Anda di halaman 1dari 38

“ FISIOLOGI PERSALINAN DAN PERUBAHAN FISIOLOGIS

SERTA PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN“

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan

Pembimbing :
Dra. Henny Novita, S.ST, MA.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 1 ( Kelas 2B )

Aulia Aushariyah R. P17124018045

Neng Kusmiati P17124018062

Ririn Murniasih P17124018070

Salsabila Firdausa T P17124018074

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 1

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kami panjatkan puji dan syukur atas Kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “ FISIOLOGI PERSALINAN DAN
PERUBAHAN FISIOLOGIS SERTA PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN “
Makalah ini kami susun dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga memperlancar kami dalam menyusun makalah. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam bentuk apapun untuk menyelesaikan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah “ FISIOLOGI PERSALINAN
DAN PERUBAHAN FISIOLOGIS SERTA PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN
” ini dapat memberikan manfaat maupn inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 19 Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persalinan....................................................................................3
2.2 Sebab – Sebab Mulanya Persalinan.............................................................4
2.3 Tanda Tanda Persalinan...............................................................................5
2.4 Tahapan Persalinan.......................................................................................7
2.5 Tujuan Asuhan Persalinan..........................................................................12
2.6 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Dalam Persalinan Kala I...............13
2.7 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Dalam Persalinan Kala II..............17
2.8 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Dalam Persalinan Kala III............23
2.9 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Dalam Persalinan Kala IV............26

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................31
3.2 Saran............................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangn ibu,
khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan banyinya mengalami
kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya menyebabakan meningkatkan
angka kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir
dengan asuhan persalinan. Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV
memegang kendali penting pada ibu selama persalinan karena dapat
membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih
yakin untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan
dan ketidaknormalan dalam proses persalinan.

Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun psikolgis.
Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong
persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau
penolong persalinan. Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis
selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan
membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan
normal.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksud persalinan ?
2) Apakah saja sebab – sebab mulanya persalinan ?
3) Apa saja tahapan persalinan ?
4) Apa saja tujuan dilakukannya asuhan persalinan ?
5) Apa saja tanda – tanda persalinan ?
6) Apa saja perubahan fisiologis dan psikologis dalam persalinan kala I ?
7) Apa saja perubahan fisiologis dan psikologis dalam persalinan kala II ?
8) Apa saja perubahan fisiologis dan psikologis dalam persalinan kala II ?

1
9) Apa saja perubahan fisiologis dan psikologis dalam persalinan kala IV ?

1.3 Tujuan
1) Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan
2) Untuk mengetahui pengertian dari persalinan
3) Untuk mengetahui sebab – sebab mulanya persalinan
4) Untuk mengetahui tahapan persalinan
5) Untuk mengetahui tujuan dilakukannya asuhan persalinan
6) Untuk mengetahui tanda – tanda persalinan
7) Untuk mengetahui perubahan fisiologis dan psikologis dalam persalinan
kala I
8) Untuk mengetahui perubahan fisiologis dan psikologis dalam persalinan
kala II
9) Untuk mengetahui perubahan fisiologis dan psikologis dalam persalinan
kala III
10) Untuk mengetahui perubahan fisiologis dan psikologis dalam persalinan
kala IV

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Persalinan


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses yang mana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. ( Sarwono, 2008 )
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan ari )
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan ( Manuaba,1998 )
Persalinan Normal adalah Proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin ( Syaifudin, 2002 )
Persalinan adalah kontraksi uterus yag teratur yang menyebabkan
dilatasi serviks sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. ( Heffne, 2006 )
Persalinan Normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian
secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan
pembukaan untuk mengeluarkan bayi. (Asuhan persalinan normal.2008)
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seseorang
pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan
adalah Proses yang Normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun
demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada
sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang
proses melahirkan. ( APN revisi tahun 2010 )
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
persalinan adalah proses pengeluaran ( kelahiran ) hasil konsepsi yang dapat
hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat
dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi
letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat alat atau

3
pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

2.2. Sebab – Sebab Mulanya Persalinan ( Sondakh, Jenny J. S. 2013 )


A. Teori Penurunan Progesteron
Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira kira 1-2
minggu sebelum persalinan dimulai. ( Prawiroharjo, 2007 )
Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan
menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya, tetapi terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:
1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi
2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah
otot otot yang saling bertautan
3) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks, yaitu
pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya
berupa muara melingkar di tepi hampir setipis kertas
4) Peritoneum yang berada di atas fundus mengalami peregangan
B. Teori Keregangan
Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami penegangan
akan mengakibatkan otot – otot uterus mengalami iskemia sehingga
mungkin dapat menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta mengalami
degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada
selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan
saluran serviks.
C. Teori Oksitosin Interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya
perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat
mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan
terjadinya kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar

4
progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan
aktivitas oksitosin meningkat.
D. Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta
mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar
esterogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh
darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.
E. Teori distensi rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan merenggang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat di mulai. Contohnya pada kehamilan gamely,
sering terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda,
sehingga kadang kehamilan gamely mengalami persalinan yang lebih
dini.
F. Teori prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah
satu penyebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukan
bahwa Prostagladin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini
juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam
air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan
atau selama proses persalinan. Pemberian prostaglandin pada saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan.
Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan. 

2.3. Tanda Tanda Persalinan ( Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2010 )
A. Tanda bahwa persalinan sudah dekat
1) Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan
fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul.
Penyebab dari proses ini adalah sebagai berikut :

5
a) Kontraksi Braxton Hicks
b) Ketegangan dinding perut
c) Ketegangan ligamentum rotundum
d) Gaya berat janin, kepala ke arah bawah uterus
Masuknya kepala janin ke dalam panggul dapat dirasakan oleh
wanita hamil dengan tanda – tanda sebagai berikut :
a) Terasa ringan di bagian atas dan sesak berkurang
b) Di bagian bawah terasa penuh dan mengganjal
c) Kesulitan saat berjalan
d) Sering berkemih
Gambaran lightening pada primigravida menunjukan hubungan
normal antara ketiga P, yaitu Power ( his ); Pasage ( jalan lahir ); dan
Passenger ( bayi dan plasenta ). Pada multipara gambarannya menjadi
tidak sejelas pada primigravida, karena masuknya kepala janin ke
dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.
2) Terjadinya HIS permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton Hicks yang
kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan.
Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit di pinggang dan terasa
sangat mengganggu, terutama pada pasien dengan ambang rasa sakit
yang rendah. Adanya perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat
menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi
atau his permulaan. His permulaan ini sering diistilahkan sebagai his
palsu dengan ciri ciri sebagai berikut:
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
b) Datang tidak teratur
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda tanda
kemajuan persalinan
d) Durasi pendek
e) Tidak bertambah bila beraktivitas

6
B. Tanda masuk dalam persalinan ( inpartu )
1) Terjadinya his persalinan
Karakteristik dari his persalinan:
a) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan
b) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
c) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan
maka kekuatannya bertambah
2) Pengeluaran lendir dan darah
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan:
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis terlepas
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh pecah
3) Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban. Jika kebetulan sudah pecah, maka ditargetkan persalinan
dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai,
maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu misalnya
ekstraksi vakum atau sectio caesaria.

2.4. Tahapan Persalinan ( Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2010 )


A. Kala I ( Pembukaan )
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi secara teratur minimal 2 kali
dalam 10 menit selama 40 detik.
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan
0-10 cm ( pembukaan lengkap ). Proses ini terbagi menjadi dua fase
yaitu, Fase laten dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif
( 7 jam ) dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat

7
dan sering terjadi selama fase aktif. Fase aktif di bagi menjadi 3 fase
lagi yaitu :
1) Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4
cm
2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturient ( ibu yang sedang bersalin ) masih dapat berjalan
jalan.
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kurve Friedman,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan
multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan. Berikut adalah Faktor-faktor
pembukaan serviks :
1) Otot otot serviks menarik pada pinggir ostium dan membesarkannya
2) Waktu kontraksi, segmen bawah rahim dan serviks diregangkan oleh
isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan
pada serviks
3) Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang terdapat di atas karnalis
servikalis adalah yang disebut ketuban, menonjol kedalam kanalis
servikalis dan membukanya.
Dalam beberapa buku, proses membukanya serviks disebut dengan
berbagai istilah yaitu melembek ( softhening ), menipis ( thinned out ),
obliterasi atau pendataran ( obliterated ), mendatar dan tertarik keatas
( effaced and taken up ) dan membuka ( dilatation ).

8
B. Kala II ( Pengeluaran Bayi )
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir. uterus dengan kekuatan hisnya di tambah
kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam Pada Primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegangkan dengan
melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6
cm.
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut.
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100
detik.
2) Menjelang akhir kala I,ketuban pecah yang di tandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan meneran karena tertekan fleksus frankerhauser
4) Dua kekuatan,yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala kepada punggung
6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi di
tolong dengan jalan berikut :

9
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
b. Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi.
c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30
menit

C. Kala
III
( Pele
pasan Plasenta )
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi
uterus berhenti sekitar 5-10 menit.dengan lahirnya bayi dan proses
retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda tanda
sebagai berikut:
1) Uterus menjadi berbentuk bundar
2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilkepas ke segmen bawah
rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang
4) Terjadi pendarahan.

10
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede
pada fundus uterus. Sebab sebab terlepasnya plasenta adalah :
1) Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir
maka uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan
rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun sedikit di
bawah pusat, Karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat
perlekatan plasenta juga sangat mengcil, plasenta harus mengikuti
proses pengecilan ini hingga tebalnya menjadi dua kali lipat dari
pada permulaan persalinan,dan Karen apengecilan tempat
perlekatannya menjadi berlipat-lipat pada bagian yang terlepas dari
dinding rahim karena tidak dapat mengikuti pengecilan dari
dasarnya. jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan plasenta
ialah retraksi dan kontraksi uterus setelah anak lahir.
2) Ditempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua
basalis terjadi perdarahan, karena hematom ini membesar maka
seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom tersebut
sehingga daerah pelepasan meluas.

D. Kala IV
Kala IV mulai dari pelepasan selama 1-2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan. Paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. observasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

11
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Pemeriksaan tanda tanda Vital : Tekanan darah, nadi, dan pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadi pendarahan, perdarahan masih dianggap normal apabila
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

2.5. Tujuan Asuhan Persalinan


Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi
terutama pendarahan pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru
lahir.
Tujuan asuhan kehamilan normal, yaitu mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehinggan prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat optimal. (Prawirohardjo, 2008)
Tujuan lain dari asuhan persalinan adalah:
1) Meningkatkan sikap positis terhadap keramahan dan keamanan dalam
memberikan pelayanan persalinan normal dan penanganan awal penyulit
beserta rujukannya.
2) Memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan persalinan normal
dan penanganan awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas dan
sesuai dengan prosedur standard.
3) Mengidentifikasi praktik-praktik terbaik bagi penatalaksanaan persalinan
dan kelahiran:
a. Penolong yang terampil
b. Kesiapan menghadapi persalinan, kelahiran, dan kemungkinan
komplikasinya
c. Partograf
d. Episiotomy terbatas hanya atas indikasi

12
e. Mengidenfikasi tindakan-tindakan yang merugikan dengan maksud
menghilangkan tindakan tersebut

2.6. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Dalam Persalinan Kala I


A. Perubahan fisiologis kala I
1) Perubahan pada uterus
Terdapat 4 perubahan fisiologis pada kontraksi uterus yaitu :
a) Fundal dominan
Kontraksi berawal dari fundus pada salah satu kornu, kemudian
menyebar ke samping dan ke bawah. Kontraksi terbesar dan
terlama adalah di bagian fundus. Namun pada puncak kontraksi
dapat mencapa seluruh bagian uterus.

13
b) Kontraksi dan retraksi Pada awal persalinan kontraksi uterus
berlangsung setiap 15-20 menit selama 30 detik dan diakhir kala 1

setiap 2-3 menit selama 50-60 detik dengan intensitas yang sangat
kuat. Pada segmen atas rahim tidak berelaksasi sampai kembali ke
panjang aslinya setelah kontraksi namun relative menetap pada
panjang yang lebih pendek. Hal ini disebut retraksi.

c) Polaritas
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan keselarasan saraf-
saraf otot yang berada pada dua kutub atau segmen uterus ketika

14
berkontraksi. Ketika segmen atas uterus berkontraksi dengan kuat
dan beretraksi maka segmen bawah uterus hanya berkontraksi
sedikit dan membuka
d) Differensiasi atau perbedaan kontraksi uterus
Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi dua bagian yang
berbeda. Segmen atas uterus yang berkontraksi secara aktif menjadi
lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen bawah uterus dan servik
relative pasif dibanding dengan segmen atas dan bagian ini
berkembang menjadi jalan yang berdinding jauh lebih tipis untuk
janin. Cincin retraksi terbentuk pada persambungan segmen bawah
dan atas uterus. Segmen bawah rahim terbentuk secara bertahap
ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada
saat persalinan.

15
2) Perubahan pada serviks
Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik
a) Pendataran servik disebut juga penipisan servik
Pemendekan saluran servik dari 2 cm menjadi hanya berupa
muara melingkar dengan tepi hampir stiis kertas. Proses ini terjadi
dari atas ke bawah sebagai hasil dari aktifitas miometrium. Serabut-
serabut otot setinggi os servik internum ditarik ke atas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara os
eksternum tidak berubah.
b) Pembukaan servik
Pembukaan servik sebagai akibat dari kontraksi uterus serta
tekanan yang berlawanan dari kantong membran dan bagian bawah
janin. Kepala janin saat fleksi akan membantu pembukaan yang
efisien. Pada primigravida pembukaan didahului ileh pendataran
servik, sedangkan pada multigravida pembukaan servik dapat
terjadi bersamaan dengan pendataran.

16
3) Kardiovaskuler
Pada setiap kontraksi, 400ml darah dikelurakan dari uterus dan
masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan meningkatkan curah
jantung meningkat 10% - 15%.
4) Perubahan tekanan darah
TD meningkat selama terjadi kontraksi ( sistolik rata-rata naik 15
mmHg, diastolik 5-10 mmHg ), antara kontraksi TD kembali normal
pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan
meningkatkan TD.
5) Perubahan metabolisme
Selama persalinan metabolisme aerob maupun anaerob terus
menerus menigkat seiring dengan kecemasan dan aktivitas otot.
Peningkatan meabolisme ini ditandai dengan meningkatnya suhu
tubuh, nadi,pernapasam, cardiac output dan kehilangan cairan.

6) Perubahan suhu

17
Akan sedikit naik (0,5-1oc) selama persalinan dan segara turun
setelah persalinan.
7) Perubahan nadi
Frekuensi nadi diantara dua kontraksi lebih meningkat dari pada
selama periode sesaat sebulum persalinan.
8) Perubahan pernapasan
Perubahan aktifitas fisik dan pemakaian oksigen terlihat dari
peningktan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan
alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (CO2
menurun)
9) Perubahan ginjal
Poliri akan terjadi selama kehamilan. Ini mungkin disebabkan
karena meningkatnya curah jantung selama persalinan dan
meningkatnya filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal.
10) Perubahan gastrointestinal
Pergerakan lambung dan absorpsi pada makanan padat sangat
berkurang selama persalinan.mual dan muntah bisa terjadi sampai ibu
mencapai akhir kala 1.
11) Perubahan hematologi
Hb meningkat sampai 1,2 gram/100ml selama persalinan dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca
salin kecuali ada perdarah post partum.

B. Perubahan psikologis kala I


1) Fase laten: ibu biasanya merasa lega dan bahagia karna masa
kehamilan akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita
biasanya gelisah, gugup, cemas, tidak nyaman karena kontraksi. Pada
wanita yang menyadari bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah
beradaptasi dengan keadaan tersebut.

18
2) Fase aktif: kontraksi `menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih
sering sehingga wanita merasa khawatir,tidak dapat mengontrolnya,
dan menginginkan seseorang untuk mendampinginya.

2.7. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Dalam Persalinan Kala II


A. Perubahan fisiologis kala II
1) Tekanan darah
TD dapat meningkat 15 sampai 25 mmHg selama kontraksi pada
kala dua. Upaya mengedan pada ibu juga dapat memengaruhi tekanan
darah, menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian menurun
dan pada akhirnya berada sedikit diatas normal. Oleh karena itu,
diperlukan evaluasi TD dengan cermat diantara kontraksi. Rata-rat
peningkatan tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi ketika wanita
telah mengedan adalah hal yang normal.
2) Metabolisme
Upaya mengedan pada ibu yang akan menambah aktifitas otot-otot
rangka untuk memperbesar peningkatan metabolisme
3) Denyut nadi
Frekuensi nadi meningkat selama kala dua persalinan disertai
takikardia yang mencapai puncaknya pada saat persalinan.
4) Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat persalinan dan segera
setelahnya. Peningkatan normal adalah 0,5 sampai 1oC.
5) Perubahan sistem pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama
persalinan.
6) Perubahan ginjal
Poliuria serimg terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat
diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan
dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran

19
plasma ginjal. Pada posisi terlentang dapat membuat aliran urine
berkurang selama kehamilan.
7) Perubahan gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung berlanjut sampai kala dua. Mual dan
muntah normalnya hanya terjadi sekali. Muntah konstan dan menetap
merupakan halyang abnormaldan kemungkinan terjadi indikasi
komplikasi obstetrik seperti ruptur uterus.
8) Dorongan mengejan
Perubahan fisiologis terjadi akibat kontinuasi kekuatan serupa yang
teah bekerja sejak jam-jam awal persalinan, tetapi aktivitas ini
mengalami akselerasi setelah serviks berdilatasi lengkap namun,
akselerasi ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Beberapa wanita merasakan
dorongan mengejan sebelum serviks berdilatasi lengkap dan sebagian
lagi tidak merasakan aktivitas ini sebelum sifat ekspulsif penuh
(Myles,2009).
Kontraksi menjadi ekspulsi pada saat janin turun lebih jauh ke
dalam vagina. Tekanan dan bagian janin yang berpresentasi
menstimulasi reseptor saraf di dasar pelvik (reflek ferguson) dan ibu
mengalami dorongan untuk mengejan. Refleks ini pada awalnya dapat
dikendalikan hingga batas tertentu, tetapi menjadi semakin kompulsif,
kuat, dan involunter pada setiap kontaksi. Respon ibu adalah
menggunakan kekuatan ekspulsi sekundernya dengan mengontraksi
otot adbdomen dan diafragma (Myles, 2009).
9) Kontraksi, dorongan otot-otot dinding
Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai sifat etrsendiri.
Kontraksi menimbulkan nyeri, meruopakan stua-satunya kontraksi
normal muskulus. Kontrkasi ini dikendalikan oleh saraf intrinsik, tidka
disadari, tidak dapat diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun
lama kontraksi (Sumarah, 2008).

20
Sifat khas:
a) Rasa sakit dari fundus merata ke seluruh uterus sampai berlanjut ke
punggung bawah.
b) Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan
penyebab antara lain:
 Pada saat kontraksi terjadi kekurangan oksigen pada
miometrium
 Penekanan ganglion saraf di serviks dan uterus bagian bawah.
 Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks
 Peregangan peritneum sebagai organ yang menyelimuti uterus.
Pada waktu selang kontraksi/periode relaksasi diantara kontraksi
memberikan dampak berfungsinya sistem-sistem dalam tubuh, antara
lain:
a) Memberikan kesempatan pada jaringan otot-ototo uterine untuk
beristirahat agar tidak menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi
yang kuat secara terus menerus.
b) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk istirahat, karena rasa
sakit selama kontraksi.
c) Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi uterus
mengakibatkan konstruksi pembuluh darah plasenta sehingga bila
secara terus menerus berkontraksi, maka akan menyebabkan
hipoksia, anoksia, dan kematian janin.
d) Pada pemriksaan kontraksi uterus tidak hanya meliputi frekuensi,
durasi/lama dan intensitas/kuat-lemah, tetpai perlu diperhatikan
juga pengaruh dari ketiga hal tersebut mulai dari kontraksi yang
belum teratur hingga akhir persalinan. Misalnya pada awal
persalinan, kontraksi uterus setiap 20-3- menit selama 20-25 detik,
intensitas ringan lama-kelamaan menjadi 2-3 menit, lama 60-90
detik, maka hal ini akan menghasilkan pengeluaran janin. Bila ibu
bersalin mulai berkontraksi selama 5 menit selama 50-60 detik
dengan intensitas cukup kuat maka dapat terjadi kontraksi tidak

21
dapat teratur, frekuensi lebih sering durasi lebih lama. Terkadang
dapat terjadi disfungsi uterin, yang kemajuan proses persalinan
yang meliputi dilatasi serviks/ pelebaran serviks, meknaisme
penurunan kepala memakan waktu yang lama, tidak sesuai dengan
harapan.
Kontraksi uterus bervariasi pada setiap bagian karena mempunyai
pola gradien. Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga
berangsur-angsur berkurang dan tidak ada sama sekali kontraksi pada
serviks. Hal ini memberikan efek pada uterus sehingga terbagi ,enjaid
dua zona yaitu zona atas dan zona bawah. Zona atas merupakan zona
yang berfungsi mengeluarkan janin karena merupakan zona yang
berkontribusi dan menebal, dan sifatnya aktif. Zona ini terbentuk
akibat mekanisme kontraksi otot. Pada saat relaksasi panjang otot
tidak bisa kembali ke ukuran smeula, ukuran panjang oot selama masa
relaksasi semakin memendek, dan setiap terjaid relaksasi ukuran
panjang otot semakin memendekn dan demikian seterusnya setiap kali
terjadi relaksasi sehingga zona atas semakin menebal dan mencapai
batas tertetu pada saat zona bawah semakin tipis dan luas.
Sedangkan zona bawah terdiri dri istmus dan serviks uteri. Pada
saat persalinan istmus uteri disebut segmen bawah rahim. Zona ini
sifatnya pasif dan membuka akibat dari sifat pasif berpengaruh dari
kontraksi pada zona atas sehingga janin dapat melewatinya. Jika zona
bawah ikut berkontraksi seperti zona atas maka tidak dapat terjadi
dilatasi/ pembukaan serviks, hal ini dapat mempersulit proses
persalinan.
10) Uterus
Uterus terbentuk dari pertemuan duktus Muller kanan dna kiri
digaris tengah sehingga otot rahim terbentuk drai dua spiral yang
saling beranyaman dan membentuk sudut disebelah kanan dan kiri
sehingga pembuluh darag dapat tertutup dengan kuat saat terjadi
kontraksi (Myles, 2009).

22
Terjadi perbedaan pada bagian uterus:
a) Segmen atas bagian yang berkonraksi, bila dilakukan palpasi
akakn teraba keras saat kontraksi.
b) Segmen bawah: terdiri atas uterus dan serviks, merupakan daerah
yang teregang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan
pemendekkan segmen bawah uterus.
c) Batas anatara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk
lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi
uterus inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi patologis
yang dinamakan cincin bandl.
d) Perubahan bentuk:
Bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan adanya
pengerasakan tubuh janin yang semula membungkuk menjadi
tegap, sehingga uterus bertambah panjang 5-10 cm.
11) Pergeseran organ dasar panggul
Jalan lahir disokong secara fungsional ditutup oleh sejumlah
lapisan jaringan yang bersama-sama membentuk dasar panggul.
Struktur yang paling penting adalah m. Levator ani dan fasia yang
mmebungkus permukaan atas dan bawahnya, yang demi prkatisnya
dapat dianggap sebagai dasar panggul. Kelompok otot ini menutup
ujung bawah rongga panggul sebagai sebuah diafragma sehingga
memperlihatkan permukaan atas yang cekung dna bagian bawah
yang cmebung. Di sisi lain, m.levator ani terdiri atas bagian
pubokoksigeus dan iliokoksigeus. Bagian posterior dan lateral dasar
panggul, yang tidak diisi oleh m.levator ani, diisi oleh m.priformis
dan m.koksigeus pada sisi lain.
Ketebalan m.levator ani bervariasi dari 3 sampai 55mm
meskipun tepi-tepinya yang melingkari rectum dan vagina agak
tebal. Selama kehamilan, m.levator ini biasanya mengalami
hipertrofi. Pada pemeriksaan pervginam tepi dalam otot ini dapat
diraba sebagai tali tebal yang membentang ke belakang dari pubis da

23
melingkari vagina sekitar 2 cm diatas himen. Sewaktu kontraksi,
m.levator ani menarik rectum dan vagina ke atas sesuai arah simfisis
pubis sehingga bekerja manutup vagina. Otot-otot perineum yang
lebih superfisial terlalu halus untuk berfungsi lebih dari sekadar
sebagai penyokong. (Prawirohardjo, 2008).
Pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah
janin memainkan peran penting untuk membuka bagian atas vagina.
Namun, setelah ketuban pecah, perubahan-perubahan dasar panggul
seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh bagian
terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas peregangan
serabut-serabut yang paling nyata terdiri atas peregangan serabut-
serabut m.levatores anu dan penipisan bagian tengah perineum, yang
berubah bentuk dari massa jaringan terbentuk baji setebal 5 cm
menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi) struktur membran tipis
yang hampir transparan dengan tebal kurnag dari 1 cm. Ketika
peribemu teregang maksimal, anus menjadi jelas membuka dan
terlihat sebagai lubang berdiameter 2 sampai 3 cm dan disini dinding
anterior rectum menonjol. Jumlah dan besar pembuluh darah yang
luar biasa yang memelihara vagina dan dasar panggul menyebabkan
kehilangan darah yang amat besar kalau jaringan ini robek.
12) Ekspulsi janin Uterus
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai
hypomochilion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah
kedua bahu lahir disusui lahirlah trochanter depan dan belakang
sampai lahir janin seluruhnya. Gerkana kelahiran bahu depan, bahu
belakang, badan seluruhnya.
B. Perubahan psikologis kala II
1) Sering timbul jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan
nyeri akibat kontraksi uterus yang semakin kuat dan semakin sering,
berkeringat dan mulas ini juga menyebabkan ketidaknyamanan.

