Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
1. KARTU PENUNGGU PASIEN
a. Pengertian Pasien
Pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya
menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan
mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan yang
dikemukakan oleh Prabowo (dalam Wilhamda, 2011) . Sedangkan
(Aditama, 2002) berpendapat bahwa pasien adalah mereka yang
diobati dirumah sakit. Menurut (Soejadi, 1996) pasien adalah
individu terpenting dirumah sakit.

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa


pasien adalah orang yang memiliki kelemahan fisik atau mentalnya
menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan
mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan atau
para medis yang di obati dirumah sakit.

b. Pengertian Kartu Tunggu


Kartu tunggu pasien adalah sebuah kartu atau salah satu jenis id card
yang berfungsi sebagai tanda identitas penunggu pasien disebuah
Rumah Sakit. Sedangkan menurut Rumah Sakit Cahya Kawulayan
Kota Baru Parahyangan Padalarang Bandung (2016) pengertian
kartu penunggu pasien adalah kartu yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mendata penunggu pasien. Kartu penunggu
pasien digunakan sebagai acuan standart pengamanan dan
pengawasan serta penertiban area ruang perawatan yang ada di area
rumah sakit untuk membedakan antara penunggu pasien dan
pengunjung pasien.

c. Kewajiaban Pasien
Menurut (UU no.44 Tahun 2009: UU tentang Rumah Sakit dengan
kewajiban pasien yakni setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap
Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya selain itu ketentuan
lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan
Mentri.

Menurut (UU no. 29 Tahun 2004 : UU tentang Praktik Kedokteran),


pasien dalam menerima pelayanan mempunyai kewajiban :
i. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya.
ii. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.
iii. Mematuhi ketentuan yang berlaku sarana pelayanan
kesehatan.
iv. Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima.

Menurut UU RI No.38 Tahun 2014 dalam praktik keperawatan,


pasien berkewajiban:
i. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang
masalah kesehatannya.
ii. Memetuhi nasehat dan petunjuk perawat.
iii. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
iv. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki


kewajiban menerima pelayanan pada praktik kedokteran yaitu
memberikan informasi, mematuhi nasihat, mematuhi ketentuan, dan
memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima, memberikan
informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah kesehatannya,
mematuhi nasehat dan petunjuk perawat, mematuhi ketentuan yang
berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, memberikan imbalan jasa
atas pelayanan yang diterima.

d. Hak Pasien
Menurut (UU no.44 Tahun 2009: UU tentang Rumah Sakit pasal 31
dan 32 ) . Setiap pasien mempunyai hak :
i. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
ii. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
iii. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
iv. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standart profesi dan standart prosedur operasional.
v. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
vi. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
vii. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
viii. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik ( SIP) baik di
dalam maupun di luar Rumah Sakit.
ix. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data – data medisnya.
x. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
xi. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya.
xii. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
xiii. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaannya yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
xiv. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan Rumah Sakit.
xv. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.
xvi. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
xvii. Menggugat atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standart baik secara perdata ataupun pidana, dan
xviii. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Menurut UU RI No.38 Tahun 2014 dalam praktik keperawatan, pasien
berhak:
i. Meminta pendapat Perawat lain atau tenaga kesehatan lainnya.
ii. Mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar Pelayanan Keperawatan, standar profesi, dtandar
prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang –
undangan.
iii. Memeberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperwatan
yang akan diterimanya.
iv. Mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang
tindakan Keperawatan yang akan dilakukan.
v. Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.
Pengungkapan rahasia kesehatan klien dilakukan atas dasar :
Kepentingan kesehatan klien, pemenuhan permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegak hukum, persetujuan
klien sendiri , kepentingan pendidikan dan penelitian, dan
ketentuan Peraturan Perundang – undangan.

