tetapi, anak tidak boleh menyusui dari payudara
yang sakit karena berisiko tertular infeksi.
Pasien juga perlu banyak beristirahat, mengonsumsi makanan bergizi, minum air
putih yang cukup, dan mengelola stres dengan baik. Hal-hal tersebut bertujuan
untuk mempercepat penyembuhan abses payudara.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mastitis dan Abses payudara merupakan Infeksi dari payudara. Mastitis adalah
kondisi nyeri pada payudara yang di tandai tanda merah, panas, dan perih (meradang).
Sedangkan untuk abses payudara sendiri adalah kumpulan nanah yang menyebabkan
benjolan keras, merah, dan lunak.
Mastitis dan Abses pada payudara dapat timbul dari faktor-faktor yang berhubungan
dengan kesehatan ibu, kesehatan bayi atau keduanya. Dalam pencegahan kasus
Mastitis, hal yang disarankan adalah masih tetap menyusui bayinya, agar dapat
mengurangi pembendungan pada ASI, tetapi jika ada putting susu lecet maka
sebaiknya menggunakan alat bantu untuk menyalurkan ASI pada bayinya. Pemberian
informasi tentang cara menyusui yang benar dan cara manajemen laktasi sangat
penting untuk pencegahan mastitis.
B. Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saran dan kritik dari ibu dosen dan pembaca yang lain sangat kami harapkan.
Agar makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk kami
dikemudian hari. Sekali lagi kami tunggu saran dan kritiknya. Terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alli, R.WebMD (2020). Infeksi payudara


Miller, A. Medscape (2021). Abses dan Massa Payudara
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017). Pengendalian Penyakit tidak
Menular. Deteksi Dini Kanker Payudara.
Jurnal Mastitis and Breast Abscess, (12/07/2012). (Google Scholar)

11

Anda mungkin juga menyukai