Oleh : Kelompok 4
1. Della Rusmini (21121025P)
2. Febrina Sari Putri (21121026P)
3. Nur Amanah E P (21121027P)
4. Feno Suci W (21121028P)
5. Dina Yuliana (21121029P)
6. Anisa Eki F (21121030P)
7. Cut Indah Nazillah (21121031P)
8. Winika Putri (21121032P)
9. Desi Nita Sari (21121033P)
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan laporan kasus tutorial ini guna memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan Maternitas II.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas tentang “Abortus Inkomplit” yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Penulis sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah ini di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari parapembaca.
Penulis
2
HASIL DISKUSI
TUTORIAL KEPERAWATAN MATERNITAS II
SKENARIO I
Ny. M usia 28 tahun mengaku hamil 2 bulan datang ke Puskesmas dengan
keluhan perdarahan dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Usia kehamilan saat ini
(berdasarkan hari pertama haid terakhir) adalah 8 minggu. Sejak 6 jam yang lalu,
keluar darah dari kemaluan berwarna merah kehitaman, disertai kontraksi yang
sering. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi
nadi 90 kali/menit, frekuensi pernapasan 20 kali/menit, dan suhu 37 oC.
Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik. Abdomen lemas, tidak ada nyeri tekan
maupun nyeri lepas. Tampak perdarahan mengalir dari kemaluan. Pada
pemeriksaan inspekulo, tampak ostium licin, terbuka dan terdapat jaringan keluar
dari ostium. Perdarahan mengalir dari ostium. Pada pemeriksaan dalam, korpus
uteri berukuran setelur bebek, ostium terbuka, tidak teraba massa dan tidak ada
nyeritekan
3
Pembukaan ke dalam sinus untuk pertukaran bebas udara dan lendir. (Cut
Indah)
6. Korpus uteri(Febrina)
Bisa disebut sebagai badan uterus yang paling besar dan utama. Bentuk dari
bagian ini menyempit di bagian bawah dan berlanjut sebagai serviks (Feno)
7. Abdomen (Cut Indah)
Bagian tubuh yang berada di antara dada dan pelvis. Perut disebut juga
sebagai abdomen atau rongga tubuh. Wilayah perut meliputi seluruh rongga
perut yang terdiri dari saluran pencernaan dan organ pelengkap, sistem
kemih, dan limpa. (Della)
STEP 2 : PERTANYAAN
1. Apa diagnosa yang dapat di ambil dari kasus?(Winika)
2. Penatalaksanaan apa yang dilakukan dari kasus tersebut?(Della)
3. Apa pendarahan pada kehamilan menyebabkan keguguran?(Febrina)
4
peroral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu) yang ini hanya dilakukan
oleh dokter obgyn, bidan disini bertugas menjadi asisten.
c. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan
kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi, Jika
perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi
eksplusi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg), evakuasi sisa hasil konsepsi
yang tertinggal dalam uterus (dapat dilakukan oleh bidan di rumah sakit
dengan instruksi dokter).
d) Penatalaksanaan abortus inkomplit adalah:
1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan instruksi
apabila terjadikomplikasi/kelainan
2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang
tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik,
setelah cairan habis lepasinfus
3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisipasien
4) Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai tetapi pasien masih memerlukanperawatan
5) Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis
perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan
kepada petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pascatindakan
e) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan
lanjutan ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam
catatan pasca tindakan (Feno)
3. Kemungkinan iya, keguguran ditandai dengan perdarahan, kram perut, dan
pembukaan jalan lahir. Meski begitu, janin yang luruh belum keluar dari
rahimPendarahan merupakan salah satu tanda keguguran. Selain itu dapat
ditandai dengan perubahan gejala kehamilan, keluar cairan atau jaringan dari
vagina, dan pembukaan jalan lahir (Dina)
5
STEP 4:PATHWAY
Etiologi
Gangguan adaptasi
kehamilan
Abdomen
Resiko cedera Gangguan
lemas
pada ibu rasa nyaman
Ostium terbuka
Pendarahan
Resiko syok
6
STEP 7 : MENJAWAB LEARNING OBJECTIF
1. Apa diagnosa yang dapat di ambil dari kasus?
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguanadap
b. tasi kehamilan di tandai dengan mengeluh tidaknyaman
c. Resiko Cedera pada janin dibutikan dengan nyeri padaabdomen
d. Resiko syok dibuktikan dengan pendarahan (SDKI, SLKI, SIKI.
