Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kediri, 07 Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
1. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
2. Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
A. Pengertian Mual dan Muntah .......................................................................................... 5
B. Mekanisme Muntah ........................................................................................................ 6
C. Mual dan Muntah Dalam Kehamilan .............................................................................. 6
D. Hiperemesis Gravidarum ................................................................................................ 6
E. Prevalensi dan Epidemiologi .......................................................................................... 7
F. Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 7
G. Etiologi ............................................................................................................................ 8
H. Patofisiologi .................................................................................................................... 8
I. Diagnosis......................................................................................................................... 9
J. Penatalaksanaan .............................................................................................................. 9
K. Komplikasi .................................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mual dan muntah merupakan hal yang normal dalam kehamilan. Mual dan
muntah sering terjadi pada kehamilan berusia muda, yaitu dimulai dari minggu ke 6
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 50-70% dari seluruh wanita yang hamil. Namun
kadang terjadi suatu keadaan dimana mual dan muntah pada ibu hamil terjadi sangat
parah sehingga menyebabkan segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga berat badan berkurang, turgor kulit dan volume buang air kecil berkurang

3
dan timbul asetonuri, yang disebut sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum muncul pada 1-10% wanita yang hamil. Hiperemesis gravidarum
merupakan penyakit yang cukup berbahaya bagi kesehatan ibu, yang apabila
berlangsung dengan durasi yang cukup lama, dan menimbulkan gejala mual, muntah
yang menyebabkan penurunan berat badan dan juga gangguan metabolisme tubuh
yang dapat menyebabkan komplikasi seperti kekurangan gizi, lemah dan dehidrasi
pada ibu. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah defisiensi vitamin, terutama
vitamin B1(thiamin) dan vitamin K. Pada defisiensi vitamin B1 (thiamin) dapat
menyebabkan Wernicke encephalopathy yang ditandai dengan pusing, gangguan
penglihatan, ataxia dan nistagmus. Selain dapat juga menyebabkan defisiensi vitamin
K yang dapat menyebabkan koagulopati yang disertai dengan epistaksis Hiperemesis
ini bila tidak di kelola 2 dengan baik dapat mengakibatkan dehidrasi berat, ikterik
takikardia, suhu meningkat, alkalosis, dan kelaparan Hiperemesis gravidarum
merupakan kasus yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Hiperemesis
gravidarum ini penyebabnya masih belum diketahui, namun beberapa penelitian
menyebutkan beberapa teori tentang hal yang dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum seperti kadar hormon korionik gonadotropin, hormon estrogen, infeksi
H.pylori dan juga faktor psikologis.Usia ibu merupakan faktor risiko dari hiperemesis
gravidarum. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur
menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi juga merupakan
faktor risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar
hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu.
Kadar hormon korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah
mencapai puncaknya pada trimester pertama, oleh karena itu, mual dan muntah
lebih sering terjadi pada trimester pertama. Faktor risiko lain adalah jumlah
gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil dimana
ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stres yang lebih besar
dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama
kali hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan 3
juga merupakan faktor resiko penyakit hiperemesis gravidarum. Pekerjaan
berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga mempengaruhi pola
makan, aktifitas dan stres pada ibu, pada ibu hamil. Hiperemesis gravidarum terjadi di
seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh
kehamilan di indonesia, 0,3% dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California,
0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di
Turki, di Amerika Serikat, prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 0,5-2%.
Literatur juga menyebutkan bahwa perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum
secara umum adalah 4:1000 kehamilan. Dari hasil pre survei yang peneliti lakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah Ujungberung pada periode 1 Januari 2010-31 Desember
2011 ditemukan sebanyak 200 kasus hiperemesis gravidarum. Dari hasil pre survei

4
juga menemukan kejadian hiperemesis gravidarum pada trimester 2, biasanya
hiperemesis gravidarum menghilang pada minggu ke 12. Hiperemesis gravidarum
menjadi penyebab kematian maternal yang signifikan pada masa sebelum 1940,
sekarang hiperemesis tidak lagi menjadi penyebab utama mortalitas ibu, tetapi
hiperemesis masih menjadi penyebab morbiditas ibu yang signifikan.

