Disusun Oleh:
“Antepartum Bleeding”
Seorang perempuan usia 39 tahun dengan kehamilan 20 minggu, datang ke unit emergency
bersama suami dengan perdarahan pervaginam sejak beberapa jam yang lalu. Klien
memberikan keterangan bahwa dia merasakan kontraksi tapi menyangkal kalau ada nyeri
abdomen yang lain, dia juga menyangkal adanya trauma/jatuh sebelumnya.
Riwayat Obstetri sebelumnya :
G4P2A1
Kedua anak sebelumnya melahirkan normal
Kelahiran terakhir adalah 1,5 tahun yang lalu dengan kelahiran normal, dan berat 2600 gr
Ada Riwayat abortus pada kehamilan ke-dua
Tidak mempunyai Riwayat medis sebelumnya
Riwayat Keluarga :
Riwayat Sosial :
Klien tinggal dengan suaminya di wilayah padat penduduk, menyangkal pernah merokok,
minum alcohol atau obat-obatan selama kehamilan, menyangkal adanya kekerasan dalam
rumah tangga. Pendidikan terakhir Sekolah Dasar, dan bekerja sebagai ibu rumah tangga, serta
status ekonomi yang rendah.
Riwayat Kesehatan Sekarang :
G4P2A1
HPHT 11 April 2023
Perkiraan melahirkan 22 Januari 2024
Perkiraan usia kehamilan 20 4/7 minggu
Pemeriksaan Fisik :
TD 100/65 mmHg, nadi 72x/menit, respirasi 18x/menit, suhu 36,4⁰ c. Keadaan umum klien
tampak cemas, terlihat pucat, CRT < 3 detik. Pemeriksaan Leofold, TFU 18 cm, presentasi
fetal longitudinal, ada kontraksi, DJJ 128x/menit.
Pemeriksaan USG dan Transabdominal :
Tampak adanya plasenta menutup jalan lahir.
LANGKAH 1. Klarifikasi istilah/terminologi asing (yang tidak dimengerti)
1. Fetal Logitudinal
2. Trans Abdominal
3. Abortus
4. USG
5. Pendarahan Obsterti
6. Abdomen
7. Pervaginam
8. Antepartum Bleeding
9. Plasenta
10. TFU
11. HPHT
12. GPA
13. CRT
14. Leopold
15. DJJ
Langkah 2. Mendefinisikan Masalah
1. Pervaginam : Melahirkan Normal
2. Antepartum Bleeding : Pendarahan pervaginam semasa kehamilan dimana
umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 100 gram.
3. Abortus : Aborsi/keguguran yang dialami seorang Wanita sebelum minggu ke
20 yang dapat menyakitkan secara fisik maupun emosional
4. HPHT : Hari Pertama Haid Pertama atau hari pertama dalam satu siklus
menstruasi terakhir
5. DJJ : Detak Jantung Janin, istilah ini mengacu pada detak jantung bayi saat
mereka masih berada di dalam rahim
6. Abdomen : Perut
7. USG : Ultrasonografi, digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot,
ukuran mereka, struktur, luka patologi yang membuat teknik ini berguna untuk
memeriksa organ. Sonografi obstetric biasa digunakan Ketika masa kehamilan.
8. CRT : CRT (Capillary Refill Time) adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah
dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan.
CRT yang memanjang merupakan tanda dehidrasi pada pasien. Ini diperkuat
jika disertai dengan turgor kulit dan pola pernapasan yang abnormal. Normal
dari CRT adalah kurang dari dua detik.
9. Fetal Logitudinal : Posisi janin horizontal atau sungsang
10. Leopold : Pemeriksaan dengan menggunakan Teknik palpasi yaitu tangan
sebagai indra peraba untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, pada janin yang
berada dalam Rahim ibu.
11. Plasenta : Ari – ari
12. TFU : Tinggi Fundus Uteri adalah jarak yang bisa didapatkan seorang Wanita
hamil dari atas tulang kemaluan hingga atas perut yang dihitung secara vertical
13. Transabdominal : Ada macam USG Transabdominal yaitu pemeriksaan
dilakukan di lauar tubuh untuk pemeriksaan kehamilan
14. GPA : Gravida Para Abortus
15. Pendarahan obsterti : Perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu
Langkah 3. Curah pendapat (brainstorming)
1. Apakah abortus pada kehamilan ke dua ada hubungannya dengan pendarahan
saat ini ?