2018)
7
abortus yaitu jumlah graviditas, umur ibu, penyakit ibu yang melemahkan,
infeksi, paparan lingkungan, dan trauma fisik maupun emosional.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat abortus adalah perdarahan, perforasi
uterus pada saat pengerokan (kuretase), infeksi yang biasanya terjadi pada
abortus inkomplit serta syok yang disebabkan oleh perdarahan (Yono,
2011). Sedangkan menurut Mirza (2008), penyulit-penyulit pada abortus
diantaranya yaitu perdarahan, perforasi uterus, infeksi, perlekatan kavum
uteri, dan luka pada serviks uteri.
https://103.106.72.77/index.php/JHS/article/download/207/199
8
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INKOMPLIT
1. Definisi
2. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan abortus antara lain:
a) Faktor Janin Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan
ini terjadi pada 50% - 60% kasus keguguran, fakta kelainan yang paling
sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio,
janin atauplasenta.
b) Faktor Ibu
1) Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangantiroid
2) Faktor kekebalan (imunologi) misalnya pada penyakitlupus
3) Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma, herpes,kiamida
4) Kelemahan otot leherrahim
9
5) Kelainan bentukrahim
c) Faktor Bapak Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkanabortus.
d) Faktor Genetik Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling
sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang
paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom
pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester
pertama menunjukkan beberapa tipeabnormalitasgenetik.
e) Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-
15% wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
3. Tanda danGejala
Menurut Pudiastuti (2012), tanda dan gejala abortus inkomplit antaralain:
a) Perdarahan sedang hingga banyak, kadang-kadang keluar gumpalandarah
b) Uterus sesuai masakehamilan
c) Kram atau nyeri perut dan terasamules-mules
d) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsungterus
e) Servik tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap
corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan
menutupkembali.
1) Gejala Klinik
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah umur kehamilan
tersebut sudah lewat, maka plasenta dan janin keluar secara terpisah.
Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat
akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplit
(Prawirohardjo,2012).
Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana
pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
1
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian plasenta
site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh
dalam keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi
dikeluarkan (Prawirohardjo, 2012).
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum
dan mengatasi gangguan hemodinamika yang terjadi untuk kemudian
disiapkan tindakan kuretase. Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan
segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar
jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan
(Prawirohardjo,2012).
4. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga
hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu
villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada
plasenta. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu
singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang
telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia
menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan
(Ai Yeyeh,2012).
1
5. Pathway
1
6. Penatalaksanaan
Menurut Marmi (2011), penanganan abortus inkomplit antara lain :
a) Jika perdarahan tidak terlalu banyak, dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melaluiserviks.
b) Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400
mg peroral (dapat dilakukan oleh bidan dengan kolaborasi dengan dokter
ahlikandungan).
c) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual
(AVM) merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia. Jika evakuasi
belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg IM (diulangi setelah
15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mg peroral (dapat diulangi setelah
4 jam jika perlu) yang ini hanya dilakukan oleh dokter obgyn, bidan disini
bertugas menjadiasisten.
d) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit dalam
500 ml cairan IV (garam fisiologis atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40
tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi, Jika perlu berikan
misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi eksplusi hasil
konsepsi (maksimal 800 mcg), evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal
dalam uterus (dapat dilakukan oleh bidan di rumah sakit dengan instruksi
dokter).
e) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan. Menurut
Saifuddin (2012), pada kasus abortus inkomplit penatalaksanaan post
curettage adalah :
6) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan instruksi apabila
terjadikomplikasi/kelainan
7) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia
dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan
habis lepasinfus
1
8) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisipasien
9) Beritahu kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi
pasien masih memerlukanperawatan
10) Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis perawatan yang
masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan kepada petugas tersebut
bila ada keluhan/gangguan pascatindakan
11) Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan
lanjutan ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan
pascatindakan.
