Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL

DAN BASIC LIFE SUPPORT

“Syok Dalam Kegawatdaruratan Maternal Dan Resusitasi


Maternal”

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kegawatdauratan Maternal
Neonatal dan Basic Life Support

Pembimbing:
Isroni Astuti, S.Si.T., M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 2 ( Kelas 2 B )

Aulia Aushariyah R. P17124018045


Putri Ajeng P17124018066
Ririn Murniasih P17124018070
Siska Andini P17124018076
Virginia Aulia P17124018079

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 1

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kami panjatkan puji dan syukur atas Kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Kegawatdauratan Maternal Neonatal dan
Basic Life Support mengenai “Syok dalam Kegawatdaruratan Maternal dan Resusitasi
Maternal”
Makalah ini kami susun dengan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga memperlancar kami dalam menyusun makalah. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam bentuk apapun untuk menyelesaikan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 12 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Syok ...........................................................................................2
2.2 Jenis-Jenis Syok dalam Kegawatdaruratan Maternal .............................4
2.3 Tahapan Syok .............................................................................................20

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................................................24
3.2 Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25

LEMBAR PERSETUJUAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika system kardiovaskuler
(jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh
dalam jumlah yang memadai. Syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah
rendah dan kematian sel maupun jaringan. Syok merujuk pada suatu keadaan
dimana terjadi multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat.
Syok paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Ketika Perang Dunia I, W.B Channon merekomendasikan untuk memperlambat
pemberian resusitasi cairan sehingga penyebab utama terjadinya syok diatasi
secara pembedahan. Pemberian Kristalloid dan darah digunakan secara ekstensif
ketika Perang Dunia II untuk menangani perang melawan Korea dan Vietnam
memperlihatkan bahwa resusitasi cairan dan intervensi pembedahan awal
merupakan langkah terpenting untuk menyelamatkan pasien dengan trauma yang
menimbulkan syok hemoragik.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja jenis-jenis syok dalam kegawatdaruratan maternal ?
1.2.2 Apa saja perbedaan jenis syok dalam kegawatdaruratan maternal?
1.2.3 Bagaimana penanganan setiap jenis syok dalam kegawatdaruratan
maternal?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal dan Basic Life Support
1.3.2 Untuk mengetahui jenis - jenis syok dalam kegawatdaruratan maternal
1.3.3 Untuk mengetahui cara penanganan setiap jenis syok dalam
kegawatdaruratan maternal

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Syok


A. Pengertian Syok
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2014)
Syok adalah ketidak seimbangan antara volume darah yang beredar dan
ketersediaan sistem vascular bed sehingga menyebabkan terjadinya:
(Manuaba. 2003)
1) Hipotensi,
2) Penurunan atau pengurangan perfusi jaringan atau organ,
3) Hipoksia sel,
4) Perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob.

Dengan demikian dapat terjadi kompensasi peningkatan detak jantung


akibat menurunnya tekanan darah menuju jaringan. Jika ketidak seimbangan
tersebut terus berlangsung, akan terus terjadi : (Manuaba. 2003)
1) Semakin menurunnya aliran O2 dan nutrisi menuju jaringan,
2) Ketidak mampuan system sirkulasi untuk mengangkut CO 2 dan hasil
metabolism lainnya sehingga timbunan asam laktat dan asam piruvat di
jaringan tubuh dan menyebabkan asidosis metabolic,
3) Rendahnya aliran O2 menuju jaringan akan menimbulkan metabolisme
anaerob yang akan menghasilkan produk samping :
a. Timbunan asam laktat,
b. Timbunan asam piruvat.

2
Dampak gagalnya siklus kreb adalah hipoksis sel yang terlalu lama yang
menyebabkan terjadinya kerusakan pada system enzim sel dan metabolisme
sel.

B. Etiologi Syok obstetri (Pudiastuti & Ratna Dewi. 2012)


1) Perdarahan
2) Infeksi berat
3) Solusio plasenta
4) Luka-luka jalan lahir
5) Emboli air ketuban
6) Inversio uteri
7) Syok postural
8) Kolaps vasomotor post partum
9) Faktor-faktor predisposisi timbulnya syok adalah anemia, malnutrisi,
dehidrasi, partus lama, dan asidosis.

C. Gejala Syok obstetri (Anik Maryunani, 2012)


1. Nadi cepat dan lemah ( 110 kali per menit atau lebih )
2. Tekanan darah yang rendah ( sistoli kurang dari 90 mmhg )
3. Pucat (khusus nya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan,
atau sekitar mulut)
4. Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab
5. Pernafasan yang cepat (30 kali permenit atau lebih)
6. Gelisah, binggung, atau hilangnya kesadaran
7. Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam)

D. Klasifikasi Syok obstetri (Anik Maryunani, 2012)


1) Syok hipovolemik (perdarahan dan dehidrasi)
2) Syok septik (infeksi atau sepsis)

3
3) Syok kardiogenik (gagal jantung)
4) Syok anafilaktik (alergi)
5) Syok neurogenik (rangsangan luar biasa pada urat syaraf)
6) Syok Hemoragik.

2.2 Jenis- Jenis Syok dalam Kegawatdaruratan Maternal


2.2.1 Syok Hipovolemik
A. Pengertian syok hipovolemik
Syok hipovolemik, atau status syok akibat dari kehilangan volume
cairan sirkulasi(penurunan volume darah), dapat diakibatkan oleh
berbagai kondisi yang secara bermaknamenguras volume darah normal,
plasma, atau air.Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume
darah, yang terjadi secara langsungkarena perdarahan hebat atau tudak
langsung karena hilangnya cairan yang berasal dari plasma (misalnya,
diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat berlebihan).
(Sarwono, 2014)
Klasifikasi syok hipovolemik :
1) Syok akibat perdarahan
a. Abortus,
b. Perdarahan antepartum
- Plasenta previa
- Solusio plasenta
c. Perdarahan akibat trauma jalan lahir
- Perdarahan pada rupture serviks
- Perdarahan robekan vagina,
- Perdarahan rupture uteri,
- Perdarahan operasi obstetric.
d. Pada ginekologi
- Perdararhan disfungsional uteri,

4
- Perdarahan pada KET,
- Perdarahan pada keganasan,
- Perdarahan pada ovarium,
- Perdarahan pada operasi ginekologi
2) Syok akibat kehilangan cairan
a. Hiperemesis gravidarum,
b. Kehilangan cairan akibat :
- Diare
- Pemakaian obat diuretic,
- Syok akibat pengeluaran cairan asites terlalu banyak dan
mendadak,
c. Spine hypotensive sydrom (syok akibat kompresi uterus pada vena
cava inferior sehingga aliran darah yang menuju atrium kanan
berkurang)
3) Syok yang berkaitan dengan disseminated intravascular coagulatin
a. Emboli air ketuban,
b. Syok akibat IUFD.

B. Penyebab syok hipovolemik (Anik Maryunani, 2012)


1) Kehilangan darah
a. Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka
b. Perdarahan internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika
perdarahan ini dalam toraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai
atas.
2) Kehilangan plasma
Merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cidera beratdan
inflamasi peritoneal.

5
3) Kehilangan cairan (dehidrasi)
Disebabkan oleh hilangnya cairan secarakelebihan melalui jalur
gastrointestinal, urinarius atau kehilanganlainnya tanpaadanya
pengganti yang adekuat.

C. Gejala syok hipovolemik (Michael, Eliastham. 1998)


1) Tanda – tanda Klinis
a. Status Mental
Perubahan dalam sensorium merupakan tanda khas dari stadium
syok.
 Ansietas,
 Tidak bisa tenang,
 Takut,
 Apatis,
 Stupor atau koma.
 Kelainan ini meunjukan perfusi cerebal yang menurun.
2) Tanda – tanda Vital
a. Tekanan Darah
Perubahan awal dari tekanan darah akibat hipovolemik adalah
adanya pengurangan selisih antara tekanan sistolik dan diastolic. Ini
akibat adanya peningkatan tekanan diastolik yang disebabkan oleh
vasokonstriksi atas rangsangan simpatis. Tekanan sistolik
dipertahankan pada batas normal sampai terjadi kehilangan darah
sebanyak 15 – 25 %. Hipotensi postural dan hipotensi pada keadaan
berbaring akan timbul. Perbedaan postural lebih besar dari 15
mmHg adalah bermakna.

6
b. Denyut Nadi
Takikardi postural dan bahkan dalam keadaan berbaring adalah
karakteristik untuk syok. Perubahan postural lebih dari 15 denyutan
permenit adalah bermakna. Dapat ditemukan adanya penurunan
amplitudo denyutan. Takikardi dapat tidak ditemukan pada pasien
yang diobati dengan obat bloker.
c. Pernafasan
Takipnea adalah karakteristik dan alkalosis respiratorius sering
ditemukan pada tahap awal dari syok.
3) Kulit
a. Kulit dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik-bintik, secara
keseluruhan mudah menjadi pucat,
b. Vena-vena extremitas menunjukan tekanan yang rendah, ini yag
dinamakan vena perifer yag kolaps, tidak ditemukan adanya distensi
vena jugolaris.
4) Gejala – gejala
Pasien dapat mengeluh mual, lemah, atau lelah, haus yang sangat.
a. Pucat,
b. Badan lemas,
c. Keluar keringat secara berlebihan,
d. Tampak bingung dan gelisah,
e. Nyeri dada,
f. Pusing,
g. Suhu tubuh rendah,
h. Sesak,
i. Denyut nadi lemah,
j. Berdebar-debar,
k. Bibir dan kuku tampak biru,
l. Produksi urine berkurang,

7
m. Hilang kesadaran.
D. Penanganan syok hipovolemik (Michael, Eliastham. 1998)
1) Pemantauan
Parameter yang harus dipantau selama stabilisasi dan pengibatan
a. Denyut jantung,
b. Frekuensi Pernafasan,
c. Tekanan darah,
d. Tekanan central (CVP),
e. Pengeluaran Urin
Pengeluaran urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukan
perfusi ginjal yang tidak adekuat.
2) Penatalaksanaan Pernapasan
Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi, jalan nafas yang
bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala dan mandibula yang
tepat, aliran pengisapan darah dan secret sempurna. Penentuan gas
darah arterial harus dilakukan untuk mengamati ventilasi dan
oksigenasi, frekuensi pernafas harus sebesar 12 – 16 x/menit. Oksigen
harus dipertahankan untuk mempertahankan PO2 sekitar 100 mmHg.
Jika pasien melawan terhadap pemberian oksigenasi makan harus
diberikan obat sedative, karena apabila oksigenasi gagal untuk
menghasilkan oksigenasi yang adekuat, maka harus ditambah 3 – 10
cm tekanan ekspirasi akhir positif.
3) Pemberian Cairan
Pemberian cairan harus dimulai dengan memasukkan larutan
Ringer Laktat atau larutan garam fisiologis secara cepat. Kecepatan
pemberian dan jumlah aliran intravena yang diperlukan bervariasi
tergantung beratnya syok. Umumnya paling sedikit 1 – 2 liter larutan
Ringer Laktat harus diberikan 45 – 60 menit pertama atau lebih cepat
lagi apabila dibutuhkan. Jika hipotensi dapat diperbaiki dan tekanan

8
darah tetap stabil. Ini merupakan indikasi bahwa kehilangan darah
sudah minimal. Jika hipotensi tetap berlangsung, harus dilakukan
transfuse darah pada pasien secepat mungkin
4) Vasopresor
Vasopressor dapat diberikan sebagai tindakan sementara untuk
meningkatkan tekanan darah sampai didapatkan cairan pengganti yang
adekuat. Zat yang digunakan adalah norepineprin 4 – 8 mg yang
dilarutkan dalam 500 ml 5% dexametason dalam air (D 5W) atau
metaraminol, 5 – 10 mg yang dilarutkan dalam 500 ml air (D5W), yang
bersifat vasokonstriktor predominan dengan efek yang minimal pada
jantung. Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah.

2.2.2 Syok Septik atau Sepsis


A. Pengertian syok sepsis
Syok sepsis adalah suatu masalah klinis yang kompleks yang sering
terjadi pada pasien dengan kondisi yang kritis, yang diakibatkan oleh
serangkaian peristiwa hemodinamik dan metabolik yang dicetuskan oleh
serangan mikroba. (Hudak & Gallo, 1996 )
Klasifikasi syok sepsis :
1) Infeksi yang masuknya endokrin yang bersal dari dnding bakteri gen-
negtaif,
2) Endotoksin dapat menimbulkan mata rantai gangguan pada berbagai
organ hingga menimbulkan sindrom syok sepsis.
3) Komplikasi dalam syok sepsis :
- Abortus infeksius,
- Korioamnionitis,
- Pielonefritis,
- Endrometritis post partum.

9
B. Etiologi syok sepsis (Ani Ika, 2015)
1) Infeksi bakteri,
2) Abortus septik,
3) Ketuban pecah yang lama atau korioamnionitis,
4) Infeksi pascapersalinan : manipulasi dan instrumentasi,
5) Trauma,
6) Sisa plasenta,
7) Sepsis puerperalis,
8) Pielonefritis akuta
E. Penyebab syok septik (Michael, Eliastham. 1998)
1) Penyebab paling sering dari syok septik adalah bacteriemia organisme
enteric gram negative yaitu Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter,
Proteus, Pseudomonas, daan lain-lain.
2) Lebih jarang adalah bakteri gram positif, virus, jamur, dan reketsia
yang bertanggung jawab atas infeksi yang menyebabkan syok septik.
3) Banyak pasien yang mempunyai faktor predisposisi yang
mempermudah terjadinya infeksi yang berat, dapat berupa penyakit
kronis, diabetes, keganasan alkoholisme, sirosis – imunosupresi, atau
baru menjalani operasi, atau tindakan instrumentasi traktus urinarius.
F. Gejala syok sepsis (Michael, Eliastham. 1998)
1) Tanda – tanda Klinis
a. Keadaan mental
Gangguan keadaan mental merupakan akibat dari perfusi srebral
yang menurun dan terdiri dari keadaan bingung, stupor atau koma.
b. Tanda – tanda vital
2) Demam sering kali dijumpai, meskipun suhu tubuh dapat juga normal
atau dibawah normal. Permulaan syok septik sering kali disertai
dengan demam tinggi ( lebih dari 38, 9 oC ) bisa disertai dengan
menggigil dan meningkat dengan cepat, takipnea, takikardi, ptekhia,

10
leukositosis, leukopenia, trombositopenia, dan hipotensi sering
dijumpai.
3) Kulit
Kulit teraba hangat dan kemerahan pada awal stadium penyakit ini
menunjukan vasodilatasi arterial. Pada stadium selanjutnya akan
timbul vasokontriksi, kulit akan teraba dingin dan pucat.
4) Gejala lainnya
Gejala yang menunjukan infeksi seperti :
a. Hiperventilasi, hipokapnia,
b. Nyeri tekan abdomen, perirektal,
c. Batuk,
d. Asidosis,
e. Sydrom syok toksis
Suatu syok endotoksik stafilokokus yang ditandai demam lebih
dari 38, 9 derajat celcius, hipotensi, dan tekanan darah sistolik
kurang dari 90 mmHg.

G. Penatalaksanaan syok sepsis (Michael, Eliastham. 1998)


1) Minta bantuan dengan memobilisasi tenaga dan fasilitas tindakan
gawat darurat.
2) Baringkan ibu dengan posisi trendelenburg.
3) Lakukan pemeriksaan keadaan umum secara cepat dan pastikan jalan
nafas bebas atau dapat pemberian oksigen.
4) Pantau tanda tanda vital.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Syok septik dapat didiagnosa dari kultur darah untuk menunjukkan
lekosit yang menunjukan lekositosis dengan pergeseran kekiri, tetapi
dapat juga ditemukan keadaan leukopenia dan gpenyebab syok terjadi
yang lainnya.

11
6) Kolaborasi Pemberian antibiotik
Penyebabnya jarang diketahui pada permulaan namun spektrum
antibiotic yang dipakai harus ditentukan secara empiris. Setelah kultur
darah dan kultur faktor-faktor lain yang berkaitan yaitu urin, sputum,
luka, cairan cerebrospinal sesuai indikasi, pemakaian antibiotica yang
tepat harus dimulai. Dapat diberikan gentamicin atau tobramisin 5
mg/kg/hari secara intravena, dan ampisilin 2 gram intravena setiap 6
jam. Jika anaerob yang dicurigai, klindamisin 20 mg/kg/hari intravena
atau kloramfenikol 4 gram/hari intravena atau Cefoxitin 8 gram/hari
intravena dalam dosis terbagi. Jika pseudomonas diperkirakan sebagai
organisme penyebab. Karbenisilin 500 mg/kg/hari intravena dalam
dosis terbagi harus ditambahkan.
7) Pemberian cairan intravena
Apabila kolaborasi pemberian antibiotic gagal diberikan, maka
diberikan dopamine 2 – 20 ug/kg/menit.

2.2.3 Syok Kardiogenik


A. Pengertian syok kardiogenik
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan oeh kegagalan
jantung untuk memompa darah secara adekuat ke seluruh tubuh.
(Sarwono, 2014)
Syok kardiogenik adalah suatu sindroma yang diakibatkan oleh
gangguan sirkulasi, sehingga akibat utama dari aktivitas pompa jantung
yang lemah. Biasanya terjadi secara tiba-tiba, dan efeknya terhadap
organ-organ vital sangat besar. Syok kardiogenik dapat timbul dapat
timbuk beberapa jam kemudia atau beberapa hari kemudian sejak
terjadinya infark miokard. Dan mortalitasnya 80% atau lebih. Dapat
terjadi pada seyiap pasien IMA tetapi lebih sering terjadi infark yang

