Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN REFLEKSI KASUS

STASE KB DAN PELAYANAN KONTRASEPSI


( UP IUD )

(Menggunakan Model Refleksi Gibbs)

Oleh :

Handayani (215491517029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022

1
ESSAY REFLEKSI ASEPTOR KB IUD INGIN UP
Introduction
Essay pada kasus ini menggunakan Gibss Reflection Cycle ( 1988) melalui refleksi ini dapat
sebagai bahan untuk pengembangan diri dan penegtahuan kami kedepannya

1. DESKRIPSI
Rotasi praktek klinik ini di stase KB dan pelayanan kontrasepsi adalah mengebai
penanganan UP IUD pada aseptor KB AKDR di Klinik Rumah Sehat Keluarga yang
merupakan tempat pelayanan faskes 1 yang memberikan pelayanan kontrasepsi mulai
dari pemasangan sampai dengan penanganan kasus dan pencabutan kontrasepsi.
Disini aseptor KB IUD yang memiliki masalah dan ingin melakukan pelepasan
iud yang baru digunakanya selama 1 bulan, dengan keluhan dari habis pemasangan flek
flek , nama aseptor Ny M usai 38 than sudah memiliki anak sebanyak 5 orang dan
Riwayat persalinan 3 kali dengan SC serta ibu memiliki penyakit hipertensi.
Hal yang menarik pada kasus di stase ini adalah dimana ssaat aseptor KB tersebut
menyatakan ingin melakukan pelepasan IUD nya tenaga Kesehatan bidan yang betugas
langsung melakukan Tindakan tersebut tanpa melakukan asuhan konseling dan informed
consent sebelum Tindakan tersebut dilakukan .disinilah saya menemukan perbedaan dari
apa yang saya pelajari di mata kuliah KB dan pelayanan kontrasepsi. Perbedaan yang
saya temukan adalah secara teori saat kita mendapatkan aseptor yang ingin mendapatkan
pelayanan kontrasepsi atau dengan d permsalahan dari alat kotrasepsi yang digunakanya
kita perlu mengkaji dan melakukan komunikasi dan konseling , konseling merupakan
cara kita sebagai bidan mengenali kebutuhan klien, membantu klien membuat pilihan
yang sesuai dan memahami tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih. Perbedaan tersebut
menjadi pertanyaan bagi saya apa yang mendasari bidan tersebut tidak melakukan
komunkasi dan konseling saat melakukan asuhan kebidan pada aseptor KB IUD tersebut.

2. FEELING

Saya melihat aseptor tersebut sangat ingin melepaskan IUD nya dan tidak ingin mengganti
dengan kontrasepsi lain, melihat Riwayat kehamilan dan persalinan pasien tersebut sangat
beresiko apabila aseptor tersebut UP IUD nya dengan tidak mengganti dengan metode lain
apalagi ibu menyatakan keluhannya sering flek flek , yang menurut say aini merupakan
adaptasi alat tersebut di uterus yang seharusnya bidan bisa memberikan konseling.Begitu pun
petugas bidan sama kali tidak memeberikan dukungan terhadap pasien bagaimana pasien
mulai dengan tidak memberikan konseling bagaimana cara mengatasi masalah yang
dirasakan ibu aseptor KB tersebut sampai dengan melakukan konseling, begitu juga saat
dilakuakn Tindakan up IUD tidak diberikan inform consent sebagai suatu persetujuan untuk
tindakan medis bukanlah formalitas lembar persetujuan medis saja. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia nomor 290/Menkes/PER/III/2008,
persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga yang telah mendapatkan penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai
tindakan medis yang akan dilakukan.

2
Informed consent sendiri merupakan prosedur etik yang diatur oleh hukum dan berkaitan erat
dengan pelayanan kesehatan sehari-hari. Komponen penting yang diperlukan dalam informed
consent adalah persetujuan/penolakan pasien/keluarga yang kompeten, informasi yang jelas dan
rinci mengenai tindakan medis yang akan dilakukan, serta keterangan bahwa persetujuan
diberikan tanpa paksaan

3. EVALUASI
Intra Uterine Devices (IUD) adalah alat kecil berbentuk T terbuat dari plastik dengan
bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan
namanya IUD dimasukkan kedalam rahim untuk mencegah kehamilan. (Kusmarjadi,
2010). Jenis iud :
1. IUD/ AKDR Non-hormonal
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi
b. Menurut tambahan atau metal
2. IUD yang mengandung hormonal
a. Progestasert-T = Alza T, mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat
b. LNG-20, mengandung 46-60mg Levonorgestrel
Mekanisme kerjanya
c. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba fallopii
d. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
e. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, AKDR membuat sperma
sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi.
f. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Keuntungan IUD
 Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
 Dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang.
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi.
 Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Efek samping
 Efek samping yang mungkin terjadi

3
 Perubahan siklus haid
 Haid lebih lama dan banyak
 Perdarahan (spotting) antar menstruasi
 Saat haid lebih sakit
 Komplikasi lain
 Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan
 Perdarahan berat pada waktu haid
Indikasi
 Usia reproduktif
 Keadaan nulipara
 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
 Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
 Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
 Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
 Risiko rendah dari IMS
 Tidak bisa metode hormonal
Prosedur pemasangan
 Petugas harus siap ditempat
 Melakukan komunikasi dan konseling
 Harus ada permintaan dan persetujuan dari klien
 Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih dan cukup ventilasi
 Siapkan bahan dan alat yang dibutuhkan.
 Lakukan langkah-langkah sesuai prosedur
Komunikasi
 Penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain
 Komunikasi akan berhasil apabila terciptanya antara sipengirim dqan sipenerima tentang
informasi yamg disampaikan sehingga kedua pihak dapat memahami
 Dalam program KB komunikasi diartikan sebagai proses informasi antara petugas
denganmasyarakt sehingga tercipta suatu persepsi yang sama tentang NKKBS

4
Konseling
Proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu klien
mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai
dengan kondisi yang sedang dihadapi
Tujuan konseling
Tujuan Umum :
meningkatkan kualitas pelayanan kontrasepsi sehingga calonakseptor (klien) dapat
menentukan sendiri pilihan kontrasepsi yang akan dipergunakannya dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
tujuan khusus
Memberikan informasi yang tepat
 mengidentifikasi dan menampung perasaan – perasaan yang kurang menguntungkan,
 Membantu klien untuk memilih metode kontrasepsi yang terbaik, aman dan sesuai
dengan kondisi serta keinginan klien.
 Memberikan informasi tentang berbagai alat kontrasepsi dan tempat pelayanan
kontrasepsi

4. ANALYSIS
Dalam melakukan asuhan pelayanan kontrasepsi KB kita akan menemukan pasein
dengan permasalah dalam menggunakan alat kontrasepsi IUD , dalam menghadapi
aseptor yang mengalami keluhan permasalah perlu melakukan pendekatan komunikasi
dan konseling untuk meningkatkan pengetrahuan sikap.Meletakkan dasar bagi
mekanisme sosio kultural yang dapat ,menjamin berlangsungnya proses penerimaan.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan KB, dalam arti memenuhi serta memuaskan
semua pihak, baik petugas atau konselor maupun klien, perlu dilakukan kegiatan
konseling yang memenuhi persyaratan. Keberhasilan dan keberlangsungan pemakaian
alat kontrasepsi akan lebih bermakna dan memuaskan apabila konseling dan media yang
disampaikan efektif. (Eti R, 2006; Sulistyawati A, 2011; BKKBN, 2006).
Interaksi atau konseling yang berkualitas antara klien dan provider (tenaga medis)
terutama bidan merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan bagi
keberhasilan program keluarga berencana di Indonesia. Klien yang mendapatkan
konseling dengan baik akan cenderung memilih alat kontrasepsi dengan benar dan tepat.
Pada akhirnya hal itu juga akan menurunkan tingkat kegagalan KB dan mencegah
5
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk meraih keberhasilan tersebut,
tentunya sangat diperlukan tenagatenaga konselor yang professional. Alat kontrasepsi
IUD merupan suatu alat yang masukan kedalam uteri dalam beberapa kasus pasca
pemasangan memang aseptor akan mengalami flek flek yang masih bisa berikan asuhan
pemberian terapi hormone progestin sebagai uapya untuk menstabilkan siklus hormonal
tubuh sehingga mengghentikan gangguan flek-flek tersebut. Melihat kasus diatas sangat
beresiko sekali apabila pasien tersebut up iud tanpa di konselingan kontrasepsi penganti.
Resiko kehamilan pada aseptor tersebut merupa dapat mmeberikan penyumbang AKI da
AKB di Indonesia .
Konseling bidan yang dilakukan secara efektif terhadap responden memiliki pengaruh
terhadap pengetahuan dan minat ibu menjadi akseptor IUD . Pengetahuan yang
disampaikan mengenai d IUD, keuntungan IUD, kerugian IUD dan informasi
pemasangan IUD dan efek samping harus disampaikan diawal sehingga aseptor
benarbenar mengerti akan informasi tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian dalam
proses pelayanan antenatal care di Pusat Kesehatan Masyarakat Tegal Timur dimana
konseling yang berjalan dengan efektif, dapabila bidan dapat membina hubungan dengan
baik, memberikan informasi dengan jelas dan membuat keputusan atau pemecahan
masalah yang dapat dipahami dan diterima oleh pasien. (Asa,2017)

4. CONCLUSION
Dari kasus diatas dapat diambil pembelajaran bahwa dalam memebrikan asuhan
pelayanan kontrasepsi saat perlu melakukan komunikasi dan konseling untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pengetahuan dan pengambilan keputusanya, serta saat pasien
sudah melakukan pengambilan keputusan atas informasi yang Sudha diberikan sangat
penting sekali sebelum melakukan Tindakan melakukan pertsetujuan akan Tindakan atau
informed consent sebagai upaya perlindungan hukum kita sebagai tenaga Kesehatan.

5. ACTION PLAN / RENCANA TINDAKAN LANJUT


Ddalam memberikan pelayanan Langkah Langkah konseling yang bisa diterapkan
 Langkah – langkah konseling KB (SATU TUJU) :
SA : Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin, termasuk pilihan
TU : Bantulah klien menentukan pilihannya.Bantulah klien berpikir
J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang
 Dan menyiapkan lembar inform consent/ lembar persetujuan . Bukti tertulis tentang
persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada
klien
 Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien
tidak dapat melakukan hal tersebut

6
 Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap keselamatan
klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya)

DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati A. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Hartanto H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan 7 ed. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Starh. Konseling KB Berkualitas Belum Dipahami [Internet]. c2002. [cited 2015 Dec 09].
Available from : http://sidrap-file-filepc /2012/01/konseling-kb-berkualitas-belumdipahami.
Htm
Asa Mutia Sari1 , Budi Palarto Soeharto2, 2017 . PENGARUH KONSELING BIDAN
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN MINAT MENJADI AKSEPTOR IUD
POST PLASENTA DI KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2016. JURNAL
KEDOKTERAN DIPONEGORO Volume 6, Nomor 2, April 2017 Online : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/medico

Prawihardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan, edisi ketiga cetakan keenam. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai