Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN MATERNITAS II

Disusun oleh:
Kelompok 4:
1. Ahmad Robby Masduki (21120008)
2. Andini (21120009)
3. Cindy Pricilia (21120010)
4. Desi Sahlima Wati (21120011)
5. Devi Aprilia Pramesti (21120012)
6. Dewanti Suliandari (21120013)
7. Diah Agustina (21120014)
8. Dian Indriani (21120015)
9. Jesica Mutiara Bintang (21120023)
10. Julian Dwi Saputra (21120024)
11. Kelvin Aditya (21120025)
12. Lia Fitriana (21120026)
13. M. Alba Julio Aldin (21120027)
Dosen Pembimbing: Sri Tirtayanti, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021/2022
Kasus Tutorial 1

Keperawatan Maternitas II

Ny. M usia 28 tahun mengaku hamil 2 bulan datang ke Puskesmas dengan keluhan
perdarahan dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Usia kehamilan saat ini
(berdasarkan hari pertama haid terakhir) adalah 8 minggu. Sejak 6 jam yang lalu,
keluar darah dari kemaluan berwarna merah kehitaman, disertai kontraksi yang
sering. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi
nadi 90 kali/menit, frekuensi pernapasan 20 kali/menit, dan suhu 37 oC.
Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik. Abdomen lemas, tidak ada nyeri tekan
maupun nyeri lepas. Tampak perdarahan mengalir dari kemaluan. Pada
pemeriksaan inspekulo, tampak ostium licin, terbuka dan terdapat jaringan keluar
dari ostium. Perdarahan mengalir dari ostium. Pada pemeriksaan dalam, korpus
uteri berukuran setelur bebek, ostium terbuka, tidak teraba massa dan tidak ada
nyeri tekan.

Ketua Tutor : Lia Fitriana

Sekretaris/Notulen : Andini
Step 1: Klarifikasi istilah

1. Pemeriksaan inspekulo (Devi Aprilia Pramesti)


2. Corpus uteri (Desi Sahlima Wati)
3. Sklera ikterik (Cindy Pricilia)
4. Konjungtiva (Diah Agustina)
5. Ostium (Kelvin Aditya)
6. Nyeri lepas (Andini)

Jawab:
1. Konjungtiva adalah lendir atau lapisan mukosa yang melapisi permukaan
dalam kelopak mata (Devi Aprilia Pramesti).
2. Pemeriksaan inspekulo adalah pemeriksaan menggunakan spekulum atau alat
yang menyerupai mulut bebek (Julian Dwi Saputra).
3. Ostium adalah pembukaan ke dalam sinus untuk pertukaran bebas udara dan
lendir. Lapisan ostium memiliki epitel bersilia (sel rambut halus) yang
memindahkan lendir ke hidung (Dewanti Suliandari).
4. Sklera ikterik merupakan suatu gejala perubahan sklera, membran mukosa dan
kulit menjadi kuning sebagai akibat dari kenaikan konsentrasi bilirubin. (Lia
Fitriana).
5. Corpus uteri merupakan bagian utama dari rahim, pada kehamilan ini berfungsi
utama bagi janin untuk hidup (Cindy Pricilia).
6. Nyeri lepas tekan adalah ketika menekan perut memang terasa sakit, namun
ketika tekanan tersebut dilepas, seketika akan terasa lebih sakit (Dian
Indriani).
Step 2: Mengindentifikasi permasalahan

1. Apa itu pemeriksaan inspekulo dan apa yang di periksa? (Dian Indriani).

2. Bagaimana tindakan asuhan keperawatan pada pasien tersebut? (Kelvin


Aditya).
3. Mengapa pemeriksaan dalam kenapa tidak teraba masa dan tidak adanya nyeri
tekan? (Devi Aprilia Pramesti).
4. Apa faktor utama pada pendarahan tersebut? (Julian Dwi Saputra).