2. Tujuan

a. Memahami pengertian hiperemesis gravidarum


b. Mengetahui mekanisme mual muntah pada kehamilan
c. Memahami patofisiologi hyperemesis gravidarum
d. Mengetahui penatalaksaan hyperemesis gravidarum
e. Mengetahui komplikasi hyperemesis gravidarum

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mual dan Muntah
Mual adalah perasaan subjektif untuk dari keinginan untuk muntah. Mual merupakan
perasaan sadar akibat adanya rangsangan di daerah medulla otak yang berhubungan erat
dengan bagian pusat muntah. Mual disebabkan oleh adanya impuls yang iritatif dari
saluran saluran gastrointestinal, impuls yang datang dari bagian bawah otak yang
berhubungan dengn motion sickness dan dari impuls yang dihasilkan dari korteks serebral
yang menginisiasi muntah.Sedangkan muntah adalah ekspulsi dari mulut yang
mengeluarkan isi saluran pencernaan yang dihasilkan dari kontraksi lambung dan otot
dinding perut.

5
B. Mekanisme Muntah
Sinyal sensori yang menginisiasi muntah berasal dari faring, esofagus, lambung dan
bagian atas dari usus halus, lalu sinyal-sinyal tersebut ditransmisikan oleh nervus vagus
dan serabut saraf simpatetik bagian afferent ke nuclei di batang otak yang desebut dengan
pusat muntah (vomiting center). Pusat muntah kemudian akan mentransmisikan impuls
lewat saraf kranial V,VII,IX,X dan XII ke saluran pencernaan bagian atas, lewat nervus
vagus dan simpatetik ke saluran pencernaan bagian bawah dan lewat saraf spinalis ke
diafragma dan otot abdominal. Efek yang dihasilkan adalah penarikan nafas yang dalam,
menaikkan tulang hyoid dan laring untuk menaikkan sfingter esofagus bagian atas agar
terbuka, menutup glottis agar mencegah aliran muntah tidak masuk ke paru-paru,
menaikkan palatum lunak untuk menutup posterior nares, dan kontraksi yang kuat dari
diafragma disertai kontraksi simultan dari seluruh otot dinding abdominal. Tekanan otot-
otot tersebut meningkatkan tekanan didalam lambung yang mengakibatkan sfingter
esofagus bagian bawah dan membuka jalan untuk ekspulsi isi lambung melewati
esofagus.

C. Mual dan Muntah Dalam Kehamilan


Ada beberapa gejala yang sering muncul di trimester pertama kehamilan, salah
satunya dalah mual dan muntah yang disebut emesis gravidarum. Emesis gravidarum
adalah mual dan muntah yang terjadi pada saat kehamilan. Emesis gravidarum sering juga
disebut morning sickness. Mual dan muntah ini terjadi pada 50-70% wanita hamil. Mual
dan muntah dalam kehamilan biasanya terjadi dalam trimester pertama, yaitu muncul
pada minggu ke 6 setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih
10 minggu. Mencapai puncaknya pada minggu ke 11 sampai 13, dan biasanya mulai
membaik pada minggu 12 sampai ke 16, walau pada 20% wanita mual dan muntah ini
dapat menetap sepanjang kehamilan.

D. Hiperemesis Gravidarum
Mual dan muntah sering terjadi pada pada minggu-pertama kehamilan, dan hal
tersebut merupakan hal yang normal yang biasa disebut dengan emesis gravidarum. Mual
dan muntah yang biasa dapat berlanjut menjadi suatu keadaan yang jarang terjadi, yaitu
menolak semua makanan dan minuman yang masuk, hal tersebut dapat menyebabkan
dehidrasi, kelaparan dengan ketosis bahkan sampai kematian. Hiperemesis gravidarum
adalah suatu penyakit dimana wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan
diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang
dan timbul asetonuria. Sedangkan dari literatur lain menyebutkan bahwa hiperemesis
gravidarum adalah muntah yang cukup parah sehingga menyebabkan kehilangan berat
badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam hidroklorid saat
muntah dan hipokalemia. Hiperemesis gravidarum dikarakteristikkan mual dan muntah
yang menetap dan menyebabkan ketosis dan penurunan berat badan lebih dari 5% berat
sebelum hamil.

6
E. Prevalensi dan Epidemiologi
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di
Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki.
Literatur juga menyebutkan bahwa perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara
umum adalah 4:1000 kehamilan. Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa
hiperemesis gravidarum merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi. Mual dan muntah
pada kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat berubah menjadi suatu penyakit yang
lebih serius yaitu hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum ini banyak terjadi
pada orang Asia dibanding orang Amerika atau Eropa. Beberapa faktor resiko penyakit
hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia ibu, usia gestasi, jumlah gravida, tingkat
sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola, kodisi psikologis ibu dan adanya
infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor resiko dari hiperemesis gravidarum yang
berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan bahwa ibu
dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami
hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan faktor resiko
hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon korionik
gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormon
korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat menyebabkan
hiperemesis gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai
puncaknya pada trimester pertama, tepatnya sekitar mingu ke 14-16. Oleh karena
itu, mual dan muntah lebih sering terjadi pada trimester pertama. Faktor resiko
lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis
ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stres
yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan
hiperemesis gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap
perubahan korionik gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali
hamil lebih sering mengalami hiperemesis gravidarum. Pekerjaan juga merupakan faktor
resiko penyakit hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial
ekonomi yang juga mempengaruhi pola makan, aktifitas dan stres pada ibu hamil.