12
sangat luas, infark anterior, dan kombinasi infark anterior – inferior.
(Michael, Eliastham. 1998)
Klasifikasi syok kardiogenik :
1) Kegagalan ventrikel kiri
- Akibat cardiae arrest atau ventrikel fibrilasi,
- Infark miokard.
2) Kegagalan pengisian ventrikel kiri
- Tamponen jantung akibat emboli pada jantung,
- Emboli paru.
B. Etiologi syok kardiogenik (Sarwono, 2014)
1) Gagal jantung
2) Infark miokard, dapat terjadi kegagalan pemompaan yang
mengakibatkan syok
C. Gejala syok kardiogenik (Sarwono, 2014)
1) Tekanan arteri sistolik kurang dari 80 mmHg
2) Pengeluaran urine kurang dari 20 ml/jam,
3) Ekstremitas dingin dan sianotik.
D. Penatalaksanaan syok kardiogenik (Ani Ika, 2015)
1) Menciptakan lingkungan yang tenang untuk menyingkirkan
kecemasan pasien dan mengurangi kebutuhan oksigen jantung
pasien.
2) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Biasanya diberikan cairan 200 cc D5W selama 10 menit. Pantau
vena-vena leher atau tekanan vena central (CVP) dan ingat bahwa
CVP pada pasien dengan keadaan ini mungkin tidak tepat
mencerminkan tekanan berubah dan keadaan klinisnya tidak
mengalami deteriosasi. Diberikan dopamine 200 mg dalam 250 cc
D5W unruk mendapatkan kadar 5-15 ugram/kg/menit. Dosis
dopamine berfungsi sebagai stimulant adrenergic. Doubutamine 200

13
mg dalam 250 cc D5W juga dapat dipakai dengan dosis awal 2-10
ugrm/kg/menit atau lebih efektif kombinasi dengan dopamine.
Memberikan terapi diuretic furosemide 20 – 40 mg IV bagi
pasien yang menggunakan obat tersebut, namun bagi pasien yang
tidak meminumnya makan dosisnya dinaikan du kali dosisnya.
3) Pemberian oksigen
Pada syok kardiogenik dapat menyebabkan edema paru
kardiogenik yang mudah didiagnosa. Penyebab terjadinya edema
paru saat syok kardiogenik oleh akumulasi cairan dan zat-zat terlaur
dalam jaringan ekstravaskular dan ruang pertukaran gas dilapangan
paru dengan gejala dan tanda yang umum adalah nafas pendek,
otopnea, paroksimal mokturnal dyspnea, ronki dan lebih jarang lagi
bronkuspnea mungkin agar didengar pada auskultasi. Maka harus
diberikan oksigen dengan aliran yang tinggi dengan memakai kanul
4) Menganjurkan pasien untuk beristirahat.

2.2.4 Syok Anafilatik


A. Pengertian syok anafilatik
Syok anafilatik adalah syok yang berhubungan dengan vasodilatasi
dan kebocoran kapiler yang disebabkan oleh pelepasan zt-zat vasoaktif
akibat reaksi imunologis. (Sarwono, 2014)
B. Etiologi syok anafilatik (Anik Maryunani, 2012)
1) Efek samping dari obat obatan
2) Tungau
3) Olahraga yang berlebihan
4) Hipersensitivitas terhadap protein protein asing dalam serum
C. Gejala syok anafilatik (Anik Maryunani, 2012)
1) Badan tiba-tiba terasa hangat
2) Pembengkakan bibir dan lidah

14
3) Bengkak ditenggorokan atau kesulitan menelan
4) Sensasi kesemutan pada kulit kepala, mulut, tangan, dan kaki.
5) Mual, muntah, dan diare.
6) Sakit perut.
7) Tampak bingung dan gelisah
8) Terasa melayang, sampai kehilangan kesadaran
9) Berdebar-debar, denyut nadi lemah, keringat dingin, dan pucat.
D. Penatalaksanaan syok anafilatik (Anik Maryunani, 2012)
1) Pastikan sistem pernapasan yang lancar, sehingga oksigenasi berjalan
dengan baik.
2) Pemberian oksigen 4-6 liter /menit sangat penting baik pada gangguan
pernapasan maupun pada kardiovaskular.
3) Jika pasien sudah kembali normal, dia harus tetap dipantau di rumah
sakit selama 2 sampai 24 jam untuk memastikan bahwa gejala tidak
muncul kembali.

2.2.5 Syok Neurogenik


A. Pengertian syok neurogenik
Syok neurogenik adalah syok yang disebabkan oleh kehilangan tonus
simpatis yang menyebabkan vasodilatasi masif.
Syok neurogenik adalah syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang
berat disebabkan oleh kehamilan ektopik yang terganggu, solusio
plasenta, persalinan dengan forceps atau persalinan letak sungsang di
mana pembukaan serviks belum lengkap, versi dalam yang kasar,
firasat/tindakan crede, ruptura uteri, inversio uteri yang akut,
pengosongan uterus yang terlalu cepat (pecah ketuban pada
polihidramnion), dan penurunan tekanan tiba-tiba daerah splanknik
seperti pengangkatan tiba-tiba tumor ovarium yang sangat besar. (Luh
Putu, 2014)