2. Mengapa plasenta menutupi jalan lahir ?
3. Pendarahan pada ibu apakah berpengaruh dengan DJJ ?
4. Bagaimana terjadinya pendarahan pada Ibu hamil ?
5. Apakah tekanan darah rendah terjadi karena pendarahan ?
6. Mengapa posisi bayi sungsang ?
Langkah 4. Membuat daftar penjelasan – penjelasan yang dapat diterima
1. Apakah abortus pada kehamilan ke dua ada hubungannya dengan pendarahan
saat ini ?
Jawaban : Abortus pada kehamilan keduaa tidak ada kaitannya dengan
pendarahan yang dialami pasien saat ini, karena jika ada kaitannya dengan
abortus pasien di kehamilan kedua, seharusnya di kehamilan ketiga pun pasien
mengalami pendarahan. Akan tetapi pada kehamilan dan melahirkan di
kehamilan ke tiga, pasien tidak mengalami pendarahan
2. Mengapa plasenta menutupi jalan lahir ?
Jawaban : kondisi ini plasenta atau ari – ari berada di bagian bawah Rahim
sehingga menutupi Sebagian/seluruh jalan lahir yang disebut dengan Plasenta
Previa dan kondisi ini akan mengakibatkan pendarahan hebat.
3. Pendarahan pada ibu apakah berpengaruh dengan DJJ ?
Jawaban : Akan berpengaruh pada denyut jantung janin di karena kondisi detak
jantung Janin yang lamah bisa terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan
dan perkembangan Janin seperti gangguan plasenta, lilitan tali pusat, cairan
ketuban yang terlalu banyak, ibu hamil yang sedang mengalami stres, atau
karena adanya kelainan genetik pada ibu hamil.Jadi denyut jantung janin sangat
terpengaruh pada keberlangsungan janin
4. Bagaimana terjadinya pendarahan pada Ibu hamil ?
Jawaban : Penyebab terjadinya pendarahan pada ibu hamil ketika usia
kehamilan sudah lebih tua atau trimester akhir adalah infeksi vagina melakukan
pemeriksaan serviks atau pemeriksaan panggung (pap smear) dan polip serviks
5. Apakah tekanan darah rendah terjadi karena pendarahan ?
Jawaban : Tekanan darah rendah bisa terjadi akibat pendarahan karena
kehilangan banyak darah akibat cedera besar atau pendarahan internal dapat
mengurangi jumlah darah dalam tubuh sehingga menyebabkan penurunan
tekanan darah yang parah.
6. Mengapa posisi bayi sungsang ?
Jawaban : Posisi bayi jadi sungsang juga bisa terjadi karena jumlah air ketuban,
baik terlalu banyak ataupun terlalu sedikit. Jika air ketuban terlalu banyak, bayi
jadi terlalu sering berubah posisi, sedangkan air ketuban yang terlalu sedikit
juga bisa membuat bayi sulit bergerak di dalam kandungan
Langkah 5
LAPORAN PENDAHULUAN
ANTEPARTUM BLEEDING : PLASENTA PREVIA
1. DEFINISI
Merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum
merupakan perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu. Sampai
saat ini penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini, yaitu multiparitas dan cacat rahim, riwayat
bedah sesar, usia 35 tahun atau lebih, ibu hamil yang merokok, Plasenta previa merupakan
plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi
seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI). Plasenta previa riwayat kuretase,
riwayat kehamilan ganda dan riwayat miomektomi (Manuaba, 2014).
Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Gejala perdarahan awal plasenta
previa pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau perdarahan ringan dan
umumnya akan berhenti secara spontan. Jumlah perdarahan yang terjadi sangat tergantung
dari jenis plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi pada saat uterus merenggang dan
tumbuh, tidak terasa nyeri dan terlihat sebagai pengeluaran darah yang segar. Sering kali
ditemukan malpresentasi bagian presentasi janin. Terdapat risiko perdarahan pascapartum
yang lebih lanjut saat kekuatan retraksi segmen bawah uteri buruk setelah terjadi plasenta
previa. (Prawirohardjo, 2010; Medforth, 2012).