F. Manifestasi Klinis
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan
hiperemesis gravidarum masih belum jelas, akan tetapi muntah yag menyebabkan
gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil
tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Pada hiperemesis gravidarum, gejala-
gejala yang dapat terjadi adalah:
1. Muntah yang hebat
2. Haus, mulut kering
3. Dehidrasi
4. Foetor ex ore(mulut berbau)

7
5. Berat badan turun
6. Kenaikan suhu
7. Ikterus
8. Gangguan serebral (kesadaran menurun)
9. Laboratorium : hipokalemia dan asidosis.

Dalam urin ditemukan protein, aseton, urobilinogen, porfirin bertambah, dan silinder
positif. Hiperemesis gravidarum dibagi berdasarka berat ringannya gejala menjadi 3
tingkat, yaitu:

a. Ringan Ditandai dengan muntah terus menerus yang membuat keadaan umum ibu
berubah, ibu merasa sangat lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun,
dan nyeri ulu hati. Pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut nadi sekitar 100 kali
permenit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit berkurang, lidah mengering
dan mata cekung.
b. Sedang Pasien terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit berkurang, lidah
mengering dan tampak kotor, denyut nadi lemah dan cepat, suhu akan naik dan
mata sedikit ikteris, berat badan turun dan mata cekung, tensi turun,
hemokonsetrasi, oliguria(volume buang air kecil sedikit) dan konstipasi(sulit
buang air besar). Bau aseton dapat tercium dari nafas dan dapat pula ditemukan
dalam urin.
c. Berat
11 Keadaan umum tampak lebih parah, muntah berhenti, penurunan kesadaran,
bisa somnolen sampai koma. Nadi lemah dan cepat, tekanan darah menurun dan
suhu meningkat. Komplikasi pada susunan saraf yang fatal dapat terjadi, dikenal
dengan ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan
mental. Keadaan tersebut diakibatkan oleh kekurangan zat makanan, terutama
vitamin B1 dan B2.

G. Etiologi
Penyebab utama hiperemesis gravidarum belum diketahui secara jelas, namun telah
banyak yang meneliti tentang teori-teori yang dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum seperti peningkatan kadar hormon chorionic gonadotropin dan estrogen,
kadar hormon tiroksin, infeksi Helicobacter pylori, faktor sosial, psikologis, gangguan
fungsi hati, kantung empedu, pancreatitis dan ulkus peptikum.

H. Patofisiologi
Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan ini mucul pada 6
minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis hormon ini korionik gonadotropin, estrogen dan
progesteron ini masih belum jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat
berkurangnya sistem pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan ibu

8
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. Selain
teori hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih ada beberapa
teori lain yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum seperti infeksi H.Pylori.
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa infeksi H.pylori dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum. Selain itu masih ada teori penyebab hiperemesis gravidarum akibat
psikologis. Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi
mual, muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga
apabila terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar elektrolit
dalam darah, dengan alkalosis hipokloremik. Selain itu hiperemesis gravidarum
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi
karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis. Selanjutnya, dehidrasi
yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke jaringan berkurang, hal tersebut
menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan juga mengakibatkan
penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik didalam darah. Kemudian, hiperemesis
gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan ekskresi
lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan membuat
lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan.

I. Diagnosis
Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada pasien hiperemesis
gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus. Lakukan pemeriksaan
tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan. Pada
pemeriksaan fisik dapat dijumpai dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan
tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain,
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi hati, dan
urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Bila hyperthyroidism dicurigai, dilakukan
pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk menyingkirkan
kehamilan mola.

J. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dimulai
dengan :
1. Informasi
Informasi yang diberikan pada ibu hamil adalah informasi bahwa mual dan
muntah dapat menjadi gejala kehamilan yang fisiologis dan dapat hilang sendiri
setelah kehamilan berlangsung beberapa bulan. Namun tidak ketinggalan
diberikan informasi, bahwa apabila mual dan muntah yang terjadi sudah
mengganggu dan menyebabkan dehidrasi, maka ibu tersebut harus segera
melaporkannya ke fasilitas kesehatan terdekat.

