Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

"DEMOKRASI INDONESIA"

OLEH :

KELOMPOK : 2

ANGGOTA KELOMPOK :

• Eki Asrina(F202001093)
• Enjelin Nur Fathika Sjahrul (F202001055)
• Eviyani (F202001070)
• I Kadek Arya Prayoga (F202001079)
• Novita Mayang Sari (F2020097)
• Laode Andika Nonovan (F202001077)
• Wa Ode Intan Hariani (F202001087)
• Wa Ode Ifan Mustikawati(F202001096)
• Selvi Ekawati(F202001098)
• Muliyana.A (F202001058)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Demokrasi Indonesia”.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua sumber yang telah menjadi
panduan kami dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini
selalu bermanfaat bagi semua pihak.

kendari, 1 Juli 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1
BAB I .............................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
A. Pengertian Demokrasi ...................................................................................................... 5
B. Konsep Demokrasi ........................................................................................................... 6
C. Sejarah Demokrasi ........................................................................................................... 7
D. Jenis-jenis Demokrasi ...................................................................................................... 8
E. Prinsip-prinsip Demokrasi .............................................................................................. 10
F. Ciri-ciri, Asas, dan Nilai Demokrasi .............................................................................. 11
G. Manfaat Demokrasi ........................................................................................................ 13
H. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia...................................................... 14
I. Demokrasi Dalam Sistem Negara Indonesia .................................................................. 16
J. Prospek Demokrasi Di Indonesia .................................................................................... 19
K. Contoh Kasus Demokrasi ............................................................................................... 21
BAB III ......................................................................................................................................... 22
PENUTUP..................................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 24

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Demokrasi Indonesia”.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua sumber yang telah menjadi
panduan kami dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini
selalu bermanfaat bagi semua pihak.

kendari, 1 Juli 2021

Kelompok 2

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Budimansyah dan Sudirwo (2009:65), demokrasi merupakan kata yang
didambakan oleh semua orang dan semua negara karena kata demokrasi menggambarkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang menjunjung tinggi nilai-nilai
demokrasi. Demokrasi berasal dari dua kata “demos” yang berarti rakyat dan “cratein” atau
“cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. “Demos cratos” atau “demos cratein” dalam
bahasa Yunani yang berarti demokrasi dalam bahasa Indonesia adalah kedaulatan atau kekuasaan
di tangan rakyat. Pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat, (government of the people, by the people, and for the people. Abraham
Lincoln).

Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni “ demos” dan
“kratein”. Secara terminologis, Abraham Lincoln mantan Presiden Amerika Serikat, menyatakan
bahwa “demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” atau
“the government from the people, by the people, and for the people”. Menurut Sanusi (2006),
mengidentifikasi adanya sepuluh pilar demokrasi konstitusional menurut UUD 1945, yakni : ”
Demokrasi yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, Demokrasi Dengan Kecerdasan, Demokrasi
yang Berkedaulatan Rakyat, Demokrasi dengan “Rule of Law”, Demokrasi dengan Pembagian
Kekuasaan Negara, Demokrasi dengan Hak Azasi Manusia, Demokrasi dengan Pengadilan yang
Merdeka, Demokrasi dengan Otonomi Daerah, Demokrasi Dengan Kemakmuran, dan
Demokrasi yang Berkeadilan Sosial “.

Negara Indonesia merupakan negara yang berkomitmen untuk menjadikan demokrasi


berkembang di negara ini. Hal ini disebabkan, demokrasi memiliki pemahaman bahwa setiap
individu sangat dihargai keberadaannya dalam berpartisipasi menjalankan kehidupan bernegara
secara luas dan maksimal. Melalui pemahaman tersebut, dapat diketahui bahwa negara Indonesia
sangat menghargai keberadaan rakyatnya. Karena itu, demokrasi perlu ditumbuhkan, dipelihara,
dikembangkan, dan dihormati oleh setiap rakyat Indonesia.

Setiap negara memiliki cirri khas dalam pelaksanaan demokrasinya, termasuk pula
negara Indonesia. Hal ini ditentukan oleh sejarah negara yang bersangkutan, kebudayaan,
pandangan hidup, serta tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, pada setiap negara
terdapat corak khas demokrasi yang tercermin pada pola sikap,keyakinan dan perasaan tertentu
yang mendasari, mengarahkan, dan memberi arti pada tingkah laku dan proses berdemokrasi
dalam suatu sistem politik. Menurut Rahayu (2013:54), pembahasan tentang peranan negara dan
masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasan.

2
Pertama, hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya
yang fundamental sebagai telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada awal 1950-an yang
mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur, sementara di negara-negara demokrasi
itu pemberian peranan kepada negara dan masyarakat hidup dalam porsi berbeda-beda (kendati
sama-sama negara demokrasi). Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah
memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi
tertingginya tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais, 1955:1).

