Disusun Oleh:
Ketua
Anggota
Futri Rahmawati C.0105.22.023
Diana Guslah C.0105.22.016
Eri Teguh C.0105.22.019
Feri Pebriansyah C.0105.22.022
Lutfi Achmad Hidayat C.0105.22.026
Mila Jamilah C.0105.22.028
Elisa Siti A C.0105.22.018
Herlinda Dwiyanti C.0105.22.025
Meuti Ardelia P C.0105.22.027
“Antepartum Bleeding”
Seorang perempuan usia 39 tahun dengan kehamilan 20 minggu, datang ke unit emergency
bersama suami dengan perdarahan pervaginam sejak beberapa jam yang lalu. Klien
memberikan keterangan bahwa dia merasakan kontraksi tapi menyangkal kalau ada nyeri
abdomen yang lain, dia juga menyangkal adanya trauma/jatuh sebelumnya.
Riwayat Obstetri sebelumnya :
• G4P2A1
• Kedua anak sebelumnya melahirkan normal
• Kelahiran terakhir adalah 1,5 tahun yang lalu dengan kelahiran normal, dan berat 2600 gr
• Ada Riwayat abortus pada kehamilan ke-dua Tidak mempunyai Riwayat medis
sebelumnya Riwayat Keluarga :
• Tidak ada riwayat penyakit keturunan Tidak ada riwayat anak kembar Riwayat Sosial :
Klien tinggal dengan suaminya di wilayah padat penduduk, menyangkal pernah merokok,
minum alcohol atau obat-obatan selama kehamilan, menyangkal adanya kekerasan dalam
rumah tangga. Pendidikan terakhir Sekolah Dasar, dan bekerja sebagai ibu rumah tangga, serta
status ekonomi yang rendah.
Riwayat Kesehatan Sekarang :
• G4P2A1
• HPHT 11 April 2023
• Perkiraan melahirkan 22 Januari 2024 Perkiraan usia kehamilan 20 4/7 minggu
Pemeriksaan Fisik :
TD 100/65 mmHg, nadi 72x/menit, respirasi 18x/menit, suhu 36,4c. Keadaan umum klien
tampak cemas, terlihat pucat, CRT < 3 detik. Pemeriksaan Leofold, TFU 18 cm, presentasi fetal
longitudinal, ada kontraksi, DJJ 128x/menit.
Pemeriksaan USG dan Transabdominal :
Tampak adanya plasenta menutup jalan lahir.
Ø LANGKAH 1. Klarifikasi istilah/terminologi asing (yang tidak dimengerti)
1. Fetal Logitudinal (Feri Pebriansyah)
2. Trans Abdominal (Feri Pebriansyah)
3. Abortus (Eri Teguh)
4. USG (Lutfi achmad)
5. Pendarahan Obsterti (Gibran Fajar M)
6. Pervaginam (Gibran Fajar M)
7. CRT (Dila Safitri)
8. Antepartum Bleeding (Dila Safitri)
9. Plasenta (Futri Rahmawati)
10. TFU (Futri Rahmawati)
11. HPHT (Diana Guslah)
12. GPA (Herlinda dwiyanti)
13. Abdomen (Elisa Siti A)
14. Leopold (Mila Jamilah)
15. DJJ (Meuti A)
Ø Langkah 2. Mendefinisikan Masalah
1. Pervaginam : Melahirkan Normal (Dila Safitri)
2. Antepartum Bleeding : Pendarahan pervaginam semasa kehamilan dimana
umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 100 gram.
(Dila Safitri)
3. Abortus : Aborsi/keguguran yang dialami seorang Wanita sebelum minggu ke20 yang
dapat menyakitkan secara fisik maupun emosional (Gibran Fajar M)
4. HPHT : Hari Pertama Haid Pertama atau hari pertama dalam satu siklus
menstruasi terakhir (Gibran Fajar M)
5. DJJ : Detak Jantung Janin, istilah ini mengacu pada detak jantung bayi saatmereka
masih berada di dalam rahim (Mila Jamilah)
6. Abdomen : Perut (Eri Teguh)
7. USG : Ultrasonografi, digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran
mereka, struktur, luka patologi yang membuat teknik ini berguna untukmemeriksa organ.