e. Pengunjung Pasien
Pengunjung adalah orang – orang yang datang berkunjung pada suatu
tempat atau negara yang terdiri dari banyak orang dengan tujuan
yang berbeda – beda (Yoeti, 1985, p.123). Sedangkan menurut
Carpman (1986), pengunjung adalah orang yang datang kerumah
sakit, seperti berobat dan mengunjungi pasien yang dirawat pada
jam-jam berkunjung.
f. Penunggu Pasien
Penunggu pasien adalah seorang pengasuh yang bertanggung jawab
terhadap individu dengan keterbatasan akibat usia, kecacatan,
penyakit atau gangguan mental dan bertujuan untuk membantu
menjalankan aktivitas sehari-hari (Redaksi MHomecare, 2021).

Penunggu pasien menurut Carpman (1986) adalah orang yang


datang ke rumah sakit dengan tujuan untuk menunggui keluarga atau
kerabatnya yang sedang dirawat di rumah sakit, dengan cara
menginap di rumah sakit yang bersangkutan.

2. BUDAYA KERJA DENGAN “GENDHIS”


a. Pengertian Budaya Kerja
Budaya adalah suatu dampak dari proses yang berkesinambungan,
terjadi berulang-ulang menjadi kebiasaan, yang apabila terus
berlangsung lama menjadi tabiat. Budaya Kerja adalah suatu falsafah
didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat,
kebiasaan pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan
tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat,
pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.

Menurut robbins (2003:11) mengatakan budaya kerja merupakan


“suatu system pengertian bersama yang dipegang oleh anggota suatu
organisasi yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi
lainnya”.
Menurut mangkunegara (2005:316) menyimpulkan pengertian
budaya kerja sebagai perangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-
nilai dan norma yang dikembangkan dalam perusahaan yang
dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk
mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.

Berbicara tentang budaya kerja berarti berbicara tentang pedoman


yang berisi tentang aturan-aturan yang terkait dengan kerja yang
kemudian diimplementasikan didalam kehidupan nyata dalam
pekerjaan sehari-hari yang menghasilkan produk-produk yang
relevan dengan tuntutan pekerjaannya. Budaya kerja tersebut
kemudian secara mekanis dan organisasi terdapat dalam diri manusia
di dalam kehidupannya.

Dari pengertian budaya kerja dapat disimpulkan bahwa budaya kerja


adalah cara pandang yang menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai-
nilai yang diyakini karyawan untuk mewujudkan kerja terbaik.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Kerja


Robbins (2003:523) menjelaskan bagaimana budaya kerja dibangun
dan dipertahankan ditunjukan dari filsafat pendiri pemimpinnya.
Selanjutnya budaya ini sangat dipengaruhi oleh kriteria yang
digunakan dalam mempekerjakan karyawan. Tindakan pimpinan
akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat diterima baik
dan yang diterima tidak baik.
Ada tiga macam proses terbentuknya budaya kerja, yaitu budaya
diciptan oleh sendirinya, budaya terbentuk sebagai upaya menjawab
tantangan dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal, budaya
diciptakan oleh tim managemen sebagai cara meningkatkan kinerja
perusahaan secara sistematis (Mangkunegara, 2005:317).

Sedangkan menurut Gomes (2009: 39), mengatakan bahwa satuan


kerja atau organisasi akan mampu mencapai sukses tertinggi jika
memiliki sasaran dan target, ketangguhan tetapi sekaligus juga
fleksibel, daya inovasi yang kreatif, system pembangunan Sumber
daya Manusia (SDM), dan oerientasi pada mutu kesempurnaan dan
kemampuan untuk terus menerus belajar dan berusaha damai.