Menurut Rahayu (2013:54), dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem


pemerintahan, demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam
seperti: pertama, sistem presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan
memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintah dipimpin oleh perdana
menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala negara, sebab
kepala negaranya bisa diduduki oleh raja atau presiden yang hanya menjadi symbol kedaulatan
dan persatuan. Ketiga, sistem referendum yang meletakkan pemerintah sebagai bagian (badan
pekerja) dari parlemen. Di beberapa negara ada yang menggunakan sistem campuran antara
presidensial dengan parlementer, yang antara lain dapat dilihat dari sistem ketatanegaraan di
Prancis atau di negara Indonesia berdasarkan UUD 1945. Dengan alasan tersebut menjadi jelas
bahwa asas demokrasi yang hampir sepenuhnya disepakati sebagai model terbaik bagi dasar
penyelenggaran negara ternyata memberikan implikasi yang berbeda di antara pemakai-
pemakainya bagi peranan negara.

Dengan pernyataan di atas, tidak menutup kemungkinan bahwa negara Indonesia


menerapkan sistem demokrasi yang berciri khas negara Indonesia sendiri berdasarkan Pancasila
dan UUD NRI 1945. Telah menjadi bagian dari hak dan kewajiban setiap rakyat Indonesia yang
juga meliputi mahasiswa untuk mengetahui dan mengamalkan sistem demokrasi secara bijaksana
di negara Indonesia. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan
dengan Demokrasi Indonesia.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Demokrasi?
2. Apa pengertian Demokrasi?
3. Apa saja macam-macam Demokrasi?
4. Apa saja prinsip-prinsip Demokrasi?
5. Jelaskan asas pokok Demokrasi?
6. Apa saja ciri-ciri Demokrasi?
7. Adakah nilai-nilai yang terkandung dalam Demokrasi?
8. Apakah manfaat Demokrasi?
9. Bagaimana Demokrasi dalam sistem NKRI?
10. Apa prospek Demokrasi di Indonesia dimasa yang akan datang?
11. Apa contoh kasus yang mencerminkan Demokrasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep Demokrasi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Demokrasi
3. Untuk mengetahui macam-macam Demokrasi
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Demokrasi
5. Untuk mengetahui asas pokok Demokrasi
6. Untuk mengetahui ciri-ciri Demokrasi
7. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Demokrasi
8. Untuk mengetahui manfaat Demokrasi
9. Untuk mengetahui demokrasi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
10. Untuk mengetahui prospek Demokrasi Indonesia dimasa yang akan datang
11. Untuk mengetahui contoh kasus yang mencerminkan Demokrasi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang
terdiri dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, kratos/kratein yang berarti kekuasaan/
pemerintahan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuasaan rakyat atau suatu bentuk
pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Melalui konteks budaya
demokrasi, nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi panutan dapat diterapkan dalam praktik
kehidupan demokratis yang tidak hanya dalam pengertian politik saja, tetapi juga dalam berbagai
bidang kehidupan. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, menyebut
demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan penggantian kedaulatan raja menjadi kedaulatan
rakyat.

Istilah -istilah demokrasi tersebut banyak dikaji oleh para ahli. Meskipun terdapat
perbedaan, namun pada dasarnya pandangan-pandangan para ahli itu mempunyai kesamaan
prinsip. Berikut ini adalah pandangan demokrasi menurut beberapa pendapat :

1. Abraham Lincoln (Presiden Amerika ke-16)


Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

2. Giovani Sartori
Demokrasi dipandang sebagai suatu sistem dimana tidak seorang pun dapat
memilih diriya sendiri, tidak seorang pun dapat mengindentifikasikan dengan
kekuasaannya, kemudian tidak dapat merebut dari kekuasaan lain dengan cara-cara tak
terbatas dan tanpa syarat.

3. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah
yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesempatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa

4. Carol C. Gould
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang didalamnya rakyat
memerintah sendri, baik melalui partisipasi langsung dalam merusmuskan keputusan-
keputusan yang memengaruhi mereka maupun dengan cara memilih wakil-wakil
mereka.

5
5. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Demokrasi berarti bentuk pemerintahan dimana segenap rakyat turut serta
memerintah dengan peraturan wakilnya. Adapun arti lainnya, yaitu demokrasi
merupakan suatu gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan-
persamaan yang sama bagi semua warga Negara

6. Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila


Demokrasi adalah suatu pola pemerintahan, yang pelaksanaa pemerintahnya
bersumber pada mereka yang diperintah. Atau demokrasi adalah pola pemerintahan
yang mengikutsertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang
diambil oleh mereka yang berwenang.

Berdasarkan beberapa pengertian demokrasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana kekuasaan atau kedaulatan adaditangan
rakyat. Dengan kata lain, rakyat dapat dilibatkan dalam setiap aspek kehidpan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara atau Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui
perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik
secara bebas dan setara. Keanekaragaman ini muncul disebabkan kebudayaan bangsa didunia ini
berlainan, hingga didapati berbagai macam demokrasi, juga sebagai salah satu sisi dari
penjelmaan hidup bermasyarakat.

B. Konsep Demokrasi
Pembahasan tengtang demokrasi menghadapkan kita pada suatu kompleksitas
permasalahan yang klasik, fundamental namun tetap aktual. Dikatakan klasik karena masalah
demokrasi sudah menjadi fokus perhatian dalam wacana filsafati semenjak jaman Yunani Kuno,
dan telah di terapkan di polish Athena sebagai negara kota pada waktu itu. Dikatakan
fundamental karena hakikat demokrasi menyentuh nilai-nilai dasar kehidupan tentang apa dan
bagaimana sistem kehidupan itu akan dipergunakan di mana manusia sendiri menjadi subjek dan
sekaligus di jadikan objeknya. Dikatakan aktual karena dewasa ini demokrasi menjadi dambaan
setiap bangsa dan negara untuk dapat menerapkannya termasuk bangsa Indonesia dalam era
Reformasi ini (Siswomirhajo, 2002 : 1).

