Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN PANTI

A. KONSEP PANTI

1. Pengertian

Rumah; tempat kediaman; -- asuhan rumah tempat memelihara dan

merawat anak yatim piatu; -- derma rumah tempat memelihara dan

merawat orang jompo atau anak terlantar; -- wreda temapt memelihara atau

merawat orang jompo. Sugono, D. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta.

2. Panti Sosial

Panti Sosial yang dalam UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial, disebut sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial

(LKS) yaitu organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik

yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

Panti sosial atau Lembaga Kesejahteraan Social memiliki posisi

strategis, karena memiliki tugas dan tanggungjawabnya yang mencakup 4

kategori, yaitu meliputi :

a. Bertugas untuk mencegah timbulnya permasalahan sosial penyandang

masalah dengan melakukan deteksi dan pencegahan sedini mungkin ;

b. Bertugas melakukan rehabilitasi sosial untuk memulihkan rasa percaya

diri, dan tanggungjawab terhadap diri dan keluarganya; dan

1
meningkatkan kemampuan kerja fisik dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk mendukung kemandiriannya di masyarakat ;

c. Bertugas untuk mengembalikan PMKS ke masyarakat melalui

penyiapan sosial, penyiapan masyarakat agar mengerti dan mau

menerima kehadiran kembali mereka, dan membantu penyaluran

mereka ke pelbagai sektor kerja dan usaha produktif ; dan

d. Bertugas melakukan pengembangan individu dan keluarga, seperti

mendorong peningkatan taraf kesejahteraan pribadinya; meningkatkan

rasa tanggungjawab sosial untuk berpartisipasi aktif di tengah

masyarakat; mendorong partisipasi masyarakat untuk menciptakan

iklim yang mendukung pemulihan; dan memfasilitas dukungan psiko-

sosial dari keluarganya.

Sedangkan fungsi utamanya, antara lain sebagai : tempat penyebaran

layanan; pengembangan kesempatan kerja; pusat informasi kesejahteraan

sosial; tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi dari lembaga rehabilitasi

tempat di bawahnya (dalam sistem rujukan/referral system) dan tempat

pelatihan keterampilan.

Panti Sosial sebagai lembaga pelayanan kesejahteraan sosial, dalam

melaksanakan kegiatannya terikat dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan

Panti Sosial dalam praktek pekerjaan sosial (Lampiran I Keputusan Menteri

Sosial Republik Indonesia Nomor 50/HUK/2004) , yaitu :

a. Mengacu kepada rambu-rambu hukum yang berlaku ;

2
b. Memberikan kesempatan yang sama kepada mereka yang

membutuhkan untuk mendapatkan pelayanan ;

c. Menghargai dan memberi perhatian kepada setiap klien dalam

kapasitas sebagai individu sekaligus juga sebagai anggota masyarakat ;

d. Menyelenggarakan fungsi pelayanan kesejahteraan sosial yang bersifat

pencegahan, perlindungan, pelayanan dan rehabilitasi serta

pengembangan

e. Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan

secara terpadu antara profesi pekerjaan sosial dengan profesi lainnya

yang berkesinambungan ;

f. Menyediakan pelayanan kesejahteraan sosial berdasarkan kebutuhan

klien guna meningkatkan fungsi sosialnya ;

g. Memberikan kesempatan kepada klien untuk berpartisipasi secara aktic

dalam usaha-usaha pertolongan yang diberikan ;

h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan kesejahteraan

sosial kepada pemerintah atau masyarakat.

Gambaran mengenai tanggungjawab, fungsi dan prinsip-prinsip panti-

panti social atau Lembaga Kesejahteran Ssoail seperti yang diuraikan di

atas akan dapat dilaksanakan dengan baik jika seluruh komponen yang

terlibat dalamnya telah memahami bagaimana mengelola panti dengan baik

serta mengetahui dan memahami standar pelayanan panti.

Dengan manajerial pengelolaan yang baik dan mematuhi standar

pelayanan sebuah panti, serta didukung dengan sumber daya profesional

3
yang ada di dalamnya, sarana dan prasarananya, maka visi dan misi panti

akan dapat diwujudkan.