Menurut Gomes (2009:59), factor yang memengaruhi budaya kerja


adalah:
i. Observed behavioral regularities when people interact, Yaitu
bahasa yang digunakan dalam organisasi, kebiasaan dan
organisasi yang ada, dan ritual para karyawan dalam
menghadapi berbagai macam situasi
ii. Group Norms yaitu nilai dan standart baku dalam organisasi
iii. Exposed Values adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip
organisasi yang ingin dicapai, misalnya kualitas produk
iv. Formal Philosophy yaitu kebijakan dan prinsip ideologis
yang mengarahkan perilaku organisasi terhadap karyawan,
pelanggan, dan pemegang saham
v. Rules of the Game yaitu aturan-aturan dalam perusahaan, hal-
hal apa saja yang harus dipelajari oleh karyawan baru agar
dapat diterima organisasi tersebut
vi. Climate adalah perasaan yang secara eksplisit dapat terasa
dari keadaan fisik organisasi dan berinteraksi antar karyawan,
interaksi atasan dengan bawahan, juga interaksi dengan
pelanggan atau organisasi lain
vii. Embedded Skills yaitu kompetensi khusus dari anggota
organisasi dalam menyelesaikan tugasnya, dan kemampuan
menyalurkan keahliannya dari satu generasi ke yang lainnya
viii. Habits of thinking,mental models,and/or linguistic paradigms
adalah adanya satu kesamaan “frame” yang mengarahkan
pada persepsi (untuk dapat mengurangi adanya perbedaan
persepsi), pikiran dan Bahasa yang digunakan oleh para
karyawan dan diajarkan pada karyawan baru pada awal proses
sosialisasi
ix. Shared Meanings adalah rasa saling pengertian yang
diciptakan sendiri oleh karyawan dari interaksi sehari-hari
x. Root Metaphors or Integrating Symbols yaitu ide-ide,
perasaan dan citra organisasi yang dikembangkan sebagai
karakteristik organisasi yang secara sadar maupun tidak sadar
tercermin dari bangunan
xi. lay out adalah ruang kerja dan materi artifact lainnya, hal ini
merefleksikan respon emosional dan estetika anggota
organisasi, disamping kemampuan kognitif atau kemampuan
evaluative anggota organisasi.

Mencapai keberhasilan yang permanen, organisasi perlu membangun


core value yang membentuk budaya perusahaan. Nilai-nilai ini akan
memotivasi setiap orang dalam organisasi, berfungsi memperjelas
alasan organisasi untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Nilai-nilai
ini juga menjadi ukuran dalam menentukan perioritas dalam
pengambilan keputusan dan menjadi pedoman perilaku anggota
organisasi.

Menurut Sentono (2008:69) “Budaya pada intinya adalah nilai dan


norma yang berlaku di suatu organisasi dan dianut oleh para
anggota”. Tiap organisasi seharusnya memiliki nilai masing-masing
yang sebaiknya merupakan nilai-nilai dari seluruh anggota.

Perusahaan membangun tata nilai yang mencakup hal-hal yang


menggugah karyawan untuk memberikan kontribusi positif pada
perusahaan, hubungan antara karyawan serta hubungan dengan
stakeholders, yang merupakan hal-hal yang harus dijunjung tinggi
atau dipedomi oleh seluruh karyawan dalam melaksanakan kegiatan
perusahaan, yang terdiri dari:

i. Proaktif berarti sikap berinisiatif dan mengevaluasi resiko


yang mungkin terjadi. Proaktif adalah kemampuan untuk
membuat keputusan tentang apa yang harus dikerjakan pada
situasi dan kondisi yang kritis, tanpa menunggu perintah atau
dukungan dari atasan.
ii. Unggul berarti lebih tinggi, lebih baik atau lebih cakap.
Ungggul bisa juga berarti yang terbaik atau yang terutama
iii. Excellence pada intinya adalah upaya membangun atau
menciptakan keunggulan dalam rangka memenangkan
persaingan.
iv. Watak unggul adalah sifat yang selalu mengedepankan
kesempurnaan dan peningkatan dalam kualitas kerja, serta
berkeinginan dan bergairah untuk menjadi yang terbaik,
kerjasama tim. Bermakna bukan sekedar bekerja bersama-
sama namun kerjasama diantar dua potensi yang berbeda atau
lebih, dengan beban, tanggung jawab dan fungsi yang berbeda
dan hasilnya lebih dari sekedar.
v. Inovasi adalah intensi memperkenalkan dan mengaplikasi
suatu ide, proses produk atau prosedur baru dalam organisasi
untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasi.
vi. Bertanggung jawab didefinisikan sebagai kemampuan dalam
menannggapi dan menyelesaikan pekerjaan yang di lakukan.
Besar kecilnya tanggung jawab atas akibat keputusan yang
diambil dan tindakan yang dilakukan.