6
Setelah perang dunia II dapat dilihat bahwa secara formal demokrasi merupakan dasar
banyak negara di dunia. Menurut penelitian UNESCO tahun 1949 maka : " Munngkin untuk
pertamakalinya dalam sejarah demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar
untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh pendukung -
pendukung yang berpengaruhaka akan tetapi juga UNESCO menarik kesimpulan bahwa ide
demokrasi dianggap ambigous atau mempunyai berbagai pengertian, sekurang-kurangnya ada
ambiguity atau ketentuan mengenai : " Lembaga-lembaga atau cara-cara yang dipakai untuk
melaksanakan ide, atau mengenai keadaan kultural serta historis yang memengaruhi istilah, ide,
dan praktik demokrasi.

Demokrasi yang di anut di indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan pancasila, masih


dalam tarah perkembangan dari berbagai tafsiran dan pandangan, dan juga tidak dapat disangkal
bahwa nilai-nilai dari demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat dalam Undang-Undang Dasar
1945 yang belum di amandemen. Selain itu Undang-Undang Dasar menyebut secara eksplisit
dua prinsipyang menjiwai naskah itu,dan tercantum dalam penjelasan undang-undang 1945
mengenai sistem pemerintahan negara yaitu :

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hokum


Negara indonesia ialah negara berdasarkan hukum, tidak berdasarkan kekuasaan
belaka
2. Sistem Konstitusional.
Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi(hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme(kekuasaan tidak terbatas)

C. Sejarah Demokrasi
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad
ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan
dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti kekuasaan, sehingga dapat diartikan sebagai kekuasaan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu
negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang
diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

7
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika
fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak
mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut
pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk
rakyat.Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada
mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme
ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara
tersebut.

D. Jenis-jenis Demokrasi
Terdapat beberapa jenis demokrasi yang disebabkan perkembangan dalam
pelaksanaannya diberbagai kondisi dan tempat. Oleh karena itu, pembagian jenis demokrasi
dapat dilihat dari beberapa hal, sebagai berikut :

1. Demokrasi berdasarkan cara menyampaikan pendapat.


a) Demokrasi langsung.
Rakyat secara langsung diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan
untuk menjalankan kebijakan pemerintahan.
b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan.
Demokrasi ini dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya
melalui pemilu. Aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang duduk
di lembaga perwakilan rakyat.
c) Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat (referendum)
yang dapat diklasifikasi :
• Referendum wajib
• Referendum tidak wajib
• Referendum fakultatif
d) Demokrasi formal
Demokrasi ini disebut juga demokrasi liberal, yaitu secara hukum menempatkan
semua orang dalam kedudukan yang sama dalam bidang politik, tanpa mengurangi
kesenjangan ekonomi.
e) Demokrasi material.
ini memandang manusia mempunyai kesamaan dalam bidang sosial ekonomi,
sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi prioritas. Demokrasi material
dikembangkan di Negara sosialis-komunis.

8
f) Demokrasi campuran.
Demokrasi ini merupakan campuran dan kedua demokrasi tersebut. Demokrasi ini
berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat dengan menempatkan persamaan
derajat dan hak setiap orang.
g) Demokrasi liberal
memberikan kebebasan yang luas pada individu. Campur tangan pemerintah
diminimalkan bahkan ditolak. Pemerintah bertindak atas dasar konstitusi (hukum dasar).
h) Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar.
Demokrasi ini bertujuan menyejahterakan rakyat. Negara dibentuk tidak
mengenal perbedaan kelas. Semua warga Negara mempunyai persamaan dalam hukum
dan politik.
2. Demokrasi sistem presidensial.
Ciri-ciri pemerintahan yang menggunakan demokrasi berdasarkan titik perhatian
atau prioritas. Jenis demokrasi ini dapat diklasifikasi; Demokrasi berdasarkan prinsip
ideologi. Demokrasi diklasifikasikan :
a) Demokrasi berdasarkan wewenang dan hubungan antar alat kelengkapan Negara, dapat
diklasifikasi ke dalam;
• DPR lebih kuat dari pemerintah
• Kepala pemerintahan/kepala eksekutif disebut perdana menteri dan memimpin
kabinet dengan sejumlah menteri yang bertanggungjawab kepada DPR.
• Program kebijakan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik anggota parlemen.
• Kedudukan kepala Negara terpisah dengan kepala pemerintahan, biasanya hanya
berfungsi sebagai simbol Negara. Tugas kepala Negara sebagian besar bersifat
ceremonial seperti melantik kabinet dan duta besar sebagai panglima tertinggi
angkatan bersenjata (kehormatan).
• Jika pemerintah dianggap tidak mampu, maka anggota DPR (parlemen) dapat
meminta mosi tidak percaya kepada parlemen untuk membubarkan pemerintah.
Jika mayoritas anggota parlemen menyetujui, maka pemerintah bubar, dan
kendali pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sementara sampai terbentuk
pemerintahan baru hasil pemilu.
➢ Sistem Presidensial adalah :
• Negara dikepalai presiden.
• Kekuasaan eksekutif presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan yang dipilih dari dan
oleh rakyat langsung atau melalui badan perwakilan.
• Presiden mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan menteri.
• Menteri tidak bertanggungjawab kepada DPR melainkan kepada presiden. Presiden dan
DPR mempunyai kedudukan yang sama sebagai lembaga Negara, dan tidak dapat saling
membubarkan.