3. Dasar-Dasar Manajemen

Manajemen panti memang memerlukan pendekatan khusus karena

memiliki karakteristik yang unik, karena kita mengelola suatu obyek

manusia penyandang masalah. Karena itu pendekatan teori majajemen saja

tidak cukup, harus pula dilengkapi tentang pengetahuan kesejahteraan

social.

Panti sebagai suatu lembaga (institusi/organisasi) sebetulnya mirip

suatu makhluk hidup. Mengapa? Karena ia adalah kumpulan manusia.

Manusia yang bersatu untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu kita tidak

bisa memandang panti sebagai benda mati yang bisa diperlakukan

seenaknya. Diperlukan suatu perawatan khusus agar tetap hidup dan

berkembang.

Berangkat dari pemikiran itu, prinsip-prinsip manajemen pengelolaan

panti sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya. SDM

merupakan faktor paling penting dalam keberlangsungan hidup panti.

Manusia adalah pendiri, perancang, pekerja, pengamat, pengkritik,

pemutus suatu organisasi panti. Tanpa mereka tidak ada artinya panti

tersebut. Oleh karena itu konsep manajemen pengelolaan panti haruslah

berpusat pada manusia.

4
Setidaknya ada tiga hal yang merupakan prinsip pokok dalam

manajemen, yakni planning, actuating, dan controlling. Prinsip-prinsip

pokok ini harus dilakukan dengan melibatkan organ-organ dalam panti.

a. Planning

Planning/perencanaan adalah hal utama yang harus dilakukan

dalam manajemen. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang

"begin from the end". Kita tetapkan tujuan bersama yang ingin dicapai.

Tujuan adalah pelita yang menunjukkan jalan bahkan di

kegelapan malam. Tetapkan visi dan misi panti. Yang penting adalah

penetapan tujuan, visi, dan misi panti ini harus dilakukan bersama-sama

oleh pengurus panti. Minimal tidak dilakukan sendirian, agar semua

pelaku yang terlibat dalam mengelola panti memiliki sikap,

pemahaman, dan motivasi yang sama dalam mewujudkan tujuan, visi

dan misi panti.

Jangan ragu dalam menetapkan tujuan, visi, dan misi. Seorang

yang bermimpi besar dan telah berusaha keras untuk mewujudkannya

namun tidak bisa sepenuhnya terwujud, masih lebih baik daripada

orang yang bermimpi kecil dan hanya bisa mewujudkan sebagian saja.

b. Actuating

Actuating/pelaksanaan adalah roh dari organisasi panti. Omong

kosong saja jika perencanaan tidak diikuti dengan aksi yang sesuai.

Implementasi adalah sama pentingnya dengan perencanaan. Tanpa

5
pelaksanaan yang baik rencana akan hancur berantakan tanpa sempat

mencapai tujuan.

Oleh karena itu perlu adanya pendelegasian dan pembagian tugas

yang tepat untuk merealisasi rencana besar tersebut. Untuk menunjuk

orang yang tepat di tempat yang tepat perlu adanya komunikasi terus

menerus diantara para peneglola panti. Dengan adanya komunikasi,

kompetensi seseorang akan dapat diketahui. Selain itu komunikasi

sangat penting dilakukan antara planner (perencana) dan actuator

(pelaksana).

c. Controlling

Controlling/pengawasan adalah kunci dalam manajemen.

Walaupun pendelegasian adalah hal yang mutlak dalam organisasi,

tetapi pendelegasian bukanlah berarti menyerahkan segala urusan tanpa

kendali.

Seorang yang buta niscaya akan dapat berjalan dengan normal

jika diberitahu jalan yang harus dilewatinya. Begitupun orang-orang

dalam panti, seburuk-buruknya sistem manajemen jika ada kontrol dan

umpan balik yang rutin dilakukan maka hasilnya masih dapat diterima.

Selain yang tiga hal diatas, beberapa teori tentang fungsi

manajemen banyak dikemukakan seperti : Hendry Fayol, fungsi

manajemen meliputi : Planing, Organizing, commanding,

coocordinating dan Controling. Menurut GR. Terry : Planning,

Organizing, Actuating, dan Controling.

6
Sedang Menurut H. Koontz dan O' Donel : Planning, Organizing,

staffing, directing, controlling. Namun, unsure pokok dari manajemen

ada tiga tadi, planning, actuating dan contrioling.