Faktor predisposisi plasenta previa menurut Jordan (2014) yang merupakan faktor
risiko plasenta previa adalah usia ibu > 35 tahun, Multiparitas, ibu dengan riwayat bedah
cesar, infertilitas buatan, perokok, Alpha Feloprotein (AFP), ibu dengan kehamilan
kembar, Jarak kehamilan yang terlalu dekat serta riwayat ibu dengan kuretase. Manuaba
(2012) menambahkan bahwa mioma uteri dan malnutrisi merupakan juga merupakan
faktor risiko plasenta previa.
Faktor risiko plasenta previa menurut Mochtar dalam Norma (2013) adalah:
Usia ibu > 35 tahun
Paritas banyak
Mioma uteri
Polip endometrium
Kehamilan kembar
3. PATOFISIOLOGI
Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan
karena berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Menurut manuaba (2014), implementasi plasenta disegmen bawah rahim disebabkan:
a. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi ke janin.
c. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Menurut Davood (2008), sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga yaitu
plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan
diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR)
pada trimester tiga.
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi
dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR),
pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan
dengan darah yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman.
Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim (SBR) untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot uterus menghentikan
perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak
plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
4. PATHWAYS
5. MANIFESTASI KLINIS
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan biasanya terjadi pada
akhir trimester II hingga trimester III atau sebelum persalinan, perdarahan uterus keluar
tanpa disertai rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya sedikit kemudian berhenti
sendiri, namun perdarahan berulng tanpa sebab yang jelas akan timbul kembali. Pada
plasenta letak rendah, perdarahan baru terjadi pada saat mulai persalinan, bisa sedikit
sampai banyak mirip dengan solusio plasenta.
Perdarahan berat disebabkan segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat
segmen atas rahim sehingga dapat menybabkan perdarahan berlangsung hingga pasca
persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah
rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih
mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio
plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta (Prawirohardjo, 2010).
6. KOMPLIKASI
Karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta
dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan
perdarahan yang terjadi tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia
bahkan syok.
Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen ini
yang tipis, maka jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke
dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian
plasenta inkreta dan bahkan plasenta perkreta.
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus
sangat berhati-hatipada semua tindakan manual di tempat ini misalnya pada waktu
mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum
aterm.
Berisiko tinggi untuk solusio plasenta (risiko relative 13,8), seksio sesarea (risiko
relative 1,7). kematian maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated
intravascular coagulation (DIC) 15,9%.
7. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Identitas
Identitas berisi nama, usia, alamat, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa,
tanggal masuk dirawat, tanggal dikaji, diagnosa medis, dan identitas penanggung
jawab.
2. Keluhan utama
Gejala pertama, perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.
Sifat perdarahan : tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
Penyebab perdarahan : placenta dan pembuluh darah yang robek, terbentuknya
SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal
Sedikit banyaknya perdarahan : tergantung besaratau kecilnya robekanpembuluh
darah dan plasenta
3. Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit
Jika perdarahan lebih banyak, ibu tampak anemia
4. Palpasi Abdomen
Janin sering belum cukup bulan : TFU masih rendah
Sering dijumpai kesalahan letak
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang/floating
B. Riwayat Kesehatan
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, Paliatif
Atau Provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan Pasien, Quality Atau Kualitas (Q) yaitu
bagaimana nyeri dirasakan oleh Pasien, Regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana,
Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau Pasien
merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan Pasien merasakan nyeri tersebut.
C. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat
dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang.
Riwayat Obstetri meliputi :
Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
Jenis anestesi dan kesulitan persalinan
Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan
Komplikasi pada bayi
Rencana menyusui bayi
D. Riwayat Menstruasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menentukan taksiran persalinan (TP), TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus naegle yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
E. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau kedua
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan
pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
F. Riwayat Penyakit atau Operasi
Kondisi kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya Riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan.
G. Pemeriksaan fisik
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan antepartum
yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
a. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
b. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya
perdarahan, Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak.
