KEFARMASIAN
DI PUSKESMAS DAN RUMAH
SAKIT
Dasar Hukum :
Pemilihan
Pendistribusian Pendistribusian
Rekonsiliasi obat
EPO EPO
PKOD
PENJAMINAN MUTU KEFARMASIAN
DI PUSKESMAS
• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
Pasal 7
Dalam menyelenggarakan sebagaimana ungsi nya, Puskesmas berwenang untuk:
a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,berkesinambungan dan bermutu;
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upayapromotif dan preventif;
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi padaindividu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
Pasal 17
(1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
Pasal 5
(1) Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, harus dilakukan pengendalian mutu Pelayananan Kefarmasian
meliputi: a. monitoring; dan b. evaluasi.
BAB V PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN)
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah
terjadinya kesalahan pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan
pasien (patient safety).
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan:
1. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, ketersediaan dana, dan Standar Prosedur Operasional.
2. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama.
3. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan tingkat pendidikan masyarakat.
Pendahuluan
Penjaminan mutu
Puskesmas
Penjaminan mutu :
Tujuan Dari Penjaminan Mutu
di Puskesmas:
kegiatan pemantauan dan 1. meningkatkan mutu pelayanan
penilaian terhadap pelayanan kefarmasian;
yang diberikan, secara 2. menjamin kepastian hukum
terencana dan sistematis, bagi tenaga kefarmasian; dan
sehingga dapat diidentifikasi 3. melindungi pasien dan
peluang untuk peningkatan mutu Permenkes RI No. 30
masyarakat dari penggunaan
serta menyediakan mekanisme Tahun 2014, &
Obat yang tidak rasional dalam
tindakan yang diambil Permenkes RI No. 74 rangka keselamatan pasien
Th 2016 Tentang (patient safety)
Standar Kefarmasian di
Puskesmas
Pengendalian Mutu Pelayanan
Kefarmasian
• Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan
kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait Obat
atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau
kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang
bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).
Pengendalian Mutu Pelayanan
Kefarmasian
Perencanaan menyusun rencana kerja dan cara monitoring
dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai standar
Pelaksanaan :
1) Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja)
2) Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian
Meliputi Meliputi
. Pencatatan, pelaporan , • Perencanaan
pengarsipan • Permintaan
. Pemantauan dan
• Penerimaan
Evaluasi
Penjaminan
Mutu • Penyimpanan
• Pelayananan klinik
• Pemusnahan
• Penjaminan mutu SDM
• Pendistribusian
dan Sarana Prasarana
• Pengendalian
1. Perencanaan obat dan BMHP
Definisi
Perencanaan
Pedoman
Perencanaan perencanaan
merupakan proses Tahap
kegiatan seleksi Obat - mempertimbangkan
dan Bahan Medis pola penyakit, pola
perencanaan
Habis Pakai untuk konsumsi Obat Dillakukan secara
menentukan jenis dan periode sebelumnya, bootm-up
jumlah Obat dalam data mutasi Obat,
rangka pemenuhan 1. Data LPLPO dari
dan rencana
kebutuhan Puskesmas. pengembangan.
puskesmas
mengacu pada 2. Kompilasi dan
Daftar Obat Esensial analisa oleh
Nasional (DOEN) dan instalasii farmasi
Formularium Nasional kabupaten/kota
Prosedur Kerja
4. Tahap
Proyeksi
3. Tahap Kebutuhan
Perhitungan Perbekalan
Kebutuhan Kesehatan
2. Tahap Obat
Kompilasi
Pemakaian
Obat
1. Tahap
pemilihan
obat
Contoh Tahap Kompilasi Obat dari Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Lembar kerja Perencanaan Pengadaan Obat
2. Permintaan Obat dan BMHP
Definisi
3. Penerimaan Obat dan BMHP
Merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat dan bahan medis habis
pakai dari instalasi farmasi kabupaten / kota sesuai dengan permintaan
yang telah diajukan
PERMENKES RI N0.30 tahun 2014
Penerimaan obat dan BMHP Kadaluarsa minimal obat yang diterima
disesuaikan dengan periode pengelolaan
di puskesmas + satu bulan
Semua petugas
Pertimbangan Penyimpanan :
a. bentuk dan jenis sediaan;
b. stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban);
c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar; dan
d. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
Ketentuan
Penyimpanan
1 2 3
Komponen proses penyimpanan :
1. Disimpan berdasarkan Adanya Pemisahan pada 1. Obat & Bahan Kimia u/
mempesia[kan obat diberi
Kelas Terapi , Bentuk sediaan & alat kesehatan label yg jelas
Sediaan dan Jenis nya yg harus disimpan terpisah 2. Elektrolit Kons tinggi
2. Disusun Secara disimpan pada unit perawatan
pasien
Alfabetis 1. Bahan yg mudah 3. Sediaan farmasi & Alat
3. Menggunakan Prinsip terbakar kesehatan yg dibawa pasien
FEFO dan FIFO 2. Gas Medis harus disimpan scr kusus &
dapat diidentifikasi
5. Pendistribusian Obat dan dan BMHP
merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai secara
merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit
farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Pendistrbusian Dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
perbekalan farmasi Obat sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sistem Kombinasi
6. Pengendalian Obat dan BMHP
Suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan
kesehatan dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian persediaan
Pengendalian
Obat terdiri
dari : Pengendalian penggunaan
Definisi :
pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan Outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety)
sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. Selain itu juga untuk memberikan informasi secara
akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Penjaminan Mutu Pelayanan Farmasi Klinik
3 Konseling
3
4
Ronde / Visite Pasien ( rawat inap)
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
seleksi persyaratan administrasi, persyaratan Apoteker untuk memberikan informasi
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk secara akurat, jelas dan terkini kepada
pasien rawat inap maupun rawat jalan. dokter, apoteker, perawat, profesi
Meliputi persyaratan administrasi, persyaratan kesehatan lainnya dan pasien. Faktor-
farmasetik, dan persyaratan klinik. faktor yang perlu diperhatikan: Sumber
informasi Obat, Tempat, Tenaga, dan
Perlengkapan.