Ada suatu hal yang perlu diingat bahwa haruslah ada sistem

reward and punishment dalam manajemen pengelolaan panti. Orang

yang berprestasi patut diberi penghargaan dan sebaliknya orang yang

melakukan kesalahan sebaiknya diingatkan untuk tidak mengulangi

kesalahannya. Ini penting sebab, selain hal tersebut sebagai tindak

lanjut dari pengawasan/control, sistem ini akan memacu orang-orang

dalam panti untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya karena

merasa dihargai. Hargai prestasi sekecil apapun dan jangan biarkan

kesalahan sekecil apapun. Segala sesuatu yang besar dimulai dari yang

kecil. Tetapi ada hal yang penting namun seringkali terlewatkan oleh

banyak manajer. Yakni pentingnya menyentuh kebutuhan akan

kepuasan hati (emosi) manusia. Kerelaan hati yang terekspesi dalam

“cinta” akan pekerjaanya”, merupakan daya yang besar bagi

keberlangsungan mengelola panti, ini seringkali dilupakan dalam

manajemen organisasi pada umunya.

Ada dua hal yang bisa membuat orang total dalam suatu hal, yakni

adanya factor ‘cinta’ dan factor ‘keuntungan’. Orang bilang ‘cinta’ itu

buta. Maka jika orang telah merasakan ‘cinta’ terhadap pekerjaannya

dia akan ‘buta’ atau melupakan kelelahan, kesusahan, penderitaan yang

7
dirasakan dan akan mencurahkan segenap waktunya untuk hal yang

dicintainya.

Jangan ragu-ragu bagi seorang manajer untuk melakukan

pendekatan personal dengan orang-orang dalam organisasi seperti

menjenguk jika ada yang sakit, menanyakan kabar, memberi hadiah,

melontarkan pujian, dan sebagainya. Perhatikan kebutuhannya dan

berempatilah terhadap kesusahannya.

Hal-hal ini mungkin kedengarannya remeh tetapi sebenarnya ini

solusi yang jitu bagi manajemen pengelolaan panti, yang memang

bergerak dibidang kesejahteraan social, yang memerlukan rasa empathi

yang kuat.

Raca cinta terhadap panti, akan menjadi perekat yang sangat kuat

bagi keutuhan organisasi/panti. Manajemen pengelolaan panti yang

efektif akan menghasilkan kenerja anggota yang baik begitu juga

dengan tujuan organisasi akan terrealisaikan dengan baik pula. Adapun

indicator kinerja adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan

tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujaun yang telah itetapkan

dengan memperhatikan indicator masuk (Input), Keluar (Output), hasil

( outcomes), manfaat ( benefit), dan dampak (infacts).

4. Standarisasi Panti

Sebelum dilakukan pembahasan tentang standar pelayanan panti, ada

baiknya kita uraian dulu tentang standarisasi panti yang telah dituangkan

dalam Lampiran Keputusan Menteri Sosial RI. Nomor : 50/HUK/2004

8
tentang Standardisasi Panti Sosial dan Pedoman Akreditasi.Panti Sosial,

sebagai landasan untuk menetapkan standar pelayanan panti.

Standard panti sosial adalah ketentuan yang memuat kondisi dan

kinerja tertentu bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan atau lembaga

pelayanan sosial lainnya yang sejenis. Adapun yang dimaksud dengan panti

sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas

dan fungsi untuk meningkatkan kualitas SDM dan memberdayakan para

penyandang masalah kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif

secara fisik, mental, maupun sosial.

Ada dua macam standar panti sosial, yaitu standar umum dan standar

khusus. Standar umum adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja

tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial jenis

apapun. Sedangkan standar khusus adalah ketentuan yang memuat hal-hal

tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial

dan/atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis sesuai dengan

karakteristik panti sosial.

Standar umum panti sebagaimana dimaksud adalah :

a. Kelembagaan, meliputi :

1) Legalitas Organisasi. Mencakup bukti legalitas dari instansi yang

berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan

profesionalnya.

2) Visi dan Misi. Memiliki landasan yang berpijak pada visi dan misi;

9
3) Organisasi dan Tata Kerja. Memiliki struktur organisasi dan tata

kerja dalam rangka penyelenggaraan kegiatan.

b. Sumber Daya Manusia, mencakup 2 aspek :

1) Aspek penyelenggara panti, terdiri 3 unsur :

a) Unsur Pimpinan, yaitu kepala panti dan kepala-kepala unit yang

ada dibawahnya.

b) Unsur Operasional, meliputi pekerja sosial, instruktur,

pembimbing rohani, dan pejabat fungsional lainnya.

c) Unsur Penunjang, meliputi pembina asrama, pengasuh, juru

masak, petugas kebersihan, satpam, dan sopir.

2) Pengembangan personil panti

Panti Sosial perlu memiliki program pengembangan SDM bagi

personil panti.

c. Sarana Prasarana, mencakup :

1) Pelayanan Teknis. Mencakup peralatan asesmen, bimbingan

sosial, ketrampilan fisik dan mental.

2) Perkantoran. Memiliki ruang kantor, ruang rapat, ruang tamu,

kamar mandi, WC, peralatan kantor seperti : alat komunikasi, alat

transportasi dan tempat penyimpanan dokumen.

3) Umum. Memiliki ruang makan, ruang tidur, mandi dan cuci,

kerapihan diri, belajar, kesehatan dan peralatannya (serta ruang

perlengkapan).

d. Pembiayaan

10
Memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun tidak tetap.

e. Pelayanan Sosial Dasar

Memiliki pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan

sehari-hari klien, meliputi : makan, tempat tinggal, pakaian,

pendidikan, dan kesehatan.

f. Monitoring dan Evaluasi, meliputi :

1) Monev Proses, yakni penilaian terhadap proses pelayanan yang

diberikan kepada klien.

2) Monev Hasil, yakni monitoring dan evaluasi terhadap klien, untuk

melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan klien setelah

memperoleh proses pelayanan.

5. Standar Pelayanan Panti

Standar khusus panti seperti yang tertuang pada keputusan Menteri

Sosial RI. Nomor : 50/HUK/2004 tersebut, merupakan bentuk-bentuk

pelayanan yang akan diberikan oleh panti. Untuk itu perlu ditetapkan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk masing-masing bentuk pelayanan

tersebut.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) standar kualitas/mutu untuk

menjembatanii terwujudnya pelayanan sosial yng diberikan yang layak

secara keilmuan bagi kelayan. Kata ’minimal’ merujuk pada kewajiban

tanggung jawab serta tindakan-tindakan posisif yang setidaktidaknya harus

dilampai/dijalankan, bukan diterjemahkan sebagai kelonggaran negatif

yang membolehkan pelayanan dengan apa adanya atau sekedarnya. SPM

11
sebagai dasar menuju pada Pelayanan Prima kemudian pada Pelayanan

Berkualitas.

Standar Pelayanan Panti, disusun dan ditetapkan oleh para

stakeholder panti yang bersangkutan secara bersama-sama dan menjadi

pedoman operasinal pelayanan panti. Stantar pelayanan tersebut sekurang-

kurang membuat hal-hal sebagaimana yang ada pada Standar Khusus Panti

Sosial, berupa kegiatan pelayanan yang terdiri dari tahapan sebagai berikut

(disesuaikan jenis pelayanan sosial masing-masing panti):

a. Tahap Pendekatan Awal

Tahap pendekatan yang merupakan tahap persispan ini meliputi:

Sosialisasi program, Penjaringan/penjangkauan calon klien, Seleksi

calon klien, Penerimaan dan registrasi, dan Konferensi kasus (case

conference ). Untuk ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

1) Penjemputan (untuk yang perlu dilakukan penjelmputan) atau

penerimaan (bagi kelayan yang datang sendiri) oleh Peksos sebagai

upaya menciptakan kontak awal/pendahuluan denga kelayan

(pengenalan untuk pendekatan diri dua pihak)

2) Pemeriksaan dokumen kelayan oleh petugas Peksos/panti.

3) Menetapkan persyaratan kelayan yang akan memperoleh pelayanan

panti

4) Seleksi/pemeriksaan awal calon kelayan (kesehatan, motivasi,

kesesuaian masalah dengan pelayanan panti, dll). Dan biayanya

ditetapkan menjadi tanggung jawab siapa ?

12
5) Penetapan kelayan terpilih dari seleksi kelayan yang dilakukan;

b. Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)

Assesment yang termasuk tahap persiapan, dilakukan untuk

mendapatkan data dan informasi mengenai latar belakang

permasalahan kelayan, juga yang terkait dengan bakat, minat, potensi-

potensi diri yang dimilikinya, kemampuan, harapan dan cita-cita

kedepannya yang dapat digunakan untuk mendukung upaya pemecahan

masalah serta upaya-upaya untuk mengembangkan kemampuan

kelayan.

Kegiatan Assesment tersebut meliputi :

1) Analisa kondisi kelayan, keluarga kelayan, dan lingkungan sosial/

masyarakat kelayan.

2) Karakteristik masalah, sebab dan implikasi masalah yang dihadapi

kelayan

3) Kapasitas mengatasi masalah dan sumber daya

4) Konferensi kasus

Misalnya, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan seperti :

1) Mendalami seberapa jauh/luas permasalahan yang dihadapi kelayan;

2) Mengidentifikasi seluruh potensi kelayan, baik kelemahan maupun

kemampuan yang dimiliki dan lingkungannya.

3) Merencanakan penentuan program pelayanan sesuai hasil

indentifikasi permasalahan yang dihadapi kelayan

13
Assesment dilakukan dengan wawancara dan observasi terhadap

kelayanan, keluarga kelayan, dan lingkungan kelayan. Hasil yang

diharapkan adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang terkait

dengan bakat, minat, potensi-potensi diri yang dimilikinya,

kemampuan, harapan dan cita-cita kedepannya.

Tahapan assesment dianggap cukup kalau, apabila : telah dapat

ditetapkan klasifikasi permasalahan yang dihadapi kelayan ; telah dapat

dirumuskan rencana pelayanan dan rehabilitasi dengan dukungan data

yang jelas ; dan tersedia bukti fisik adminsitrasi dari semua kegiatan

assesment yang telah dilakukan.

c. Tahap Perencanaan Pelayanan

Pada tahap perencanaan pelayanan terhadap kelayan dari panti

yang bersangkutan adalah yang meliputi : Penetapan tujuan pelayanan

dari panti ; Penetapan jenis pelayanan panti ; dan Sumber daya yang

akan digunakan. ( sesuai dengan masing-masing jenis pelayanan sosial

yang dilakukan oleh panti ).

d. Tahap Pelaksanaan Pelayanan di Panti

Tahap ini merupakan kegiatan lanjutan dari ditetapkannya

kelayan untuk menerima pelayanan di panti, yang pelaksanaannya

dititik beratkan pada profesi pekerjaan sosial dan didukung oleh pelatih

atau instruktur dari profesi lain untuk menunjang proses rehabilitasi

kelayan.

14
Tahap pelaksanaan pelayanan kelayan di dalam panti , dibagi

dalam dua bagian, yaitu Pelayanan Sosial dan Pelayanan Rehabilitasi.

1) Pelayanan Sosial, yang diberikan di dalam panti dimaksudkan agar

kebutuhan fisiologis kelayan tercukupi, sehingga dapat mengikuti

semua program pemulihan yang telah ditetapkan oleh panti.

Pelayanan sosial yang diberikan meliputi :

a) Pelayanan Pangan, SPM yang terkait dengan pelayanan pangan

ini adalah makan diberikan 3 kali dalam satu hari, panti

menetapkan daftar menu dan mengenatuhi ahli gizi / atau dokter

untuk jangka waktu setiap 1 minggu atau 10 hari yang akan

dijadikan acuan bagi petugas masak; Menu disusun dengan

memperhatikan aspek, gizi, kesehatan dan kebersihan.

Misalnya dibuat Tabel Kebutuhan Sehat Untuk Menu makanan

Kelayan setiap hari per kelayan/orang : Waktu Jenis menu

Ukuran Kadar kalori(terdiri Pagi, Siang, Sore ) Nasi Lauk,

Sayur, minum/Susu, dll ) gram kaloriJumlah kalori

b) Pelayanan Papan, SPM yang terkait dengan pelayanan tempat

tinggal kelayan yang ada dipanti berupa apa (asrama, dll), untuk

setiap kamar berapa orang, fasilitas kamar meliputi apa saja

(lemari, meja kursi, tempat tidur lengkap dengan kasur,bantal,

selimut, sprei, sarung bantal, ventilasi udara cukup, lampu

penerangan dll.)

15
c) Pelayanan Kesehatan, SPM yang terkait pelayanan kesehatan

meliputi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada kelayan

selama di panti baik untuk pemeriksaan rutin (berapa kali dalam

satu bulan) maupun perawatan bila kelayan sakit ringan atau

sakit berat )

d) Pelayanan Kebutuhan Hidup Sehat, SPM yang terkait

pelayanan ini berupa standar hygiene yang diberikan panti

berupa kebutuhan hidup sehat di panti yang meliptui :

persediaan air bersih (untuk mandi, dan minum) ; tersedianya

MCK yang terjaga kebersihannya ; tersedianya sarana

kesehatan (P3K); Saluran pembuangan yang baik, sirkulasi

udara yang sehat, kegiatan olah raga yang teratur, dll.

2) Pelayanan Rehabilitasi.

Pelayanan ini dimaksudkan sebagaimana yang ditetapkan tujuan

pelayanan panti (dalam perencanaan pelayanan) yaitu antara lain

untuk membentuk dan merubah perilaku phisik dan psichys (fisik

dan mental) dan perilaku sosial kelayan (Sesuai dengan

permasalahan kelayan ). Kemudian dalam SPMnya ditetap

mengenai waktu pelayanan (berapa hari/minggu/bulan atau tahun).

Disusun jadwal kegiatan (bimbingan) yang diberikan kepada

kepalayan, misalnya dengan membuat daftar layanan sebagai

berikut : (No. Pukul / Jam Uraian Kegiatan/Bimbingan Keterangan

16
Disusn pula SPM bentuk-bentuk kegiatan/bimbingan yang

diberikan kepada kelayan, yang meliputi : Bimbingan Individu ;

Bimbingan Kelompok ; Bimbingan Sosial ; Penyiapan Lingkungan

Sosial ; Bimbingan Mental Spiritual/Psikososial; Bimbingan Pelatihan

Ketrampilan ; Bimbingan Fisik Kesehatan; Bimbingan Pendidikan.

SPM untuk Bimbingan fisik Kesehatan, kelayan diberikan

bimbingan berupa : kegiatan olah raga ; kebersihan lingkungan, dan

SKJ (tentukan frekuensi kegiatannya, setiap hari / setiap hari apa dan

jam berapa)

SPM untuk Bimbingan Mental Spiritual ditetapkan balam bentuk

: mental keagamaan sesuai dengan keyakinannya ; harus menjalankan

ibadah agama sesuai dengan keyakinannya. Bagi yang beragama Islam

ada kegiatan pengajian setiap (kapan), sholat dilakukan secara

berjamaah, dll.

e. Tahap Pasca Pelayanan, terdiri dari :

1) Penghentian Pelayanan. Dilakukan setelah klien selesai mengikuti

proses pelayanan dan telah mencapai hasil pelayanan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan.

2) Rujukan. Dilaksanakan apabila klien membutuhkan pelayanan lain

yang tidak tersedia dalam panti.

3) Pemulangan dan Penyaluran. Dilaksanakan setelah klien

dinyatakan berhenti atau selesai mengikuti proses pelayanan.

17
4) Pembinaan Lanjut. Kegiatan memonitor/memantau klien sesudah

mereka bekerja atau kembali ke keluarga.

5) Terminasi, dilaksanakan sehubungan dengan kondisi kelayan yang

sudah mampu memenuhi kebutuhan sosialnya dan terlepas dari

masalah yang pernah dihadapi.

Bentuk-bentuk pelayanan pasca pelayanan dipanti, ditetapkan

SPM nya sebagai pedoman petugas.

Misalnya:

1) SPM untuk Penghentian Pelayanan ini, kelayan yang sudah selesai

mendapatkan pelayanan, apabila kondisi dan mental kelayan

dipandang sudah cukup dapat bersosialisasi baik dilingkungan

keluarga, kerja/sekolah dan masyarakat.

2) SPM untuk Rujukan, ditetapkan prosedure rujukan yang akan

dilakukan dan bagaiamana hak dan kewajiban masing-masing

pihak (panti dan kelayan/keluarganya)

3) SPM untuk Pemulangan dan penyaluran, ditetapkan bagaimana

prosedurenya kepulangannya ; kemudian kepulangannya apakah

diantar atau keluarga kelayan dihubungan agar menjemput kelayan,

dll. (semua itu disesuaikan dengan pelayanan yang disediakan oleh

panti ). Dan diberikan akses kebidang pekerjaan sesuai dengan

ketrampilan yang dimiliki/diterima dari panti.

4) SPM untuk Pembinaan Lanjut, ditetapkan yang terkait dengan

pembinaan lanjut yang bertujuan untuk memperkuat stabilitas

18
perubahan dan peranan kelayan dalam melaksanakan fungsi

sosialnya. (misalnya : untuk jangka waktu 1-2 bulan setelah pulang

dari panti, petugas masih melakukan bimbingan lanjutan ;

Melakukan monitor dan evaluasi mantan kelayan panti dalam

mengembangkan hasil rehabilitasi dari panti ; membantu

mendapatkan akses ke program-program ekonomi produktif, dll.

5) SPM untuk Terminasi, ditetapkan hal-hal yang terkait dengan

persyaratan kondisi kelayan yang sudah dapat dilakukan terminasi,

seperti : Telah mampu menyelesaikan masalahnya secara mandiri ;

telah dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta norma-norma

sosial yang berlaku dilingkungan masyarakat.

Untuk melengkapi Standar Pelayanan (Minimal) dibuat juga

Standar Anggaran Pelayanan Panti, mulai dari Tahap persiapan sampai

Tahap Terminasi. Hal ini penting untuk mengukur kinerja pelayanan

dengan unsur-unurnya input (penganggaran) output (hasilnya),

outcome (manfaat) dan Benefit (dampak) dari pelayanan panti yang

diselenggrakan. Karena itu perlu ditetapkan indikator pelayanan panti

yang dilihat dari Aspek kelayan, dengan ciri-ciri (indikasi keberhasilan)

dan dari Aspek Lingkungan masyarakat dengan ciri-ciri (indikasi

keberhasilan).

Misalnya pada aspek kelayan, dengan ciri-ciri : sudah tidak tidak

dijalanan lagi (untuk anak jalanan) tidak menggelandang/ mengemis

(untuk gelandangan/pengemis) sudah tidak minum minuman

19
keras/berhenti dari bnarkoba ; ciri-ciri lain, Sudah mempunyai kemauan

dan kemampuan untuk memotivasi diri dan menolak untuk melakukan

yang membuat permasalahan seperti sebelumnya ; Telah memiliki

kemampuan dan ketrampilan untuk mendayagukan dan meningkatkan

sumber-sumber pelayanan sosiaol sebagai salah satu bentuk pertisipasi

mereka untuk dapat membantu dirinya sendiri, keluarga, atau

kelompoknya. Dll.

Dari aspek masyarakat, indikasinya seperti : dapat menerima

kembali kelayan dan memberi kesempatan untuk meningkatkan harkat

dan martabatnya sebagaimana masyarakat lainnya ; membentuk daya

tangkal sumber-sumber permasalahan yang menimbulkan masalah

seperti yang yang pernah dialami oleh kelayan ; memberi

kesempatan/melibatkan kelayan dalam kegiatan-kegiatan

kemasyarakatan, dll.

B. KONSEP JOMPO

Jompo adalah tua sekali dan sudah lemah fisiknya sehingga tidak mampu

mencari nafkah sendiri; tua renta; uzur. Sugono, D. (2008)

C. KONSEP PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

1. Pengertian Panti Sosial Tresna Werdha

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Panti Sosial Tresna

Werdha diartikan sebagai tempat merawat dan menampung Panti Sosial

20
Tresna Werdha dan Perda No. 15 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas

Perda No.15 Tahun 2000 Tentang Dinas Daerah, maka Panti sosial Tresna

Werdha berganti nama menjadi Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha.

Diakses 18 Februari 2013 dari

Tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik

secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala

keperluannya. Dimana beberapa tempat ini ada yang dikelola oleh

pemerintah baik pihak swasta. Dan ini sudah merupakan kewajiban Negara

untuk menjaga dan memelihara setiap warga negaranya sebagaimana

tercantum dalam UU No. 12 Tahun 1996 (Direktorat Jendral Departemen

Hukum dan HAM). Pengertian manusua lanjut usia (manula) ialah manusia

yang berumur diatas 60 tahun. Megalestari, F.T. (2011).

Jadi, dapat disimpulkann Panti Sosial Tresna Werdha adalah sarana

yang disediakan untuk manula sebagai tempat tinggal alternatif dengan

kebutuhan khusus yang memberikan pelayanan dan perawatan serta

berbagai aktifitas yang dapat dimaanfaatkan manula untuk mengatasi

kemunduran fisik dan mental secara bersama-sama dalam komunitas.

Disini manula berperan mandiri dan tidak dimanjakan sehingga

manula terdorong untuk tetap aktif. Beberapa aktifitas yang dijadwalkan

adalah senam pagi, melukis, menari bermain musik dan lain sebagainya.

Selain itu, pelayanan dan perawatan yang diberikan adalah konsumsi, cek

kesehatan secara rutin, terapi dan lain sebagainya.

21
2. Fungsi Panti Sosial Tresna Werdha

Fungsi Panti Sosial Tresna Werdha adalah sebagai tempat untuk

menampung manusia lanjut usia yang menyediakan fasilitas dan aktifitas

khusus untuk manula yang dijaga dan dirawat oleh suster atau pekerja

sosial.

3. Tujuan Panti Sosial Tresna Werdha

Tujuan utama Panti Sosial Tresna Werdha adalah untuk menampung

manusia lanjut usia dalam kondisi sehat dan mandiri yang tidak memiliki

tempat tinggal dan keluarga atau yang memiliki keluarga namun dititipkan

karena ke tidak mampuan keluarga untuk merawat manula.

4. Jenis-Jenis Panti Sosial Tresna Werdha Berdasarkan Kepemilikan

a. Panti Sosial Tresna Werdha Milik Pemerintah

Panti Sosial ini berada di dalam lingkungan Direktorat Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Departemen Sosial Republik Indonesia. Biasanya

Panti Sosial ini tidak memungut biaya dari manula atau biasanya

bersubsidi dan memiliki donatur spontanitas. Panti Sosial Tresna

Werdha ini menyediakan fasilitas, sandang, pangan dan papan sesuai

dengan kebutuhan kaum manula. Kebanyakan penghuni manula disini

adalah yang terlantar, tidak memiliki cukup nafkah dan mandiri.

b. Panti Sosial Tresna Werdha Milik Swasta/ Yayasan

Panti Sosial ini tidak berada di dalam lingkungan Dirketorat

Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Bersifat berdiri sendiri dan dimiliki oleh

yayasan sosial yang mengorganisir panti secara langsung. Panti Sosial

22
ini memiliki standar iuran yang bersifat wajib namun sesuai dengan

kemampuan keungan manula dan memiliki donator tetap dan juga

donator spontanitas. Panti ini menyediakan fasilitas, sandang, pangan

dan papan sesuai dengan kebutuhan kaum manula. Kebanyakan

penghuni manula disini biasanya yang memiliki keluarga namun tidak

cakap untuk mengurus manula.

5. Klasifikasi Kegitan Panti Sosial Tresna Werdha

a. Kegiatan Staf

1) Memantau dan menjaga manula.

2) Memeriksa kesehatan secara rutin.

3) Memastikan manula tetap aktif dengan menciptakan beberapa

program aktifitas.

4) Menyediakan layanan pangan.

5) Membantu dan merawat manula yang kesulitan.

6) Mengurus dan merawat segala keperluan panti.

b. Kegiatan Manula

1) Melakukan aktifitas melatih fisik, seperti senam.

2) Menjaga kebersihan dan kerapihan kamar dan seluruh panti.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Hardywinoto. (1991). Panduan Gerontologi: Tinjauan dari Berbagai Aspek.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup jilid

II. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Gardner, M.R. (2002). Applied To Everyday Life. United States of America:

Wadswort Thomson Learning, Inc.

24

Anda mungkin juga menyukai