Penentuan letak plasenta tidak langsung plasenta atau ari-ari, Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi
c. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya
dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara
langsung meraba plasenta
H. Pemeriksaan penunjang
Plasenta previa dapat didiagnosis dengan melihat gejala klinis dan pemeriksaan
obstetri menggunakan USG. Pemeriksaan spekulum dapat dilakukan untuk menilai
vagina dan serviks. Vaginal toucher harus dihindari pada semua ibu yang mengalami
perdarahan antepartum sampai terdiagnosis bukan sebagai plasenta previa.
Beberapa metode pemeriksaan penunjang telah digunakan untuk mendiagnosis
plasenta previa diantaranya USG transabdominal, USG transvaginal dan MRI.
Penggunaan USG transvaginal lebih direkomendasikan karena mempunyai tingkat
akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan USG transabdominal. Terdapat beberapa
kekurangan USG transabdominal yaitu visualisasi yang kurang baik pada plasenta letak
posterior dan segmen bawah rahim akibat terhalang kepala bayi, obesitas serta keadaan
kandung kemih yang kosong atau terlalu penuh. MRI juga mempunyai tingkat akurasi
yang lebih baik bila dibandingkan dengan USG transabdominal. Namun tidak dapat
memberikan gambaran lokasi plasenta sebaik USG transvaginal, selain itu MRI tidak
tersedia pada semua pelayanan kesehata
I. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis :
Penatalaksanaan plasenta previa atau placenta previa terbagi berdasarkan klinis
pasien, yaitu pasien asimtomatik atau mengalami perdarahan aktif. Bila asimtomatik,
maka pasien dapat dirawat di rumah dan mengulang transvaginal sonography (TVS)
pada usia kehamilan 36 minggu, untuk mempersiapkan persalinan.
Pasien dengan perdarahan mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.
Pemberian medikamentosa berupa tokolitik, seperti nifedipine, dan kortikosteroid,
dapat dilakukan jika pasien diperkirakan akan segera menjalani persalinan. Jika
terjadi perdarahan hebat, lakukan stabilisasi keadaan hemodinamik pasien dengan
pemberian cairan, dan bila dibutuhkan, transfusi darah
b) Penatalaksanaan keperawatan :
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus perdarahan
antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin, melakukan resusitasi secara tepat
apabila diperlukan, apabila terdapat fetal distress dan bayi sudah cukup matur untuk
dilahirkan maka perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dan memberikan
Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan rhesus negatif.
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi : setelah
terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah sakit, tersedia darah
transfusi apabila dibutuhkan segera, fasilitas yang mendukung untuk tindakan bedah
sesar darurat, rencana persalianan pada minggu ke 38 kehamilan namun apabila
terdapat indikasi sebelum waktu yang telah ditentukan maka dapat dilakukan bedah
sesar saat itu juga.
Cara pesalinan ditentukan oleh jarak antara tepi plasenta dan ostium uteri
internum dengan pemeriksaan USG transvaginal pada minggu ke 35 kehamilan.
Apabila jaraknya >20 mm persalinan pervaginam kemungkinan besar berhasil.
Apabila jarak antara tepi plasenta dengan ostium uteri internum 0-20 mm maka besar
kemungkinan dilakukan bedah sesar, namun persalinan pervaginam masih dapat
dilakukan tergantung keadaan klinis pasien.