Sonografi obstetric biasa digunakan Ketika masa kehamilan. (Feri Pebriansyah)
8. CRT : CRT (Capillary Refill Time) adalah tes yang dilakukan cepat pada daerahdasar
kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan. CRT yang
memanjang merupakan tanda dehidrasi pada pasien. Ini diperkuatjika disertai dengan
turgor kulit dan pola pernapasan yang abnormal. Normaldari CRT adalah kurang dari
dua detik. (Feri Pebriansyah)
9. Fetal Logitudinal : Posisi janin horizontal atau sungsang (Herlinda dwiyanti)
10. Leopold : Pemeriksaan dengan menggunakan Teknik palpasi yaitu tangan sebagai indra
peraba untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, pada janin yang berada dalam Rahim
ibu. (Elisa Siti A)
11. Plasenta : Ari – ari (Meuti A)
12. TFU : Tinggi Fundus Uteri adalah jarak yang bisa didapatkan seorang Wanita
hamil dari atas tulang kemaluan hingga atas perut yang dihitung secara vertical
(Diana Guslah)
13. Transabdominal : Ada macam USG Transabdominal yaitu pemeriksaandilakukan di
lauar tubuh untuk pemeriksaan kehamilan (Futri Rahmawati)
14. GPA : Gravida Para Abortus (Futri Rahmawati)
15. Pendarahan obsterti : Perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu
(Lutfi achmad)
Ø Langkah 3. Curah pendapat (brainstorming)
1. Apakah abortus pada kehamilan ke dua ada hubungannya dengan pendarahansaat ini ?
(Gibran Fajar M)
2. Mengapa plasenta menutupi jalan lahir ? (Lutfi achmad)
3. Pendarahan pada ibu apakah berpengaruh dengan DJJ ? (Diana Guslah)
Jawaban : Abortus pada kehamilan keduaa tidak ada kaitannya dengan pendarahan
yang dialami pasien saat ini, karena jika ada kaitannya dengan abortus pasien di
kehamilan kedua, seharusnya di kehamilan ketiga pun pasienmengalami pendarahan.
Akan tetapi pada kehamilan dan melahirkan di kehamilan ke tiga, pasien tidak
mengalami pendarahan (Dila Safitri)
2. Mengapa plasenta menutupi jalan lahir ?
Jawaban : kondisi ini plasenta atau ari – ari berada di bagian bawah Rahim sehingga menutupi
Sebagian/seluruh jalan lahir yang disebut dengan Plasenta Previa dan kondisi ini akan
mengakibatkan pendarahan hebat. (Herlinda dwiyanti)
3. Pendarahan pada ibu apakah berpengaruh dengan DJJ ?
Jawaban : Akan berpengaruh pada denyut jantung janin di karena kondisi detakjantung Janin
yang lamah bisa terjadi karena adanya gangguan pada kehamilandan perkembangan Janin seperti
gangguan plasenta, lilitan tali pusat, cairan ketuban yang terlalu banyak, ibu hamil yang sedang
mengalami stres, atau karena adanya kelainan genetik pada ibu hamil.Jadi denyut jantung janin
sangatterpengaruh pada keberlangsungan janin (Elisa Siti A)
4. Bagaimana terjadinya pendarahan pada Ibu hamil ?
Jawaban : Penyebab terjadinya pendarahan pada ibu hamil ketika usia kehamilan sudah lebih
tua atau trimester akhir adalah infeksi vagina melakukanpemeriksaan serviks atau pemeriksaan
panggung (pap smear) dan polip serviks (Mila Jamilah)
5. Apakah tekanan darah rendah terjadi karena pendarahan ?
Jawaban : Tekanan darah rendah bisa terjadi akibat pendarahan karena kehilangan
banyak darah akibat cedera besar atau pendarahan internal dapat mengurangi jumlah
darah dalam tubuh sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah yang parah. (Dila
Safitri)
6. Mengapa posisi bayi sungsang ?
Jawaban : Posisi bayi jadi sungsang juga bisa terjadi karena jumlah air ketuban,baik terlalu
banyak ataupun terlalu sedikit. Jika air ketuban terlalu banyak, bayijadi terlalu sering berubah
posisi, sedangkan air ketuban yang terlalu sedikit juga bisa membuat bayi sulit bergerak di
dalam kandungan (Gibran Fajar M)
Faktor risiko plasenta previa menurut Mochtar dalam Norma (2013) adalah:
• Usia ibu > 35 tahun
• Paritas banyak
• Mioma uteri
• Polip endometrium
• Kehamilan kembar
3. PATOFISIOLOGI
Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada trimester
ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan karena
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Menurut manuaba (2014), implementasi plasenta disegmen bawah rahim disebabkan:
a. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi ke janin.
c. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Menurut Davood (2008), sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga yaitu
plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan
diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR)
pada trimester tiga.
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi
dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR),
pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan
dengan darah yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman.
Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim (SBR) untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot uterus menghentikan
perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak
plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
4. PATHWAYS
5. MANIFESTASI KLINIS
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan biasanya terjadi pada
akhir trimester II hingga trimester III atau sebelum persalinan, perdarahan uterus keluar
tanpa disertai rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya sedikit kemudian berhenti
sendiri, namun perdarahan berulng tanpa sebab yang jelas akan timbul kembali. Pada
plasenta letak rendah, perdarahan baru terjadi pada saat mulai persalinan, bisa sedikit
sampai banyak mirip dengan solusio plasenta.
Perdarahan berat disebabkan segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat
segmen atas rahim sehingga dapat menybabkan perdarahan berlangsung hingga pasca
persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah
rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih
mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio
plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta (Prawirohardjo, 2010).
6. KOMPLIKASI
• Karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta
dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan
perdarahan yang terjadi tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia
bahkan syok.
• Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini
yang tipis, maka jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke
dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian
plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta.
• Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus
sangat berhati-hatipada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu
mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
• Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
• Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum
aterm.
• Berisiko tinggi untuk solusio plasenta (risiko relative 13,8), seksio sesarea (risiko
relative 1,7). kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated
intravascular coagulation (DIC) 15,9%.
7. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Identitas
Identitas berisi nama, usia, alamat, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa,
tanggal masuk dirawat, tanggal dikaji, diagnosa medis, dan identitas penanggung
jawab.
2. Keluhan utama
• Gejala pertama, perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.
• Sifat perdarahan : tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
• Penyebab perdarahan : placenta dan pembuluh darah yang robek, terbentuknya
SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal
• Sedikit banyaknya perdarahan : tergantung besaratau kecilnya robekan pembuluh
darah dan plasenta
3. Inspeksi
• Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit
• Jika perdarahan lebih banyak, ibu tampak anemia
4. Palpasi Abdomen
• Janin sering belum cukup bulan : TFU masih rendah
• Sering dijumpai kesalahan letak
• Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang/floating
B. Riwayat Kesehatan
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, Paliatif
Atau Provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan Pasien, Quality Atau Kualitas (Q) yaitu
bagaimana nyeri dirasakan oleh Pasien, Regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana,
Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau Pasien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan Pasien merasakan nyeri tersebut.
C. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang.
Riwayat Obstetri meliputi :
• Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
• Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
• Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
• Jenis anestesi dan kesulitan persalinan
• Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan
• Komplikasi pada bayi
• Rencana menyusui bayi
D. Riwayat Menstruasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menentukan taksiran persalinan (TP), TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus naegle yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
E. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau kedua
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan
pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
F. Riwayat Penyakit atau Operasi
Kondisi kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya Riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan.
G. Pemeriksaan fisik
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan antepartum
yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
a. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
b. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya
perdarahan, Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak.
Penentuan letak plasenta tidak langsung plasenta atau ari-ari, Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi
c. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya
dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara
langsung meraba plasenta
H. Pemeriksaan penunjang
Plasenta previa dapat didiagnosis dengan melihat gejala klinis dan pemeriksaan
obstetri menggunakan USG. Pemeriksaan spekulum dapat dilakukan untuk menilai
vagina dan serviks. Vaginal toucher harus dihindari pada semua ibu yang mengalami
perdarahan antepartum sampai terdiagnosis bukan sebagai plasenta previa.
