Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah ibu yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan
lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Prov. Kalsel, 2021)
AKI di dunia menurut data dari World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa (AKI) di dunia lebih dari 585 ribu meninggal saat hamil maupun melahirkan dari
data tersebut bisa simpulkan bahwa setiap detik, menit atau jam terdapat ibu meninggal,
sedangkan pada bayi baru lahir sangat tinggi di dunia kira – kira pertahun sebesar 4 juta
sedangkan perbuan 1,4 juta bayi baru lahir meninggal. Menurut survey demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kematian ibu (AKI) terkait kehamilan,persalinan dan
nifas adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari berbagai negara di ASEAN,
Indonesia masih memiliki angka yang tinggi. Faktor utama kematian rata – rata dengan
komplikasi obsterik, misalnya pada kasus pendarahan berat antepartum (plasenta plevia
atau solusio plasenta), dan pendarahan berat postpartum (atonia uteri, sisa plasenta dan
robekan jalan lahir) (Wahyu, 2019).
Angka kematian ibu di Provinsi Kalimantan Selatan cenderung mengalami naik
turun capaian selama empat tahun terakhir. Hal ini menggambarkan perlunya kinerja
yang lebih baik untuk menurunkan angka kematian ibu di Provinsi Kalimantan Selatan.
Menurut Supas tahun 2016, untuk AKI Nasional sebesar 128 per 100.000 kelahiran
hidup. Pada tahun 2021, AKI Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 205 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun 2020 yang mencapai 135 per
100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Prov. Kalsel, 2021).
Menurut Kabupaten/Kota Angka Kematian ibu (AKI) yang termasuk tinggi
selama 1 tahun terakhir berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah mencapai sebesar 202
per 100.000 Kelahiran Hidup, tahun 2020 meningkat menjadi 428 per 100.000 Kelahiran
Hidup. Sedangkan AKI terendah tahun 2020 berada di Kabupaten Banjar yaitu 72 per
100.000 Kelahiran Hidup. Penyebab kematian ibu sebagian besar adalah akibat terjadinya
perdarahan dan komplikasi kehamilan/ persalinan yaitu preeklampsi/eklampsi. Angka
Kematian Ibu ini menggambarkan tingkat kesehatan ibu selama kehamilan dan
melahirkan (Profil Kesehatan Prov. Kalsel, 2021).
Perdarahan yang terjadi pada ibu dibagi menjadi dua yaitu perdarahan antepartum
dan perdarahan postpartum. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua
setelah melewati 28 minggu disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum
merupakan 3% dari semua persalinan, penyebabnya yaitu plasenta previa, solusio
plasenta dan perdarahan yang belum jelas sebabnya (Lestari, 2022).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu di segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan normal, plasenta terletak pada bagian atas uterus, biasanya di depan atau di
belakang dinding uterus agak ke arah fundus (Wiknjosastro, 2020). Kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan khususnya akibat plasenta previa dilaporkan berkisar 15-
20% kematian ibu dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Angka
kejadian pada beberapa rumah sakit umum pemerintah di Indonesia dilaporkan bahwa
insidennya berkisar antara 1,7% sampai dengan 2,9% (Greiny dkk, 2017). Sedangkan di
RSUD Ulin Banjarmasin sendiri, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh
Nur Cahyani Ari Lestari pada tahun 2022, angka kejadian plasenta previa tahun 2021
berjumlah 89 orang dan 2 diantaranya meninggal dunia.
Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan pada
ibu, pengawasan bayi baru lahir (neonatus) dan pada persalinan, ibu post partum serta
mampu mengidentifikasi penyimpangan dari kehamilan dan persalinan normal dan
melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat.
Pengenalan dan penanganan kasus kasus yang gawat seharusnya mendapat prioritas
utama dalam usaha menurunkan angka kesakitan lebih lebih lagi angka kematian ibu,
walaupun tentu saja pencegahan lebih baik dari pada pengobatan (Noordiati, dkk, 2019).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal neonatal
dan kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi dengan memperhatikan aspek
budaya yang didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta hasil evidence
based dalam praktik yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang
berfokus pada upaya preventif dan promotive, deteksi dini komplikasi, pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep dasar kegawatdaruratan maternal neonatal dan
kolaborasi pada kasus patoligi dan komplikasi.
b. Mampu memahami konsep perdarahan antepartum ec. Plasenta previa totalis dan
menerapkan asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal neonatal dan
kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi sesuai dengan evidence based.
c. Mampu melakukan pengkajian pada kasus kegawatdaruratan maternal neonatal
dan kolaborasi pada kasus patoligi dan komplikasi
d. Mampu melakukan perencanaan pada kasus kegawatdaruratan maternal neonatal
dan kolaborasi pada kasus patoligi dan komplikasi.
e. Mampu melakukan implementasi pada kasus kegawatdaruratan maternal neonatal
dan kolaborasi pada kasus patoligi dan komplikasi kebidanan berdasarkan
evidence based.
f. Mampu melakukan evaluasi pada kasus kegawatdaruratan maternal neonatal dan
kolaborasi pada kasus patoligi dan komplikasi.
g. Mampu melakukan pendokumentasian pada kasus kegawatdaruratan maternal
neonatal dan kolaborasi pada kasus patoligi dan komplikasi

C. MANFAAT
1. Bagi penulis
Laporan pendahuluan ini dapat menjadi sumber referensi dan wawasan terkait
perdarahan ante partum ec. Plasenta previa totalis
2. Bagi tenaga kesehatan
Menjadi bahan untuk deteksi awal komplikasi pada ibu dengan Plasenta Previa bagi
tenaga kesehatan baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun lanjutan

Anda mungkin juga menyukai