8. ANALISA DATA
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Kekurangan Volume Cairan d.d Pengisian Kapiler >3
Detik
2. Ansietas b.d perdarahan pervaginam d.d merass bingung, merasa khawatir, tampak
gelisah, tampak tegang, dan sulit tidur
3. Hipovolemia b.d Hilangnya cairan dalam tubuh d.d frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, membran mukosa kering dan volume urin
menurun
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
dan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
5. Berduka b.d Kematian Keluarga Atau Orang Terdekat d.d Merasa Sedih
2. Anjurkan
berolahraga rutin
Kolaborasi:
-
2. Setelah dilakukan Tindakan Rediuksi Ansietas Obvervasi
Keperawatan selama 3x24 Observasi Untuk mengetahui
jam Tingkat ansietas Monitor tanda- tanda-tanda ansietas
(L.09093) menurun, tanda ansietas Terapeutik
dengan kriteria hasil: Terapeutik Untuk menemani
Verbalisasi Temani pasien pasien supaya bisa
kebingungan menurun untuk mengurangi mengurangi ansietas
Verbalisasi khawatir ansietas Untuk memahami
akibat kondisi yang Pahami situasi situasi yang membuat
dihadapi menurun yang membuat ansietas
Perilaku gelisah ansietas Edukasi
menurun Edukasi Agar pasien tidak
Perilaku tegang Anjurkan keluarga merasa kesepian
menurun untuk tetap Untuk menurunkan
Keuhan pusing Bersama pasien kecemasan pada
menurun Jelaskan prosedur, pasien
Anoreksia menurun termasuk sensasi Untuk melatih Teknik
Frekuensi nadi menurun relaksasi pada pasien
Tekanan darah yang mungkin
menuruntremor dialami
menurun Latih Teknik
Pucat menurun relaksasi
Konsentrasi membaik
Pola tidur membaik
Pola berkemih membiak
3. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Observasi
Keperawatan selama 3x24 Hipovolemia Untuk mengetahui
jam status cairan Observasi gejala hipovolemia
(L.03028) membaik dengan Periksa tanda dan Agar cairan dapat
kriteria hasil gejala hipovolemia terjaga
Kekuatan nadi Monitor intake dan Terapeutik
meningkat output cairan Agar merasakan
Turkor kulit meningkay Terapeutik nyaman
Pengisian vena Berikan posisi Agar dapat asupan
meningkat modified cairan oral
Ortopnea menurun Trendelenburg Edukasi
Dispnea menurun Berikan asupan Untuk mengetahui
Distensi vena jugularis cairan oral seberapa banyak
menurun’ Edukasi asupan cairan oral
Kongesti paru menurun Anjurkan yang sudah diberikan
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Langkah 6
ASUKAN KEPERAWATAN SEKENARIO 1 DENGAN PENDARAHAN
OBSTETRI “ANTEPARTUM BLEEDING : PLASENTA PREVIA”
Ruang Perawatan : Carmelia
No. MR/CM 114482
Tgl masuk RS : 13 Februari 2024
Tgl Pengkajian : 14 Februari 2024
Pukul : 08.00 WIB
I. BIODATA
a. Nama Pasien : Ny.X
b. Jenis Kelamin : Perempuan
Usia ibu : 39 tahun
Usia kehamilan : 20 minggu
Kehamilan ke 4
Status obstetri : G4P2A1
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Sunda
Diagnosa Medis : Plasenta Previa
Alamat : Cibiru
c. Nama Penanggung jawab : Tn.Z
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Cibiru
Membesar :
Striae :
Linea nigra :
Bekas luka :
Oedem :
Ascites :
Kelainan lain : Presentasi fetal longitudinal
Palpasi
TFU : 18 Cm
Leopold I :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
Auskultasi
Minum
Jenis minuman
Frekuensi
Keluhan
2. Eliminasi :
BAK
Frekuensi
Warna
Keluhan
BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Keluhan
3. Pola Istirahat dan Tidur :
Siang
Malam
Keluhan
4. Personal Hygiene
Mandi
Gosok gigi
Keramas
Perawatan payudara
Perawatan vulva
Keluhan
DO :
Klien tampak cemas
6. DS : Multiparitas, usia ibu Risiko Cedera
Pasien mengatakan lanjut, gestasi multiple, pada Janin
mengalami perdarahan persalinan sesarae
pervaginam sejak sebelumnya, dan insis
beberapa jam yang lalu. uterus
Pasien mengatakan ↓
bahwa dia merasakan Pembentukan segmen
kontraksi bawah uterus dan dilatasi
ostium uteri
DO : ↓
Pemeriksaan Leopold, Bertambahnya usia
TFU 18 cm kehamilan
Presentasi fetal ↓
longitudinal Uterus lebih besar
Ada kontraksi, ↓
DJJ 128x/menit Serviks membuka
Tampak adanya plasenta ↓
menutup jalan lahir Plasenta ikut melebar
↓
Plasenta menutupi jalan
lahir
↓
Plasenta previa
↓
Risiko Cedera Pada
Janin
Edukasi
Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (mis.