Formulir Pelayanan Informasi Obat
3. Konseling 4. Ronde / Visite (Rawat Inap)
Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
Suatu proses untuk mengidentifikasi dan dilakukan secara mandiri atau bersama tim
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Kegiatan yang
dan rawat inap, serta keluarga pasien. Faktor dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan,
yang perlu diperhatikan: Kriteria pasien, Sarana pembuatan dokumentasi dan rekomendasi.
dan prasarana Setelah dilakukan konseling, Kegiatan visite mandiri: Untuk Pasien Baru,
pasien yang memiliki kemungkinan mendapat untuk pasien lama dengan instruksi baru, untuk
risiko masalah terkait Obat perlu dilakukan semua pasien. Perlu juga dilakukan pelayanan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan
keberhasilan terapi Obat. kemandirian pasien dalam penggunaan Obat
sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.
Formulir konsenling Obat Pasien
Pelayanan Home Care
(Apabila memiliki kemungkinan resiko
Dokumentasi konseling
masalah terkait penggunaan obat)
Formulir Home Care SOP (Pasien Rawat Inap)
Formulir Pelaporan ESO
5. Pemantauan dan Pelaporan Efek
Samping Obat 6. Pemantauan Terapi Obat
Proses yang memastikan bahwa seorang
Kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif,
Obat yang merugikan atau tidak diharapkan
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
meminimalkan efek samping. Kegiatan: memilih
pada manusia untuk tujuan profilaksis,
pasien yang memenuhi kriteria, membuat
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
catatan awal, memperkenalkan diri pada
fisiologis. Kegiatannya yaitu menganalisis
pasien, memberikan penjelasan pada pasien,
laporan efek samping Obat, mengidentifikasi
mengambil data yang dibutuhkan, melakukan
Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
evaluasi, dan memberikan rekomendasi.
mengalami efek samping Obat, mengisi formulir
Monitoring Efek Samping Obat (MESO), dan
melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping
Obat Nasional.
SOP Pelaporan Efek Samping Obat
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Rumah sakit wajib melakukan akreditasi dalam upayanya meningkatkan mutu pelayanan secara berkala. Akreditasi rumah sakit
adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit dan wajib dilakukan setiap 3 (tiga) tahun
sekali. Hal ini tercantum dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal, 40 ayat 1, menyatakan bahwa,
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali.
Akreditasi wajib bagi semua rumah sakit baik rumah sakit publik/pemerintah maupun rumah sakit privat/swasta /BUMN.
Tujuan akreditasi rumah sakit menurut Permenkes No.12 tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit pasal 2 yaitu akreditasi rumah sakit bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, meningkatkan keselamatan pasien
rumah sakit, meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi dan mendukung program
Pemerintah di bidang kesehatan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
Pasal 11
Indikator mutu Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit meliputi:
a. perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik;
b. perbaikan kualitas penggunaan antibiotik;
c. perbaikan pola kepekaan antibiotik dan penurunan pola resistensi antimikroba;
d. penurunan angka kejadian infeksi di rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba multiresisten; dan
e. peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin, melalui forum kajian kasus infeksi terintegrasi.
PFT
(Panitia Farmasi dan Terapi)
Prosedur Penyusunan Formularium
B.1. PFT membuat format atau bentuk formularium, menentukan
jumlah kelas terapi dan jumlah item obat
B.2. Membuat formulir usulan obat dan membagikan kesemua dokter
B.3. Mengumpulkan kembali formulir usulan obat dan melakukan
tabulasi sesuai kelas terapi.
B.4. Menetapkan obat yang dapat dimasukkan kedalam formularium
berdasarkan manfaat, harga dan usulan tertentu.
B.5. Mengusulkan pemberlakuan formularium Rumah Sakit ke Direktur
B.6. Direktur menetapkan pemberlakuan formularium Rumah Sakit
berdasarkan Surat Keputusan Direktur.
B.7. Melakukan sosialisasi tentang formularium secara berkala pada
semua dokter.
B.8. Formularium berlaku selama dua tahun
B.9. Dalam kurun waktu dua tahun PFT melakukan evaluasi dan revisi
formularium.