15
Klasifikasi syok neurogenic :
1) Akibat zat kimia – aspirasi cairan atau isi lambung,
2) Akibat obat-obatan anastasis spinal
3) Inversuo uteri – kolaps vasomotor
4) Gangguan elektrolit-hiponaremia-kekurangan ion Na.
B. Etiologi syok neurogenik (Anik Maryunani, 2012)
1) Trauma
2) Paralisis anastesi
3) Vasodilatasi refleks
C. Gejala syok neurogenik (Luh Putu, 2014)
1) Hipotensi
2) Bradikardi
3) Hipotermia
D. Penatalaksanaan syok neurogenik (Sarwono, 2014)
1) Kemudian konsep dasar berikutnya adalah dengan penggunaan
prinsipA (airway), B (breathing), C (circulation dan untuk selanjutnya
dapat diikuti dengan beberapa tindakan berikut yang dapat membantu
untuk menjaga keadaan tetap baik (life support), diantaranya 1.
2) Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki
(posisiTrendelenburg).
3) Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya
denganmenggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi
dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator
mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari
pemasangan endotracheal yang darurat jikaterjadi distres respirasi
yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolongmenstabilkan
hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot
respirasi.

16
4) Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan
resusitasicairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat sebaiknyadiberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus
dengan pengawasan yangcermat terhadap tekanan darah, akral, turgor
kulit, dan urin output.

2.2.6 Syok Hemoragik


A. Pengertian syok hemoragik
Syok adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang
banyak. Syok hemoragik atau syok perdarahan adalah suatu kondisi akut
yang mengancam kehidupan pasien dan membutuhkan penanganan segera
serta instensif untuk menyelamatkan jiwa pasien. (Anik Maryunani, 2012)
B. Klasifikasi syok hemoragik (Sarwono, 2014)
1) Syok ringan
a) Terjadi bila perdarahan <20% volume darah
b) Timbul penurunan fungsi jaringan dan organ non vital
c) Tidak terjadi perubahan kesadaran
d) Volume urine normal atau berkurang sedikit
2) Syok sedang
a) Telah terjadi perfusi jaringan pada organ hati, usus dan ginjal
b) Timbul oligura ( urine <0,5 ml/ kg BB/ jam )
c) Terjadi osidosis metabolik
d) Kesadaran masih baik
3) Syok berat
a) Penurunan perfusi pada jaringan otak dan jantung
b) Terjadi anuria
c) Penurunan kesadaran ( delirium, stupar, koma )
d) Terjadi gejala hipoksia jantung ( EKG abnormal, nadi jantung
menurun )

17
e) Perdarahan >50% volume darah menimbulkan henti jantung
f) Hipotensi
g) Apnea

Klasifikasi perdarahan (Ratna Dewi, 2015)


Kelas Jumlah Perdarahan Gejala Klinik
I 15% (Ringan) Tekana darah dan nadi normal
Tes Tilt (+)
II 20-25% (sedang) Takikardi-Takipnea
Tekanan nadi < 30 mmHg
Tekanan darah sistolik rendah
Pengisian  darah kapiler lambat
III 30-35% (Berat) Kulit dingin, berkerut, pucat
Tekanan darah sangat rendah
Gelisah
Oliguria (<30 ml/jam)
Asidosis metabolic (pH < 7.5)
IV 40-45% (sangat berat) Hipertensi berat
Hanya nadi karotis yang teraba
Syok ireversibel

C. Etiologi syok hemoragik (Anik Maryunani, 2012)


1) Perdarahan pada awal kehamilan
a) Abortus
b) Kehamilan ektopik
c) Mola hidatidosa
2) Perdarahan akhir kehamilan atau persalinan (antepartum)
a) Plasenta previa
b) Solusio plasenta
c) Ruptur uteri

18
3) Perdarahan setelah melahirkan (postpartum)
a) Ruptur uteri
b) Atonia uteri
c) Laserasi perineum
d) Plasenta yang tertinggal
D. Gejala syok hemoragik (Anik Maryunani, 2012)
1) Syok ringan
a. Pasien mengeluh dingin
b. Takikardia
c. Hipotensi ringan
d. Terjadi vasokonstriksi tepi ringan, yaitu kulit dingin, pucat, dan
basah.
e. Urine normal atau sedikit berkurang
2) Syok sedang
a. Pasien mengeluh haus
b. Takikardia 100-120 x/menit
c. Terjadi hipotensi 90-100 mmHg
d. Urine oliguria/anuria
3) Syok berat
a. Pasien tampak pucat sekali, dan kesadaran menurun
b. Takikardia < 120x/menit
c. Hipotensi < 60 mmHg
E. Penanganan syok hemoragik (Anik Maryunani, 2012)
1) Periksa tanda tanda vital.
2) Menjaga suhu tubuh pasien agar tetap hangat.
3) Posisikan pasien menjadi berbaring terlentang dengan kaki lebih tinggi
daripada badan.
4) Bebaskan dan pelihara jalan nafas dengan tidur tanpa bantal dan kepala
tengadah.

19
5) Berikan oksigen dengan kecepatan 5-10 liter per menit melalui kanula
hidung atau sungkup muka.
6) Pemberian cairan intravena berdasarkan keadaan umum pasien
7) Pemberian transfusi darah.

2.3 Tahapan syok


Terdapat tiga tahapan penting dari keadaan syok. Banyak penulis mengacu
tahapan ini berdasarkan banyak nama yang berbeda: awal, progresif, dan akhir;
non progresif, progresif, dan ireversibel; dini, hipoperfusi jaringan, dan cedera
sel dan organ; dan terkompensasi, dekompensasi, dan syok ireversibel. Meskipun
banyak istilah yang digunakan, pada dasarnya individu yang mengalami syok
berjalan sepanjang fase yang dapat dibedakan dari kompensasi sampai berbagai
keadaan atau derajat dekompensasi.
Syok terkompensasi. Syok terkompensasi terlihat pada awal atau fase dini
dimana mekanisme kompensasi fisiologis diaktivasi. Sering kali bila mekanisme
ini berlangsung penuh, mekanisme ini dapat mengkompensasi keadaan syok,
bergantung pada luasnya cedera. Selama fase dini ini, curah jantung, tahanan
perifer total, atau keduanya menurun sebagai akibat cedera awal, tanpa
memperhatikan asal atau sifatnya. Penurunan ini mengakibatkan penurunan
regangan atau tegangan pada dinding arteri mayor. Baroreseptor yang terletak di
dinding arteri ini, khususnya pada arkus aorta dan sinus karotis, mendeteksi
penurunan regangan dan mengaktivasi respons sistem saraf autonomik.
Gejala yang menonjol pada tahap awal ini secara langsung dihubungkan
pada aktivitas kompensasi. Individu biasanya sadar dan waspada tetapi kadang-
kadang cemas. Frekuensi jantung meningkat dengan tekanan darah rendah
sampai normal. Kulit biasanya pucat, lembab, dan dingin. Dilatasi pupil karena
stimulasi sistem saraf simpatis mungkin terlihat. Kadar hematokrit menjadi turun
bila kondisi berkaitan dengan hemoragi, karena cairan interstisial diabsorpsi ke
dalam pembuluh darah dan mengencerkan darah. Pernapasan mungkin dangkal,

20
dan frekuensinya meningkat pada respons terhadap ketidakadekuatan pengiriman
oksigen jaringan. Haluaran urine sedikit berkurang, dan individu biasanya
mengeluh haus. Bising usus mungkin hipoaktif, berhubungan dengan
vasokonstriksi kompensasi dan penurunan pengiriman darah ke usus. Kelemahan
otot dan refleks hipoaktif mungkin terjadi.
Syok ini biasanya teratasi dalam beberapa jam, selama kejadian awal tidak
berat dan mekanisme kompensasi utuh dan berfungsi. Sebaliknya, syok berlanjut
ke tahap lebih lanjut bila mekanisme kompensasi yang sesungguhnya tidak
mampu memperbaiki tekanan darah. Syok dekompensasi (progresif).
Syok dekompensasi menunjukkan suatu kondisi di mana respons
kompensasi gagal untuk memperbaiki tekanan darah dan perfusi jaringan. Efek
mengganggu dari hipoperfusi jaringan dan organ dalam waktu lama dengan
akibat penyimpangan iskemik mulai menambah buruknya gambaran klinis.
Selama tahap ini, komplikasi syok yang sangat mengganggu biasanya terjadi.
Pada tahap dekompensasi, efek iskemia pada organ yang menimbulkan respons
kompensasi mułai jelas. Terjadi kelelahan kompensasi.
Integritas ginjal menurun relatif awal pada tahap syok ini. Ginjal sensitif
pada penu- runan tekanan perfusi dan berespons secara cepat pada penurunan
filtrasi glomerulus. Ginjal, seperti juga sistem gastrointestinal, kulit, dan organ
dalam, adalah organ sasaran yang tidak penting dan penurunan selanjutnya oleh
vasokonstriksi selektif ditimbulkan oleh aktivitas simpatis. Organ yang lebih
penting, otak, dan jantung, tidak dipengaruhi oleh vasokonstriksi simpatis.
Hipoperfusi, iskemia, dan vasokontriksi selektif juga mempengaruhi organ
lain. Jaringan paru mengalami iskemik, mengakibatkan sindrom distres
pernapasan dewasa, atau syok paru. Saluran gastrointestinal iskemik mengalami
perubahan nekrotik dan melepaskan endotoksin, yang adalah substansi
vasodilatasi, selanjutnya memperberat syok. Penyimpangan fungsi hati, dan hati
menjadi tidak mampu melakukan fungsi metabolik atau biotransformasi.

21
Akhir dari tahap dekompensasi ini, hipoksia menimbulkan peningkatan
permeabilitas kapiler darah. Kehilangan komponen plasma darah ke dalam
jaringan menurunkan volume darah sirkulasi, yang meningkatkan hipoksia
interstisial. Gejala yang berhubungan dengan tahap syok dekompensasi
dihubungkan dengan kegagalan organ dan terjadinya komplikasi. Tingkat
kesadaran dan orientasi menurun. Bradikardia dan hipotensi berlanjut, haluaran
berhenti, terjadi edema perifer, terjadi edema paru dan perifer, dan takipnea.
Distensi abdomen dan ileus paralitik umum terjadi. Individu tampak sakit kritis,
dengan kulit dingin, diaforetik, pucat. pH arteri menjadi asidotik karena
akumulasi asam laktat. Pemulihan pada keadaan ini bergantung pada kondisi
dasar dan kecepatan serta keefektifan penatalaksanaan terapeutik. Syok
ireversibel.
Syok ireversibel menunjukkan progresi akhir dan pada dasarnya merupakan
titik di mana individu menjadi tidak responsif pada semua bentuk
penatalaksanaan terapeutik. Terdapat penurunan progresif pada curah jantung
dan tekanan darah bersamaan dengan peningkatan beratnya asidosis metabolik.
Kematian sel iskemik terjadi dan dimanifestasikan oleh disfungsi ginjal, paru,
dan otak. Kegagalan ginjal dan jantung progresif, manifestasi kesulitan
pernapasan, dan koma menunjukkan keadaan akhir dari kondisi. Kelangsungan
hidup sesungguhmya sangat tidak mungkin.

Tabel 3-6. Gambaran klinis yang terlihat sesuai derajat syok


Kompensasi Dekompemsasi Ireversibel
(nonprogresif) (progresif)
Sensorium Berorientasi Tetap terorientasi: Disorientasi

22
terhadap waktu, kata-kata tidak terhadap koma
tempat, orang jelas
Nadi Frekuensi Frekuensi sangat Frekuensi lebih
meningkat tinggi dari 150
Kualitas penuh Kualitas menurun Kualitas lemah,
sampai menurun dan bervariasi halus, sulit diraba
Tekanan Darah Normal sampai Penurunan 40-50 Sistolik kurang
rendah (penurunan mmHg di bawah dari 80
10-20% tetapi normal Diastolic mungkin
mungkin sedikit (penurunan 20- tidak terdengar
meningkat sebagai 40%)
kompensasi)
Haluaran Urine 35-50 mL/jam 20-35 mL/jam Kurang dari 20
mL/jam
Warna Pucat Pucat Belang (mottled)
Pengisian Kapiler Sirkulasi baik Sirkulasi balik Sirkulasi balik
agak lambat, 3-5 lambat: 5-10 dtk sangat lambat >10
dtk dtk
Gas Darah pH normal pH di bawah 7,35 pH sangat rendah;
7,0-7,2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang

23
menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya
serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat
perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya
karena reaksi alergi atau infeksi). Syok sulit di definisikan. Hal ini berhubungan
dengan sindrom klinik yang dinamis, yang ditandai dengan perubahan
sehubungan penurunan sirkulasi volume darah yang menyebabkan
ketidaksadaran, jika tidak ditangani dapat menyebabkan kematian.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswi kebidanan
mampu memahami dan mempraktikkan ilmu yang kita peroleh berdasarkan
materi dalam makalah ini yakni asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal
syok.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Ratna Pudiastuti. 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan
Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Eliastham, Michael. 1998. Penuntun Kegawatdaruratan Medis Edisi 5. Jakarta: EGC


Manuaba. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

24
Maryunani, Anik. 2009. Buku Saku: Penyakit Jantung Pada Kehamilan, Persalinan
dan Pada Masa Nifas. Jakarta: Trans Info Media
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal & Patologi :
dilengkapi contoh askeb. Yogyakarta: Nuha Medika
Triana, Ani dkk. 2015. Buku Saku: Penyakit Jantung Pada Kehamilan, Persalinan
dan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Deepublish

25
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok bahasan “Syok Dalam Kegawatdaruratan Maternal


Dan Resusitasi Maternal” telah dikoreksi oleh dosen penanggung jawab dan telah
dilakukan revisi oleh tim.

Jakarta, 12 Januari 2020

Dosen Penanggung Jawab

Isroni Astuti, S.Si.T., M.Kes


NIP.198012012008012007

Anda mungkin juga menyukai