rendah lemak
jenuh, minyak ikan
omega 3)
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatkan
asupan
makanan
P:
Intervensi
dilanjutkan
A:
Masalah perfusi
perifer tidak efektif
belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Selasa, 14 3 10.45 Mengidentifikasi gangguan S:
Februari fungsi tubuh Pasien mengatakan
2024
Memonitor kelelahan fisik mengalami
Memonitor lokasi dan perdarahan
ketidaknyamanan pervaginam
Menyediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus O:
11.00 Melakukan latihan rentang 27. TTV :
gerak pasif atau aktif TD : 100/65
mmHg
Memberikan aktifitas distraksi N : 72x/menit
yang menenangkan R : 18x/menit
11.15 Menganjurkan tirah baring S :36,4⁰ c.
28. Klien
12.00 Menganjurkan melakukan tampak cemas
aktifitas secara bertahap 29. Klien
Mengajarkan strategi koping terlihat pucat
untuk mengurangi kelelahan
A:
12.30 Berkolaborasi dengan ahli gizi
Masalah intoleransi
tentang cara meningkatkan
aktivitas teratasi
asupan makanan
Sebagian
P:
Lanjutkan
intervensi
Selasa, 14 4 13.00 Mengobservasi TTV S:
Februari TD :100/65
2024
N :72x/menit Pasien merasa
R :18x/ment cemas karena
S : 36,4 ⁰ c pendarahan
13.15 Memonitor tanda-tanda ansietas
Memahami situasi yang O:
membuat ansietas Pasien tampak
cemas
Menganjurkan keluarga untuk
Pasien tampak
13.30 tetap bersama pasien
pucat
Melatih teknik relaksasi TTV :
TD : 100/65
mmHg
N : 72x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,4⁰ c
A:
Masalah
kecemasan belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
A:
Masalah defisit
pengetahuan belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
A:
Masalah resiko
cedera janin belum
terasi
P : Intervensi
dilanjutkan
X. EVALUASI KEPERAWATAN
O:
30. TTV :
TD : 100/65 mmHg
N : 72x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,4⁰ c
CRT < 3 detik
Pasien tampak pucat
Tampak adanya plasenta menutup jalan lahir
Ada kontraksi
A:
Masalah hipovolemia belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu, 15 2 S:
Februari Pasien mengatakan mengalami perdarahan
2024
pervaginam
O:
31. TTV :
TD : 100/65 mmHg
N : 72x/menit
R : 18x/menit
S :36,4⁰ c.
32. Klien tampak cemas
33. Klien terlihat pucat
34. CRT < 3 detik
A:
Masalah perfusi perifer tidak efektif belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu, 15 3 S:
Februari Pasien mengatakan mengalami perdarahan
2024
pervaginam
O:
35. TTV :
TD : 100/65 mmHg
N : 72x/menit
R : 18x/menit
S :36,4⁰ c.
36. Klien tampak cemas
37. Klien terlihat pucat
A:
Masalah intoleransi aktivitas teratasi Sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Rabu, 15 4 S:
Februari Pasien merasa cemas karena pendarahan
2024
O:
Pasien tampak cemas
Pasien tampak pucat
TTV :
TD : 100/65 mmHg
N : 72x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,4⁰ c
A:
Masalah kecemasan belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu, 15 5 S:
Februari Klien mengatakan bahwa dia merasakan
2024 kontraksi tapi menyangkal kalau ada nyeri
abdomen yang lain, dia juga menyangkal
adanya trauma/jatuh sebelumnya.