24
2) Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolisme ibu meningkat
denyut jantung meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu
berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu merasa lelah sekali kehausan
ketika bayi sudah di lahirkan karena tanaga habis dipakai untuk
meneran.
3) Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang
dikandunhnya terganggu.hal ini disebabkan karena kepala janin sudah
memasuki panggil dan timbul kontraksi pada uterus. Muncul rasa
kesakitan dan ingin segera mengeluarkan janinnya.
4) Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan
tujuannya sendiri serta rasa takut dan khawatiran. Para ibu mengeluh
bahwa bila mampu mengejan “terasa lega”. Tetapi ibu lain sangat erat
karena intensitas sensasi yang dirasakan. Efek yang dapat terjadi pada
ibu karena mengedan, yaitu Exhaustion, ibu merasa lelah karena
tekanan untuk mengejan sangat kuat. Dua, distress ibu merasa dirinya
distress dengan ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak oleh
kepala janin. Tiga, panik ibu akan panik jika janinnya tidak segera
keluar dan takut persalinannya lama.

2.8. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Dalam Persalinan Kala III


A. Perubahan fisiologis kala III
1) Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi
mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah
lahirnya bayi.
Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perletakkan
plasenta. Karena tempat peletakkan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan berlipat, lepas,
plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

25
Setelah jalan lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan
penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta.
Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
2) Penyusutan rongga uterus/berkurangnya ukuran tempat implantasi
plasenta. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencangkup beberapa atau
semua hal-hal dibawah ini:
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
b) Tali pusat memanjang
c) Semburan darah secara tiba-tiba
3) Cara-cara pelepasan plasenta:
a) Metode ekspulsi schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau pinggir
plasenta. Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari
vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya
perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi pada
plasenta yang melekat di fundus.
b) Metode ekspulsi metthew-duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta
mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml.bila
lebih hal ini patologik. Lebih besar kemungkinan pada implantasi
lateral.
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera
berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan
perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal akan lahir
spontan dalam waktu lebih kurang 6 menit setelah anak lahir
lengkap.
4) Beberapa prasat untuk mengetahui apaah plasenta lepas dari tempat
implantasinya:

26
a) Plasat kustner
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan di
atas simfisis pubis. Bila tali pusat tidak masuk lagi ke dalam vagina
berarti plasenta sudah terlepas.
b) Perasat strassman
Tangan kanan megangkat tali pusat, tangan kiri mengetok
fundus uteri. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta
belum lepas.
c) Perasat klien
Ibu diminta mengejan, talipusat akan turun, bila berhenti
mengejan, tali pusat masuk lagi, berarti plansenta belum lepas dari
dinding uterus.
5) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tingi fundus biasanya di bawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah,
uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan
fundus berada di atas pusat.
6) Tali pusat memanjang.
Tali pusat memanjang menjulur keluar melalui vulva
7) Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membawa
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah ( retroplasental pooling ) dalam ruang di antara
dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampangnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas. Tanda ini kadang-kadang terlihat dalam waktu satu menit
setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi
uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala II selesai. Berat
plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas

27
dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kesepatan
pemisahan dan metode ekspulsi plasenta.selaput ketuban dikeluarkan
dengan menonjol bagian ibu dan janin. (Ari Sulistyawati,2010)
B. Perubahan psikologis kala III
1) Bahagia
Karena saat saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga
yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah
menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan dan memberikan
anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya
atau sudah melewati kala I dan II.
2) Cemat dan takut
Cemas dan takut jika terjadi pada dirinya saat persalinan karena
persalinan di anggap hidup dan mati. Cemas dan takut karena
pengalaman yang lalu. Takut tidak memenuhi kebutuhan anaknya.

2.9. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Dalam Persalinan Kala IV


A. Perubahan fisiologis kala IV
1) Tanda-tanda vital
Pemantauan tanda vital ibu antara lain tekanan darah, denyut
jantung, dan pernafasan dilakukan selama kala IV persalinan dimulai
setelah kelahiran plasenta. Seterusnya kemudian di evaluasi lagi setiap
15 menit sekali sehingga keadaanya stabil seperti pada persalinan,
atau jika ada indikasi perlu dimonitor lebih sering lagi. Suhu ibu
diukur sedikitnya sekali dalam kala IV dan persalinan dan
dehidrasinya juga harus dievaluasi. Dalam 2 jam pertama setelah
persalinan, tekanan darah, nadi dan pernafasan akan berangsur
kembali normal. Suhu pasien biasanya akan mengalami sedikit
peningkatan, tapi masih di bawah 38 C. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu
akan berangsur normal kembali setelah 2 jam.

28
2) Uterus
Uterus terletak ditengah abdomen kurang lebih 2/3-3/4, antara
simfisis pubis sampai imbilicus. Jika iterus ditemukan dibagain
tengah, di umbilicus, maka hal ini menandakan adanya darah dan
bekuan didalam uterus yang perlu ditekan dan dikeluarkan. Uterus
yang berada diatas umbilicus dan bergeser, paling umum tekanan,
cenderung menandakan kandung kemih penuh. Utreus yang
berkontraksi normal harus keras ketika disentuh.
3) Gemetar
Kadang dijumpai pasien pascapersaliann mengalami gemetar. Hal
ini normal sepanjang suhu kurang dari 38 C dan tidak dijumpai tanda-
tanda infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya ketegangan dan
jumlah energy selama melahirkan dan merupakan respon fisiologis
terhadap penurunan volume intraabdominal seta pergeseran
hematologi.
4) Sistem gastrointestinal
Selama 2 jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien merasa
mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi tubuh yang
memungkin kan dapat mencegah terjadinya aspirasi korpus aleanum
kesaluran pernapasan dengan setengah duduk atau duduk ditempat
tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi
sangat penting diberikan untuk mencegah dehidrasi
5) Sistem renal
Selama 2-4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam
keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga sering dijumpai
kandung kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran.
Hal ini disebakan oleh tekanan pada andung kemih dan uretra selama
persalinan. Kondisi ini dapat diringankan dengan selalu
mengusahakan kandung kemih kosong selama persalinan untuk
mencegah trauma. Setelah melahirkan, kandung kemih sebaiknya

29
tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atoni.
Atoni uterus yang berkontraksi dengan berubah posisi dan terjadi
atoni uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan
perdarahan dan nyeri.
6) Sistem kadivaskuler
Selama kehamilan, voume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan plasenta
dan pembuluh uterus. Penarikan kembali eksrogen menyebabkan
dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma
kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam setelah
kelahiran bayi.
Selama masa ini pasien mengeluarkan banyak sekali urin.
Hilangnya pergeseran bantu mengurangi retensi yang melekat, dengan
meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan per
vagina kehilangan darah 200-500 ml sedangkan pada persalinan SC
penggeluarannya dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah
dan kadar hematokrit.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
pasien relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban
jantung dan menimbulkan dekompensasio kordis pada pasien dengan
viktum kardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan adanya hemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti kondisi awal.
7) Serviks
Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk
serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh
corpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus
dan seriviks berbentuk semancam cincin.

30
Serviks berwata merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh
darah. Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau
perlukaan kecil. Karena robekan kecil terjadi selama berditalasi, maka
serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan
menuutp secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi baru lahir tangan
bisa masuk ke dalam rongga rahim, setelah 2 jam hanya dapat
dimasuki 2-3jari.
8) Perineum
Segera setelah melahirkan, pereneum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerrak maju. Pada
hari ke lima pasca persalinan, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian tonusnya sealipun tetap lebih kendur di banding keadaan
sebelum hamil.
9) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta penegangan yang
sangat besar selama proses persalinan, dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
10) Pengeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon esterogen, progesteron, dan human
placenta lactogen hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat
berfungsi membentuk ASI. Isapan langsung pada puting susu ibuyang
terdapat sekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI yang berkontraksi dan
mengeluarkan ASI ke dalam sinus yang disebut “let down refleks”.
(Damayanti,2014)

31
B. Perubahan psikologis kala IV
Cemas dan takut jika terjadi pada dirinya saat persalinan karena
persalinan di anggap hidup dan mati. Cemas dan takut karena
pengalaman yang lalu. Takut tidak memenuhi kebutuhan anaknya.

32
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang
pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan
adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun
demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada
sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang
proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang
terampil dari bidan dapat menyumbang suatu pengalaman melahirkan yang
menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan.

.2. Saran
Penulis sadar bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

33
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti,Ika Putri, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif


pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Penerbit Deepublish

Prawihardjo, Sarwono. 2010. ILMU KEBIDANAN EDISI KEEMPAT CETAKAN


KETIGA. Jakarta: PT Bina Pustaka

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika

Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga

Sulistyawati, Ari, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika

34
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok bahasan “FISIOLOGI PERSALINAN DAN


PERUBAHAN FISIOLOGIS SERTA PSIKOLOGIS DALAM PERSALINAN”

Telah dikoreksi oleh dosen penanggung jawab dan telah dilakukan revisi oleh tim.

Jakarta, 19 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Dra. Henny Novita, S.ST, MA.Kes

NIP.195811191980032006

Anda mungkin juga menyukai