Step 3: Menjawab pertanyaan dari step 2

1. PD terdiri atas vaginal touch (colok vagina) dan inspekulo (melihat saluran
kelamin luar dengan menggunakan alat spekulum). pada dasarnya pemeriksaan
ini di lakukan untuk memantau kehamilan dan kelainan lain pada organ
reproduksi, sehingga beberbagai risiko atau dampak negatif pada kehamilan
yang muncul bisa di tangani (Andini).
2. - perbanyak istirahat dan berbaring
- mengurangi aktivitas fisik yang berat
- menghindari hubungan seksual (Diah Agustina).
3. Karena sudah terjadi abortus maka dari itu tidak teraba masa dan sudah tidak
adanya nyeri tekan (Lia Fitriana).
4. Faktor utama pada pendarahan tersebut disebabkan oleh kontraksi yang sering
menimbulkan rasa nyeri (Lia Fitriana).
Step 4: Pathway (Jessica Mutiara Bintang)

Kasus: Abortus

PATHWAY
Step 5: Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami konsep abortus.

2. Mahasiwa mampu membedakan dan memahami jenis-jenis abortus.

3. Mahasiswa bisa memberikan edukasi kepada klien.

4. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan pada pasien abortus.

5. Mahasiswa mampu mengenali ciri-ciri dari abortus.

6. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan inspekulo.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian pada pasien abortus.

8. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada pasien abortus.

Step 6: Belajar mandiri

Memutuskan kasus: Abortus

Diagnosa keperawatan:

1. Nyeri akut b.d kontraksi uterus,sisa hasil konsepsi


2. Ansietas b.d kemungkinan akan kehilangan janin
3. Defisit volume cairan b.d pendarahan
Step 7: Jawaban LO dari beberapa mahasiswa

Definisi Abortus Inkomplit

(Andini)

Abortus Inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum


20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal di dalam uterus. Masalah
yang sering muncul di abortus inkomplit adalah nyeri. Nyeri adalah perasaan yang
tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang mengalaminya yang
dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. (Jurnal Sahabat
Keperawatan, Februari 2022).

(Desi Sahlima Wati)

Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Abortus Spontan

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor

mekanisme ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-

faktor ilmiah. Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a. Abortus Kompletus (keguguran lengkap) adalah seluruh hasil konsepsi

dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong.

b. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil

konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan plasenta.

c. Abortus Insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah abortus yang

sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.

d. Abortus Iminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat dan


akan terjadi.
e. Missed Abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.

f. Abortus Habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran


berturut-turut 3 kali atau lebih.

g. Abortus Septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran


kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.

2. Abortus Provokatus

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun

alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a. Abortus Medisinalis

Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan

dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

b. Abortus Kriminalis

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal

atau tidak berdasarkan indikasi medis.

(Cindy Pricilia)

Edukasi pada kasus abortus adalah pasien tidak dianjurkan untuk menggunakan
tampon, douching atau berhubungan seksual sementara selama minimal 1-2
minggu atau selama masih ada flek yang keluar dari vagina. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah timbulnya infeksi dan perdarahan lanjut. Pasien juga
dianjurkan untuk untuk tirah baring dan abstinensia.
(tambahan dari Andini)

Dibutuhkan peran dari mahasiswa kesehatan yaitu perlu adanya pemberian


pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang memiliki usia yang beresiko, jarak
kehamilan <2 tahun, adanya riwayat abortus dan faktor-faktor yang akan
membahayakan kondisi ibu dan janin, serta pemberian papan bener pada rumah
sakit maupun ditempat pelayanan kesehatan lainnya, sehingga komplikasi obstetri
dapat terhindari ataupun dapat berkurang.

(Midwifery Health Journal, tahun 2020).