Beberapa metode pemeriksaan penunjang telah digunakan untuk mendiagnosis
plasenta previa diantaranya USG transabdominal, USG transvaginal dan MRI.
Penggunaan USG transvaginal lebih direkomendasikan karena mempunyai tingkat
akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan USG transabdominal. Terdapat beberapa
kekurangan USG transabdominal yaitu visualisasi yang kurang baik pada plasenta letak
posterior dan segmen bawah rahim akibat terhalang kepala bayi, obesitas serta keadaan
kandung kemih yang kosong atau terlalu penuh. MRI juga mempunyai tingkat akurasi
yang lebih baik bila dibandingkan dengan USG transabdominal. Namun tidak dapat
memberikan gambaran lokasi plasenta sebaik USG transvaginal, selain itu MRI tidak
tersedia pada semua pelayanan kesehata
I. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis :
Penatalaksanaan plasenta previa atau placenta previa terbagi berdasarkan klinis
pasien, yaitu pasien asimtomatik atau mengalami perdarahan aktif. Bila asimtomatik,
maka pasien dapat dirawat di rumah dan mengulang transvaginal sonography (TVS)
pada usia kehamilan 36 minggu, untuk mempersiapkan persalinan.
Pasien dengan perdarahan mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.
Pemberian medikamentosa berupa tokolitik, seperti nifedipine, dan kortikosteroid,
dapat dilakukan jika pasien diperkirakan akan segera menjalani persalinan. Jika
terjadi perdarahan hebat, lakukan stabilisasi keadaan hemodinamik pasien dengan
pemberian cairan, dan bila dibutuhkan, transfusi darah
b) Penatalaksanaan keperawatan :
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus perdarahan
antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin, melakukan resusitasi secara tepat
apabila diperlukan, apabila terdapat fetal distress dan bayi sudah cukup matur untuk
dilahirkan maka perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dan memberikan
Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan rhesus negatif.
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi : setelah
terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah sakit, tersedia darah
transfusi apabila dibutuhkan segera, fasilitas yang mendukung untuk tindakan bedah
sesar darurat, rencana persalianan pada minggu ke 38 kehamilan namun apabila
terdapat indikasi sebelum waktu yang telah ditentukan maka dapat dilakukan bedah
sesar saat itu juga.
Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi plasenta dan ostium uteri
internum dengan pemeriksaan USG transvaginal pada minggu ke 35 kehamilan.
Apabila jaraknya >20 mm persalinan pervaginam kemungkinan besar berhasil.
Apabila jarak antara tepi plasenta dengan ostium uteri internum 0-20 mm maka besar
kemungkinan dilakukan bedah sesar, namun persalinan pervaginam masih dapat
dilakukan tergantung keadaan klinis pasien.
8. ANALISA DATA
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Kekurangan Volume Cairan d.d Pengisian Kapiler >3
Detik
2. Ansietas b.d perdarahan pervaginam d.d merass bingung, merasa khawatir, tampak
gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur
3. Hipovolemia b.d Hilangnya cairan dalam tubuh d.d frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, membran mukosa kering dan volume urin
menurun
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
dan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
5. Risiko Cedera d.d Hipoksia Jaringan
10. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
2. Anjurkan
berolahraga rutin
Kolaborasi:
-
dan RL)
embaik
• Berat badan membaik □ Kolaborasi
• Intake cairan membaik pemberian produk
darah
• Suhu tubuh membaik
4. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi observasi
