DISUSUN OLEH :
KHAIRUNISA
18.0536.N
2018
LAPORAN RONDE KEPERAWATAN
A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Bila terdapat gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan oksigen selama kehamilan/persalinan akan terjadi asfiksia yang
lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi
akan menyebabkan kematian (Hassan, 2007). Pada tahun 2003-2007 angka kejadian
asfiksia di Indonesia adalah 27,97%. Sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2008
sebanyak 29,23% (Depkes, 2008).
1. Tujuan umum
Ronde keperawatan dilakukan untuk membahas dan mendapatkan penyelesaian
atau mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh By.Ny. U
2. Tujuan khusus
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
c. Meningkatkan pola pikir sistematis.
d. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi.
e. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan anggota tim.
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan.
C. Sasaran
Sasaran dalam ronde keperawatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Nama : By Ny. U
2. Umur : 3 hari
Diagnosa medis : asfiksia
D. Materi
Terlampir
E. Alat dan Media
Materi disampaikan secara lisan.
G. Pengorganisasian
Klien : By Ny. U
Keluarga klien : Keluarga Ny.U
Kepala ruang :
Perawat assosaite : Khairunisa
Pembimbing klinik :
Pembimbing akademik : Siti Rofiqoh, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Kontrak dengan keluarga dan kepala ruang.
b. Persiapan ronde keperawatan.
c. Menyiapkan proposal ronde.
d. Menyiapkan rencana strategi pelaksanaan ronde keperawatan.
2. Evaluasi proses
a. Keluarga dapat bekerja sama selama ronde keperawatan.
b. Pelaksanaan diskusi tentang masalah keperawatan yang timbul.
c. Peran perawat saat ronde.
3. Evaluasi hasil
a. Identifikasi masalah klien.
b. Adanya pemecahan masalah klien.
c. Adanya respon dari tindakan yang telah dilakukan.
I. Kepustakaan
Aminullah, A 2004, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta.
Aliyah, A dkk 2007, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan perinatologi Indonesia
(Perinasia): Jakarta.
Effendi, N 2005, Pengantar Proses Keperawatan, EGC : Jakarta
Hasan, Rdkk 2011, Penata Laksanaan Kegawat Daruratan Pediatrik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta, EGC.
Rustam, M 2008, Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, EGC : Jakarta.
Wahidiyat, I dkk. 2001, Diagnosis Fisik Pada Anak, Fakultas kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.
Wiknjosastro. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kes Maternal & Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wong, 2003, Keperawatan pediatri, Jakarta, EGC.
MATERI
ASFIKSIA
A. PENGERTIAN
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan (Mochtar, 2002). Asfiksia
neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga
dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2003). Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit
setelah lahir (Mansjoer, 2005).
B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor etiologi dan predisposisi terjadinya asfiksia, antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia
ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian analgetika atau anesthesi
dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak karena pendarahan,
hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain.
2. Faktor Placenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa, plasenta tipis,
plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin dan Neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, gemelli, IUGR, kelainan kongenital dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus
dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respirator
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik :
kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
h. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan ( Ngastiyah, 2005 ).
D. PATOFISIOLOGI
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran
gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO2 keluar dari tubuh
janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi
cairan yang diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk
respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini sangat rendah dibandingkan dengan
setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin.
Sebagian besar sirkulasi darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak
banyak yang masuk kedalam arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali (menangis),
pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang
udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli
secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran
darah kedalam paru akan meningkat secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan
mulai menutup bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah.
Darah dari jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam
Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole paru
yang mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin
akan dipertahankan.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan
diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan alveoli
mengembang untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang beberapa tarikan nafas
yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan menjamin keberhasilan
pernafasan bayi selanjutnya. Proses persalinan normal (pervaginam) mempunyai peran
yang sangat penting untuk mempercepat proses keluarnya cairan yang ada dalam
alveoli melalui ruang perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe.
Gangguan pada pernafasan pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang
dengan sempurna (memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat
lahir, pada keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir
oleh karena alveoli tidak mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan
gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik nafas yang
pertama akan tetapi sangat dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O2
tubuh. keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi kurang bulan, asfiksia intrauterin,
pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat-obat anesthesi pada
operasi sesar.
Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya udara
kedalam alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni sirkulasi dalam
paru yang berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut antara lain
vasokonstriksi pembuluh darah paru yang berakibat menurunkan perfusi paru. Pada
bayi asfiksia penurunan perfusi paru seringkali disebabkan oleh vasokonstriksi
pembuluh darah paru, sehingga oksigen akan menurun dan terjadi asidosis. Pada
keadaan ini arteriol akan tetap tertutup dan Duktus Arteriosus akan tetap terbuka dan
pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh tidak
mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari
berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau menetap, sehingga
menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada
tingkat permulaan, gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO2 tubuh ini
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut
berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis
glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan
terjadinya gangguan keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini
akan mengganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi
kardiovaskular yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pada penderita asfiksia akan terlihat
tahapan proses kejadian yaitu menurunnya kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2,
menurunnya pH darah dipakainya sumber glikogen tubuh dan gangguan sirkulasi
darah. Perubahan inilah yang biasanya menimbulkan masalah dan menyebabkan
terjadinya gangguan pada bayi saat lahir atau mungkin berakibat lanjut pada masa
neonatus dan masa pasca neonatus.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan
penurunan perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi
konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga penyediaan Oksigen
untuk organ vital seperti jantung dan otak akan meningkat. Apabila askfisia berlanjut
maka terjadi gangguan pada fungsi miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi
penurunan penyediaan oksigen pada organ vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu
“Hypoxic Ischemic Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan yang
menetap pada bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru
lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara cepat dan
tepat (Aliyah Anna, 2007).
E. KLASIFIKASI
Ada 3 derajat Asfiksia dari hasil Apgar yaitu :
1. Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.
Bayi dalam keadaan baik sekali. Tonus otot baik, seluruh tubuh kemerah-merahan.
Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau asfiksia sedang.
Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi jantung lebih dari 100 kali permenit,
tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Nilai Apgar 0-3, asfiksia Berat
Pada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit,
tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung
turun karena O2 dalam darah sedikit.
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena
sering terjadi hipoglikemi.
2. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
1. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
2. PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik sering terjadi hiperapnea.
3. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung
turun karena terjadi hipoksia progresif.
4. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
3. Serum Elektrolit
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
4. Photo thorax :
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru tahir mengikuti
tahap tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
a. Memastikan saluran nafas terbuka :
1) Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
2) Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
3) Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
b. Memulai pernapasan :
1) Lakukan rangsangan taktil
2) Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
c. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan.
d. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )
2. Terapi Medikamentosa
1. Epinefrin
Indikasi:
1) Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan kompresi dada belun ada respon.
2) Sistotik
Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg – 0,03 mg /
kgBB). Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila
perlu
2. Volume Ekspander
Indikasi:
1) Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia dan
tidak ada respon dengan resueitasi.
2) Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
,diitandai dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada
resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat.
Jenis Cairan :
1) Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis awal
10 ml / kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis.
2) Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah banyak.
3. Bikarbonat
Indikasi:
1) Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
2) Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia
Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas darah dan kimia.
Dosis : 1-2 mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (7’4%).
Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak diberikan
secara i.v dengan kecepaten min 2 menit.
Efek sarnping :
pada keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak furgsi miokardium dan otak.
4. Nalokson
Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak rnenyebabkan
depresi pernapasan.
Indikasi:
1) Depresi pernapasan pada bayi bam lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
2) Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.
3) Jangan diberikan pada bayi brug lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with drawl tiba-
tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml)
Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c
(Wong, 2003)
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium
pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung,sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
e. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan
cuping hidung.
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi
pernafasan yang cepat
h. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
i. Gejala dan tanda
a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda :
ketidakefektifan termoregulasi
j. Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal ialah 120 sampai 160 denyutan per menit, selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyutan jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensinya turun sampai dibawah 100/menit, dan lebih-lebih
jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
k. Mekanisme Dalam Air Ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
prosentase kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan terus
timbul kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada prosentase
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
l. Pemeriksaan PH Pada Janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu
turun sampai dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Dengan
penilaian pH darah janin dapat ditemukan derajat asfiksia yaitu :
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi mukus banyak.
b. Ketidakefektifan pola napas b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
d. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi
pemajanan pada agen-agen infeksius.
e. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
f. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota
keluarga.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Tentukan 1. pengumpulan
bersihan jalan tindakan kebutuhan oral/ data untuk
napas b.d produksi keperawatan suction tracheal. perawatan
mukus banyak. selama proses 2. Auskultasi suara optimal
Tujuan : Setelah keperawatan nafas sebelum 2. membantu
dilakukan tindakan diharapkan jalan dan sesudah mengevaluasi
keperawatan nafas lancar. suction keefektifan upaya
selama proses 1. Tidak batuk klien
keperawatan menunjukkan 3. Bersihkan daerah 3. meminimaliasi
diharapkan jalan demam. bagian tracheal penyebaran
nafas lancar. 2. Tidak setelah suction mikroorganisme
menunjukkan selesai dilakukan.
cemas.
3. Rata-rata 4. Monitor status 4. untuk mengetahui
repirasi dalam oksigen pasien, efektifitas dari
batas normal. status suction.
4. Pengeluaran hemodinamik
sputum melalui segera sebelum,
jalan nafas. selama dan
5. Tidak ada suara sesudah suction.
nafas tambahan.