(Dewanti Suliandari)

1. Pastikan tiap hari minum minimal 400mg asam folat, dua kali sehari
2. Olahraga teratur
3. Konsumsi makanan sehat dan bergizi
4. Kelola stres
5. Jaga berat badan saat hamil normal
6. Jangan merokok dan hindari paparan asap rokok
7. Jangan konsumsi alkohol
8. Jangan konsumsi kafein maksimal 200mg
9. Jangan pakai obat-obatan terlarang
10. Rutin imunisasi
11. Teratur cek ke dokter supaya segera diketahui bila ada kelainan pada
kandungan Bunda.

(M. Alba Julio Aldin)

Inspekulo. Pemeriksaan menggunakan spekulum, alat yang mirip paruh bebek,


untuk menilai dinding vagina, leher rahim dan sekitarnya. Spekulum akan
membuka vagina sehingga mulut rahim dan dinding vagina bisa dilihat dokter
untuk mengetahui apakah ibu sedang hamil muda atau tidak.Vaginal touch.
Perabaan dengan jari, bagian dalam untuk menilai rahim, saluran telur/tuba dan
indung telur, juga keadaan kehamilan, yaitu bagian terbawah janin, pembukaan
leher rahim, turunnya bagian terendah janin, kemajuan
persalinan/membendingkan dengan pemeriksaan sebelumnya, serta prakiraan
kapasitas panggul/ukuran panggul.

(Dian Indriani)

Pengkajian pasien abortus meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa


potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

(Devi Aprilia Pramesti)

Pemeriksaan fisik pada pasien abortus yaitu :

1. Keadaan umum dan kesadarsn umum

2. Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan,suhu.

3. Pemeriksaan kepala ke kaki

(Julian Dwi Saputra)

Mengutip WebMD, ciri-ciri keguguran atau abortus dapat diamati dari kondisi
ibu hamil sebagai berikut:

1. Pendarahan yang berubah dari ringan ke berat

2. Kram parah

3. Sakit perut

4. Kelelahan Sakit punggung ringan hingga berat

5. Demam (diikuti salah satu gejala ini)


6. Penurunan berat badan ibu hamil

7. Lendir putih ke merah mudaan

8. Kontraksi

9. Keluarnya jaringan yang terlihat seperti gumpalan darah dari vagina

10. Tanda-tanda kehidupan janin menurun (Shintaloka Pradita Sicca, 2022).

Learning Outcome

1. Menjelaskan Definisi dan Etilogi Abortus


Menurut World Health Organization (WHO) bahwa aborsi termasuk
dalam masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian
dan merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia”. Masalah
aborsi menjadi suatu pokok perhatian dalam kesehatan masyarakat karena
pengaruhnya terhadap mobiditas dan mortalitas maternal” (Sarwono, 2014:
7).
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah kehamilan baik
sebagian ataupun keseluruhan pada umur kehamilan lewat dari 20 minggu.
Kematian janin dalam rahim disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD),
yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau
pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada
trimesterpertama disebut keguguran atau abortus (Setiawati, 2013:189-
190).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan akibat faktor tertentu
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Yulaikha Lily, 2015: 72).
Abortus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Abortus Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran): merupakan ± 20
% dari semua abortus.
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara
spontan sebelum janin dapat bertahan. WHO mendefinisikan sebagai
embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai
dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau
kurang. Abortus spontan terjadi pada sekitar 15%-20% dari seluruh
kehamilan yang diakui, dan biasanya terjadi sebelum usia kehamilan
memasuki minggu ke-13 (Fauziyah, 2012: 37).
Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran darah dari
jalan lahir adalah gejala yang paling umum terjadi pada abortus
spontan. Kram dan pendarahan vagina yang mungkin tejadi sangat
ringan, sedang, atau bahkan berat. Tidak ada pola tertentu untuk berapa
lama gejala akan berlangsung. Selain itu gejala lain yang menyertai
abortus spontan yaitu nyeri perut bagian bawah, nyeri pada punggung,
pembukaan leher rahim dan pengeluaran janin dari dalam rahim.
Berdasarkan gambaran klinisnya, abortus dibagi menjadi:
1) Abortus Imminiens (keguguran mengancam). Abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
Pada abortus ini terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa
adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi pendarahan melalui
ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar
tuanya kehamilan. Serviks belum membuka, dan tes kehamilan
positif.
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Pada abortus ini peristiwa
peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia kehamilan 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa mulas
menjadi lebih sering dan kuat, pendarahan bertambah.
3) Abortus incompletes (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan
plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Pada abortus ini
pengeluaran Sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan
vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavun
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan, dapat menyebabkan syok.
4) Abortus komplit (keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan
telah dilahirkan dengan lengkap. Pada abortus ini, ditemukan
pendarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus sudah
mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila
penderita anemia perlu diberi sulfat ferrosus atau transfusi
(Fauziyah, 2012: 42-45).
5) Missed Abortion (keguguran tertunda) ialah keadaan dimana janin
telah mati sebelum minggu ke-22. Pada abortus ini, apabila buah
kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.
Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan sedikit
sehingga menimbulkan gambaran abortus imminiens (Sulistyawati,
2013:123).
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang), ialah abortus yang
telah berulang dan berturut-turut terjadi: sekurang-kurangnya 3X
berturut-turut.
7) Abortus infeksiosus, abortus septic Abortus infeksiosus ialah
abortus yang disertai infeksi pada alat genetalia.Abortus septik ialah
abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh
(Sarwono, 2014: 467-473).
b. Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan): 80 % dari semua abortus
dibagi atas 2 yaitu:
1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus ialah
pengguguran kehamilan biasanya dengan alat-alat dengan alasan
bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu,
misalnya karena ibu berpenyakit beratmisalnya: penyakit jantung,
hypertensi essentialis, carcinoma dari serviks.
2) Abortus Provocatus criminalis
Abortus buatan kriminal (abortus propocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum (Feryanto,2014: 41).
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum. Abortus provokatus
dapat dilakukan dengan pemberian prostaglanding atau curettage
dengan penyedotan (Vacum) atau dengan sendok kuret (Pudiastusi,
2012: 41-42).
Ada beberapa faktor-faktor penyebab abortus adalah:
a. Faktor pertumbuhan hasil konsespi. Kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat bawaan yang
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan
hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi
hasil konsepsi.
b. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu
pendek.
3) Pengaruh luar.
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima
hasil konsepsi.
b. Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi
menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan pada plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh dara plasenta
diantaranya diabetes mellitus.
2) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran dara plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.
c. Penyakit ibu.
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta.
1) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria
dan sifilis.
2) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O2
menuju sirkulasi retroplasenter.
3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal.
Penyakit hati, dan penyakit diabetes mellitus kelainan yang
terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplefsia uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks. (kolisasi,
amputasi, serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, Ida
Ayu Candranita dkk, 2013 :288-289).

2. Menjelaskan patofisiologi Abortus


Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis
kemudian diikuti oleh nekrosi jaringan sekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga
merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8
minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili
korialis belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili korinalis menembus
desidua lebih dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan
sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak pendarahan. Pada
kehamilan 14 minggu ke atas, umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah adalah janin, disusul setelah beberapa waktu kemudian adalah
plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniatur (Yulaikha, 2015:75).

3. Menjelaskan Manifestasi Klinis


1. Nyeri hebat
2. Perdarahan banyak, Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan
anemis.
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
4. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian
masih berada di dalam uterus
5. Pemeriksaan dalam :
a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
6. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
7. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.
8. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
9. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
10. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
11. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim
yang di anggap corpusglium, maka uterus akan berusaha mengeluarkan
dengan mengadakan kontraksi. Tetapi kalua keadaan ini dibiarkan
lama, serviks akan menutup Kembali.
4. Menjelaskan tentang klasifikasi Abortus dan penanganannya
Klasifikasi Abortus dan Penanganannya:
Sebelum penanganan sesuai klasifikasinya, abortus memiliki penanganan
secara umum antara lain:
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekann darah, pernapasan, suhu).
2. Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin,pucat, takikardi, tekanan
sistolik<90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
3. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikut kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam
untuk 48 jam:
a. Ampisilin 2 g lV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam.
b. Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c. Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
d. Segerah rujuk ibu ke rumah sakit.
Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan kongseling kontrasepsi pasca keguguran.
Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus (WHO, 2013:84)
1. Abortus imminiens adalah Penangananya:
a. Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan sehingga rangsang mekanik berkurang.
b. Pemberian hormon progesterone
c. Pemeriksa ultrasonografi (USG)
2. Abortus Insipiens adalah pengeluaran janin dengan kuret vakum atau
cunan ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12
minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya
proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.
Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal
bahaya peforasinya kecil.
3. Abortus inkomplit adalah begitu keadaan hemodinamik pasien sudah
dinilai dan pengobatan dimulai, jaringan yang tertahan harus diangkat
atau perdarahan akan terus berlangsung. Oksitosik (oksitosin 10
IU/500ml larutan dekstrosa 5% dalam larutan RL IV dengan kecepatan
kira-kira 125 ml/jam) membuat uterus berkontraksi, membatasi
perdarahan, membantu bekuan darah atau jaringan dan mengurangi
kemungkinan perforasi uterus selama dilatasi dan kuretase.
4. Abortus komplit dan abortus tertunda (missed Abortion) Penganan
terbaru missed abortion adalah induksi persalinan dengan supositoria
prostaglandin E2, jika perlu dengan oksitosin IV (C.Benson, 2013: 302).

5. Menjelaskan dari pemeriksaan diagnostic Abortus

1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah
mati.
2. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data
laboratorium tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung
trombosit.
4. Kultur darah dan urine.
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
a) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
b) Adakah disertai bekuan darah
c) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
a) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c) Apakah tampak jaringan keluar ostium
d) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium
c. Pemeriksaan dalam/Colok vagina
a) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
b) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari
usia kehamilan
d) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
e) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
f) Adakah terasa tumor atau tidak
g) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

6. Menjelaskan pencegahan Abortus


Jika keguguran akan segera terjadi, hal tersebut tidak bisa dicegah. Jika
sebelumnya terdapat perdarahan pada awal kehamilan dan diagnosis
ancaman keguguran dibuat, pengurangan aktivitas atau bed rest akan
sangat direkomendasikan untuk pasien. Sekarang, kebanyakan dokter
mengakui bahwa tidak ada bukti bahwa tindakan tersebut, atau memang
intervensi apapun, dapat mengurangi risiko gejala setelah keguguran telah
dimulai. Perlu diperhatikan keguguran tersebut yang tidak disebabkan oleh
aktivitas fisik secara teratur, kecelakaan kecil, olahraga, hubungan seksual,
atau tersandung kecil atau jatuh.

7. Menjelaskan peran perawat pada kasus Abortus


Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun
juga problem sosial yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban
Barat. Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara komprehensif-
fundamental-radikal, yang intinya adalah dengan mencabut sikap taqlid
kepada peradaban Barat dengan menghancurkan segala nilai dan institusi
peradaban Barat yang bertentangan dengan Islam, untuk kemudian
digantikan dengan peradaban Islam yang manusiawi dan adil. Mengingat
banyak sekali kalangan yang remaja yang melakukan aborsi dalam hal ini
perawat islam bisa mencegah aborsi dengan cara melakukan :
a. Memberikan penyuluhan tentang seks yang benar.
b. Melakukan pendekatan
c. Memperdalam pemahaman akan agama pada klien
d. Memperkuat pendidikan agama agar moral mereka tinggi dan sadar
bahwa free seks tidak sesuai dengan agama dan berbahaya.
e. Sebelum bertindak, orang harus mulai berpikir: nanti bagaimana
bukannya bagaimana nanti.
f. Mendampingi memberikan support, agar tidak jadi mengaborsi.
g. Memberi tahu bahwa keputusan untuk aborsi, kemungkinan bisa
menghantui seumur hidupnya, mengaborsi anaknya, dan selama
beberapa minggu dia masih menyesali dan menangisi kejadian itu,
seperti kematian seorang anak.

Selanjutnya perawat bisa memberikan pengertian tentang akibat-akibat


yang akan terjadi. Misalnya, aborsi seringkali mendatangkan maut. Adanya
kasus kematian paska aborsi juga perlu diwaspadai.Komplikasi-komplikasi
jangka pendek lain yang mungkin dihadapi adalah:

a) Infeksi.
b) Pembekuan darah dalam kandungan.
c) Aborsi yang tidak tuntas.
d) Aborsi yang gagal.
e) Trauma rahim. Karena adanya perobekan rahim dan leher rahim, rahim
mengalami trauma.
f) Pendarahan.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Membutuhkan kemampuan menganalisa sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah:
a. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat.
b. Anamnesis: perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala /
keluhan lain , cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan
riwayat obstetri / ginekologi.
c. Prinsip: wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal
harus selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan
d. Pemeriksaan fisis umum: keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA
keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera.
e. Pemeriksaan ginekologi: ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika
memungkinkan, cari sumber perdarahan: apakah dari dinding vagina, atau
dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium.
f. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan
penunjang (ambil sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche).
g. Pemeriksaan vaginal touche: hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak
uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke
dalam ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya
dilatasi serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada
tidaknya massa atau tanda akut lainnya.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain:
a. Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
a. Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
b. Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
c. Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.
3. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
a. Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
b. Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut
apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
4. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang: rontgen, USG, biopsi, pap
smear. Keluarga berencana: Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan
KB jenis apa.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kontraksi uterus, sisa hasil konsepsi
2. Ansietas b.d kemungkinan akan kehilangan janin
3. Defisit volume cairan b.d pendarahan
E. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut berhubungan dengan dengan Pain Management Pain Management
kontraksi uterus, perubahan dinding 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk memberikan tindakan
endometrium dan jalan lahir. Setelah komprehensif termasuk lokasi, keperawatan yang sesuai
dilakukan tindakan keperawatan selama karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas 2. Untuk mengetahui kemajuan
1x60 menit (1 jam) diharapkan nyeri akan dan faktor presipitasi,. persalinan dan ketidaknyamanan yang
berkurang 2. Kaji kontraksi uterus dan dirasakan ibu
NOC: ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, 3. Respon mimik dari nyeri yang
1. Pain level durasi, intensitas, dan gambaran dirasakan ibu.
2. Pain control ketidaknyamanan) 4. Dapat mengurangi faktor yang
3. Comfort level 3. Observasi reaksi nonverbal dari reaksi memperparah tingkat nyeri
Kriteria Hasil: ketidaknyamanan 5. Membantu mengurangi nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat 6. Untuk diberikan tindakan selanjutnya
2. Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu dalam mengatasi nyeri yang tidak
3. Mengungkapkan penurunan nyeri ruangan, pencahayaan, dan kebisingan berhasil tersebut
4. Menggunakan tehnik yang tepat 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
untuk mempertahankan kontrol
nyeri.
6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada Analgesic administration
keluhan dan tindakan penanganan nyeri 1. Verifikasi dalam pemberian obat,
yang tidak berhasil. menghindari kesalahan dalam
pemberian obat
Analgesic administration 2. Menurunkan tingkat nyeri dengan
1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
analgesik pada klien
3. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah diberikan analgesik
2 Ansietas berhubungan dengan NIC: Anxiety Reduction
kemungkinan akan kehilangan janin Anxiety Reduction 1. Mengidentifikasi perhatian pada
NOC: 1. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi bagian khusus dan menentukan arah
Anxiety self-control, anxiety level, kecemasan. dan kemungkinan pilihan/ intervensi.
coping. Setelah dilakukan tindakan 2. Berikan informasi tentang penyimpangan 2. dapat menghilangkan ansietas
keperawatan selama (1x30 menit) genetic khusus, resiko yang dalam berkenaan dengan ketidaktahuan dan
Ansietas klien teratasi dengan reproduksi dan ketersediaan membantu keluarga mengenai stress,
tindakan/pilihan diagnose
kriteria hasil: 3. Kembangkan sikap berbagi rasa secara membuat keputusan, dan beradaptasi
1. Klien mampu mengidentifikasi dan terus menerus. secara positif terhadap pilihan.
mengungkapkan gejala cemas 4. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal 3. kesempatan bagi klien untuk mencari
2. Mengidentifikasi,mengungkapkan perubahan fisik/psikologis. pemecahan situasi.
dan menunjukkan tekhnik untuk 4. dapat menghilangkan kecemasan/
mengontrol cemas depresi pada pasangan.
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan
3 Kekurangan volume cairan berhubungan NIC: Fluid Management
dengan adanya pendarahan Fluid Management 1. mengetahui keadaan umum pasien
NOC: Fluid Balance, Hydration, 1. Monitor vital sign 2. mengetahui perkembangan rehidrasi
Intake Setelah dilakukan tindakan selama 2. Monitor status hydrasi (kelembaban 3. rehidrasi optimal evaluasi intervensi
1x24 jam, masalah teratasi dengan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan 4. mengurangi risiko kekurangan voume
darah ortostatik), jika diperlukan cairan semakin bertambah
3. Monitor masukan makanan/ cairan dan 5. mengurangi risiko kekurangan voume
hitung intake kalori harian cairan semakin bertambah
kriteria hasil: 4. Kolaborasi pemberian cairan IV 6. mengurangi risiko kekurangan voume
1. Mempertahankan urin output 5. Dorong masukan oral cairan semakin bertambah
dalam batas normal sesuai dengan 6. Berikan penggantian nasogastric sesuai 7. mengurangi risiko kekurangan voume
usia, dan BB, output cairan semakin bertambah.
2. TD, nadi, suhu tubuh dalam batas 7. Atur kemungkinan transfusi
normal 8. Persiapan untuk transfuse Hypovolemia Management
3. Tidak ada tanda dehidrasi 1. mengetahui perkembangan rehidrasi
4. Elastisitas turgor kulit baik. Hypovolemia Management 2. mencegah infeksi dan
Membrane mukosa lembab, tidak 1. Monitor intake dan output cairan mempertahankan input cairan yang
ada haus tambahan 2. Pelihara IV line adekuat
3. Monitor adanya kelebihan cairan 3. mencegah masuknya cairan berlebihan
4. Monitor BB 4. mengetahui BB dan membandingkan
5. Monitor tingkat HB dan hemtokrit BB pasien sebelum dan sesudah
6. Pasang urin kateter jika diperlukan diberikan intervensi
7. Kolaborasikan pemberian diuretic sesuai 5. memonitor status kebutuhan cairan
interuksi pasien
6. mengetahui jumlah output cairan
DAFTAR PUSTAKA

Al-Djufri, Shaleh Muhammad.”Aborsi dalam Perspektif Kedokteran dan


Hukum Islam”.Makassar .2015
Asmarawati, Tina. 2013. Hukum dan Abortus. Yogyakarta: Deepublisher.
Maliana, Andesia “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus
inkomplit di ruang kebidanan”JurnalKesehatan, Volume VII, Nomor 1,April
2016.
Nugroho, Taufan. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika : Yogyakarta, 2011.
Permenkes RI “Tentang pelatihan dan penyelenggaraan pelayanan aborsi atas
indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat pemerkosaan. Jakarta:
Permenkes RI No.3, 2016
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2014

Anda mungkin juga menyukai