WHOLE OF GOVERNMENT
(PEMATERI : Ir. Yulius, M.Si)
CLIFF W. SULANGI
199205042019031008
KELAS II PERDAGANGAN
NDH 2
BAB I
PENDAHULUAN
KONSEP WoG
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh
beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu. (1) Penguatan
koordinasi antar lembaga. (2) Membentuk lembaga koordinasi khusus. (3)
Membentuk gugus tugas. (4) Koalisi sosial.
Jenis pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh pendekatan WoG
adalah: (1) Pelayanan yang bersifat adminisitratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat.
(2) Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat. (3) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang
menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga massyarakat. (4) Pelayanan
regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-
undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
Tanggal 24 Maret 2020 total kasus covid-19 di Indonesia yang sudah terkonfirmasi
sebanyak 686 kasus, meninggal 55 kasus, sembuh 30 kasus dan 601 dalam
perawatan. Dan diprediksi meningkat setiap harinya. Saat ini berbagai macam
kebijakan diambil oleh pemerintah dalam mencegah wabah virus covid-19.
Gugus Tugas dibuat karena telah terjadi keadaan tertentu dengan adanya
penularan COVID-19 di Indonesia yang perlu diantisipasi dampaknya dan dalam
rangka percepatan penanganan COVID-19, diperlukan langkah-langkah cepat,
tepat, fokus, terpadu, dan sinergis antara kementerian/lembaga dan pemerintah
daerah.
Negara lain yang bisa dikatakan berhasil dengan penyebaran virus corona ini,
seperti China atau Italia telah menerapkan sistem lockdown. Sistem lockdown yang
pada awalnya bisa menjadi pilihan untuk Indonesia tidak di ambil oleh pemerintah.
Tentu hal ini dengan berbagai pertimbangan. Beberapa kalangan setuju dengan hal
ini. Dalam pemahaman dan pengetahuan saya, lockdown akan sangat sulit
diterapkan di Indonesia. Di Italia dan China, lockdown membutuhkan jumlah
petugas yang cukup, di negara itu polisi mondar-mandir berjaga untuk memastikan
tidak adanya masyarakat yang keluar tanpa adanya keperluan, yang keluar bisa di
denda. Itu saja masih banyak terjadi pelanggaran. Bisa dibayangkan jika polisi
Indonesia menahan masyarakat agar tidak keluar rumah, sedangkan ditilang saja
masyarakat Indonesia mengamuk. Memang saat ini sudah ada surat yang
dikeluarkan oleh POLRI tentang penindakan yang akan dilakukan apabila terdapat
hal-hal yang merugikan seperti pengumpulan masa, masih adanya keramaian dll.
Tapi ini hanya sebatas imbauan, masih banyak masyarakat yang tidak
mengindahkannya. Jadi dalam pemahaman saya lockdown tidak akan berhasil
diterapkan di Indonesia.
Saat ini tata kelola untuk rujukan, rujukan calon pasien, tata kelola pasien di rumah
sakit sudah bisa dikatakan baik untuk pasien. Baik untuk pasien tapi tidak baik
untuk para petugas medis yang bertugas. Tidak sedikit petugas medis yang bertugas
di garda terdepan yang mempertaruhkan nyawa terjangkit virus corona dari pasien
yang ditanganinya, bahkan sudah gugur beberapa tenaga medis. Saat ini
penggunaan APD oleh petugas medis sangat memprihatinkan, jas hujan pun dipakai
untuk menjadi pelindung keselamatan petugas medis. Sangat tidak sesuai standar
yang diajukan oleh WHO. Petugas medis di Indonesia untuk saat ini masih bisa
menangani pasien dan memiliki kapasitas untuk itu namun karena keterbatasan
APD dan alat medis lainnya, petugas medis tidak dapat berbuat banyak. Untung
pemerintah mengambil langkah cepat dengan mengimpor APD dan alat medis dari
negara lain dan bisa didistribusikan ke petugas medis di Indonesia.
Tata kelola rapid test dan pemeriksaan laboratorium di Indonesia masih sangat
kurang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ODP dan PDP yang ada. Terlebih
pasien dengan status PDP. Pasien dengan status PDP harus secepatnya
dikonfiramasi agar penelusuran orang-orang yang kontak dengan pasien harus
segera di isolasi juga sehingga dapat mencegah penyebaran. Saat ini swab
tenggorokan yang diperlukan masih dalam jumlah terbatas. Seperti halnya di
Kotamobagu, penanganan pasien PDP harus dirujuk ke RSUP Prof Kandou
Manado karena belum adanya alat untuk mengkonfirmasi status pasien corona. Hal
ini sangat ironi karena RSUD KK merupakan RS rujukan pasien corona.
Pendistribusian alat dan pemeriksaan laboratorium untuk corona virus harus segera
dilakukan secara merata sehingga kasus-kasus di daerah pun bisa segera di tangani.
Tentang langkah pemeriksaan masal rapid test yang akhirnya menjadi pemilihan
pemerintah, masih belum sepenuhnya bisa berjalan dengan baik walaupun menjadi
pilihan terbaik saat ini. Baru saja muncul pemeriksaan rapid test untuk masyarakat,
para anggota dewan terhormat langsung saja mengambil keputusan untuk terlebih
dulu dilakukan tes kepada mereka. Sungguh sangat mewakili wakil rakyat.
Pemeriksaan rapid test sangat membutuhkan biaya yang sangat mahal. Sehingga
harusnya pemeriksaan rapid test memiliki sasaran yang tepat kepada masyrakat
yang beresiko tinggi saja. Jangan adanya konflik kepentingan dalam hal ini.
Tata kelola karantina dan isolasi di Indonesia ini sudah dilakukan semaksimal
mungkin oleh pemerintah namun respon masyarakat sangat disayangkan. Hal ini
dapat dilihat dari sulitnya para pasien dengan status ODP untuk dapat diisolasi di
rumah. Tidak hanya pasien dengan status ODP saja yang sulit diisolasi, bahkan ada
pasien dengan status PDP yang diinformasikan oleh media kabur dari rumah sakit.
Hal ini sangat disayangkan karena dapat membahayakan nyawa banyak orang.
Menurut pemahaman saya, sekali lagi tingkat kesadaran akan bahanya virus corona
masih sangat rendah di Indonesia. Hal ini sekali lagi berkaitan dengan tingkat
pendidikan dan ekonomi masyarakat Indonesia masih rendah juga.