c. Indikator budaya Kerja


Menurut Triguno, dkk (2004:8) indikator budaya kerja dapat dibagi
menjadi:
i. Sikap Terhadap Pekerjaan
Yaitu kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan
lain, seperti bersantai atau semata-mata memperoleh kepuasan
dari kesibukan pekerjaannya sendiri atau merasa terpaksa
melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya
ii. Perilaku Pada Waktu Bekerja
Seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati,
teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tuga dan
kewajibannya, suka membantu sesama karyawan atau
sebaliknya.
iii. Disiplin Kerja
Dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan yang sudah
ditetapkan.
d. Inovasi Kerja
Inovasi adalah intensi untuk memperkenalkan dan mengaplikasikan
suatu ide, proses, produk atau prosedur baru dalam organisai untuk
mendapatkan keuntungan bagi organisasi.
Menurut Siagian (2000:85) inovasi kerja adalah mereka yang selalu
mencari perubahan, berusaha mengikuti dan menyesuaikan
perubahan itu, serta memanfaatkannya sebagai peluang serta mampu
memilih dan mengambil keputusan alternative yang paling tinggi
memberikan produktivitas. Menurut Mangkunegara (2005:27)
inovasi adalah gagasan, perbuatan atau sesuatu yang baru dalam
konteks sosial tertentu untuk menjawab masalah yang dihadapi.
Memperhatikan

Menurut Siagian (2000:87) terdapat 3 indakator inovasi adalah


sebagai berikut:
i. Dorongan berprestasi yang tinggi.
Semua pengusaha yang berhasil memiliki keinginan besar
untuk mencapai suatu prestasi, bekerja keras tidak pernah
tinggal diam.
ii. Bekerja Keras
Sebagian besar karyawan mabuk kerja demi mencapai sasaran
yang ingin dicita-citakan, memperhatikan kualitas produknya
baik berupa barang maupun jasa. Pengusaha menangani dan
mengawali sendiri bisnisnya sampai mandiri sebelum ia mulai
dengan usaha baru lagi.
iii. Bertanggung jawab
Pengusaha sangat bertanggung jawab atas usaha mereka, baik
secara moral, legal, maupun mental.
e. Gendhis
Gendhis dalam Bahasa jawa berarti gula. Budaya kerja tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan kenyamanan pasien selama rawat
inap dan memberikan pengalaman kenangan yg manis seperti gula.
Langkah yang diambil untuk mencapai tujuan tersebut akan
diterapkan sesuai dengan sikap kerja antara lain sebagai berikut:
i. GEMATI
Arti dalam bahasa Indonesia adalah penuh kasih, penyayang.
Dalam menjalankan asuhan kepada pasien selalu menerapkan
sikap penyayang untuk memberikan kenyamanan kepada
pasien.
ii. EMPATI
Empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang
berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada
orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong
sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang
lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan,
mengaburkan garis antara diri dan orang lain.
iii. NULUNG
Nulung merupakan sikap saling membantu untuk
meringankan kesulitan yang dirasakan orang lain. Bahkan
sikap tolong menolong sudah menjadi sebuah budaya bagi
masyarakat Indonesia. Sikap tolong menolong ini, tidak
hanya dilakukan pada sesama manusia, tapi pada semua
makhluk hidup.
iv. DEDIKASI
Dedikasi adalah sebuah pengorbanan tenaga, pikiran, dan
waktu demi keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan
yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya
sebuah keyakinan yang teguh.
v. HANDARBENI
Handarbeni memiliki arti ikut merasakan dan melakukan
tindakan sebagai seorang pemilik, sehingga seseorang yang
Handarbeni akan merasa memiliki tugas dan tanggung jawab
atas kepemilikannya.
vi. IKHLAS
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ikhlas
berarti bersih hati, tulus hati. Dalam hal hubungan sesama
manusia, ikhlas adalah memberi pertolongan dengan
ketulusan hati. Sementara itu, keikhlasan berarti sebuah
kejujuran atau kerelaan.
vii. SENYUM
Senyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat
bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua
ujungnya, atau pula di sekitar mata. Kebanyakan orang
senyum untuk menampilkan kebahagiaan dan rasa senang.
B. INOVASI KARTU PENUNGGU PASIEN

1. Pengertian
Kartu penunggu pasien adalah kartu yang digunakan sebagai identitas
oleh keluarga pasien saat menunggu pasien yang dirawat di ruang rawat
inap RSUD Kota Salatiga.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui identitas pengunjung
b. Menjaga keamanan yang dirawat di RSUD Kota Salatiga
c. Sebagai akses keluar/masuk ruangan rawat inap saat menunggu
pasien dan saat ada pergantian penunggu pasien
3. Prosedur
a. Persiapan alat
i. Kartu penunggu pasien. Untuk memudahkan dalam
monitoring penggunaan kartu penunggu pasien maka kartu
penunggu pasien didesain dengan warna yang berbeda di
setiap ruangan rawat inap RSUD Kota salatiga
ii. Buku penggunaan kartu penunggu pasien

b. Pelaksanaan
i. Pasien mendaftar di pendaftaran untuk rawat inap
ii. Setelah pasien telah selesai mendaftar rawat inap di
pendaftaran dan didata, bagian pendaftaran menyiapkan kartu
penunggu pasien, buku tamu dan tata tertib RSUD Kota
Salatiga ke pasien dan keluarga pasien
iii. Bagian pendaftaran menjelaskan kepada pasien dan
keluarga/penunggu pasien mengenai tata tertib penggunaan
kartu penunggu pasien (yang tercantum di kartu penunggu)
iv. Bila penunggu pasien telah mengerti dan setuju mengenai tata
tertib RSUD Kota Salatiga, penunggu pasien menandatangani
buku pemakaian kartu penunggu pasien
v. Setelah penunggu menandatangani buku sebagai tanda
bahwa penunggu telah setuju dan bersedia mematuhi
peraturan, petugas pendaftaran memberikan kartu penunggu
pasien sesuai
vi. Jika pasien telah selesai mendapatkan pelayanan perawatan di
RSUD Kota Salatiga, kartu penungu diserahkan kembali
kepada perawat jaga ruang rawat inap saat melakukan
prosedur pemulangan pasien.

C. MONITORING DAN EVALUASI


1. Monitoring
Dalam pelaksanaan pemberlakuan kartu penunggu pasien akan
dilaksakan pematauan dan didata sebagai berikut:
a. Jumlah penunggu pasien yang menggunakan kartu penunggu
pasien saat mendapingi pasien selama rawat inap di RSUD Kota
Salatiga.
b. Persentase penunggu pasien yang menggunakan kartu penunggu
pasien saat mendapingi pasien selama rawat inap di RSUD Kota
Salatiga.
c. Jumlah penunggu pasien yang mengembalikan kartu tunggu
pasien kepada perawat saat prosedur pemulangan pasien
d. Persentase penunggu pasien yang mengembalikan kartu tunggu
pasien kepada perawat saat prosedur pemulangan pasien
2. Evaluasi
Berdasarkan data monitoring kartu tunggu tersebut, dilakukan evaluasi
setiap bulan.

Anda mungkin juga menyukai