PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Rumah sakit merupakan institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(KemenkumHam RI, 2012). Salah satunya adalah pelayanan keperawatan.
Budaya keja tentunya tidak terlepas dari udaya organisasi, sebab budaya kerja
diturunkan dari budaya organisasi yang merupakan pola dari asumsi dasar
yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh satu kelompok tertentu
dngan maksud agar orgaisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-
masalh yan timbulakbat adaptasi eksternal maupun internalyang suda berjalan
Riani, 2011). Penerapan nilai-nlai budaya kerja dilingkungan kerja diakukan
untuk pengembangan jatidiri karyawan, apratur termasuk juga perawat dalam
memberikan pelayanan yang paripurna dirumah sakit.
Indikator budaya kerja bersifat baik dan kurang baik. Indikator budaya keja
yang bersifat baik antara lain, perilaku ramah tamah, gotong royong, perilaku
bkerja keras, serta optimis. Sedangan indkator yang bersifat kurang baik
antara lain, tidak disipling, tidak jujur, tidak tegas,dan tidak pecaya diri
(Tillot, 2013). Keidakmampuan menanamkan budaya kerja yang baik akan
dipengaruhi kemampuan untuk mempertahankan kualitas perawatan
kesehatan dan akan bedampak buruk erhadap kepuasan pasien serta
produktfitas diatara staf (Tillot, 2013). Sebuah organisasi dengan budaya yang
kurang baik beresiko tinggi gagal dalam perannya dengan megabaikan
harapan para pasien dan pihak-pihak yan bergantung pada layanan yang
diberikanya.
Faktor lain yang juga dapat untuk memengaruhi kualitas pelayanan yang
terkait dengan budaya kerja adalah, dengan banyaknya penunggu atau
pembesuk pasien. Pengunjung pasien adalah orang yang datang ke rumah
sakit untuk melakukan kegiatan yang dapa dilakukan tanpa harus menginap di
rumah sakit, sedangkan penunggu pasien adalah oang yangdatang kerumah
sakit dengaan tujuan untuk menunggui keluarga atau kerabatnya yang sedang
dirawat di rumah sakit, dengan cara menginap di rumah sakit yang
bersangkutan Irma Nurjanah, 2011).
Hal tersebut banyak dijumpai pada rumah sakit umum milik pemerintah,
walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi pada rumah sakit swasta, yang
keadaanya relatif lebih baik. Perilaku dan kebiasaan para pembesuk dan
penunggu pasien yang sering terlihat di rumah sakit di Indonesia masih
menunjukan pola kegiatan bersama. Hal ini dikarenakan sebagian pendapat
yang mengatakan bahwa dijaman yang semakin maju dan milenial ini orang
cenderung mengabaikan dan meninggalkan kegiatan berama, orang lebih
bersifat indvidual dalam segala aspek kehidupan. Banyaknya pengunjng dan
penunggu pasien di rumah sakit ada beberapa faktor pendukung, salah satunya
adalah kebudayaan masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat agraris
yang bercirikan kebersamaan dan kerja kelompok. Ciri ini didasari oleh
adanya kedekatan hubungan baik secara kekerabatan maupun kesukubangsaan
Irma Nurjanah, 2011).
Dewasa ini pembatasan pengunjung dan penungu pasien di rumah sakit sangat
dperlukan demi tercapainya budaya kerja yang jah lebih baik, meingkakan
pelayanan keperawatan, keamanan bagi pasien, mencegah terjadiya infeksi
nosokomial, dan mencegah terjadinya penyebaran virus yang dapat ditularkan
baik dari pasien kepenunjun dan keluarga pasien atau dari pengujung dan
keluarka pasien kepada pasien. Beberapa hasil penelitian tentang penungu
pasien di rumah sakit yaitu penelitian yag dilaukan oleh (Nurjanah 2011),
tentang periaku penunggu pasien di Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tenggara
diperoleh hasil perilaku menungui pasien dalam jumlah yang lebih dari satu
orang timbul dari adanya budaya yang melatarbelakangi kehidupan berama
dan berkelompok.
Di RSUD Kota Salatiga yang dikelola oleh Pemerintah Kota Salatiga juga
menghadapi tunutan dari beberapa lapisan masyarakat untuk diadakannya jam
kunjung atau jam besuk, mesikipun dalam preraturan direktur terkait
pencegahan penularan wabah virus yang sedang terjadi Indonesia belum
diberlakukannya jam kunjung pasien. Dan masih banyak dijumpai penungu
pasien lebih dari satu penungu. Tidak hanya itu saja bahkan sering kelolosan
pasien dijenguk oleh pihak keluarga.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada efektivitas dan perbedaan peningkatan budaya kerja, peningkatan
pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien di RSUD Kota Salatiga
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas kartu tunggu terhadap peningkatan pelayanan
keperawatan di RSUD Kota Salatiga
2. Tujuan Khusus
a. Tidak ada pasien yang dibesuk selama rawat inap di ruangan
b. Selama pasien rawat inap tidak ada yang di tunggu lebih dari satu orang,
kecuali pasien dengan kondisi tertentu yang boleh ditunggu maksimal 2
orang dengan seizing dokter yang merawat dan penunggu pasien telah
lolos screening
c. Menjaga ketertiban dan menciptakan suasana kondusif untuk kesembuhan
pasien
D. MANFAAT
1. Hasil dari pemaparan ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak
management rumah sakit, khususnya wadir pelayanan dalam
mengevaluasi budaya kerja, dan inovasi kartu tunggu yang diberikan oleh
petugas saat pasien mencari kamar rawat inap.
2. Memberikan konstribusi terhadap peningkatan pelayanan yang ada di
RSUD Kota Salatiga.
3. Dapat menjadi bahan yang digunakan dalam menganalisis dan
memecahkan permasalahan tentang penunggu dan pengunjung pasien di
RSUD Kota Salatiga
4. Meningkatnya ketertiban penunggu pasien selama mendampingi pasien
saat rawat inap