9
2. Obat-obatan
Yang dapat diberikan kepada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
akibat stress psikologis adalah obat sedatif seperti phenobarbital. Dapat juga
diberikan vitamin seperti vitamin B1 dan B2 yang berfungsi mempertahankan
kesehatan syaraf jantung dan otot serta meningkatkan perbaikan dan pertumbuhan
sel. Lalu diberikan pula antihistamin atau antimimetik seperti disiklomin
hidrokloride pada keadaan yang lebih berat untuk kondisi mualnya. Lalu untuk
mual dan muntahnya dapat diberikan vitamin B6.
3. Isolasi
Isolasi dilakukan di ruangan yang tenang, cerah dan ventilasi udara yang baik.
Lalu dicatat pula cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan
minum selama 24 jam, karena kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala
akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Pada terapi psikologik, perlu diyakinkan pada pasien bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh kehamilan, dan mengurangi masalah yang
dipikirkan.
5. Diet
Ciri khas diet hiperemesis adalah lebih diutamakan karbohidrat kompleks
terutama pada pagi hari, menghindari makanan yang berlemak dan berminyak
untuk menekan rasa mual dan muntah, lalu sebaiknya diberi jarak untuk
pemberian makan dan minum. Syarat pemberian makanan pada pasien
hiperemesis gravidarum adalah karbohidrat tinggi 75-80% dari kebutuhan energi
total,lemak rendah, yaitu kurang dari 10% dari kebutuhan energi total, dan protein
sedang, yaitu 10- 15% dari kebutuhan energi total. Makanan diberikan dalam
bentuk yag halus, diberikan dalam jumlah yang sedikit tapi dalam frekuensi yang
sering. Lalu diberikan juga cairan sesuai dengan keadaan pasien, yaitu sekitar 7-
10 gelas per hari.

K. Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan sering dapat menyebabkan tubuh
mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K. Pada defisiensi
thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu keadaan gangguan sistem
saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan penglihatan, ataxia dan nistagmus.
Penyakit ini dapat berkembang semakin parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan
koma. Pada defisiensi vitamin K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga disertai
dengan epistaksis.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hiperemesis Gravidium Yaitu keadaan dimana ibu hamil muda mengalami


mual dan muntah secara berlebihan. Penyebabnya adalah terjadi perubahan
metabolisme tubuh pada ibu, berkaitan dengan kehamilan tersebut. Kelainan ini juga
disebabkan oleh faktor psikologis. Misalnya, takut menghadapi proses persalinan,
masalah hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan, atau rasa takut memikul
tanggung jawab dengan hadirnya buah hati.

11
B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
2009.

2. Mose JC. Gestosis. Dalam: Sastrawinata S, Maartadisoebrata D, Wirakusumah FF, editors.


Obtetri Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005.

3. Macgibbon, K. (n.d.). What Is Hyperemesis Gravidarum ? An Educational Guide for


Patients.

4. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, et al. Williams Obstetrics 23rd Edition. United
States of America : McGraw-Hill Companies, Inc: 2010.

5. Sastrawinata S, Martadisoebrata D, Wirakusumah FF. Obtetri Patologi. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC; 2005.

12
6. Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta. Trans Info Media; 2010.

7. Manuaba IBG,Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri.


Jakarta.EGC;2007

8. Hanretty KP. Obstetrics Illustrated. Philadelphia : Churchill Livingstone, Inc : 2008.

9. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:


2002

10. Mullin, P M, Bray, A, Schoenberg F, Macgibbon K W, & Romero, R. (2011). Prenatal


exposure to hyperemesis gravidarum linked to increased risk of psychological and behavioral
disorders in adulthood. Obstetrics &
Gynecology.

11. Zhang Y, Cantor, R. M., MacGibbon, K., Romero, R., Goodwin, T. M., Mullin, P. M., &
Fejzo, M. S. (2011). Familial aggregation of hyperemesis gravidarum. American journal of
obstetrics and gynecology, 204(3), 230.e1-7.

12. Manuscript, A. (n.d.). NIH Public Access. Midwifery, 1-8.

13. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Lamson L, et
al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th. McGraw-Hill; 2008

14. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo: 2009.

15. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Lamson L, et
al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th. McGraw-Hill; 2008

16. Guyton AC, Hall JE. Texbook of Medical Physiology.11th. Elsevier Saunders; 2006.

17. Niebyl, J. R.. Nausea and Vomiting in Pregnancy.(2010). Therapy, 1544- 1550.

18. Hanretty KP. Obstetrics Illustrated. Philadelphia : Churchill Livingstone, Inc : 2008.

19. Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta. Trans Info Media; 2010.

20. Mose JC. Gestosis. Dalam: Sastrawinata S, Maartadisoebrata D, Wirakusumah FF,


editors. Obtetri Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai