Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran mati (Stillbirth) merupakan kematian janin dalam kandungan sebelum

atau selama proses persalinan (CDC, 2020). Indikator yang digunakan untuk melaporkan

bayi lahir mati diberbagai negara berbeda-beda. Namun sebagai perbandingan

internasional, lahir mati (antepartum dan intrapartum) merupakan bayi yang lahir tanpa

tandatanda kehidupan dengan berat > 1.000 gram, atau setelah 28 minggu usia kehamilan

(WHO, 2014). Lahir mati disebut juga dengan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) yaitu

janin yang meninggal dalam kandungan. Menurut Sujon (2016), IUFD mencakup semua

kematian janin dengan berat 500 gram atau lebih yang terjadi selama periode kehamilan

(antepartum/intrauterine) atau selama proses persalinan (intrapartum).

Secara global terdapat hampir 2 juta bayi lahir mati, artinya dalam setiap 16

detik terdapat 1 kelahiran mati pada setiap tahunnya (WHO, 2021). Pada tahun 2015

terjadi 2,6 juta kelahiran mati di dunia dengan lebih dari 7.718 kematian setiap harinya.

Sebanyak 90% kelahiran mati terjadi di negara dengan penghasilan rendah dan

menengah. Dari jumlah kelahiran mati, sekitar setengahnya terjadi pada periode

intrapartum (WHO, 2021). Tingkat penurunan Annual Rate of Reduction (ARR)

kelahiran mati dari tahun 2000 hingga 2019 secara global hanya sebesar 2,3%.

Penurunan angka kelahiran mati ini lebih rendah 2 dibandingkan penurunan kematian

neonatal (ARR = 2,9%) dan angka kematian anak usia 1 – 59 bulan (ARR = 4,3%)

(WHO, 2020).

Provinsi dengan Angka Kematian Bayi tertinggi adalah Papua Barat dengan total

74 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan provinsi dengan Angka Kematian Bayi terendah

adalah Kalimantan Timur dengan total 21 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan Jumlah
bayi lahir mati di Sulawesi Tenggara sebesar 513 kasus (Dinkes Sultra,2021) yang

termasuk didalamnya kabupaten Konawe Selatan.

Berdasarkan uraian sebelumnya dan berdasarkan data yang diperoleh di

puskesmas Tinanggea tahun 2020-2021 terdapat 11 kasus Kematian Janin dalam Rahim.

Kematian Janin dalam Rahim merupakan masalah besar terutama di Negara-negara

berkembang yang masih memiliki persentase yang cukup tinggi. kasus ini cukup menjadi

suatu masalah kesehatan bagi ibu utamanya ibu yang menginginkan bayi kemudian

mengalami kasus kematian janin dalam rahim, selain itu kematian janin akan

memberikan komplikasi bagi ibu baik dalam fisik atau kesehatannya maupun psikis

ataupun mentalnya, Oleh karena itu perlu dikaji faktor yang berhubungan dengan

kematian janin dalam rahim ini agar kasus serupa dapat dicegah. Karena hal tersebut

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait “Faktor yang berhubungan dengan

Kejadian Kematian Janin Dalam Rahim di Wilayah Kerja Puskesmas Tinanggea

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam

penelitian ini adalah “Faktor –faktor apa saja yang berhubungan dengan Kejadian

Kematian Janin dalam Rahim di Puskesmas Tinanggea Kabupaten Konawe selatan

Tahun 2022”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Kematian Janin

dalam Rahim di Puskesmas Tinanggea Kabupaten Konawe selatan Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan Umur Ibu dengan kejadian kematian janin dalam

rahim
b. Untuk mengetahui hubungan status gizi ibu dengan kejadian kematian janin

dalam rahim

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan

menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya. Sebagai bahan rujukan dalam mengkaji

pemberian ASI eksklusif.

2. Bagi Institusi

Hasil Penelitian ini dapat memperkaya kasana ilmu pengetahuan kebidanan dan

dapat menjadi salah satu bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam bentuk

pengabdian dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh, serta memperluas

wawasan.

Anda mungkin juga menyukai