7. PemeriksaanPenunjang
Data penunjang yang diperlukan pada kasus abortus inkomplit adalah
pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu dengan
diagnosis secara klinis (Prawirohardjo, 2012).
1
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
ABORTUS INKOMPLIT
1. Pengkajian
a. Identitas/biodata
Nama: Ny. M
Umur: 28tahun
b. Riwayatkesehatan
1. Keluhanutama
a) Saat masuk RS : Perdarahan dari kemaluan sejak 6 jam yang
lalu
b) Saat pengkajian : Keluar darah dari kemaluan berwarna
merah kehitaman sejak 6 jam yang lalu, disertai kontraksi yang
sering
2. RiwayatKehamilan
Usia kehamilan (HPHT) : 2 bulan (8 minggu)
b. Pemeriksaanfisik:
Tekanandarah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu :37oC
Konjungtiva : Tidak pucat, skleraikterik
Abdomen : Lemas, tidak ada nyeri tekan maupun nyeri lepas.
Tampak perdarahan mengalir darikemaluan.
Pemeriksaan inspekulo:
tampak ostium licin, terbuka dan terdapat jaringan keluar dari ostium.
Perdarahan mengalir dari ostium.
c. PemeriksaanDalam
Korpus uteri: Berukuran setelur bebek, ostium terbuka, tidak teraba
massa dan tidak ada nyeri tekan
1
2. DiagnosisKeperawatan
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gangguanadap
b. tasi kehamilan di tandai dengan mengeluh tidaknyaman
c. Resiko Cedera pada janin dibutikan dengan nyeri padaabdomen
d. Resiko syok dibuktikan denganpendarahan
3. Intervensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan rasa nyaman (D.0074) Status kenyamanan (L.08064)
Definisi : Perasaan kurang senang, lega Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238)
dan sempurna dalam dimensi fisik, diharapkan toleransi aktivitas teratasi
psikospiritual, lingkungan dan social dengan krirteria hasil: - Observasi
Penyebab : 1. Kesejahteraan fisik meningkat 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
2. Kesejahteraan psikologis durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
meningkat nyeri
1. Gejalapenyakit
3. Dukungan social dan keluarga 2. identifikasi skalanyeri
2. Kurang pengendalian
dan dari temanmeningkat 3. identifikasi respon nyeri nonverbal
situasional/lingkungan
4. Perawatan sesuai kebutuhan 4. identifikasi faktor pemberat dan
3. Ketidakaekuatan sumber daya mis
meningkat memperingannyeri
(mis. dukungan finansial, sosial dan
5. Keluhan tidak nyamanmenurun 5. identifikasi pengetahuan dan
pengetahuan)
6. Gelisahmenurun keyakinan tentangnyeri
4. Kurangnyaprivasi
7. Kesulitan tidurmenurun 6. identifikasi pengaruh nyeri pada
5. Gangguan stimuluslingkungan
8. Keluhankedinginan/kepanasan kualitashidup
6. Efek samping terapi (mis. medikasi,
radiasi,kemoterapi) menurun
9. Merintihmenurun - terapetik:
7. Gangguan adaptasi kehamilan 1. berikan teknik nonfarmakologis:
slow stroke back massage
Gejala dan Tanda Mayor : 2. control lingkungan yang
memperberat rasanyeri
Subjektif : mengeluh tidak nyaman 3. fasilitas istirahat dantidur
4. pertimbangkan jenis dan sumber
Objektif : Gelisah nyeri dalam pemilihan strategi
meredakannyeri
Gejala dan Tanda Minor : - edukasi:
1. jelaskan penyebab, periode, dan
Subjektif : pemicunyeri
2. jelaskan strategi meredakannyeri
1. Mengeluh sulittidur 3. ajarkan teknik nonfarmakologis
2. Tidak mampurileks untuk mengrangi rasanyeri
3. Mengeluhkedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal - kolaborasi:
5. Mengeluhmual kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
6. Mengeluhlelah
Objektif :
17
2. Resiko Syok (D.0039) Tingkat Syok (L.03032) Pencegahan syok (I.02068)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Observasi:
Definisi : diharapkan tingkat syok menurun dengan 1. Monitor statuskardiopolmunal
krirteria hasil: 2. Monitor statusoksigenasi
Beresiko mengalami ketidakcukupan 1. Kekuatan nadimeningat 3. Monitor statuscairan
aliran darah ke jaringan tubuh, yang 2. Output urinemeningkat 4. Monitor tingkat kesdaran dan respon
dapat mengakibatkan disfungsi seluler 3. Tingkat kesadaranmeningkat pupil
yang mengancam jiwa. 4. Siturasi oksigenmeningkat 5. Periksa riwayat alergi
5. Akral dinginmenurun - Terapetik
6. Pucatmenurun 1. Berikan oksigen untuk
Faktor Risiko :
7. Konfusimenurun mempertahankan saturasi oksigen
8. Latergimenurun >94%
1. Hipoksemia 9. Asiosis metabolicmenurun 2. Persiapan intubasi dan ventilasi
2. Hipoksia mekanis, jikaperlu
3. Hipotensi 3. Pasang jlurIV
4. Kekurangan volumecairan 4. Pasang kateter urine untuk menilai
5. Sepsis produksiurine
6. Sindrom respons inflamasi sismetik 5. Lakukan skin test untuk mencegah
(systemic inflamatory response reaksialergi
syndrome[SIRS] - Edukasi
1. Jelaskan penyebab/factor risikosyok
2. Jelaskan tanda dan gejala awalsyok
3. Anjurkan perbanyak asupan cairan
oral
4. Anjurkan menghindari allergen
- Kolaborasi
1. Kolaboraso pemberian IV
18
2. Kolaborasi pemberian infuse
darah
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi
Resiko cedera pada janin ( D.0138) Tingkat cedera ( L.14537) Pencegahan cedera (I.14537)
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Observasi
diharapkan tingkat cedera menurun 1. Identifikasi area lingkungan yang
Berisiko mengalami bahaya atau dengan krirteria hasil: berpotensi menyebabkan cedera
kerusakan fisik pada janin selama proses 1. Toleransi aktivitasmeningkat 2. Identifikasi obata yang berpotensi
kehamilan dan persalinan 2. Nafsi makanmeningkat menyebabakancedera
3. Toleransi makanmenimgkat 3. Identifikasi alas kaki atau stoking
4. Kejadian cederamenurun elastic pada ekstermitas bawah
Faktor Risiko
5. Luka/lecetmenurun - Terapetik
6. Ketegangan otot menurun 1. Sediakan cahaya yangmemadai
1. Besarnya ukuranjanin perdaranmenurun 2. Gunakan lampu tidur selama jam
2. Malposisijanin 7. Ekpresi wajah kesakitanmenurun tidur
3. Induksipersalinan 8. Gangguan obilitasmenurun 3. Gunakan alas kaki jika beresiko
4. Persalinan lama kala |, || dan||| mengalami cederaserius
5. Disfungsiuterus 4. Sediakan pispot dan urinaria untuk
6. Kecemasan yang berlebihantentang eleminasi di tempttidur
prosespersalinan 5. Pastikan barang-barang ribadi
7. Riwayat persalinansebelumnya mudah diajangkau
8. Usia ibu (<15 tahun atau >35tahun) 6. Pastikan roda dan tempat tidur dalam
9. Paritasbanyak terkunci
10. Efek metode/intervensi bedah selama 7. Tingkatkan frekuensi observasi dan
persalinan pengawasan pasien, sesuai
11. Nyeri pada abdomen kebutuhan
19
1. Nyeri pada jalanlahir - Edukasi
2. Penggunaan alat bantupersalinan 1. Anjurkan alasan intervensi jatuh
3. Kelelahan ke pasien dankeluarga
4. Merokok 2. Anjurkan bergantian poisi secra
5. Efek agenfarmakologis perlahan dan duduk
6. Pengaruhbudaya selamabeberapa menit
7. Pola makan yang tidaksehat sebelumberdiri
8. Faktorekonomi
9. Konsumsialkohol
10. Terpapar agenteratogen
20
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja Siki Dpp Ppni, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Siki), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja Slki Dpp Ppni, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Slki),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
22