Anda di halaman 1dari 16

Water Birth

By : Novitri A Sipayung, SST, M.Keb


Pengertian
Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah  proses
persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air
hangat. Melahirkan dalam air (water birth), adalah suatu  metode
melahirkan secara normal melalui vagina di dalam air.
Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur,
calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan
dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang
mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa
sakit hingga mencapai 40-70%.
Metode Water Birth
Ada dua metode persalinan di air, yaitu :
a. Water birth murni, yaitu metode persalinan
water birth dimana ibu masuk ke   kolam
persalinan setelah mengalami pembukaan 6
sampai proses melahirkan terjadi.
b. Water birth emulsion, yaitu metode persalinan
water birth dimana ibu hanya berada di dalam
kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses
melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.
Alat-alat yang Digunakan Untuk Persalinan Water Birth
a. Termometer air
b. Termometer ibu
c. Doppler anti air
d. Sarung tangan
e. Pakaian kerja (apron)
f. Jaring untuk mengangkat kotoran
g. Alas lutut kaki bantal, instrumen partus set
h. Shower air hangat
i. Portable/permanent pool
j. Handuk, selimut
k. Warmer dan peralatan resusitasi bayi
Selain itu juga diperlukan water heater dan termometer untuk
menjaga suhu air agar tetap dalam suhu 35-38ºC. Hal ini bertujuan
agar bayi tidak merasakan perbedaan suhu yang ekstrem antara di
dalam perut dengan di luar dan agar bayi tidak mengalami
hipotermia.
Suhu air yang hangat juga menjadi sebab mengapa bayi sesaat
setelah dilahirkan di dalam air tidak akan menangis, karena bayi
masih merasa berada di dalam kandungan akibat suhu air yang tetap
hangat. Air yang digunakan juga air suling yang steril dan tidak
mengandung kuman sehingga tidak akan menimbulkan infeksi
apabila tertelan.
Hal-hal Yang Diperhatikan Untuk Persalinan Water Birth

1. Ibu mengambil sikap yang dirasakan aman dan nyaman untuknya.


Keleluasaan gerakan yang mengijinkan ibu mengambil posisi yang tepat
untuk bersalin. Ibu masuk berendam ke dalam air direkomendasikan saat
pembukaan serviks 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik.

2. Observasi dan monitoring antara lain :


a. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doppler atau fetoskop setiap 30
menit   selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit
selama  persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, dan
setelah  kontraksi.
b. Penipisan dan Pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan
vagina  (VT) dapat  dilakukan di dalam air atau pasien di minta
sementara keluar dari air untuk diperiksa.
c. Status Ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR, dan periksa
adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium, pasien harus
meninggalkan kolam.
d. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam
(atau jika diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital
sign, ajarkan ibu  mengatur napas selama kontraksi.
e. Hidrasi Ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan
janin dan peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala
dehidrasi terjadi, ibu diberi cairan, jika tidak berhasil pasang infus
ringer laktat (RL).
Tahap Persalinan Water Birth
1. Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan
mengedan spontan, risiko ketidak seimbangan oksigen dan
karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang, dan juga
akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
2. Persalinan, bila mungkin metode ”hand off”. Ini akan
meminimalkan stimulasi.
3. Lahirnya kepala bayi difasilitasi oleh adanya dorongan lembut
kontraksi uterus. Sarung tangan digunakan penolong untuk
melahirkan bayi. Sokong perineum, massage, dan tekan dengan
lembut jika diperlukan. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala
dengan tangannya.
4. Manipulasi kepala biasanya tidak diperlukan untuk melahirkan bayi
karena air memiliki   kemampuan untuk mengapungkan. Walaupun
demikian, pasien perlu berdiri membantu mengurangi atau
memotong dan mengklem lilitan tali pusat. Meminimalkan
rangsangan mengurangi risiko gangguan pernapasan.
5. Bayi seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera
mungkin dibawa kepermukaan secara “gentle”. Pada saat bayi telah
lahir kepala bayi berada diatas permukaan air dan badannya masih di
dalam air untuk menghindari hipotermia, mencegah transfusi ibu ke
bayi. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya
kembali.
6. Sewaktu bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan yang
lembut, muka ke bawah, dan muncul dari dalam air tidak lebih dari 20
detik. Janin dapat diistirahatkan di dada ibu sambil membersihkan
hidung dan mulutnya, jika diperlukan. Penanganan ini sebaiknya
melihat juga panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian bayi
diberi selimut, dan di monitor.
7. Idealnya, ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan
plasenta. Tali pusat di klem dan dipotong, dan bayi dikeringkan dengan
handuk dan diselimuti dan kemudian diberikan kepada penolong lain,
keluarga, atau perawat.
Keuntungan Water Birth
1. Ibu dapat menentukan posisi yang nyaman. Tubuh ibu akan
terasa lebih ringan di dalam air bahkan dapat mengapung. Hal
ini memudahkan ibu untuk bergerak dan mencari posisi yang
nyaman untuk melahirkan. Tapi perlu diingat bahwa posisi lutut
ibu harus lebih rendah daripada pinggul.
2. Ibu lebih rileks. Ketika masuk ke dalam air yang hangat, ibu
dapat merasakan efek rileksasi yang melemaskan otot-otot di
tubuh ibu. Ibu juga jadi bisa bernapas lebih teratur yang
bermanfaat mengurangi rasa sakit saat kontraksi.
3. Memudahkan Persalinan. Melahirkan di dalam air akan lebih
mudah karena ada gaya gravitasi dalam air yang akan
membantu ibu saat mengejan dalam posisi duduk atau
berjongkok, sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat.
Metode ini juga akan memudahkan ibu yang memiliki
keterbatasan fisik untuk melahirkan.
4. Membantu ibu lebih berkonsentrasi. Berada di dalam air membuat
wanita merasa mampu mengendalikan tubuhnya. Ibu juga dapat
menciptakan suasana yang lebih private dengan meredupkan lampu
dan menjaga ketenangan dalam ruangan agar ibu bisa berkonsentrasi
melahirkan.
Risiko Water Birth
• Bayi Menghirup Air (aspirasi). Ada kecemasan bahwa bayi akan
bernapas dalam air sehingga menghirup air ketika dilahirkan melalui
proses water birth. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut,
karena bayi tidak langsung mengambil napas saat lahir. Selama masih
di dalam air, bayi akan menerima oksigen dari tali pusar dan belum
bernapas. Bayi baru akan bernapas ketika ia terkena udara atau sampai
tali pusarnya dipotong. Namun, jika terjadi masalah pada tali pusar
bayi, sehingga menyebabkannya terlalu lama berada di dalam air, bisa
jadi bayi mengambil napas pertamanya di dalam air.
• Radang paru-paru atau pneumonia. Risiko lainnya yang bisa saja
terjadi pada bayi karena proseswater birth adalah penyakit radang paru
paru atau pneumonia aspirasi. Penyebab penyakit ini adalah bakteri
dalam kolam, kontaminasi tinja atau sindrom aspirasi mekonium, yang
bisa berkembang dalam 24-48 jam pertama. Untuk mencegah penyakit
ini, sterilisasi air untuk melahirkan harus dijaga agar berada pada suhu
36-37 derajat celcius dan segera angkat bayi setelah lahir.
• Infeksi. Ibu bisa saja mengeluarkan kotoran ketika sedang
mengejan. Tidak perlu malu karena hal tersebut sangat normal.
Tapi, air yang sudah terkontaminasi kotoran dapat meningkatkan
risiko bayi terkena infeksi.
• Sindrom Aspirasi Mekonium. Jika usus bayi telah melakukan
gerakan pertama sebelum lahir dan bayi menghirup cairan
ketuban yang terkontaminasi, maka bayi akan memiliki masalah
pernapasan. Kondisi ini disebut juga sindrom aspirasi mekonium.
Dokter atau bidan harus segera menolong bayi jika melihat air
ketuban pecah dan bercampur dengan mekonium yang berwarna
hijau, kental dan lengket untuk mencegah sindrom ini terjadi.
• Kerusakan Tali Pusat. Mengangkat bayi setelah dilahirkan sangat
penting dalam proses water birth. Namun, hal ini berisiko
merusak tali pusat.
Kontra Indikasi Waterbirth
Hal-hal yang harus dihindari dalam proses persalinan:
1. Adanya kontra indikasi seperti pada kehamilan normal, yaitu
seperti bayi lahir sungsang.
2. Adanya penyakit menular seksual seperti herpes karena virus
herpes tidak dapat mati dalam air hangat.
3. Adanya perkiraan perdarahan berlebih, preeklampsia, atau
infeksi kehamilan.
4. Kehamilan kembar.
5. Adanya perkiraan bayi lahir premature.
6. Adanya mekonium (feses bayi) yang berlebih.
Prosedur Melahirkan Secara Water Birth

1. Lebih baik selalu didampingi suami, karena peran suami sangat penting
dalam      memberikan dukungan bagi ibu dan janin.
2. Latihan dilakukan rutin dari awal kehamilan.
3. Memiliki kemauan yang kuat dan rajin berlatih dirumah.
4. Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada keseriusan ibu dalam
mempersiapkan kelahiran.
5. Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil, sehingga
harus melahirkan dengan caesar.
6. Bila bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan waterbirth,
karena harus dioperasi saecar.
7. Bila sang ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit
tersebut melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman
herpes dapat bertahan di air.
8. Tidak dapat dilakukan jika air ketuban pecah terlebih dahulu. Karena
dikhawatirkan air akan terminum oleh bayi dan tersangkut diparu parunya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai