Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Bermasalah, Siapa yang Rugi?

Assalamualaikum.wr. wb.

A. Pendahuluan

Yang saya hormati Bapak Budi Nugroho, dan teman-teman yang saya
sayangi serta yang saya banggakan. Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq, hidayah, serta inaya-Nya, sehingga
kita dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat walafiat. Sholawat beserta
salam marilah senantiasa kita haturkan kepada Nabi agung Muhammad SAW,
yang kita nantikan syafaatnya kelak di yaumil akhir. Pada pagi hari ini, saya
hendak menyampaikan ceramah dengan tema masalah pendidikan di Indonesia.

B. Isi

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau
kemajuan yang lebih baik. Misalkan ada masalah dalam pendidikan maupun
sistem, apa yang akan terjadi? Masa depan rakyatnya tidak akan cerah dan
kemungkinan Negara untuk maju akan sulit, sehingga yang terkena dampaknya
bukan hanya rakyat, Negara pun juga terkena imbasnya.

Masalah yang tengah dihadapi oleh pendidikan di Indonesia adalah kualitas


pendidikan yang sangat rendah, padahal pendidikan menjadi salah satu faktor
penentu kemajuan bangsa. Faktor utamanya adalah kurangnya kesadaran
penduduk akan pentingnya pendidikan, sehingga mereka tidak perlu sekolah
terlalu tinggi, rendahnya penerimaan pendapatan perkapita, kurang memadainya
sarana dan prasarana pendidikan, khususnya di pedesaan dan daerah-daerah
terpencil, dan keterbatasan anggaran dan kemampuan pemerintah dalam
mengusahakan program pendidikan yang terjangkau masyarakat.

Masalah lainnya adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia,


menghasilkan “manusia robot”. Maksudnya adalah pendidikan yang diberikan
ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata
mengorbankan keutuhan, kurang keseimbangan antara cara belajar yang kognitif
dan afektif, sehingga unsur integrasi cenderung semakin hilang dan yang terjadi
adalah disintegrasi. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan sering kali
dipraktikkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan
istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang
menciptakan manusia siap pakai" dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan
tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang
industri dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan Nampak
bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen
pendukung industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi
lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas
tertentu yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan
antusias oleh banyak lembaga pendidikan.

Masalah berikutnya adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke


bawah) atau menurut istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika
Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak
membebaskan karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang
tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid
untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai
pengisi dan murid sebagai yang diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit
box, dimana pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak murid dan bila
sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil saja. Murid
hanya menampung apa saja yang disampaikan guru. Jadi hubungannya adalah
guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak
membebaskan karena sangat menindas para murid. Freire mengatakan bahwa
dalam pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang
dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada
mereka yang dianggap tidak tahu apa-apa.

Ada banyak solusi yang dapat diterapkan untuk meredakan masalah-masalah


tersebut. Beberapa diantaranya adalah meningkatkan sarana dan prasarana belajar
mengajar hingga ke pelosok daerah, meningkatkan kesejahteraan guru dengan
membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, karena dalam
pilar pendidikan, guru merupakan salah satu factor utama bagi terciptanya
generasi penerus bangsa yang berkualitas.

C. Penutup

Demikian ceramah yang bias saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon maaf.
Mudah-mudahan apa yang sudah saya sampaikan dapat bermanfaat dan dapat
memotivasi kita untuk memiliki semangat belajar yang tinggi untuk memajukan
bangsa terutama di bidang pendidikan. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum, wr, wb.

Anda mungkin juga menyukai