keperawatan selama 3 x 24 Observasi • Agar dapar
jam maka toleransi • Identifikasi mengetahui lokasi
aktifitas (05047) gangguan fungsi dan ketidaknyamanan
meningkat dengan kriteria tubuh pasien
hasil : • Monitor kelelahan Terapeutik
• Freuensi nadi fisik • Agar pasien merasa
meningkat • Monitor lokasi dan nyaman
• Saturasi oksigen ketidaknyamanan • Agar pasien
meningkat Terapeutik mendapatkan
• Kecepatan berjalan • Sediakan distraksi yang
meningkat lingkungan yang menenangkan
• Kekuatan tubuh nyaman dan rendah Edukasi
bagian atas dan stimulus • Agar pasien dapat
bawah meningkat • Lakukan latihan mengetahui strategi
untuk mengurangi
• Jarak berjalan rentang gerak pasif
kelahan
meningkat atau aktif
beraktivitas Edukasi
membaik • Anjurkan
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Ø Langkah 6 ASUKAN KEPERAWATAN SEKENARIO 1 DENGAN
PENDARAHAN OBSTETRI “ANTEPARTUM BLEEDING : PLASENTA
PREVIA”
Ruang Perawatan : Carmelia
No. MR/CM 114482
Tgl masuk RS : 13 Februari 2024
Tgl Pengkajian : 14 Februari 2024
Pukul : 08.00 WIB
I. BIODATA
a. Nama Pasien : Ny.X
b. Jenis Kelamin : Perempuan
Usia ibu : 39 tahun
Usia kehamilan : 20 minggu
Kehamilan ke 4
Status obstetri : G4P2A1
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Sunda
Diagnosa Medis : Plasenta Previa
Alamat : Cibiru
c. Nama Penanggung jawab : Tn.Z
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA Alamat
: Cibiru
d. Dada
a) Jantung
b) Paru
e. Payudara
d)
Bentuk :
e)
Putting susu :
f)
Pengeluaran :
g)
Benjolan :
h)
Striae :
f. Pemeriksaan abdome n
• Inspeksi
Membesar :
Striae :
Linea nigra :
Bekas luka :
Oedem : Ascites :
Kelainan lain : Presentasi fetal longitudinal
• Palpasi
TFU : 18 Cm Leopold I :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
• Auskultasi
Minum
Jenis minuman
Frekuensi
Keluhan
2. Eliminasi :
BAK
Frekuensi
Warna
Keluhan
BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Keluhan
3. Pola Istirahat dan Tidur :
Siang
Malam
Keluhan
4. Personal Hygiene
Mandi
Gosok gigi
Keramas
Perawatan payudara
Perawatan vulva
Keluhan
RR : 18x/menit ↓
S : 36,4⁰ c Terlepasnya vili plasenta
dari dinding uterus
↓
Terjadi perdarahan
intervilus plasenta
↓
Darah keluar merah segar
dari vagina tanpa rasa
nyeri
↓
Perdarahan
↓
Ansietas
5. DS : Multiparitas, usia ibu Defisit
• Klien mengatakan lanjut, gestasi multiple, Pengetahuan
bahwa dia merasakan persalinan sesarae
kontraksi tapi sebelumnya, dan insis
menyangkal kalau ada uterus
nyeri abdomen yang ↓
lain, dia juga Plasenta previa
menyangkal adanya ↓
trauma/jatuh Kurangnya
sebelumnya. pengetahuan/paparan
• Pendidikan terakhir tentang penyakit
Sekolah Dasar ↓
• Bekerja sebagai ibu Defisit Pengetahuan
rumah tangga, serta
status ekonomi yang
rendah
DO :
• Klien tampak cemas
6. DS : Multiparitas, usia ibu Risiko Cedera
• Pasien mengatakan lanjut, gestasi multiple, pada Janin
mengalami perdarahan persalinan sesarae
pervaginam sejak sebelumnya, dan insis
beberapa jam yang lalu. uterus
• Pasien mengatakan ↓
bahwa dia merasakan Pembentukan segmen
kontraksi bawah uterus dan dilatasi
ostium uteri
DO : ↓
• Pemeriksaan Leopold, Bertambahnya usia
TFU 18 cm kehamilan
• Presentasi fetal ↓
longitudinal Uterus lebih besar
• Ada kontraksi, ↓
• DJJ 128x/menit Serviks membuka
• Tampak adanya plasenta ↓
menutup jalan lahir Plasenta ikut melebar
↓
Plasenta menutupi jalan
lahir
↓
Plasenta previa
↓
Risiko Cedera Pada
Janin
Kolaborasi
• Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl,
RL)
• Kolaborasi
pemberian produk
darah
Edukasi
• Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis.
rendah lemak
jenuh, minyak ikan
omega 3)
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan