Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses yang normal yang dialami wanita. Persalinan adalah
suatu proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (aterm) tanpa
disertai adanya penyulit. Proses persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan terjadinya perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Pada proses persalinan ini biasanya disertai dengan
rasa nyeri persalinan yang hebat dan perasaan cemas bagi si ibu. Namun saat ini sudah
berkembang suatu metode persalinan yang dapat mengurangi rasa nyeri persalinan,
memberikan rasa nyaman, dan meniadakan perasaan cemas bagi ibu. Metode ini adalah
persalinan dengan menggunakan media air hangat yang dikenal dengan nama water birth.
Beberapa keuntungan yang didapat diantaranya adalah ibu akan merasa lebih rileks, sehingga
mengurangi rasa nyeri persalinan, mengurangi penggunaan analgesik selama kala persalinan,
kecemasan yang terjadi selama persalinan berkurang, dan pemendekan fase persalinan.
Water Birth telah banyak dipraktekkan di berbagai negara seperti Inggris, Amerika
Serikat, Australia, Kanada, dan New Zealand. Indonesia sendiri penggunaan metode Water
Birth dalam persalinan ini masih cukup baru dan mulai banyak dipilih ibu-ibu untuk
melahirkan anaknya.6 Metode melahirkan di dalam air (Water Birth) semakin populer dan
menjadi trend persalinan. Banyak yang merasakan manfaatnya. Selain mampu mereduksi rasa
sakit, persalinan di dalam kolam berisi air hangat juga membuat ibu hamil memiliki tenaga
lebih untuk mengejan. Beberapa penelitian bahkan mengklaim bahwa metode melahirkan
dalam air juga bermanfaat bagi bayi yang akan dilahirkan. Berdasarkan laporan Water Birth
Internasional, metode ini membutuhkan sebuah kolam bersalin khusus berisi air dengan suhu
95-100 derajat Fahrenheit.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian water birth?
2. Apa alat yang digunakan untuk persalinan water birth?
3. Apa hal hal yang perlu di perhatikan untuk persalinan water birth?
4. Bagaimana tahap persalinan water birth?
5. Apa manfaat dan kelemahan persalinan water birth?
6. apa persyaratan melahirkan water birth?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui perngertian water birth
2. Untuk mengetahui alat yang digunakan untuk persalinan water birth
3. Untuk mengetahui hal hal yang perlu di perhatikan untuk persalinan water birth
4. Untuk mengetahui tahap persalinan water birth
5. Untuk mengetahui manfaat dan kelemahan persalinan water birth
6. Untuk mengetahui persyaratan melahirkan water birth
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Water Birth


Persalinan di air atau water birth adalah proses persalinan atau proses melahirkan
yang dilakukan di dalam air hangat. Water birth adalah suatu metode melahirkan secara
normal melalui vagina di dalam air. Konsep mengenai metode ini ternyata telah timbul
sejak lama, sejak tahun 1960-an dari pemikiran seorang peneliti Rusia, Igor Charkovsky.
Metode ini terus dikembangkan dan akhirnya mulai dibuat protokol medisnya sejak
tahun 1991 di Rumah Sakit Monadnock Community, New Hampshire, Amerika
Serikat. Kini, rumah sakit di Amerika dan Inggris telah banyak menggunakan dan
menerapkan metode ini di Rumah Sakit. Secara prinsip, persalinan dengan metode water
birth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya
saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada
persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada
persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika
dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang
mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai
40-70%.
Metode persalinan ini terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Water birth murni, yaitu metode persalinan water birth dimana ibu masuk ke kolam
tempat persalinan setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi.
2. Water birth emulsion, yaitu metode persalinan water birth dimana ibu hanya berada di
dalam kolam tempat persalinan hingga masa kontraksi (Kala I persalinan) berakhir.
Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur.

B. Alat yang digunakan untuk persalinan water birth


1. Termometer air, termometer ibu
2. Doppler anti air
3. Apron, handscoone
4. Jaring untuk mengangkat kotoran
5. Instrumen partus set
6. Shower air hangat
7. Portable/permanent pool
8. Handuk, selimut
9. Warmer dan peralatan resusitasi bayi
Selain itu alat yang digunakan juga biasa memakai birth pool Persalinan dengan
metode water birth ini juga sudah banyak diterapkan di beberapa pusat kesehatan dan
rumah sakit di Indonesia seperti di Jakarta dan Bali. Beberapa peralatan yang
diperlukan dalam water birth adalah kolam plastik berukuran cukup besar (diameter 2
meter) dengan benjolan – benjolan dibagian bawahnya agar ibu tidak merosot
saat persalinan berlangsung. Ketinggian air di dalam kolam juga harus diatur supaya
berada di atas pusar baik saat ibu dalam posisi duduk, jongkok atau tiduran. Posisi
saat melahirkan dapat dilakukan sebebas mungkin bisa sambil duduk, menghadap ke
belakang atau terserah nyamannya si ibu.
Selain itu juga diperlukan water heater dan termometer untuk menjaga suhu air
agar tetap dalam suhu 35-38ºC. Hal ini bertujuan agar bayi tidak merasakan
perbedaan suhu yang ekstrem antara di dalam perut dengan di luar dan agar bayi tidak
mengalami hipotermia. Suhu air yang hangat juga menjadi sebab mengapa bayi sesaat
setelah dilahirkan di dalam air tidak akan menangis, karena bayi masih merasa berada
di dalam kandungan akibat suhu air yang tetap hangat. Air yang digunakan juga air
suling yang steril dan tidak mengandung kuman sehingga tidak akan menimbulkan
infeksi apabila tertelan.
C. Hal hal yang perlu di perhatikan untuk persalinan water birth?
1. Ibu mengambil sikap yang dirasakan aman dan nyaman untuknya. Keleluasaan
gerakan yang mengijinkan ibu mengambil posisi yang tepat untuk bersalin. Ibu masuk
berendam ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan serviks 4-5 cm dengan
kontraksi uterus baik.
2. Observasi dan monitoring antara lain :
a. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doppler atau fetoskop setiap 30 menit selama
persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II.
Auskultasi dilakukan sebelum, selama, dan setelah kontraksi.
b. Penipisan dan Pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT)
dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta sementara keluar dari air untuk
diperiksa.
c. Status Ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa FHR, dan periksa adanya
prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekonium, pasien harus meninggalkan
kolam.
d. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika
diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur
napas selama kontraksi.
e. Hidrasi Ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janin dan
peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi, ibu diberi
cairan, jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL).
D. Tahap persalinan water birth?
1. Mengedan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan,
risiko ketidak seimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-
fetal berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
2. Persalinan, bila mungkin metode ”hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi.
3. Lahirnya kepala bayi difasilitasi oleh adanya dorongan lembut kontraksi uterus.
Sarung tangan digunakan penolong untuk melahirkan bayi. Sokong perineum,
massage, dan tekan dengan lembut jika diperlukan. Ibu dapat mengontrol dorongan
kepala dengan tangannya.
4. Manipulasi kepala biasanya tidak diperlukan untuk melahirkan bayi karena air
memiliki kemampuan untuk mengapungkan. Walaupun demikian, pasien perlu
berdiri membantu mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat.
Meminimalkan rangsangan mengurangi risiko gangguan pernapasan.
5. Bayi seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa
kepermukaan secara “gentle”. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas
permukaan air dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia,
mencegah transfusi ibu ke bayi. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan
merendamnya kembali.
6. Sewaktu bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan yang lembut, muka ke
bawah, dan muncul dari dalam air tidak lebih dari 20 detik. Janin dapat diistirahatkan
di dada ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya, jika diperlukan. Penanganan
ini sebaiknya melihat juga panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian bayi
diberi selimut, dan di monitor.
7. Idealnya, ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat di
klem dan dipotong, dan bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti dan
kemudian diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu dibantu keluar
dari kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air atau di luar tergantung penolong
(Kitzinger, 2000). Ibu dianjurkan menyusui sesegera mungkin setelah bayi lahir
untuk membantu kontraksi uterus dan pengeluaran plasenta. Risiko secara teori yang
dihubungkan dengan efek relaksasi air hangat terhadap otot-otot uterus termasuk
solusio plasenta, emboli air dan peningkatan perdarahan.

E. Manfaat dan kelemahan persalinan water birth


1. Manfaat persalinan water birth
a. Untuk ibu
1)Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses
persalinan menjadi elastis.
2)Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri
selama persalinan tidak terlalu dirasakan.
3)Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat
b. Untuk bayi
1) Menurunkan risiko cedera kepala bayi.
2) Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam, namun pakar kesehatan
meyakini bahwa lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih
tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain.
3) Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah
setelah dilahirkan.
Hal-hal yang harus dihindari dalam proses persalinan:
a. Adanya kontra indikasi seperti pada kehamilan normal, yaitu seperti bayi lahir
sungsang.
b. Adanya penyakit menular seksual seperti herpes karena virus herpes tidak dapat
mati dalam air hangat.
c. Adanya perkiraan perdarahan berlebih, preeklampsia, atau infeksi kehamilan.
d. Kehamilan kembar.
e. Adanya perkiraan bayi lahir premature
f. Adanya mekonium (feses bayi) yang berlebih.
2. Kelemahan persalinan water birth
Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain:
a. Risiko Maternal: Infeksi, Perdarahan Postpartum, Trauma Perineum.
b. Risiko Neonatal. Terdapat risiko penting secara klinik pada bayi, termasuk masalah
pernapasan rupture tali pusat disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air
antara lain: Terputusnya Tali Pusat, Takikardi, Infeksi, Hipoksia, Aspirasi Air dan
Tenggelam
F. Persyaratan melahirkan water birth?
1. Lebih baik selalu didampingi suami, karena peran suami sangat penting dalam
memberikan dukungan bagi ibu dan janin.
2. Latihan dilakukan rutin dari awal kehamilan.
3. Memiliki kemauan yang kuat dan rajin berlatih dirumah.
4. Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada keseriusan ibu dalam
mempersiapkan kelahiran
5. Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil, sehingga harus
melahirkan dengan caesar.
6. Bila bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan waterbirth, karena harus
dioperasi saecar.
7. Bila sang ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut
melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat
bertahan di air.
8. Tidak dapat dilakukan jika air ketuban pecah terlebih dahulu. Karena dikhawatirkan
air akan terminum oleh bayi dan tersangkut diparu parunya.

Anda mungkin juga menyukai