9
E. Prinsip-prinsip Demokrasi
1. Prinsip budaya demokrasi
a) Kebebasan
Adalah kekuasaan untk membuat pilihan terhadap beragam pilihan atau
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan bersama atas kehendak sendiri,
tanpa tekanan dar pihak manapun.
b) Persamaan
Setiap negara terdiri atas berbagai suku, ras, dan agama. Namun dalam negara
demokrasi perbedaan tersebut tidak perlu ditonjolkan bahkan harus ditekan agar tidak
menimbulkan konflik.
c) Solidaritas
Rasa solidaritas harus ada di dalam negara demokrasi. Karena dengan adanya sifat
solidaritas ini, walaupun ada perbedaan pandangan bahkan kepentingan tiap-tiap
masyarakat maka akan senantiasa selalu terikat karena adanya tujuan bersama.
d) Toleransi
Adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran artinya bersifat menenggang
(menghargai, memberikan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian
sendiri.
e) Menghormati kejujran
Kejujuran berarti kesediaan atau keterbukaan untuk menyatakan suatu kebenaran.
Kejujuran menjadi hal yang sangat penting bagi semua pihak.
f) Menghormati penalaran
Peanalaran adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki pandangan tertentu,
membela tindakan tertentu, dan menuntut hal serupa dari orang lain.
Penalaran ini sangat diperlukan bagi terbangunnya solidaritas antarwarga masyarakat
demokratis.

2. Prinsip – prinsip demokrasi yang bersifat universal


a) Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
b) Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
c) Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para
warga negara.
d) Pengormatan terhadap supremasi hukum.

10
Adapun prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law) antara lain
sebagai berikut :

a) Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang.


b) Kedudukan yang sama dalam hukum.
c) Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang.
3. Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila
a) Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
b) Keseimbangan antara hak dan dan kewajiban.
c) Kebebasan yang bertanggung jawab.
d) Mewujudkan rasa keadilan sosial.
e) Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
f) Mengutamakan keputusan dengan musyawarah mufakat.
g) Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

F. Ciri-ciri, Asas, dan Nilai Demokrasi


1. Ciri-ciri Demokrasi
Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu
tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:

a) Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
b) Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).
c) Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
d) Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
e) Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
f) Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol
perilaku dan kebijakan pemerintah.
g) Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
h) Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
i) Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).

11
2. Asas Pokok Demokrasi
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikatmanusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama
dalam hubungan sosial.Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi,
yaitu:

a) Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil


rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta
jujur dan adil; dan
b) Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

3. Nilai-Nilai Demokrasi
Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya sistem demokrasi, maka harus ada pola
perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai demokrasi yang diyakini masyarakat.
Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal sebagai berikut:

a) Kesadaran akan puralisme.


Masyarakat yang hidup demokratis harus menjaga keberagaman yang ada di
masyarakat. Demokrasi menjamin keseimbangan hak dan kewajiban setiap warga
Negara.
b) Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat.
Pengambilan keputusan didasarkan pada prinsip musyawarah prinsip mufakat,
dan mementingkan kepentingan masyarakat pada umumnya. Pengambilan keputusan
dalam demokrasi membutuhkan kejujuran, logis atau berdasar akal sehat dan sikap tulus
setiap orang untuk beritikad baik.
c) Demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga masyarakat dan sikap serta itikad baik.
Masyarakat yang terkotak-kotak dan penuh curiga kepada masyarakat lainnya
mengakibatkan demokrasi tidak berjalan dengan baik.
d) Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan.
Semangat demokrasi menuntut kesediaan masyarakat untuk membenkan kritik
yang membangun, disampaikan dengan cara yang sopan dan bertanggung jawab untuk
kemungkinan menerima bentuk-bentuk tertentu.
e) Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral.
Demokrasi mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara mencapai kemenangan
haruslah sejalan dengan tujuan dan berdasarkan moral serta tidak menghalalkan segala
cara. Demokrasi memerlukan pertimbangan moral atau keluhuran akhlak menjadi acuan
dalam berbuat dan mencapal tujuan.

12
G. Manfaat Demokrasi
Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu:

1. Kesetaraan sebagai warga Negara.


Disini demokrasi memperlakukan semua orang adalah sama dan sederajat. Prinsip
kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap pandangan-pandangan atau pendapat dan
pilihan setiap warga Negara.
2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum.
Kebijakan dapat mencerminkan keinginan rakyatnya. Semakin besar suara rakyat
dalam menentukan semakin besar pula kemungkinan kebijakan itu menceminkan
keinginan dan aspirasi rakyat.
3. Pluralisme dan kompromi.
Demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan kemajemukan dalam masyarakat
maupun kesamaan kedudukan diantara para warga Negara. Dalam demokrasi untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi, kompromi, dan bukan
dengan paksanaan atau pameran kekuasaan.
4. Menjamin hak-hak dasar.
Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar tentang hak-hak sipil dan
politis; hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak berserikat dan berkumpul, hak
bergerak, dsb. Hak-hak itu memungkinkan pengembangan diri setiap individu dan
memungkinkan terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.
5. Pembaruan kehidupan social.
Demokrasi memungkinkan terjadinya pembawan kehidupan social. Penghapusan
kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan pergantian para politisi dilakukan
dengan cara yang santun, dan damai. Demokrasi memuluskan proses alih generasi tanpa
pergolakan.