Pada dasarnya produk obat yang tertera dalam
formularium harus relevan dengan pola penyakit
di suatu rumah sakit. Oleh karena itu pembuatan
formularium harus berdasarkan pada pengkajian
populasi penyakit penderita, gejala, dan
penyebab dan kemudian ditentukan golongan
farmakologi obat yang diperlukan.
Menulis
dalam
bentuk
kalimat
perintah
Menggunakan
Mengkomunikasikan
istilah atau
dengan jelas setiap
singkatan
kata yg digunakan
umum
pada suatu prosedure
Menuliskan
dengan kalimat
yang pendek
Prinsip Dalam Penulisan SOP
1. Tetapkan, telaah kebijakan yang mendasari suatu
prosedur/proses kerja.
2. Pertimbangkan prosedur merupakan suatu prosedur
menyeluruh atau terdiri dari kumpulan beberapa prosedur
yang lebih kecil (terutama bila prosedur tersebut cukup
panjang, dipecah-pecah, misalnya: Tahap Persiapan, Tahan
Kegiatan Awal, Tahap Akhir, Tahap Evaluasi, dsb).
3. Kapan SOP dibuat, sedapatnya sebelum sesuatu proses kerja
baru dilaksanakan.
4. Cari literatur dan informasi lain yang terkait yang mendukung
prosedur tersebut.
5. Cari masukan dari staf/petugas terkait agar tidak bersifat
terlalu otoriter
Prinsip Dalam Penulisan SOP
harga yang
harus dibayar
Siklus Pengadaan Obat
Siklus pengadaan obat mecakup
pemilihan
Pembayaran Penyimpanan
kebutuhan
pengumpulan
pemilihan pemantauan
informasi
metode status
penggunaan
pengadaan pemesanan
obat
penetapan atau
penetapan masa
pemilihan
kontrak
pemasok
Jenis Pengadaan Obat di RS
• Berdasarkan dari
1 pengadaan barang
• Berdasarkan sifat
2 penggunaannya
• Berdasarkan waktu
3 pengadaan
Jenis Pengadaan Obat di RS
Bahan baku
misalnya : bahan antibiotika untuk pembuatan salep
Bahan pembantu
misalnya : Saccharum lactis untuk pembuatan racikan puyer
Komponen jadi
misalnya : kapsul gelatin
Bahan jadi
misalnya : bukan kapsul antibiotika, cairan infus
Jenis Pengadaan Obat di RS
• Berdasarkan waktu
3 pengadaan
Pembelian Sumbangan
Produksi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai antara lain:
2. Kondisi Penyimpanan
a) Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
1) Lemari/rak yang rapi dan terlindung
dari debu, kelembaban dan cahaya
yang berlebihan
2) Lantai dilengkapi dengan palet
3) Lori dorong
4) Hand palet track berfungsi untuk
mengangkut dan memindahkan obat
Prosedur Sarana Penyimpanan
Menurut Dirjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan (2010)
2. Kondisi Penyimpanan
a) Peralatan Penyimpanan Kondisi Khusus :
1. Simpan obat ditempat yang kering
2. Wadah harus tertutup rapat
3. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
4. Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi
secara berkala
5. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat
psikotropika
6. Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan
pembuangan limbah sitotoksik dan obat berbahaya
harus dibuat secara khusus untuk menjamin keamanan
petugas, pasien dan pengunjung
Penyusunan Obat
Wakil: Kepala
Subdin Farmasi
Tim
Ketua: Kepala
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
kabupaten/kota
Wakil: Kepala
Subdin/Bidang
Farmasi
kriteria obat/perbekalan kesehatan yang akan
dimusnahkan
Rusak
karena
Label yang
Rusak akibat terputusnya
tidak jelas
Kadaluwarsa/ perubahan Tidak rantai dingin
atau bahasa
Expired; warna/bentuk tersegel lagi (contoh :
yang tidak
. vaksin,
dimengerti
insulin,
hormon)
Proses Pemusnahan
Penetapan
Pemilahan Pengumpulan Pencatatan Pelaporan Tekhnik Pemusnahan
Pemusnahan
PELAYANAN
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/MenKes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan
farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat
yang bermutu, penyediaan Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang bermutu termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat (Depkes RI, 2004).
Pelayanan Kefarmasian (Fungsional) :
Pengkajian dan pelayanan Resep
Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat
KEPUASAN
ASPEK KLINIS
PASIEN
ASPEK
Aspek Penilaian Kepuasan Pasien
Hubungan
Pasien Kompetensi
dengan Teknis
Petugas Petugas
Rumah Sakit
Kenyamanan Biaya
ASPEK
Evaluasi dilakukan secara berkala karena mengingat kualitas dari
rumah sakit akan menentukan nasib rumah sakit tersebut. Dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
496/MENKES/SK/IV/2005 Tentang pedoman audit medis rumah
sakit,bahwa setiap rumah sakit wajib melakukan audit yang telah
ditetapkan agar tercapainya pelayanan medis prima di Rumah Sakit.
Terima Kasih
?