Pendidikan terakhir Sekolah Dasar
Bekerja sebagai ibu rumah tangga, serta status
ekonomi yang rendah
O:
Kurang terpapapar informasi
Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Klien tampak cemas
A:
Masalah defisit pengetahuan belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Rabu, 15 6 S:
Februari Klien mengatakan mengalami perdarahan
2024
pervaginam
Klien mengatakan adanya abortus pada anak
kedua
Pasien mengatakan bahwa dia merasakan
kontraksi
O:
Pemeriksaan Leopold, TFU 18 cm
Presentasi fetal longitudinal
Ada kontraksi,
DJJ 128x/menit
Tampak adanya plasenta menutup jalan lahir
A:
Masalah resiko cedera janin belum terasi
P : Intervensi dilanjutkan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit diharapkan sasaran mampu
mengetahuidan memahami mengenai cara pencegahan pendarahan berulang pada masa
kehamilan.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mngetahui :
1. Pengertian plasenta previa
B. Materi Terlampir
C. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Strategi penyuluhan
2. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi /
pokok bahasan yang
akan disampaikan
Pelaksanaan Menjelaskan materi penyuluhan 15 menit
secra berurutan dan terartur
Materi :
1. Menjelaskan pengertian
apa itu plasenta previa
2. Menjelaskan penyabab
plasenta previa
3. Menjelaskan gejala
plasenta previa
4. Menjelaskan pencegahan
plasenta previa
5. Menjelaskan pengobatan
pada plasenta previa
E. Media
1. Leaflet
2. Power point
F. Evaluasi
1. Prosedur : Tanya jawab
2. Jenis : Lisan
3. Pertanyaan :
1. Apa itu Plasenta Previa ?
2. Apa saja penyebabnya ?
3. Apa saja gejalanya ?
4. Bagaimana cara penecgahannya ?
5. Bagaimana cara pengobatannya ?
6. Apa saja nutrisi yang baik bagi Ibu hamil ?
G. Sumber
https://www.alodokter.com/plasenta-
previa#:~:text=Pengobatan%20Plasenta%20Previa&text=Pada%20ibu%20hamil%20yang%2
0tidak,Menghindari%20berhubungan%20seksual
Mengetahui
Praktikan
Dosen Pembimbing
Plasenta adalah organ yang terbentuk di rahim pada masa kehamilan. Organ ini
berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu kepada janin, serta membuang
limbah dari janin.
Normalnya, plasenta memang berada di bagian bawah rahim pada awal masa
kehamilan. Namun, seiring pertambahan usia kehamilan, plasenta akan bergerak ke atas,
yang pada akhirnya akan berposisi di bagian atas rahim.
Pada kasus plasenta previa, posisi plasenta tidak bergerak dari bawah rahim hingga
mendekati waktu persalinan.
Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang
diduga dapat membuat ibu hamil lebih berisiko menderita kondisi ini, yaitu:
Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan dari vagina yang terjadi pada akhir
trimester kedua atau trimester ketiga kehamilan. Ciri perdarahan tersebut umumnya berupa:
Tanpa disertai rasa sakit
Berwarna merah cerah
Bisa banyak atau sedikit
Bisa terjadi berulang dalam beberapa hari
Kondisi ini sering dianggap sebagai menstruasi saat hamil. Terkadang, perdarahan
tersebut juga muncul setelah berhubungan intim dan disertai dengan kontraksi atau
kram perut
Plasenta previa adalah kondisi yang tidak dapat dicegah. Meski demikian, ada cara
pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil, untuk menghindari terjadinya plasenta
previa atau perdarahannya, yaitu:
Tidak merokok
Tidak menggunakan narkoba
Mengurangi aktivitas fisik yang berat
Mengurangi frekuensi berhubungan seksual
Menghindari bepergian jarak jauh ketika usia kehamilan 28 minggu ke atas
Segera beristirahat ketika keluar flet
Pada ibu hamil yang tidak mengalami perdarahan atau hanya mengalami perdarahan
ringan, dokter akan menyarankan perawatan mandiri, berupa:
Bila ibu hamil mengalami perdarahan hebat dan berulang, dokter akan
menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya melalui operasi caesar. Namun, jika usia
kandungan kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan diberikan suntikan obat
kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin.
Bila perdarahan sangat parah dan tidak dapat dihentikan, ibu hamil akan dirujuk
untuk perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Dokter juga akan memberikan transfusi darah
untuk mengganti darah yang hilang.
G. Leaflet
https://www.canva.com/design/DAFbKfYOheg/4-
8n8pA2kInGaI1TQ7jQ6g/view?utm_content=DAFbKfYOheg&utm_campaign=designshare
&utm_medium=link&utm_source=publishsharelink#2
H. Power Point