13
H. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17 Agustus
1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945 (yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
(selanjutnya disebut NKRI) menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan
(kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong sebagai negara
yang menganut paham Demokrasi Perwakilan (Representatif Demokrasi).

Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara rakyat disatu
pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia yang duduk di BPUPKI
tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa sebagian terbesarnya pernah
mengecap pendidikan Barat, baik mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropa Barat
(khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan pendidikan
tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia sejak beberapa
dasawarsa sebelumnya,sehingga telah cukup akrab dengan ajaran demokrasi yang berkembang di
negara-negara Eropah Barat dan Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus
1945) negara-negara penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-II.

Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini,
ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa model
demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.

Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950) Indonesia


mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan juga Demokrasi Liberal),
yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang instabilitas pemerintahan dan nyaris
berujung pada konflik ideologi di Konstituante pada bulan Juni-Juli 1959.

Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut di atas, maka
pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan model Demokrasi Terpimpin
yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara Pancasila dan paham Integralistik yang
mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara.

Namun belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-nya
Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan
ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan
turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1968.

14
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI,
menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba),
untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan
ideologi negara Pancasila.

Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan dengan
model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan sebelumnya, yaitusekitar 30 tahun,
tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto dari jabatan
Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan yang tidak stabil
dan krisis disegala aspeknya.

Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari
kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya
UUD 1945 (bagian Batang tubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan
kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,


khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan
antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan
terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila
di era Orde Baru.

Model Demokrasi pasca Reformasi yang telah dilaksanakan sejak beberapa tahun
terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kemampuannya untuk mengarah-kan
tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun lembaga-lembaga negara yang
utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dan lembaga-lembaga legislatif (DPR
dan DPD) telah terbentuk melalui pemilihan umum langsung yang memenuhi persyaratan
sebagai mekanisme demokrasi.

15
I. Demokrasi Dalam Sistem Negara Indonesia
1. Masa Republik Indonesia I (1945-1959): Masa Demokrasi Konstitusional
Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan di proklamirkan
dan kemudian di perkuat dalam Undang-undang Dasar 1949 dan 1950, ternyata kurang cocok
untuk Indonesia meskipun dapat berjalan secara memuaskan dalam beberapa Negara Asia lain.
Persatuan yang dapat di galang untuk selalu menghadapi musuh bersama menjadi kendor dan
tidak dapat di bina menjadi kekuatan-kekuatan konstruktif sesudah kemerdekaan tercapai.
Karena lemahnya benih-benih demokrasi system parlementer memberi peluang untuk dominasi
partai-partai politik dan Dewan perwakilan rakyat.

Undang-undang dasar 1950 menetapkan berlakunya system parlementer dimana badan


eksekutif yang terdiri atas Presiden sebagai kepala Negara konstitusional (constitutional head)
dan menteri-menterinya mempunyai tanggung jawab politik. Karena fragmentasi partai-partai
politik,setiap kabinet berdasarkan koalisi yang berkisar pada satu atau dua partai besar dengan
beberapa partai kecil. Koaliisi ternyata kurang mantap dan partai-partai dalam koalisi tidak
segan-segan untuk menarik dukungannya sewaktu-waktu,sehingga cabinet seringkali jatuh
karena keretakan dalam koalisi sendiri. Dengan demikian di timbulkan kesan bahwa partai-
partai dalam koalisi kurang dewasa dalam mengahdapi tanggung jawab mengenai permasalahan
pemerintahan. Di lain pihak, partai-partai dalam barisan oposisi tidak mampu berperan sebagai
oposisi yang konstruktif yang menyusun program-program alternatif,tetapi hanya menonjolkan
segi-segi negative dari tugas oposisi.

2. Masa Republik Indonesia II (1959-1965): Masa Demokrasi Terpimpin


Ciri-ciri periode ini ialah dominasi dari presiden,terbatasnya peranan partai
politik,berkembangnya pengaruh komunis,dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial-
politik.

Dekrit Presiden 5 Juli dapat di pandang sebagai suatu usaha utuk mencari jalan keluar
dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Undang-undang dasar
1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama sekurang-kurangnya
lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No III/ 1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai
presiden seumur hidup telah membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini (Undang-Undang
Dasar memungkinkan seorang presiden untuk di pilih kembali)yang di tentukan oleh Undang-
undang Dasar. Selain itu,banyak lagi tindakan yang menyimpang dari atau menyeleweng
terhadap ketentuan-ketentuan undang undang dasar. Misalnya dalam tahun 1960 Ir.soekarno
sebagai presiden membubarkan dewan perwakilan rakyat hasil pemilihan umum,padahal dalam
penjelasan UUD 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak mempunyai wewenang
untuk berbuat demikian.

16
Dewan perwakilan rakyat gotong royong yang mengganti dewan perwakilan rakyat
pilihan rakyat di tonjolkan perananya sebagai pembantu pemerintah,sedangakan fungsi kontrol di
tiadakan. Bahkan pimpinan dewan perwakilan rakyat di jadikan menteri dan dengan demikian di
tekankan fungsi mereka sebagai pembantu presiden,disamping fungsi sebagai wakil rakyat. Hal
terakhir ini mencerminkan telah di tinggalkannya doktrin Trias Politika.

Dalam rangka ini harus pula di lihat beberapa ketentuan lain yang memberi wewenang
kepada presiden sebagai badan eksekutif untuk campur tangan di bidang lain selain bidang
eksekutif. Misalnya , Presiden di beri wewenang untuk campur tangan di bidang Yudikatif
berdasarkan UUD No. 19/1964, dan di bidang legislatif berdasarkan peraturan presiden No.
14/1960 Dalam hal anggotan dewan perwakilan rakyat tidak mencapai mufakat.

Selain itu terjadi penyelewengan di bidang per undang-undangan di mana pelbagai


tindakan pemerintah di laksanakan melalui penetapan presiden (Penpres) yang memakai dekrik 5
Juli sebagai sumber hokum. Tambahan pula didirikan badan-badan ekstra konstitusional seperti
Front Nasional yang ternyata dipakai oleh pijhak komunis sebagai area kegiatan,sesuai dengan
taktik komunisme internasional yang menggariskan pembentukan front nasional sebagai
persiapan kearah terbentuknya demokrasi rakyat. Partai politik dan pers yang di anggap
menyimpang dari rel revolusi di tutup,tidak dibenarkan,dan di breidel,sedangkan politik mercu
suar di bidang hubungan luar negeri dan ekonomi dalam negeri telah menyebabkan keadaan
ekonomi menjadi bertambah suram. G 30 S/PKI telah mengakhiri periode ini membuka peluang
untuk dimulainya masa demokrasi Pancasila.

3. Masa Republik Indonesia III (1965-1998): Masa Demokrasi Pancasila


Landasan formal dari periode ini ialah Pancasila,UUD 1945, serta ketetapan MPRS.
Dalam usaha untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD yang telah terjadi dalam
masa demokrasi terpimpin telah di adakan sejumlah tindakan korektif. Ketetapan MPRS No.
III/1963 yang menetapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno telah dibatalkan dan
jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap 5 tahun. Ketetapan MPRS NO. XIX/1966
Telah menentukan di tinjaunya kembali produk-produk legislatif dari masa demokrasi terpimpin
dan atas dasar itu UU No. 19/1964 telah di ganti dengan suatu UU baru (No.14/1970) yang
menetapkan kembali ke asas kebebasan badan-badan pengadilan. Dewan perwakilan rakyat
gotong royong di beri beberapa hak kontrol di samping tetap mempunyai fungsi untuk membantu
pemerintah. Pemimpinnya tidak lagi mempunyai status materi. Begitu pula tata tertib dewan
perwakilan rakyat gotong royong yang baru telah meniadakan pasal yang memberi wewenang
kepada presiden untuk memutuskan permasalahan yang tidak dapat mencapai mufakat antara
anggota badan legislative. Golongan karya, di mana anggota ABRI memainkan peranan penting,
di beri landasan konstitusional yang lebih formal.

17
Selain itu beberapa hak asasi di usahakan supaya di selenggarakan lebih penuh dengan
memberi kebebsan lebih luas kepada pers untuk menyatakan pendapat dan kepada partai-partai
politik untuk bergerak Dan menyusun kekuatannya terutama menjelang pemilihan umum 1971 .
dengan demikian di harapkan terbinahnya partisipasi dengan golongan-golongan dalam
masyarakat di samping di adakan pembangunan ekonomi secara teratur serta terencana .

Perkembangan lebih lanjut pada masa republik Indonesia III (yang juga di sebut sebagai
orde baru yang menggantikan orde lama) menunjukkan peranan presiden yang semakin besar.
Secara lambat lain tercipta pemusatan kekuasaan ditangan presiden karena presiden Soeharto
telah menjelma sebagai seorang tokoh yang Paling dominan dalam stem politik Indonesia tidak
saja jabatanya sebagai presiden dalam system presidensial tetapi juga karena pengaruhnya yang
dominan dalam elit politik.

Keberhasilan pemipin penumpasan G 30 S/PKI dan kemudian membubarkan PKI dengan


menggunakan surat perintah 11 Maret (Super Semar) memberikan peluang yang besar kepada
Jendral Soeharto untuk tampil sebagai tokoh yang paling berpengaruh di Indonesia. Status ini
membuka peluang bagi Jenderal Soeharto untuk menjadi presiden berikutnya sebagai pengganti
presiden Soekarno.

4. Masa Republik Indonesia IV (1998 – sekarang): Masa Reformasi


Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi politik dan
demokratisasi di Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan kepada bangsa Indonesia
bahwa pelanggaran terhadap demokrasi membawa kehancuran bagi Negara dan penderitaan
rakyat. Oleh karena itu bangsa Indonesia bersepakat untuk sekali lagi melakukan demokratisasi,
yakni proses pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat terbentuk,
kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan pengawasan terhadap lembaga eksekutif dapat
dilakukan oleh lembaga wakil rakyat (DPR).

Presiden Habibie yang dilantik sebagai presiden yang akan memulai langkah-langkah
demokratisai dalam Orde Reformasi. Oleh karena itu, langkah yang dilakukan pemerintahan
Habibie adalah mempersiapkan pemilu dan melakukan beberapa langkah penting dalam
demokratisasi. UU politik yang meliputi UU Partai Politik, UU Pemilu, dan UU Susulan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD yang baru disahkan pada awal 1999. UU politik ini jauh lebih
demokratis dibandingkan dengan UU politik sebelumnya sehingga pemilu 1999 menjadi pemilu
yang demokratis yang diakui oleh dunia internasional. Pada masa pemerintahan Habibie juga
terjadi demokratisasi yang tidak kalah pentingnya, yaitu penghapusan dwifungsi ABRI sehingga
fungsi sosial-politik ABRI (sekarang TNI atau Tentara Nasional Indonesia) dihilangkan. Fungsi
pertahanan menjadi fungsi satu-satunya yang dimiliki TNI semenjak reformasi internal TNI
tersebut.

18
Langkah terobosan yang dilakukan dalam proses demokratisasi adalah amandemen UUD
1945 yang dilakukan oleh MPR hasil Pemilu 1999 dalam empat tahap selama empat tahun
(1999-2002). Beberapa perubahan penting dilakukan terhadap UUD 1945 agar UUD 1945
mampu menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Pemeran DPR sebagai lembaga legislative
diperkuat, semua anggota DPR dipilih dalam pemilu, pengawasan terhadap presiden lebih
diperketat, dan hak asasi manusia memperoleh jaminan yang semakin kuat. Amandemen UUD
1945 juga memperkenalkan pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden secara
langsung (pilpres). Pilpres pertama dilakukan pada tahun 2004 setelah pemilihan umum untuk
lembaga legislative.

Langkah demokratisasi berikutnya adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah
secara langsung (pilkada) yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. UU ini mengharuskan semua kepala daerah di seluruh Indonesia dipilih melalui pilkada
melalui pertengahan 2005. Semenjak itu, semua kepala daerah yang telah habis masa jabatannya
harus dipilih melalui pilkada. Pilkada bertujuan untuk menjadikan pemerintah daerah lebih
demokratis dengan diberikan hak bagi rakyat untuk menentukan kepala daerah. Hal ini tentu saja
berbeda dengan pemilihan kepala daerah sebelumnya yang bersifat tidak langsung karena dipilih
oleh DPRD.

Pelaksanaan pemilu legislative dan pemilihan presiden pada tahun 2004 merupakan
tonggak sejarah politik penting dalam sejarah politik Indonesia modern karena terpilihnya
anggota-anggota DPR, DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dan DPRD telah menuntaskan
demokratisasi di bidang lembaga-lembaga politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa
demokratisasi telah berhasil membentuk pemerintah Indonesia yang demokratis karena nilai-nilai
demokrasi yang penting telah ditetapkan melalui pelaksanaan peraturan perundangan melalui
dari UUD 1945. Memang benar bahwa demokratisasi adalah proses tanpa akhir karena
demokrasi adalah sebuah kondisi yang tidak pernah terwujud secara tuntas. Namun dengan
adanya perubahan-perubahan tadi, demokrasi di Indonesia telah mempunyai dasar yang kuat
untuk berkembang.

J. Prospek Demokrasi Di Indonesia


Setelah mengungkapkan perkembangan demokrasi di Indonesia yang di bagi dalam tiga
periode, maka pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana prospek demokrasi
Indonesia di masa yang akan datang?

Harold Crough mengungkapkan pesimisme yang kuat, akan tetapi Afan Gaffar
mempunyai keyakinan yang sebaliknya yaitu demokrasi akan dapat ditingkatkan kualitas
pelaksanaannyadengan alasan selama dua dasawarsa terakhir ini, masyarakat Indonesia telah
mengalami transformasi sosial yang sangat fundamental (Gaffar, 2002: 41).

19
Proses transformasi sosial ini merupakan produk dari pembangunan nasional yang
berlangsung selama lima Pelita. Tidak dapat disangkal, bahwa pembangunan nasional telah
membawa hasil positif di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekalipun dengan
tingkat distribusi yang masih belum baik. Hal ini dapat kita lihat dari meningkatnya pendapatan
perkapita yang sudah mencapai sekitar 75%, urbanisasi yang semakin menampakan dirinya serta
semakin banyaknya masyarakat yang diekspos media masa.

Satu hal lagi yang jelas adalah peningkatan proporsi orang yang telah mengalami
peningkatan kemampuan politik. Hal ini dapat kita lihat dari besarnya jumlah pemilih muda yang
semakin bertambah pada setiap pemilu. Mereka adalah generasi baru yang mempunyai
pengalaman politik yang berbeda, yang mengalami sosialisasi atau pendidikan politik yang
kemudian memiliki aspirasi dan tuntutan politik yang berbeda pula dari generasi-generasi
sebelumnya.

20
K. Contoh Kasus Demokrasi
Kasus Ahok Hingga Aksi Demonstrasi Sebagai Salah Satu Wujud Demokrasi

Aksi 4 November lalu yang melibatkan ratusan ribu muslim, sedikit banyak telah
mempengaruhi proses hukum kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok. Aksi ini dianggap sebagai salah satu bentuk ekspresi demokrasi masyarakat
dan sudah sepatutnya untuk dihargai dan diperhatikan serta dilaksanakan tanpa adanya
anarkisme antar pendemo. Seperti yang dikatakan oleh Ketua Bidang Keadilan dan
Perdamaian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Henrik Lokra, – Itu ekspresi
demokrasi, itu harus diberi ruang, tapi tidak anarkis – Jadi, ekspresi para peserta aksi biar
bagaimanapun juga harus dihargai oleh semua pihak.

Semua orang di negeri ini harus diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya.
Aksi ini juga dipandang sebagai wujud demokratis yang luar biasa, dalam aksi ini setiap orang
diberi hak untuk mengutarakan pendapatnya. Dan ini merupakan bentuk kematangan demokrasi
Indonesia. (Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan dan Perdamaian Konferensi Waligereja
Indonesia (KWI), Romo PC Siswantoko)

Kasus ahok dan aksi demonstrasi ini juga sangat erat kaitannya dengan isu politik yang
memang sedang berhembus kencang di kalangan masyarakat DKI Jakarta yang memang akan
melangsungkan Pemilihan Umum Cagub dan Cawagub baru. Banyak yang mengira aksi ormas
Islam itu tak Luput dari hembusan angin politik di belakangnya. Namun kalangan ormas selalu
menepis pendapat itu. dengan tegas mereka mengklaim bahwa aksi yang mereka lakukan tidak
ada sangkut pautnya dengan politik, apalagi dengan Pilkada DKI Jakarta.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembahasan tengtang demokrasi menghadapkan kita pada suatu kompleksitas
permasalahan yang klasik, fundamental namun tetap aktual. Demokrasi adalah bentuk
pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum, karena Demokrasi sangat erat kaitannya dengan
politik dan hukum.
2. Macam-macam demokrasi yaitu demokrasi dengan menyatakan pendapat dan juga
demokrasi sistem presidensial
3. Prinsip-prinsip demokrasi yaitu prinsip budaya demokrasi,prinsip demokrasi yang
universal dan prinsip demokrasi pancasila
4. Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu
tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia.
5. Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikatmanusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang
sama dalam hubungan sosial
6. Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya sistem demokrasi, maka harus ada pola
perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai demokrasi yang diyakini
masyarakat,seperti kesadaran akan puralisme
7. Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang dibuat
berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan lebih mudah diwujudkan.
Tata cara pelaksanaan demokrasi Pancasila dilandaskan atas mekanisme konstitusional
karena penyelenggaraan pemeritah Negara Republik Indonesia berdasarkan konstitusi.
8. Harold Crough mengungkapkan pesimisme yang kuat, akan tetapi Afan Gaffar
mempunyai keyakinan yang sebaliknya yaitu demokrasi akan dapat ditingkatkan kualitas
pelaksanaannyadengan alasan selama dua dasawarsa terakhir ini, masyarakat Indonesia
telah mengalami transformasi sosial yang sangat fundamental (Gaffar, 2002: 41).

22
B. Saran
Indonesia telah melewati berbagai jenis bentuk demokrasi, mulai dari Demokrasi
Parlementer, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi pada Pemerintahan Orde Baru. Untuk
sekarang demokrasi yang sedang berjalan di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila Era
Reformasi yang dimulai sejak runtuhnya pemerintahan Orde Baru hingga sekarang.

Dari panjangnya perjalanan Indonesia dalam melewati berbagai jenis demokrasi ini,
sudah sepatutnya kita sebagai Warga Negara Indonesia mampu bersikap bijak akan demokrasi
dan mampu menjalankan demokrasi dengan semestinya, baik dilingkungan yang paling kecil
yaitu keluarga sampai lingkungan yang paling besar yaitu pemerintahan.

Mengutip dari pendapat Harold Crough yang mengungkapkan pesimisme yang kuat akan
Demokrasi dimasa yang akan datang, maupun pendapat Afan Gaffar yang mempunyai keyakinan
yang sebaliknya. Kita hanya harus percaya bahwa Demokrasi adalah pilihan yang terbaik untuk
kita dan Negara Indonesia kita tercinta. Sebagai Warga Negara yang baik, kita harus pandai
memilah cara mengekspresikan demokrasi, yaitu dengan mengekspresikan suatu demokrasi
dengan cara yang baik, tanpa adanya anarkisme, isu SARA dan tujuan-tujuan lain yang dapat
meruntuhkan negara Indonesia. Hancur tidaknya suatu negara ada di tangan rakyatnya. Maka
dari itu kita harus siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi dimasa
mendatang dan senantiasa selalu melakukan yang terbaik untuk Indonesia

23
DAFTAR PUSTAKA

Afan, Gaffar. 2002. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budimansyah, D. & Sudirwo, D. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi.


Bandung: C.V. Randu Alas.

Rahayu, A. S. 2013. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta: Bumi Aksara.

Rais, Amien, M.1995. Moralitas Politik Muhammadiyah. Yogyakarta: Dinamika

Sanusi, Anwar. 2006. Jalan Kebahagiaan. Jakarta. Gema Insani.

Siswomihardjo, K., W., 2002. Reposisi/Orientasi Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan


Menghadapi Tantangan Abad XXI.Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai